Disusun Oleh:
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa. Sebagai generasi
penerus,setiap anak perlu mendapat pendidikan yang baik sehingga potensi-
potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, tumbuh menjadi manusia yang
memiliki kepribadian tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan serta
keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi orang tua dan
lembaga-lembaga pendidikan berperan serta bertanggung jawab dalam
memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga akan
tercapai generasi penerus yang tangguh.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan pendidikan bertujuan “mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Republik
Indonesia, 2003).
Sementara itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun2007 kompetensi yang harus dimiliki guru adalah “menguasai karakteristik
pesertadidik pada aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual”.
(Depdiknas, 2007). Oleh karena itu, kajian terhadap implementasi nilai moral dan
agama bagi anak SD/MI, khususnya anak usia 6-12 tahun menjadi sangat penting
dan strategis bagi guru PGSD /PGMI maupun pengelola SD secara keseluruhan.
Mengingat fenomena negatif yang mengemuka dan sering menjadi tontonan
dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui media cetak maupun elektronik dijumpai kasus-kasus anak SD
sudah mulai meniru ujaran kebencian (hate speech), berbicara kurang sopan,
senang meniru adegan kekerasan, bahkan meniru perilaku orang dewasa yang
belum semestinya dilakukan anak-anak. Kondisi ini tentu cukup beralasan,
mengingat pada fase ini anak usia 0-6 menurut para ahli berada pada fase peniruan
(imitasi). Jadi, apapun kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar lingkungan anak
dengan sangat cepat diserap dan ditiru untuk dijadikan sebuah kebiasaan. Jika
fenomena-fenomena yang dilihat anak cenderung ke arah negatif maka
kecenderungan perilaku menyimpang akan lebih mengemuka terjadi pada anak.
Diperlukan penanaman nilai-nilai dan norma-norma Agama yang kuat
terhadap bangsa ini agar tidak mudah terpengaruh dan mempunyai filter ketika
pengaruh- pengaruh bangsa lain masuk. Supaya penanaman nilai dan norma
1
2
tersebut kuat, maka harus dilakukan sejak Sekolah Dasar bahkan sejak usia dini.
Untuk itu, kajian tentang implementasi nilai moral dan agama terhadap anak
SD/MI ini akan menjadi landasan bagi upaya penanaman perilaku seperti yang
tercantum dalam pengembangan tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-nilai
Keagamaan di Lingkungan Lembaga SD/MI ?
2. Bagaimanakah Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-nilai
Keagamaan di Lingkungan Masyarakat ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-
nilaiKeagamaan di Lingkungan Lembaga SD/MI
2. Untuk mengetahui Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-nilai
Keagamaan di Lingkungan Masyarakat.
3. Implikasi Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Sekolah
Dasar di lingkungan Masyarakat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implikasi kegiatan moral dan nilai-nilai keagamaan
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat
pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang
dengan pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki
kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan
keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga,
lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam
memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga
akan tercipta generasi penerus yang tangguh.
Pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini dan tentunya
berlanjut di SD atau MI. dalam hal ini tentu orang tualah yang paling
bertanggung jawab, karena pendidikan yang utama dan pertama adalah
pendidikan dalam keluarga. Keluarga tidak hanya sekedar berfungsi sebagai
persekutuan sosial, tetapi juga merupakan lembaga pendidikan. oleh sebab itu
kedua orang tua bahkan semua orang dewasa berkewajiban membantu,
merawat, membimbing dan mengarahkan anak-anak yang belum dewasa di
lingkungannya dalam pertumbuhan dan perkembangan mencapai kedewasaan
masing-masing dan dapat membentuk kepribadian, karena pada masa usia dini
adalah masa peletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan
fisik, moral dan agama.
Peran orang tua juga sangat berpengaruh bagi tingkat keimanan anak
melalui bimbingan orang tua anak dapat dibimbing untuk mengenal siapa itu
Tuhan, sifat-sifat Tuhan, bagaimana kewajiban manusia terhadap tuhan.
Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk
bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya
pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dalam ajaran Islam telah dijelaskan bagaimana proses
4
pengembangan nili-nilai agama dan moral pada anak usia dini dapat
diterapkan dengan benar.
moral dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Salah satu
perilaku yang ditanamkan adalah berdo’a sebelum dan setelah melakukan
kegiatan sehari-hari. Berdoa sebelum makan, setelah makan dan do’a-do’a lain
yang disertakan artinya, sehingga anak hapal apa yang diucapkan dan tahu
maksud ucapannya. Beberapa do’a tersebut secara rutin dibiasakan pada anak
dengan cara anak diminta mengucapkan do’a-do’a tersebut dengan suara yang
lembut dan khusyu.
Pengenalan do’a lebih bermakna apabila pendidik berusaha menghadirkan
situasi nyata dalam bentuk kegiatan sehari-hari baik dirumah maupun
disekolah. Ketika anak hendak belajar pendidik mengajak anak berdo’a yang
sebelumnya dijelaskan kenapa kita harus berdo’a, dan menjelaskan pula
makna do’a yang diucapkannya, sehingga, do’a–do’a yang sering diajarkan
guru atau pendidik akan dimengerti anak maksud dan makna dari do’a
tersebut. Proses pembelajaran tersebut ditanamkan secara terus menerus
melalui pembiasaan anak secara langsung ketika akan melakukan suatu
kegiatan. Diharapkan bacaan do’a tersebut akan semakin ”menginternal”
dalam diri anak dan akan membawa pengaruh dalam perilaku anak sehari-hari.
Belajar dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberi
kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat
membantu anak mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, dan
dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari
dalam diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata,
berfokus pada proses dari pada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta
melibatkan peran aktif dari pemain.
pendidikan moral dan nilai-nilai agama ditanamkan tidak hanya dalam
kegiatan ibadah agama yang sifatnya rutinitas tetapi melalui secara luas dalam
berbagai aktifitas anak dalam kehidupan sehari-hari, mencakup bagaimana
5
anak dibiarkan hingga dewasa tanpa pengenalan aspek nilai moral dan juga
agama, maka akan sulit untuk meliuruskan sikap anak yang sudah terlanjur
buruk atau tidak baik, jadi lebih baik dilakukan sedari sekarang.
C. Implikasi pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan pada anak
di lingkungan sekolah dan masyarakat
Sejatinya pendidikan agama dan moral harus ditanamkan sejak masih dini.
Hal ini sangat penting untuk kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
Memiliki pendidikan agama dan moral yang kuat dapat membentuk karakter
anak itu sendiri. Mulai dari cara berkomunikasi dengan teman sebayanya,
hingga dengan orang yang lebih dewasa.
Pendidikan tidak harus melulu di sekolah, namun kita dapat memberikan
pendidikan dengan berbagai aktivitas sederhana yang sering dilakukan dalam
kehidpan sehari-hari. Berikut ini ada beberapa aktivitas untuk pengembangan
agama dan moral pada anak dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1) Berdoa Untuk Setiap Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak membaca doa baik
itu sebelum dan sesudah beraktivitas. Mulai dari ketika hendak makan, ke
kamar kecil, hendak tidur dan lain sebagainya. Kita harus senantiasa bersabar
untuk mengingatkan mereka untuk berdoa. Dengan berdoa, mereka dapat
selalu ingat akan Penciptanya.
2) Bergiliran
Biasakan anak-anak untuk dapat bersabar menunggu giliran. Hal ini bisa
dilakukan saat hendak makan. Ketika kita akan membagikan makanan.
Pastikan untuk selalu bergiliran sesuai dari usia mereka. Misalnya dari yang
tua terlebih dahulu sebagai kakak, lalu ke adik.
Hal ini untuk melatih anak-anak bersabar menunggu giliran. Dan
menghormati orang yang lebih tua. Kebiasan ini tentunya harus diterapkan
tidak hanya di rumah saja, namun disetiap kesempatan, baik dimana saja,
kapan saja dna tempat umum lainnya.
3) Media Permainan
10
Pada dasarnya anak-anak suka bermain. Untuk itu didiklah anak untuk
bermain sambil belajar. Untuk itu pilihlah permainan edukatif yang dapat
merangsang perkembangan orak dan nilai agama maupun moral anak. Saat
mereka bermain, secara bebas mereka dapat mengekspresikan dirinya tanpa
ada paksaan.
Untuk alat permainan edukasi tidak perlu yang mahal, bahkan kita dapat
membuat alat permainan itu sendiri. Selain lebih mudah juga lebih terlihat
menarik dimata anak anak. misalnya dengan membuat bowling hijaiyah,
memasang puzzle huruf abjad, angka, huruf hijaiyah dan masih banyak lagi.
4) Mengajak Anak ke Pengajian
Dengan mengajak anak ikut pengajian bisa melatih kemampuan
bersosialisasi. Tidak perlu sering, ajaklah jika memang mood mereka sedang
baik. Apalagi untuk anak usia dini. Terkadang saat mood sedang tidak baik
anak akan rewel dan mengganggu Anda Biarkan mereka mengenal tempat
beribadah, hormat kepada yang lebih tua, belajar bersilaturahmi juga.
5) Bacakan Buku
Dengan membaca buku, tentunya dapat melatih perkembangan otak pada
anak dan memperbanyak kosakata pada anak. Pilihlah buku cerita yang
bergambar menarik. Sekarang ini banyak sekali yang menjual buku-buku
cerita anak tentang pahlawan islam, kisah para nabi yang bisa menjadi teladan
dan contoh yang baik bagi kehidupan anak-anak.
Itulah beberapa aktivitas untuk pengembangan nilai agama dan moral anak
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menanam nilai moral dan agama pada
anak, dibutuhkan strategi seperti strategi kebiasaan dan pembelajaran.
Pada umumnya butuh kesabaran dan ketelatenan dalam hal mendidik
seorang anak. kita juga perlu mengerti karakter anak, sehingga dalam hal
penyampaian pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakter anak itu
sendiri. Sehingga mereka lebih mudah mengerti apa yang kita sampaikan.
Paling penting dalam pengembangan nilai agama dan moral pada anak adalah
memberikan contoh. Kita sebagai role modelnya mereka harus memberikan
11
contoh yang baik, sehingga mereka dapat meniru kebiasaan baik kita tanpa
kita perintah.
Contoh nilai moral yang berhubungan dengan masyarakat, dan lingkungan.
Antara lain;
1. Berbicara Pelan di Hadapan Orang Tua
Tindakan inilah sebagai rujuakan penjelas mengenai rasa penghormatan
yang selalu di munculkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang
memiliki kebudayaan bangsa timur, seperti Indonesia. Kemunculan berbicara
di depan sebagai ilustrasi nyata prilaku moral yang baik.
2. Menunduk Ketika Berjalan
Contoh lainnya mengenai nilai moral ini seperti tindakan menunduk sesaat
setelah melewati orang-orang disekeliling. Berajalan yang menunduk sudah
diajarkan oleh nenek moyang dan juga sebagai harapan mendapatkan rasa
penghormatan kepada orang yang lebih tua.
3. Membuang Sampah
Kasus yang dapat di contohkan dalam penjelasan nilai moral ini seperti
membuang sampah. Tindakan yang baik (moral baik) membuang sampah pada
tempatnya) sedangkan yang buruk membuang sampah di sembarang tempat
dengan merusak lingkungan sekitar.
4. Tidak Membuat Keributan
Fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat seringkali dikaitakan
dengan ribut saat jam belajar. Anak yang melakukan keributan tersebut secara
langsung bertindakan dengan moral yang buruk (tidak baik) sehingga tidak
pantas sama sekali untuk di contoh.
5. Korupsi
Masalah sosial di Indonesia saat ini yang sedang marak terjadi adalah
kasus korupsi. Tindakan seperti ini banyak merugikan masyarakat, bahkan
secara nyata akan membuat masyarakat hidup dalam kemikisnan, oleh
karenannya dalam upaya menciptakan kesetabilan negara korupsi haruslah
diperangi oleh masyarakat, mahasiswa, ataupun oleh pelajar itu sendiri.
12
bagian hakiki kehidupan seorang guru. Misifikasi menyangkut status guru terjadi
begitu sacral. Guru lantas menjadi segalanya, jika terjadi hal yang tak beres dalam
masyarakat atau jika ada penurunan mutu pendidikan,saran utama kesalahan itu
ada pada tangan guru. Guru dianggap sumber segala persoalan, bukan hanya
didalam dunia pendidikan, melainkan juga dalam masyarakat. Kehancuran nilai-
nilai moral, meningkatnya perilaku kekerasan, banyaknya pengangguran, dan
kegagalan sekolah dalam melahirkan masyarakat yang tahan banting serta mampu
mengikuti irama dan dinamika perubahan dalam masyarakat merupakan cerminan
kegagalan pendidikan dengan guru sebagai tokoh utamanya. Masyarakat gagal
mengenyam perubahan dan kemajuankarena guru gagal melaksanakan fungsinya
dalam masyarakat.
Pendapat tersebut tentu ada benarnya, mengingat pendidikan adalah salah
satu komponen pendidikan yang keberadaan dan kemanfaatannya dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat luas. Namun, yang perlu kita kaji adalah di sadari atau
tidak saat ini telah terjadi pergeseran nilai dan kelonggaran sikap masyarakat pada
masalah dan keberadaan pengaruh kehidupan social didunia nyata. Banyak
fenomenal social yang sangat mengkhawatirkan, terutama masalah krisis moral
dan budi pekerti dikalangan umat manusia. Penegakan hukum yang terkesan
lamban dan jalan ditempat membuat suasana mentalitas angsa menjadi carut
marutdan tidak memberi pelajaran yang berarti untuk pencegahan dimasa depan.
Di dukungan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mampu menjadi
pendorong semakin rusaknya moralitas bangsa ini bila dilihat dari cermin norma
dan ajaran agama. Manusia bangga dengan perbuatan dosa dan kesalahannya atau
tidak meraa menyesal, malah ada sebagiankelompok masyarakat menjadi
pendukung oknum pelaku kesalahan moral hanya lantaran didasari oleh idola
semata. Bagaimana bila hal ini berpengaruh pula pada perkembangan pendidikan
moral dan nilai - nilai agama anak Sekolah Dasar. Semakin mudahnya anak
Sekolah Dasar mengakses informasi apapun didunia maya/internet besar
kemungkinan mereka lambat laun akan menemukan dan mengetahui sesuatu yang
sesungguhnya belum saatnya mereka ketahui. Sungguh ini merupakan suatu
tantangan besar bagi kita sebagai praktis pendidikan. Apabila tidak sengaja
kesamaan pandangan dan kolaborasi yang efektif. Antara guru dan orang tua, hasil
pendidikan menjadi sia -sia. Mungkin secara kognitif anak akan paham berbagai
hal yang telah dipelajarai. Namun, hal ini memerlukan proses dari mulai
pemahaman, kejelasan,kesadaran dan penerapan. Tidak cukup pembentukan
karakter anak bangsa yang sebatas penguasaan konseptual belaka. Diperlukan
dukungan lingkungan kehidupan yang kondusif,model yang dapat dijadikan
rujukan untuk peniruan, dan pembiasaan yang konsesiten dalam kehidupan sehari
- hari.
Kita sadari bahwa impilkasi pengengembangan pendidikan moral dan
nilai-nilai keagamaan bagi anak Sekolah Dasar sangat erat kaitannya dengan
lingkungan yang ada disekitar anak. Mereka hidup sehari-hari dilingkungannya
15
dan sosialisasi dengan teman sebayanya. Itu semua memungkinkan adanya proses
peniruan atau pembiasaan pemahaman dari pengetahuan yang telah dipelajarai
sampai kemampuan berpikir asosiatif ketika mereka menghubungkan
pengetahuan, yang telah didapatinya dengan contoh perbuatan yang dilihat dalam
kehidupan nyata. Kemampuan - kemampuan itu seyogianya didukung oleh
lingkungan yang kreatif dan kondusif sehinggga membentuk karakter, bukan saja
mampu melahirkan anak yang berbudi pekerti luhur, tapi anak juga memiliki
keandalaan ketika menghadap benturan itu dalam kehidupannya sendiri.
C. Upaya Sekolah Dalam Menanggulangi Pengaruh Lingkungan Masyarakat
YangKurang Kondusif
Menjalin komunikasi efektif dengan semua komponen yang terikat dalam
pengelolaan sekolah adalah suatu keniscayaan. Sebagaimana yang tergambar
dalam pendapatnya, bapak pendidikan nasional pada bagian pembahasan
terdahulu mengatakan bahwa pilar penyelenggaraan pendidikan itu tidak dapat
dipisahkan antara keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat. Beliau memiliki
pandangan sangat jauh kedepan bahwa pada hakikatnya penyelenggaraan sekolah
ibarat suatu system yang setiap komponen saling terkait dan saling memberikan
pengaruh. Tidak mungkin setiap komponen jalan sendiri tanpa bantuan dan
sokongan dari komponen terkaitnya karena memiliki tugas yang berbeda-beda
serta berjalan sesuai fungsi dan ruang lingkupnya. Keluarga merupan institusi
terdepan dalam proses pendidikan setelah kelahiran anak, sejak awal
kelahirannya, anak secara otomatis akan mendapat berbagai pengaruh dari setiap
orang disekelilingnya. Termasuk terjadi pemrosesan informasi yang akan
disimpan didalam otak dan pikirannya. Pemberian kasih saying yang penuh,
perhatian yang memadai, dan asupan gizi adalah hal yang lazim anak terima sejak
awal kelahirannya didalam keluarga. Pada akhirnya, anak belajar berkomunikasi
sederhana menuju komunikasi efektif yang saling memahami makna dalam
kehidupannya. komunikasi itulah yang merupakan modal dasar untuk dapat
mengantarkan anak Sekolah Dasar kejenjang pendidikan diluar keluarga sebagai
kelanjutan pengembangan diri agar lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan
anak itu sendiri.
Sekolah dalam konteks pembahasan itu adalah tempat transit anak setelah
anak dilepas oleh orang tuanya dari rumah dan mulai memasuki lingkungan baru,
yaitu suatu institusi nonformal atau formal yang sangat memiliki peranan penting
bagi kebutuhan pertumbuhandan perkembangan anak usia dini dan Sekolah Dasar.
Wujud dari hal tersebut sudah sangat akrab ditelinga kita,yaitu seperti adanya
sanggar bermain, kelompok bermain, taman kanak-kanak, sampai jenjang formal
sekolah dasar. Semua institusi tersebut angat baik untuk dijadikan wahana
pendidikan anak usia dini agar dalam perkembangannya dapat berjalan optimal
dan tidak menyia-nyiakan segala potensi tersembunyi yang dimiliki setiap anak
yang ada. Namun,dalam perjalannnya, pengelolaan sebuah institusi sekolah
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mendidik anak pada masa Sekolah Dasar tidak sama dengan orang
dewasa, anak Sekolah Dasar memiliki keunikan dan karakter yang berbeda-beda
dengan orang dewasa. Pendidikan dalam keluarga, baik berupa perhatian penuh
intensitas pertemuan yang efektif, maupun komunikasiyang baik di antara orang
tua dan anak, akan turut membantu membentuk pendidikan karakter anak didik
menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, seperti yang kita harapkan. Dalam
proses belajar mengajar baik guru maupun peserta didik memerlukan suasana
yang kondusif, memerlukan konsentrasi, memerlukan fokus dalam berpikir,
sertamemerlukan modal dan keteladanan dari semua anak yang yang anak didik di
lihat, dengar,dan rasakan. Mereka masih berada dalam masa mudah meniru, anak
didik masih sangatmembutuhkan dukungan dan bantuan dari orang-orang yang
lebih dewasa untuk dapatmenjadi manusia baik dan berilmu. Peranan guru dan
menerapkan pendekatan dan strategi belajar memang sangat penting, tetapi yang
lebih penting lagi adalah dukungan darilingkungan sekitar. Anak didik tidak saja
belajar dari apa yang disampaikan ataudipelajarinya bersama guru, mereka juga
belajar dari apa yang mereka lihat mereka tangkapdan mereka rasakan dari
lingkungan sekitarnya.
B. SARAN
Dalam implikasi pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan
diharapkan guru dan orang tua menerapkan berbagai strategi pembiasaan untuk
pembentukan karakter perilakuyang berbudi moralitas dan religious bagi
dikehidupannya sendiri
18
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Leli Fertiliana Dea. “peran guru dalam mengembangkan nilai-nilai moral agama
anak usia dini di Radlatul Athfal Ma’arif 1 Metro”. SELING: Jurnal Program
Studi PGRA ISSN(Print): 2540-8801; ISSN (Online):2528-083X Volume 5
Nomor 1 Januari 2019
Rizki Ananda. Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia
Dini.Volume 1 Issue 1 (2017). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
UniversitasPahlawan Tuanku Tambusai.
Malikhah, 2012. “Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap
PerkembanganPerilaku Negatif Anak Usia Dini (Studi Pada Kelompok B Taman
Kanak-kanak AisyiyahBustanul Athfal V Kudus Tahun 2011 /2012)”. Skripsi,
Fakultas Ilmu Pendidikan ProgramStudi Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas
Negeri Semarang.
Otib Satibi 2011.Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai agama: modul
1,edisi 1, Jakarta: universitas Terbuka.
https://disdik.purwakartakab.go.id/berita/detail/pendidikan-agama-dan-moral-
penting-bagi-anak?/berita/detail/pendidikan-agama-dan-moral-penting-bagi-anak
http://yd.blog.um.ac.id/pentingnya-aspek-nilai-agama-dan-moral-untuk-anak-usia-
dini/
https://dosensosiologi.com/pengertian-nilai-moral-dan-contohnya/
http://yd.blog.um.ac.id/5-aktivitas-untuk-mengembangkan-nilai-agama-dan-
moral-pada-anak-dalam-kehidupan-sehari-hari/