Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH

METODOLOGI PENGEMBANGAN MORAL & AGAMA MI/SD

IMPLIKASI KEGIATAN PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI


KEAGAMAAN DI SD

Disusun Oleh:

 M. Eri Pratama (1238.20.0910)


 Dimas Fajar Sulaiman (1238.20.0809)
 Sainduna Sinaga (1238.21.1272)
 Mislayarni (1238.20.0905)

Dosen Pengampu : Nikmah, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL- KIFAYAH RIAU
1443 H/2022 M
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Implementasi dan nilai-nilai keagamaan....................................................................
B. Nilai-nilai krusial dan agama di sd............................................................................
C. Implikasi pengembangan moral dan nilai keagamaan anak.......................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa. Sebagai generasi
penerus,setiap anak perlu mendapat pendidikan yang baik sehingga potensi-
potensi dirinya dapat berkembang dengan pesat, tumbuh menjadi manusia yang
memiliki kepribadian tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan serta
keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi orang tua dan
lembaga-lembaga pendidikan berperan serta bertanggung jawab dalam
memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga akan
tercapai generasi penerus yang tangguh.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan pendidikan bertujuan “mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Republik
Indonesia, 2003).
Sementara itu dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun2007 kompetensi yang harus dimiliki guru adalah “menguasai karakteristik
pesertadidik pada aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual”.
(Depdiknas, 2007). Oleh karena itu, kajian terhadap implementasi nilai moral dan
agama bagi anak SD/MI, khususnya anak usia 6-12 tahun menjadi sangat penting
dan strategis bagi guru PGSD /PGMI maupun pengelola SD secara keseluruhan.
Mengingat fenomena negatif yang mengemuka dan sering menjadi tontonan
dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui media cetak maupun elektronik dijumpai kasus-kasus anak SD
sudah mulai meniru ujaran kebencian (hate speech), berbicara kurang sopan,
senang meniru adegan kekerasan, bahkan meniru perilaku orang dewasa yang
belum semestinya dilakukan anak-anak. Kondisi ini tentu cukup beralasan,
mengingat pada fase ini anak usia 0-6 menurut para ahli berada pada fase peniruan
(imitasi). Jadi, apapun kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar lingkungan anak
dengan sangat cepat diserap dan ditiru untuk dijadikan sebuah kebiasaan. Jika
fenomena-fenomena yang dilihat anak cenderung ke arah negatif maka
kecenderungan perilaku menyimpang akan lebih mengemuka terjadi pada anak.
Diperlukan penanaman nilai-nilai dan norma-norma Agama yang kuat
terhadap bangsa ini agar tidak mudah terpengaruh dan mempunyai filter ketika
pengaruh- pengaruh bangsa lain masuk. Supaya penanaman nilai dan norma

1
2

tersebut kuat, maka harus dilakukan sejak Sekolah Dasar bahkan sejak usia dini.
Untuk itu, kajian tentang implementasi nilai moral dan agama terhadap anak
SD/MI ini akan menjadi landasan bagi upaya penanaman perilaku seperti yang
tercantum dalam pengembangan tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-nilai
Keagamaan di Lingkungan Lembaga SD/MI ?
2. Bagaimanakah Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-nilai
Keagamaan di Lingkungan Masyarakat ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-
nilaiKeagamaan di Lingkungan Lembaga SD/MI
2. Untuk mengetahui Implikasi Kegiatan pengembangan moral dan Nila-nilai
Keagamaan di Lingkungan Masyarakat.
3. Implikasi Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Keagamaan pada Anak Sekolah
Dasar di lingkungan Masyarakat.
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Implikasi kegiatan moral dan nilai-nilai keagamaan
Anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, perlu mendapat
pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang
dengan pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki
kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan
keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu penting bagi keluarga,
lembaga-lembaga pendidikan berperan dan bertanggung jawab dalam
memberikan berbagai macam stimulasi dan bimbingan yang tepat sehingga
akan tercipta generasi penerus yang tangguh.
Pentingnya nilai agama dan moral bagi anak usia dini dan tentunya
berlanjut di SD atau MI. dalam hal ini tentu orang tualah yang paling
bertanggung jawab, karena pendidikan yang utama dan pertama adalah
pendidikan dalam keluarga. Keluarga tidak hanya sekedar berfungsi sebagai
persekutuan sosial, tetapi juga merupakan lembaga pendidikan. oleh sebab itu
kedua orang tua bahkan semua orang dewasa   berkewajiban membantu,
merawat, membimbing dan mengarahkan anak-anak yang belum dewasa di
lingkungannya dalam pertumbuhan dan perkembangan mencapai kedewasaan
masing-masing dan dapat membentuk kepribadian, karena pada masa usia dini
adalah masa peletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan
fisik, moral dan agama.
Peran orang tua juga sangat berpengaruh bagi tingkat keimanan anak
melalui bimbingan orang tua anak dapat dibimbing untuk mengenal siapa itu
Tuhan, sifat-sifat Tuhan, bagaimana kewajiban manusia terhadap tuhan.
Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk
bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya
pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dalam ajaran Islam telah dijelaskan bagaimana proses
4

pengembangan nili-nilai agama dan moral pada anak usia dini dapat
diterapkan dengan benar. 
moral dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Salah satu
perilaku yang ditanamkan adalah berdo’a sebelum dan setelah melakukan
kegiatan sehari-hari. Berdoa sebelum makan, setelah makan dan do’a-do’a lain
yang disertakan artinya, sehingga anak hapal apa yang diucapkan dan tahu
maksud ucapannya. Beberapa do’a tersebut secara rutin dibiasakan pada anak
dengan cara anak diminta mengucapkan do’a-do’a tersebut dengan suara yang
lembut dan khusyu.
 
Pengenalan do’a lebih bermakna apabila pendidik berusaha menghadirkan
situasi nyata dalam bentuk kegiatan sehari-hari baik dirumah maupun
disekolah. Ketika anak hendak belajar pendidik mengajak anak berdo’a yang
sebelumnya dijelaskan kenapa kita harus berdo’a, dan menjelaskan pula
makna do’a yang diucapkannya, sehingga, do’a–do’a yang sering diajarkan
guru atau pendidik akan dimengerti anak maksud dan makna dari do’a
tersebut. Proses pembelajaran tersebut ditanamkan secara terus menerus
melalui pembiasaan anak secara langsung ketika akan melakukan suatu
kegiatan. Diharapkan bacaan do’a tersebut akan semakin ”menginternal”
dalam diri anak dan akan membawa pengaruh dalam perilaku anak sehari-hari.
Belajar dilakukan sambil bermain. Belajar melalui bermain dapat memberi
kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat
membantu anak mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, dan
dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari
dalam diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata,
berfokus pada proses dari pada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta
melibatkan peran aktif dari pemain.
pendidikan moral dan nilai-nilai agama ditanamkan tidak hanya dalam
kegiatan ibadah agama yang sifatnya rutinitas tetapi melalui secara luas dalam
berbagai aktifitas anak dalam kehidupan sehari-hari, mencakup bagaimana
5

penanaman kasih sayang dengan sesama, tanggung jawab, sopan santun,


kebersihan dan kerapian dan ketertiban dalam aturan. Dengan demikian
banyak cara, waktu dan kegiatan yang dapat digunakan untuk menanamkan
moral dan nilai-nilai agama dalam aktifitas keseharian anak yang sebagian
besar waktunya digunakan untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungan
sekitarnya.
B. Nilai-nilai krusial dalam pengembangan moral dan nilai-nilai agama di
SD
Pentingnya Aspek Nilai Agama Dan Moral untuk Anak Usia Dini dalam
mendidik seorang anak, hal yang paling utama ditanamkan sebaiknya adalah
nilai agama dan moral. Sebab agama dan moral adalah pondasi utama dalam
membentuk karakter seoang manusia. Jika manusia tidak memiliki moral,
maka sikapnya akan buruk, begitupun jika seorang manusia tidak memiliki
agama, maka tujuan hidupnya tidak akan jelas.
Itulah mengapa begitu pentingnya aspek nilai agama dan moral untuk anak
usia dini. Anak – anak bagaikan selembar kertas putih yang masih bersih.
Dan apa yang kita ajarkan bagaikan tinta hitam yang akan terpatri apda diri
anak. Maka dari itu semenjak dini anak harus diajarkan hal – hal yang baik
menurut moral dan agama. Tentunya hal ini bertujuan untuk memberikan
sang anak bekal saat menghadapi kehidupan di hari – hari berikutnya hingga
ia dewasa.
Pengajaran kepada anak memang tidak harus keras dan memaksa. Cara
ampuh memberikan pelajaran atau didikan kepada anak adalah dengan
memberikan anak contoh dengan sikap kita. Sebab anak adalah peniru yang
ulung. Kita yang dalam kesehariannya berada di sekitar anak, akan
diperhatikan dan dicontoh oleh anak. Maka dari itu dalam berperilaku ketika
dihadapan anak juga kita harus hari – hati. Dan sebisa mungkin harus
memberikan contoh yang baik di depan anak.
Nilai Agama Dan Moral yang ditanamkan Pada anak antara lain yaitu:
1) Menanamkan anak-anak agar menyembah Allah dan berbakti kepada
kedua orang tua. Hal ini sejalan denagn Firman Allah Ta’ala dalam surah
6

Al-Isra : 23, yang artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya


kau jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada Ibu-Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-sekali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia”.
B. Mengajak anak untuk melakukan shalat sejak usia dini dan membiasakan
anak untuk berbuat baik, sebagaimana hadis Nabi yang artinya “jagalah
anakmu agar selalu melaksanakan shalat, dan biasakanlah mereka berbuat
baik, karena berbuat baik itu adalah kebiasaaan. (H.R.Thabrani).sejak
kapankah anak harus shalat? Nabi bersabda yang artinya: “jika anak sudah
bisa membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkanlah anak untuk
shalat”. (H.R.Abu Daud).
C. Membiasakan anak untuk saling tolong menolong. Sebagaimana firman
Allah yang artinya: “Dan tolong menolonglah kamu (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. (Al-Maidah: 2).
D. Mendidik anak dengan tiga perkara, sebagaimana hadis Nabi yang artinya:
“didiklah anakmu dengan tiga perkara, yakni: mencintai Nabimu,
mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an (H.R.Bukhari).
E. Menanamkan nilai sosial pada anak agar gemar bersedekah, Nabi bersabda
yang artinya: “apabila manusia meninggal dunia, amalnya akan terputus
kecuali tiga perkara, yakni: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak saleh yang selalu mendo’akan orang tuanya.(H.R.Tirmizi).
F. Mengajarkan anak agar mereka suka bersikap lemah lembut. Sabda Nabi
yang artinya: “ hendaklah kamu berrsiikap lemah lembut, kasih sayangdan
hindarilah sikap keras dan keji (H.R.Bukhari). 
G. Membiasakan anak agar jangan suka berdusta (Al-Baqarah: 10). Yang
artinya: “dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
7

penyakitnya, dan bagi mereka sisksa yang pedih, disebabkan mereka


berdusta.
H. Mengajarkan anak agar jangan suka marah. Hadis Nabi yang artinya:”Dari
Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki yang berkata kepada
Nabi.Berilah wasiat kepadaku,” Beliau menjawab,” janganlah engkau
marah .”Lelaki tersebut mengulang –ulang perkataannya beberapa kali,
Beliau pun selalu menjawab, janganlah engkau marah.
I. Membiasakan anak agar saling menyayangi antar sesamam muslim.
Sebagaimana hadis nabi yang artinya : “Tidaklah kamu beriman sampai
kamu menyintai saudaramu seperti kamu menyintai dirimu sendiri.
(H.R.Bukhari dan Muslim)
J. Mendidik anak dari segi moral dan budi pekerti (akhlak). At-Tirmidzi
meriwayatkan dari Ayyub Bin Musa, Rasulullah bersabda yang artinya:
“tidak ada pemberian yang lebih berharga oleh seorang ayah kepada
anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik”.
K. Membiasakan anak untuk berolahraga dan bermain bersama. Hadis
riwayat Al-Baihaqi yang artinya “ajarkanlah berenang dan memanah
kepada anak-anak kalian. Dan suruhlah mereka melompat keatas
punggung kuda sekali lompatan”.

Berikut ini adalah pentingnya menanamkan aspek nilai agama dan


moral kepada anak sejak usia dini hingga SD , di antaranya adalah :
1. Memperkenalkan Anak Kepada Tuhan
Salah satu tujuan menanamkan aspek agama kepada anak sejak dinia dalah
untuk memperkenalkan anak tentang keberadaan Tuhan. Bagaimana pun anak
harus mengetahui adanya Tuhan, dan sipaa itu Tuhan. Mungkin saat masih
kecil anak diberikan pengajaran agama yang dianut oleh orang tua terlebih
dahulu, ketika usia18 tahun lebih anak boleh memilih agama mana yang akan
dianut.
Alasan kenapa penting sekali mengajarkan anak tentang adanya tuhan
sejak dini adalah untuk memberikan anak tentang pengetahuan siapa yang
8

menciptakannya, siapa yang menciptakan langit bumi dan seisinya. Supaya


anak bisa mengagungkan penciptanya.
Menetapkan keimanan dalam hati anak memang akan sedikit sulit. ,maka
dari itu perkenalkan anak mengenai Tuhan dengan Bahasa yang sederhana
dan dapat dimengerti oleh anak.
2. Mengajarkan Anak Cara Beribadah
Dengan memperkenalkan anak tetang agama saat ini akan mengajarkan
anak apa dan bagaimana ibadah yang baik itu. Sehingga ketika sudah besar
anak sudah mengerti apa yang harus ia lakukan sebagai orang beragama ,dan
juga sudah paham bagaimana cara beribadah yang baik dan benar, sehingga
ibadah menjadi kebiasaan sejak dini.
3. Membentengi Sikap Anak Dari Hal Buruk
Agama manapun akan mengajarkan kebaikan, begitupun dengan hukum
moral. Maka dari itu dengan mengenalakan aspek nilai agama dan
moral kepada anak sejak dini akan membentengi anak dari melakukan hal –
hal buruk.
Dengan diajarkan aspek nilai agama dan moral anak akan menjadi tahu
apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan. Mana yang baik di
hadapan Tuhan dan apa yang dilarang oleh Tuhan. Semua itu penting untuk
menjadikan pribadi anak yang baik hingga masa depannya nanti.
Anak yang sudah terbiasa dididik dengan ajaran yang baik, kelak ketika
sudah menjadi dewasa akan menjadi pribadi yang lurus yang baik dan
bijaksana, menanamkan niral moral dan agama yang bagus. Sehingga kecil
kemungkinan anak menjadi orang yang buruk peringainya.
Penanaman nilai dan aspek nilai agama dan moral yang kuar kepada anak,
nantinya akan mencegah anak melakukan hal – hal negative, karena dalam
hati anak akan tertanam nilai moral dan agama, sehingga ketika akan berbuat
jahat misalnya, anak akan takut bahkan jika terlanjur melakukan sang anak
nantinya akn memperoleh penyesalan dalam dirinya.
Itulah mengapa begitu pentingnya bagi orang tua untuk
menanamkan aspek nilai agama dan moral kepada anak sejak usia dini. Jika
9

anak dibiarkan hingga dewasa tanpa pengenalan aspek nilai moral dan juga
agama, maka akan sulit untuk meliuruskan sikap anak yang sudah terlanjur
buruk atau tidak baik, jadi lebih baik dilakukan sedari sekarang.
C. Implikasi pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan pada anak
di lingkungan sekolah dan masyarakat
Sejatinya pendidikan agama dan moral harus ditanamkan sejak masih dini.
Hal ini sangat penting untuk kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
Memiliki pendidikan agama dan moral yang kuat dapat membentuk karakter
anak itu sendiri. Mulai dari cara berkomunikasi dengan teman sebayanya,
hingga dengan orang yang lebih dewasa.
Pendidikan tidak harus melulu di sekolah, namun kita dapat memberikan
pendidikan dengan berbagai aktivitas sederhana yang sering dilakukan dalam
kehidpan sehari-hari. Berikut ini ada beberapa aktivitas untuk pengembangan
agama dan moral pada anak dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1) Berdoa Untuk Setiap Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan anak-anak membaca doa baik
itu sebelum dan sesudah beraktivitas. Mulai dari ketika hendak makan, ke
kamar kecil, hendak tidur dan lain sebagainya. Kita harus senantiasa bersabar
untuk mengingatkan mereka untuk berdoa. Dengan berdoa, mereka dapat
selalu ingat akan Penciptanya.
2) Bergiliran
Biasakan anak-anak untuk dapat bersabar menunggu giliran. Hal ini bisa
dilakukan saat hendak makan. Ketika kita akan membagikan makanan.
Pastikan untuk selalu bergiliran sesuai dari usia mereka. Misalnya dari yang
tua terlebih dahulu sebagai kakak, lalu ke adik.
Hal ini untuk melatih anak-anak bersabar menunggu giliran. Dan
menghormati orang yang lebih tua. Kebiasan ini tentunya harus diterapkan
tidak hanya di rumah saja, namun disetiap kesempatan, baik dimana saja,
kapan saja dna tempat umum lainnya.
3) Media Permainan
10

Pada dasarnya anak-anak suka bermain. Untuk itu didiklah anak untuk
bermain sambil belajar. Untuk itu pilihlah permainan edukatif yang dapat
merangsang perkembangan orak dan nilai agama maupun moral anak. Saat
mereka bermain, secara bebas mereka dapat mengekspresikan dirinya tanpa
ada paksaan.
Untuk alat permainan edukasi tidak perlu yang mahal, bahkan kita dapat
membuat alat permainan itu sendiri. Selain lebih mudah juga lebih terlihat
menarik dimata anak anak. misalnya dengan membuat bowling hijaiyah,
memasang puzzle huruf abjad, angka, huruf hijaiyah dan masih banyak lagi.
4) Mengajak Anak ke Pengajian
Dengan mengajak anak ikut pengajian bisa melatih kemampuan
bersosialisasi. Tidak perlu sering, ajaklah jika memang mood mereka sedang
baik. Apalagi untuk anak usia dini. Terkadang saat mood sedang tidak baik
anak akan rewel dan mengganggu Anda Biarkan mereka mengenal tempat
beribadah, hormat kepada yang lebih tua, belajar bersilaturahmi juga.
5) Bacakan Buku
Dengan membaca buku, tentunya dapat melatih perkembangan otak pada
anak dan memperbanyak kosakata pada anak. Pilihlah buku cerita yang
bergambar menarik. Sekarang ini banyak sekali yang menjual buku-buku
cerita anak tentang pahlawan islam, kisah para nabi yang bisa menjadi teladan
dan contoh yang baik bagi kehidupan anak-anak.
Itulah beberapa aktivitas untuk pengembangan nilai agama dan moral anak
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menanam nilai moral dan agama pada
anak, dibutuhkan strategi seperti strategi kebiasaan dan pembelajaran.
Pada umumnya butuh kesabaran dan ketelatenan dalam hal mendidik
seorang anak. kita juga perlu mengerti karakter anak, sehingga dalam hal
penyampaian pembelajaran dapat disesuaikan dengan karakter anak itu
sendiri. Sehingga mereka lebih mudah mengerti apa yang kita sampaikan.
Paling penting dalam pengembangan nilai agama dan moral pada anak adalah
memberikan contoh. Kita sebagai role modelnya mereka harus memberikan
11

contoh yang baik, sehingga mereka dapat meniru kebiasaan baik kita tanpa
kita perintah.
Contoh nilai moral yang berhubungan dengan masyarakat, dan lingkungan.
Antara lain;
1. Berbicara Pelan di Hadapan Orang Tua
Tindakan inilah sebagai rujuakan penjelas mengenai rasa penghormatan
yang selalu di munculkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang
memiliki kebudayaan bangsa timur, seperti Indonesia. Kemunculan berbicara
di depan sebagai ilustrasi nyata prilaku moral yang baik.
2. Menunduk Ketika Berjalan
Contoh lainnya mengenai nilai moral ini seperti tindakan menunduk sesaat
setelah melewati orang-orang disekeliling. Berajalan yang menunduk sudah
diajarkan oleh nenek moyang dan juga sebagai harapan mendapatkan rasa
penghormatan kepada orang yang lebih tua.
3. Membuang Sampah
Kasus yang dapat di contohkan dalam penjelasan nilai moral ini seperti
membuang sampah. Tindakan yang baik (moral baik) membuang sampah pada
tempatnya) sedangkan yang buruk membuang sampah di sembarang tempat
dengan merusak lingkungan sekitar.
4. Tidak Membuat Keributan
Fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat seringkali dikaitakan
dengan ribut saat jam belajar. Anak yang melakukan keributan tersebut secara
langsung bertindakan dengan moral yang buruk (tidak baik) sehingga tidak
pantas sama sekali untuk di contoh.
5. Korupsi
Masalah sosial di Indonesia saat ini yang sedang marak terjadi adalah
kasus korupsi. Tindakan seperti ini banyak merugikan masyarakat, bahkan
secara nyata akan membuat masyarakat hidup dalam kemikisnan, oleh
karenannya dalam upaya menciptakan kesetabilan negara korupsi haruslah
diperangi oleh masyarakat, mahasiswa, ataupun oleh pelajar itu sendiri.
12

a. Fenomenal Sosial Di Masyarakat


Mungkin anda masih ingat betapa asyik dan bahagianya kita pada saat
bermain bersama teman - teman sebaya dilapangan kampung. Bermain bola,
bermain pedang
- pedangan dari pelepah daun pisang, atau peta umpet. Anak perempuan juga
bermain karet gelang dandagang
- dagangan atau masak-masakan. Sungguh itu merupakan kenangan yang tidak
akan pernah terlupakan sepanjang hayat.
Saat itu, baik antar anak dan teman sebaya maupun lingkungan seolah
saling mendukung. Setiap orang tua dengan kesederhanaan dan memanfaatkan
apa adanya mendukung anak untuk bermian. Memberikan waktu anak untuk
bersosialisasi dengan sesamanya,dan sama-sama memiliki pemahaman bahwa
dalam bermain banyak pelajaran positif yang dapat diambil oleh anak.Kondisia
alam dan lingkungan yang saat ini belum seperti sekarang, dengan alat dan bahan
permainan yang lebih banyak memanfaatkan limbah seadanya, justru membuat
anak secara mental dan moral memiliki sifat kreatif dan kolaboratif. Sifat kreatif
secara alamiahkarena mendukung oleh kondisi kehidupan saat itu yang masih
sederhana dan terbatas.Sederhana karena tingkat pendapatan masyarakat didaerah
pada dasarnya menengah kebawah hingga memacu anak-anak untuk berkreasi.
Lahirlah kreativitas dalam membuat mainan sederhana tanpa ada yang
mengajarinya, justru ditemukan sendiri. Tidak disadari, ternyata kondisi alam dan
dukungan masyarakat yang demikian telah banyak melahirkan generasi muda
yang andal dan membangun negeri ini menjadi besar dan maju.
Pola pergaulan ilmiah yang saat ini terbangun dengan orisinal telah
memunclkan sifat kolaboratif diantara anak dan teman sebayanya. Diantara anak,
baik usia dini maupun diatasnya, cenderung saling berbagi, membantu, dan
melindungi satu sama lainnya. Tanpa diajari dan dikendali, anak-anak mampu
membangun sifat dan moralitas yang baik kerena didukungan oleh faktor
lingkungan anak dan kehidupan yang masih kondusif saat itu
Padahal, untuk dapat menanamkan sifat seperti itu, bukanlah hal yang
mudah. Apalagi, hal itu ditujukan bagi anak Sekolah Dasar yang memiliki
kecenderungan bermain. Namun, dukungan dan kepedulian anggota masyarakat
disekitar anak saat itu justru menjadi alat pacu munculnya sifat kolaboratif walau
tidak scara langsung diajarkan oleh para orang tua mereka.
Justru itulah fungsi pendukung yang ideal. Tanpa pendekatan formal atau
tanpa metode yang pasti. Namun, mampu membuat hasil pendidikan kerakter
yang baik. Membangun budi pekerti secara praktis serta menanamkan aturan
moral dan nilai-nilai agama secara aplikatidan dapat diterima oleh anak dalam
13

nuansa permaiana-permainan sederhana.Coba kita bandingan kondisi tersebut


dengan kehidupan anak-anak zaman sekarang.
Setiap otang tua tidak sengaja merasa seolah - olah telah menabuh
gendering persaingan untuk memacu anaknya agar bisa menjadi juara dan yang
terbaik disegala hal. Orang tua sibuk mencari tempat les terbaik untuk
mewujudkan obsesi mereka yang belum tentu hal itu sesuai minat dan
talenta/potensi anaknya.
Anak diberi kesibukan luar biasa sampai, kalau perlu, tidak ada waktu
untuk tersisa untuk bermain. Anak diberi alat bermain apapun yang mereka minta
karena gengsi dan malu sama tetangga. Hal ini tanpa berfikir panjang dan tanpa
peduli dampak yang akan muncul dialami oleh anaknya, seolah tidak peduli dan
tak terpikirkan oleh orang tua.
Berjam-jam anak bermain play station atau game online dihadapan
computer kini marak dan membanjiri warnet. Ini terjadi khususnya dikota-kota
besar, tapi bukan tidak mustahil saat ini telah merambah daerah dan pelosok
negeri. Sadarkah kita bahwa hal itu sebenarnyatelah membuat anak gerak dan
akan memunculkan dampak kesulitan dalam bersosialisasi dengan sesamanya.
Padahal, 2 kebutuhan tersebut sangat diperlukan untuk perkembangan mereka
dalam kehidupannya. Pengaru kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
memang dapat memudahkan kita. Namun, apabila hal itu dimanfaatkan tidak tepat
guna, dampaknya sangat besar bagi kehidupan anak. Anak Sekolah Dasar pada
zaman sekarang telah mengalami percepatan kematangan sebelum saatnya atau
tidak sebanding dengan kematangan usianya.
Hal ini akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan moralitasnya.
Dengan demikian, proses pendampinagn selama anak beraktivitas dan
memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sangat perlu
dilakukan oleh setiap pendidik. Tanpa adanya proses pendampingan, bahaya yang
muncul luar biasa dahsyatnya. Tidak saja kan merontokkan mentalitas mereka,
tetapi yang lebih berbahaya adalah kendalaan moralitas anak dalam menaati
norma dan aturan hidup serta nilai-nilai keagamaan menjadi sangat
mengkhawatirkan.
b. Pergeseran Nilai Dan Kelonggaran Masyarakat Terhadap Fenomena
SocialYang Mengkhawatirkan
Dony Koesoema (2009) mengatakan bahwa saat ini telah terjadi
mistifikasi pada peranan alamiah guru dalam masyarakat yang semakin
menonjolkan posisi dalam masyarakat.
Mistifikasi diartikan dony ialah sebuah keadaan euphoria berlebihan oleh
komunitas dalam mengidealkan berfungsinya peranan guru dalam masyarakat.
Mistifikasi menghapuskan unsur alamiah manusia yang sesungguhnya merupakan
14

bagian hakiki kehidupan seorang guru. Misifikasi menyangkut status guru terjadi
begitu sacral. Guru lantas menjadi segalanya, jika terjadi hal yang tak beres dalam
masyarakat atau jika ada penurunan mutu pendidikan,saran utama kesalahan itu
ada pada tangan guru. Guru dianggap sumber segala persoalan, bukan hanya
didalam dunia pendidikan, melainkan juga dalam masyarakat. Kehancuran nilai-
nilai moral, meningkatnya perilaku kekerasan, banyaknya pengangguran, dan
kegagalan sekolah dalam melahirkan masyarakat yang tahan banting serta mampu
mengikuti irama dan dinamika perubahan dalam masyarakat merupakan cerminan
kegagalan pendidikan dengan guru sebagai tokoh utamanya. Masyarakat gagal
mengenyam perubahan dan kemajuankarena guru gagal melaksanakan fungsinya
dalam masyarakat.
Pendapat tersebut tentu ada benarnya, mengingat pendidikan adalah salah
satu komponen pendidikan yang keberadaan dan kemanfaatannya dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat luas. Namun, yang perlu kita kaji adalah di sadari atau
tidak saat ini telah terjadi pergeseran nilai dan kelonggaran sikap masyarakat pada
masalah dan keberadaan pengaruh kehidupan social didunia nyata. Banyak
fenomenal social yang sangat mengkhawatirkan, terutama masalah krisis moral
dan budi pekerti dikalangan umat manusia. Penegakan hukum yang terkesan
lamban dan jalan ditempat membuat suasana mentalitas angsa menjadi carut
marutdan tidak memberi pelajaran yang berarti untuk pencegahan dimasa depan.
Di dukungan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mampu menjadi
pendorong semakin rusaknya moralitas bangsa ini bila dilihat dari cermin norma
dan ajaran agama. Manusia bangga dengan perbuatan dosa dan kesalahannya atau
tidak meraa menyesal, malah ada sebagiankelompok masyarakat menjadi
pendukung oknum pelaku kesalahan moral hanya lantaran didasari oleh idola
semata. Bagaimana bila hal ini berpengaruh pula pada perkembangan pendidikan
moral dan nilai - nilai agama anak Sekolah Dasar. Semakin mudahnya anak
Sekolah Dasar mengakses informasi apapun didunia maya/internet besar
kemungkinan mereka lambat laun akan menemukan dan mengetahui sesuatu yang
sesungguhnya belum saatnya mereka ketahui. Sungguh ini merupakan suatu
tantangan besar bagi kita sebagai praktis pendidikan. Apabila tidak sengaja
kesamaan pandangan dan kolaborasi yang efektif. Antara guru dan orang tua, hasil
pendidikan menjadi sia -sia. Mungkin secara kognitif anak akan paham berbagai
hal yang telah dipelajarai. Namun, hal ini memerlukan proses dari mulai
pemahaman, kejelasan,kesadaran dan penerapan. Tidak cukup pembentukan
karakter anak bangsa yang sebatas penguasaan konseptual belaka. Diperlukan
dukungan lingkungan kehidupan yang kondusif,model yang dapat dijadikan
rujukan untuk peniruan, dan pembiasaan yang konsesiten dalam kehidupan sehari
- hari.
Kita sadari bahwa impilkasi pengengembangan pendidikan moral dan
nilai-nilai keagamaan bagi anak Sekolah Dasar sangat erat kaitannya dengan
lingkungan yang ada disekitar anak. Mereka hidup sehari-hari dilingkungannya
15

dan sosialisasi dengan teman sebayanya. Itu semua memungkinkan adanya proses
peniruan atau pembiasaan pemahaman dari pengetahuan yang telah dipelajarai
sampai kemampuan berpikir asosiatif ketika mereka menghubungkan
pengetahuan, yang telah didapatinya dengan contoh perbuatan yang dilihat dalam
kehidupan nyata. Kemampuan - kemampuan itu seyogianya didukung oleh
lingkungan yang kreatif dan kondusif sehinggga membentuk karakter, bukan saja
mampu melahirkan anak yang berbudi pekerti luhur, tapi anak juga memiliki
keandalaan ketika menghadap benturan itu dalam kehidupannya sendiri.
C. Upaya Sekolah Dalam Menanggulangi Pengaruh Lingkungan Masyarakat
YangKurang Kondusif
Menjalin komunikasi efektif dengan semua komponen yang terikat dalam
pengelolaan sekolah adalah suatu keniscayaan. Sebagaimana yang tergambar
dalam pendapatnya, bapak pendidikan nasional pada bagian pembahasan
terdahulu mengatakan bahwa pilar penyelenggaraan pendidikan itu tidak dapat
dipisahkan antara keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat. Beliau memiliki
pandangan sangat jauh kedepan bahwa pada hakikatnya penyelenggaraan sekolah
ibarat suatu system yang setiap komponen saling terkait dan saling memberikan
pengaruh. Tidak mungkin setiap komponen jalan sendiri tanpa bantuan dan
sokongan dari komponen terkaitnya karena memiliki tugas yang berbeda-beda
serta berjalan sesuai fungsi dan ruang lingkupnya. Keluarga merupan institusi
terdepan dalam proses pendidikan setelah kelahiran anak, sejak awal
kelahirannya, anak secara otomatis akan mendapat berbagai pengaruh dari setiap
orang disekelilingnya. Termasuk terjadi pemrosesan informasi yang akan
disimpan didalam otak dan pikirannya. Pemberian kasih saying yang penuh,
perhatian yang memadai, dan asupan gizi adalah hal yang lazim anak terima sejak
awal kelahirannya didalam keluarga. Pada akhirnya, anak belajar berkomunikasi
sederhana menuju komunikasi efektif yang saling memahami makna dalam
kehidupannya. komunikasi itulah yang merupakan modal dasar untuk dapat
mengantarkan anak Sekolah Dasar kejenjang pendidikan diluar keluarga sebagai
kelanjutan pengembangan diri agar lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan
anak itu sendiri.
Sekolah dalam konteks pembahasan itu adalah tempat transit anak setelah
anak dilepas oleh orang tuanya dari rumah dan mulai memasuki lingkungan baru,
yaitu suatu institusi nonformal atau formal yang sangat memiliki peranan penting
bagi kebutuhan pertumbuhandan perkembangan anak usia dini dan Sekolah Dasar.
Wujud dari hal tersebut sudah sangat akrab ditelinga kita,yaitu seperti adanya
sanggar bermain, kelompok bermain, taman kanak-kanak, sampai jenjang formal
sekolah dasar. Semua institusi tersebut angat baik untuk dijadikan wahana
pendidikan anak usia dini agar dalam perkembangannya dapat berjalan optimal
dan tidak menyia-nyiakan segala potensi tersembunyi yang dimiliki setiap anak
yang ada. Namun,dalam perjalannnya, pengelolaan sebuah institusi sekolah
16

tersebut tidak segampangmembalikkan telapak tangan. Banyak pemasalahan yang


pasti dihadapi oleh penyelenggaraansekolah dari mulai permasalahan kecil sampai
yang paling besar. Tidak mengenal kota dandaerah, masalah itu muncul disetiap
penyelenggaraan sekolah seiring dengan semakin derasnya perubahan zaman dan
pengaruh kehidupan saat ini. Sangat diperluakan kesadaran dan komitmen yang
tinggi untuk menghadapinya sebab permasalahan pendidikan saat ini sudah seperti
gurita besar. Untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan penguraian dengansikap
dan kebijakan yang proporsional agar dapat dituntaskan dengan baik.
Tidak setiap sekolah memiliki masalah yang sama. Masing-masing akan
menghadapi masalah sesuai lingkungan yang dihadapinya. Namun, yang
terpenting dalam pembahasan kita saat ini adalah anda perlu menyadari bahwa
selama hidup didunia dan selama matahari masih bersinar yakinlah tidak ada
seorang manusia yang luput dari masalah. Demikian yaitu pengelolaan sekolah,
baik sekolah kecil maupun sekolah besar. Semuanya akan menghadapi masalah
yang musthail dihindari, tetapi harus dihadapi. Sekian masalah biasanya hampir
dihadapi oleh setiap penyelenggaraan sekolah, baik pendidikan anak usia dini
maupun pendidikan Sekolah Dasar dan diatasnya, adalah faktor pengaruh
lingkungan. Pembahasan ini difokuskan pada lingkungan disekitar keberadaan
sekolah, baik secara fisik maupun nonfisik. Jangan pernah menyangkah bahwa
penyelenggaraan pendidikan anak Sekolah Dasar dalam proses pengelolaannya
tidak menghadapi masalah seperti yang diungkapkan diatas. Justru bagi memiliki
kecermatan dan perhatian terus dalam mengendalikan keberhasilan mutu
pendidikan di Sekolah Dasar, tingkat kepedulian tehadap berbagai fonomena yang
akan mempengaruhi kelangsungan pendidikan akan senantiasa diperhatikan.
17

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mendidik anak pada masa Sekolah Dasar tidak sama dengan orang
dewasa, anak Sekolah Dasar memiliki keunikan dan karakter yang berbeda-beda
dengan orang dewasa. Pendidikan dalam keluarga, baik berupa perhatian penuh
intensitas pertemuan yang efektif, maupun komunikasiyang baik di antara orang
tua dan anak, akan turut membantu membentuk pendidikan karakter anak didik
menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, seperti yang kita harapkan. Dalam
proses belajar mengajar baik guru maupun peserta didik memerlukan suasana
yang kondusif, memerlukan konsentrasi, memerlukan fokus dalam berpikir,
sertamemerlukan modal dan keteladanan dari semua anak yang yang anak didik di
lihat, dengar,dan rasakan. Mereka masih berada dalam masa mudah meniru, anak
didik masih sangatmembutuhkan dukungan dan bantuan dari orang-orang yang
lebih dewasa untuk dapatmenjadi manusia baik dan berilmu. Peranan guru dan
menerapkan pendekatan dan strategi belajar memang sangat penting, tetapi yang
lebih penting lagi adalah dukungan darilingkungan sekitar. Anak didik tidak saja
belajar dari apa yang disampaikan ataudipelajarinya bersama guru, mereka juga
belajar dari apa yang mereka lihat mereka tangkapdan mereka rasakan dari
lingkungan sekitarnya.
B. SARAN
Dalam implikasi pengembangan moral dan nilai-nilai keagamaan
diharapkan guru dan orang tua menerapkan berbagai strategi pembiasaan untuk
pembentukan karakter perilakuyang berbudi moralitas dan religious bagi
dikehidupannya sendiri
18

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Leli Fertiliana Dea. “peran guru dalam mengembangkan nilai-nilai moral agama
anak usia dini di Radlatul Athfal Ma’arif 1 Metro”. SELING: Jurnal Program
Studi PGRA ISSN(Print): 2540-8801; ISSN (Online):2528-083X Volume 5
Nomor 1 Januari 2019
Rizki Ananda. Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia
Dini.Volume 1 Issue 1 (2017). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
UniversitasPahlawan Tuanku Tambusai.
Malikhah, 2012. “Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap
PerkembanganPerilaku Negatif Anak Usia Dini (Studi Pada Kelompok B Taman
Kanak-kanak AisyiyahBustanul Athfal V Kudus Tahun 2011 /2012)”. Skripsi,
Fakultas Ilmu Pendidikan ProgramStudi Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas
Negeri Semarang.
Otib Satibi 2011.Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai agama: modul
1,edisi 1, Jakarta: universitas Terbuka.
https://disdik.purwakartakab.go.id/berita/detail/pendidikan-agama-dan-moral-
penting-bagi-anak?/berita/detail/pendidikan-agama-dan-moral-penting-bagi-anak
http://yd.blog.um.ac.id/pentingnya-aspek-nilai-agama-dan-moral-untuk-anak-usia-
dini/
https://dosensosiologi.com/pengertian-nilai-moral-dan-contohnya/
http://yd.blog.um.ac.id/5-aktivitas-untuk-mengembangkan-nilai-agama-dan-
moral-pada-anak-dalam-kehidupan-sehari-hari/

Anda mungkin juga menyukai