Dosen Pembimbing
Ali Masran Daulay, S.Pd. MA
Kelompok 9
Nova Elliza
Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta
isinya. Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW
sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Agama dan Moral Anak Usia Dini yang berjudul “Peranan
Lingkungan Keluarga Orang Tua Terhadap Perkembangan Pendidikan Moral
Anak Usia Dini”
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini sangatlah penting. Pentingnya pendidikan anak
sejak usia dini juga didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir
sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut (Pasal 1 butir 14).
Ketika tumbuh kembang anak mencapai tahapan keinginan untuk
mengetahui sesuatu, maka peran keluarga terutama orang tua adalah dalam
perkembangan berpikir anak. Merangsang pemikiran anak untuk ingin
mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya, sekiranya memberikan
kebebasan kepada anak untuk mencontoh dan mengeksplorasi pemikiran anak.
Dalam perkembangan daya pikir anak, kebanyakan anak sering bertanya samb
mereka saling memukul atau bermain. Perilaku anak seperti ini dapat
membuat anak melakukan hal-hal yang tidak dapat ia kendalikan, yang
seringkali membuat orang tua atau orang lain menganggap bahwa anak
tersebut memiliki perilaku atau moral yang buruk.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka jelaslah bahwa pendidikan sejak usia
dini sanggatlah penting. Salah satu bagian penting yang harus mendapatkan
perhatian terkait dengan pendidikan yang diberikan sejak usia dini adalah
penanaman nilai moral melalui pendidikan di TK. Pendidikan nilai dan moral
sejak usia dini merupakan tanggungjawab bersama semua pihak. Salah satu
lembaga pendidikan yang dapat melakukan hal itu adalah Taman. Kanak-
kanak (TK) yang merupakan salah satu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) yang bersifat formal. Di samping masih banyak lembaga PAUD lain
yang dapat digunakan sebagai tempat penanaman nilai moral seperti
1
Kelompok Bermain (KB), Tempat Penitiapan Anak (TPA, pendidikan
keluarga, dan pendidikan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Pengembangan Moral Anak Usia Dini?
2. Apa saja Strategi Pengembangan Moral Anak Usia Dini?
3. Bagaimanakah Peranan Lingkungan Keluarga Orang Tua Terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia Dini?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian Pengembangan Moral Anak Usia Dini!
2. Strategi Pengembangan Moral Anak Usia Dini!
3. Peranan Lingkungan Keluarga Orang Tua Terhadap Perkembangan
Moral Anak Usia Dini!
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Goelman, 1995.Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial dan Emosi Pada Anak Usia
Dini. Surakarta : PT Qinant.
3
dewasa, akan menjadi dasar bagi anak untuk memahami suatu aturan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Perkembangan kecerdasan moral anak berkaitan dengan perkembangan
aspek kognitifnya dan akan berkembang seiring dengan tahapan usianya
sesuai dengan pola perkembangan moral anak. Menurut Sit (2010)
perkembangan kognitif pada anak usia dini berpengaruh terhadap kemampuan
anak untuk membedakan perilaku benar dasan salah berdasarkan aturan.
Adanya keterkaitan antara perkembangan kognitif dan perkembangan moral
telah diakui oleh ahli yaitu Piaget dan Kohlberg, yang memiliki pandangan
bahwa remaja menerapkan aspek kognitif-moral pada dilema moral.
Kecerdasan moral yang dimiliki oleh anak akan membantu anak untuk menilai
hal yang benar dan salah dan berperilaku sesuai aturan di masyarakat. Oleh
karena itu, kecerdasan moral sangat penting untuk ditumbuhkan sejak usia
dini mengingat pada usia dini anak mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangan moral pada anak dapat dilihat dari sikap dan perilaku
sehari-hari, anak dapat mem- bedakan suatu perbuatan yang dilakukan itu baik
atau buruk. menyatakan bahwa “perkembangan moral adalah perubahan,
penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah”.
Oleh sebab itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang
komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik.
Adapun yang melatar belakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan
pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta
kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggara pendidikan di
Taman Kanak-kanak.
4
pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan
pembiasaan, Strategi aktivitas dan bermain, dan Strategi pembelajaran
(Wantah, 2005: 109).
1. Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk
membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral.
Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif
menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang
lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang
baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2. Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat
digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak.
Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan
bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui
kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan
menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan
namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya
bersama temannya namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku.
Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan
aturan yang berlaku.2
3. Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan
strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan
pembelajaran nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat
dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran,
keberanian, persahabatan, dan penghargaan.
Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu
situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi
pembelajaran ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya
senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi
5
pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan
lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi
pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara
proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih
diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan
menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran
moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.
Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan moral anak usia dini. Menurut Wantah (2005: 129) teknik-
teknik dimaksud adalah:
1. Membiarkan,
2. Tidak menghiraukan,
3. Memberikan contoh (modelling)
4. Mengalihkan arah (redirecting)3
5. Memuji
6. Mengajak
7. Menantang (challanging).
3 Hidayat, Otib Satibi. 2005. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama.
Jakarta: Universitas Terbuka.
6
perkembangan berpikir anak. Merangsang pemikiran anak untuk ingin
mengetahui segala sesuatu yang ada disekitarnya, sekiranya memberikan
kebebasan kepada anak untuk mencontoh dan mengeksplorasi pemikiran anak.
Dalam perkembangan daya pikir anak, kebanyakan anak sering bertanya samb
mereka saling memukul atau bermain. Perilaku anak seperti ini dapat
membuat anak melakukan hal-hal yang tidak dapat ia kendalikan, yang
seringkali membuat orang tua atau orang lain menganggap bahwa anak
tersebut memiliki perilaku atau moral yang buruk. Beberapa cara yang
dilakukan orang tua untuk mengasah kecerdasan spiritual anak adalah sebagai
berikut:
1. Memberi contoh
Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru . karena orang tua
merupakan lingkungan pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung
meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Di sinilah peran orang tua
untuk memberikan contoh yang baik bagi anak, misalnya mengajak anak
untuk ikut berdoa. Tatkala sudah waktunya shalat, ajaklah anak untuk segera
mengambil air wudhu dan segera menunaikan sholat. Ajari shalat berjamaah
dan membaca surat-surat pendek al-Qur’an dan Hadis-hadis pendek.
2. Melibatkan anak menolong orang lain.
Anak usia dini diajak untuk beranjangsana ke tempat orang yang
membutuhkan pertolongan. Anak disuruh menyerahkan sendiri bantuan
kepada yang membutuhkan, dengan demikian anak akan memiliki jiwa
sosial.
3. Bercerita serial keagamaan
Bagi orang tua yang mempunyai hobi bercerita, luangkan waktu sejenak
untuk meninabobokan anak dengan cerita kepahlawanan atau serial
keagamaan. Selain memberikan rasa senang pada anak, juga menanamkan
nilai-nilai kepahlawanan atau keagamaan pada anak dan konsisten dalam
mengajarkannya. Dalam mengajarkan nilai-nilai spiritual pada anak
diperlukan kesabaran, tidak semua yang kita lakukan berhasil pada saat itu
juga, adakalanya memerlukan waktu yang lama dan berulang. Untuk
menciptakan moral yang baik bagi anak adalah menciptakan komunikasi
7
yang harmonis antara orangtua dan anak, karena itu akan menjadi modal
penting dalam membentuk moral. Kebanyakan ketika anak beranjak remaja
atau dewasa, tidak mengingat ajaran-ajaran moral diakibatkan tidak adanya
ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan orangtua sebagai “guru
pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran moral.4
Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang anak adalah
lingkungan sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir adalah
lingkungan masyarakat sekitar.Namun, ketika dilingkungan rumahnya sudah
tidak nyaman, biasanya anak-anak akan memberontak di luar rumah (kalau
tidak di sekolah, pasti di lingkungan masyarakat). Oleh karena itu, agar tidak
terjadi hal seperti itu sudah kewajibannya orang tua membina interaksi
komunikasi yang baik dengan sang buah hati supaya di masa mendatang
ketika mereka memiliki masalah akan meminta jalan keluar kepada orang
tuanya.
4. Menanamkan Sikap Penuh Kasih
Ketika orang tua membesarkan anaknya dengan cinta, toleransi dan
kelembutan, anaknya cenderung memiliki sifat-sifat tersebut di atas. Saat
berinteraksi dengan orang lain, karakteristik tersebut selalu mewarnai
perilaku anak. Sehingga mereka dengan mudah merasakan penderitaan orang
lain. Sehingga anak memiliki kecenderungan untuk bertindak menurut kata
hatinya.
5. Membangkitkan perasaan bersalah
Menurut para ahli psikoanalis, rasa bersalah membuat anak merasa
bertanggung jawab untuk mengendalikan dorongan hati yang buruk. Anak-
anak yang cenderung bersalah takut melakukan pelanggaran moral,
sedangkan anak-anak pdengan rasa bersalah yang rendah enggan menolak
godaan. Anak yang dapat menunda kegembiraan dan kepuasan memiliki
kontrol diri perilaku yang tunggi dalam berperilaku. Untuk meningkatkan
rasa bersalah dalam perilaku asusila, guru atau orang tua harus memahami
teori perkembangan rasa bersalah dalam diri anak.
4 Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa. 2008. Psikologis Praktis: Anak,
Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
8
6. Penerapan Pola Asuh yang Disiplin.
Disiplin dapat memberikan rasa aman kepada anak dengan memberi
tahu mereka apa yang boleh dan apa yang tidak, yang membantu anak
terhindar dari rasa bersalah dan malu karena berperilaku buruk. Perasaan
tertentu yang menyebabkan ketidak puasan dan ketidak sesuaian, disiplin
memungkinkan anak untuk hidup sesuai dengan standar yang diterima oleh
kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.
Melalui disiplin, anak belajar berperilaku dengan cara yang mendatangkan
pujian, yang ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan.
Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berperan sebagai motivasi
diri, mendorong anak-anak untuk hidup sesuai dengan apa yang diharapkan
dari mereka, dan disiplin juga membantu anak-anak mengembangkan hati
nurani (suara hati) untuk memandu keputusan mereka dan mengendalikan
perilaku moral. Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk
perilaku altruistik anak, bermain peran, dan perasaan bersalah pada anak.5
7. Penguatan kata hati (Hati Nurani)
Hati nurani adalah seperangkat nilai moral yang sudah dimiliki anak
dan melaluinya anak memahami baik dan buruk, pantas dan tidak pantas,
tetapi juga menimbulkan rasa tanggung jawab atau kewajiban untuk
berperilaku. Anak-anak dengan hati nurani yang kuat selalu dibimbing oleh
moral yang tinggi, sedangkan anak-anak dengan hati nurani yang lemah
sering mengalami perang dengan kata hatinya atau hati nuraninya
ditundukkan oleh ego dan nafsunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program pengembangan nilai-nilai agama berbeda dengan pelaksanaan
program pembelajaran kemampuan dasar lainnya. Pengembangan nilai-nilai
9
agama berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan
keyakinannya. Karena itu, diperlukan inovasi pengembangan yang
komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik.
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat
dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu,
diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi
esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya
berbagai kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di
lingkungan penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak.
Adapun yang melatarbelakangi esensi inovasi dalam bidang pengmbangan
pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan, serta
kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu, pihak praktisi pendidikan perlu melakukan inovasi.
Itu berarti bahwa disain kurikulum dan pengembangan perlu diperbaharui
untuk menjangkau kualitas lulusan yang diharapkan
B. Saran
Kami mengakui apabila ada kesalahan pada makalah ini Kami mohon
maaf, dan kepada pembaca Kami berharap agar dapat memberikan kritikan
agar Kami dapat memperbaiki makalah dengan baik di masa yang akan
datang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Otib Satibi. 2005. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa. 2008. Psikologis Praktis: Anak,
Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
Goelman, 1995.Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial dan Emosi Pada Anak
Usia Dini. Surakarta : PT Qinant.
11