Anda di halaman 1dari 13

Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 19 – 31

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.28

Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini


Rizki Ananda 
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Abstrak
Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi seorang manusia yang
baik dan benar adalah memiliki sikap dan moral dan keagamaan yang baik dalam berperilaku
sebagai umat Tuhan, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Usia Anak Usia Dini adalah
saat yang paling baik bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk meletakkan dasar-
dasar pendidikan moral dan keagamaan kepada terhadap. Walaupun peran orang tua sangat
besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi peran guru PAUD
juga tidak kecil dalam meletakkan dasar moral dan keagamaan bagi seorang anak, karena
biasanya anak usian dini cenderung menuruti perintah gurunya. Oleh karena itu seorang guru
PAUD harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak usia dini
agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasai dengan nilai moral dan agama.
Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada anak PAUD, maka
seorang anak PAUD dapat belajar membedakan perilaku yang baik dan buruk, benar dan
salah, serta terbiasa menjalankan ajaran agama sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Mendidik anak PAUD dengan pendidikan moral dan agama yang baik,
bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, oleh karena itu guru PAUD harus selalu
meningkatkan wawasan, pemahaman dan keterampilan terkait pengembangan moral dan
agama anak PAUD.
Kata kunci: nilai-nilai moral, nilai agama, anak usia dini

Abstract
One of the basic attitudes a child must have to be a good and righteous man is to have good
moral and religious attitudes and behaviors in behaving like God's people, family members,
and community members. Early Childhood Age is the best time for teachers of Early
Childhood Education (PAUD) to lay the foundations of moral and religious education to the.
Although the role of parents is enormous in establishing the moral and religious foundations
of their children, the role of the early childhood teacher is not small in laying down the moral
and religious grounds for a child, since usually, the early child tends to follow his teacher's
instructions. Therefore, an early childhood teacher should always try in various ways in order
to guide early childhood to have a good personality, which is based on moral and religious
values. With the foundation of moral and religious education to children of early childhood,
an early childhood can learn to distinguish good and bad behavior, right and wrong, and
accustomed to run the teachings of religion in accordance with the level of growth and
development. Educating PAUD children with good moral and religious education is not an
easy task, therefore PAUD teachers should always improve their insight, understanding, and
skills related to the development of morals and religion of children in early childhood.
Keywords: moral values, religious values, early childhood
@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017
 Corresponding author :
Address: Perum Attaya Ridan Permai Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : rizkiananda.mhs.upi@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
20 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini

PENDAHULUAN menjadi tontonan dalam kehidupan sehari-


Anak adalah penerus generasi hari. Melalui media cetak maupun
keluarga dan bangsa. Sebagai generasi elektronik dijumpai kasus-kasus anak usia
penerus, setiap anak perlu mendapat dini sudah mulai meniru ujaran kebencian
pendidikan yang baik sehingga potensi- (hate speech), berbicara kurang sopan,
potensi dirinya dapat berkembang dengan senang meniru adegan kekerasan, bahkan
pesat, tumbuh menjadi manusia yang meniru perilaku orang dewasa yang belum
memiliki kepribadian tangguh dan semestinya dilakukan anak-anak. Kondisi
memiliki berbagai macam kemampuan ini tentu cukup beralasan, mengingat pada
serta keterampilan yang bermanfaat. Oleh fase ini anak usia 0-6 menurut para ahli
karena itu penting bagi orang tua dan berada pada fase peniruan (imitasi). Jadi,
lembaga-lembaga pendidikan berperan apapun kejadian-kejadian yang terjadi di
serta bertanggung jawab dalam sekitar lingkungan anak dengan sangat
memberikan berbagai macam stimulasi dan cepat diserap dan ditiru untuk dijadikan
bimbingan yang tepat sehingga akan sebuah kebiasaan. Jika fenomena-
tercapai generasi penerus yang tangguh. fenomena yang dilihat anak cenderung ke
Dalam Undang-Undang Sistem arah negatif maka kecenderungan perilaku
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyimpang akan lebih mengemuka
Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan terjadi pada anak.
pendidikan bertujuan “mengembangkan Kondisi ini tentu tidak seharusnya
kemampuan dan membentuk watak serta terjadi pada pendidikan anak usia dini,
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mengingat dunia anak seharusnya
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan dunia yang penuh dengan
bertujuan untuk berkembangnya potensi kesenangan untuk pengembangan diri,
peserta didik agar menjadi manusia yang yang sebagian besar waktunya semestinya
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang diisi dengan belajar melalui berbagai jenis
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, permainan di lingkungan sekitarnya.
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Diperlukan penanaman nilai-nilai dan
negara yang demokratis serta bertanggung norma-norma Agama yang kuat terhadap
jawab”. (Republik Indonesia, 2003). bangsa ini agar tidak mudah terpengaruh
Sementara itu dalam Peraturan dan mempunyai filter ketika pengaruh-
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 pengaruh bangsa lain masuk. Supaya
Tahun 2007 kompetensi yang harus penanaman nilai dan norma tersebut kuat,
dimiliki guru adalah “menguasai maka harus dilakukan sejak usia dini
karakteristik peserta didik pada aspek fisik, (Fauziddin, 2016).
moral, sosial, kultural, emosional, dan Untuk itu, kajian tentang implementasi
intelektual”. (Depdiknas, 2007) nilai moral dan agama terhadap anak usia
Tuntutan kompetensi ini dini ini akan menjadi landasan bagi upaya
mengharuskan guru untuk mempelajari, penanaman perilaku seperti yang
memahami, dan mampu tercantum dalam pengembangan tujuan
mengimplementasikan konsepsi pendidikan nasional. Selain itu pada kajian
perkembangan anak usia dini dan ini akan dipaparkan juga berbagai
mengarahkannya pada aspek moral, sosial, kompetensi yang diperlukan pendidik
kultural, emosional, dan intelektual yang dalam upaya penanaman nilai moral dan
lebih baik. agama dalam lembaga pendidikan anak
Oleh karena itu, kajian terhadap usia dini lainnya. Hal ini dilandasi oleh
implementasi nilai moral dan agama bagi pemikiran bahwa untuk dapat mengelola
anak usia dini, khususnya anak usia 0-6 pembelajaran di PAUD, maka kemampuan
tahun menjadi sangat penting dan strategis guru dalam menginternalisasikan nilai
bagi guru PAUD maupun pengelola PAUD moral dan agama bagi anak usia dini
secara keseluruhan. Mengingat fenomena merupakan tuntutan yang tidak boleh
negatif yang mengemuka dan sering diabaikan.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 21
Hal penting berikutnya yang tidak atau pendidikan karakter/watak untuk
boleh dilupakan adalah fakta bahwa anak membangun karakter atau watak anak.
usia dini (0-6 tahun) sering disebut sebagai Dalam hal ini, Lickona mengacu pada
the golden age fase, karena pada masa ini pemikiran filosofi Michael Novak yang
berbagai kemampuan anak tumbuh dan berpendapat bahwa watak/ karakter
berkembang dengan sangat pesat. seseorang dibentuk melalui tiga aspek
Pemberian stimulasi dan fasilitas yang yaitu, moral knowing, moral feeling, dan
tepat pada masa ini akan sangat moral behavior, yang satu sama lain saling
berpengaruh pada proses perkembangan berhubungan dan terkait. Lickona
anak selanjutnya dan sebaliknya apabila menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia
lingkungan sekitar seperti keluarga, berpendapat bahwa pembentukan
sekolah, dan masyarakat tidak memberikan karakter/watak anak dapat dilakukan
stimulasi yang tepat bagi pengembangan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep
nilai-nilai moral dan agama maka perilaku moral (moral knowing), sikap moral
amoral dan sikap bertentangan dengan (moral feeling), dan prilaku moral (moral
norma agama yang akan cenderung behavior). Dengan demikian, hasil
muncul pada diri anak. pembentukan sikap karekter anak pun
dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep
PENGEMBANGAN NILAI MORAL moral, sikap moral, dan perilaku moral.
1. Teori Tentang Moral Pemikiran Lickona ini mengupayakan
Pengertian moral, menurut Suseno dapat digunakan untuk membentuk watak
dalam (Kurnia, 2015) adalah ukuran baik- anak, agar dapat memiliki karakter yang
buruknya seseorang, baik sebagai pribadi baik. Oleh karena itu, materi tersebut harus
maupun sebagai warga masyarakat, dan menyentuh tiga aspek teori (Lickona,
warga negara. Sedangkan pendidikan 1992), seperti berikut. Konsep moral
moral adalah pendidikan untuk menjadikan (moral knowing) mencakup kesadaran
anak manusia bermoral dan manusiawi. moral (moral awarness), pengetahuan nilai
Sedangkan menurut Ouska dan Whellan moral (knowing moral value), pandangan
(Kurnia, 2015), moral adalah prinsip baik- ke depan (perspective talking), penalaran
buruk yang ada dan melekat dalam diri moral (reasoning), pengambilan keputusan
individu/seseorang. Walaupun moral itu (decision making), dan pengetahuan diri
berada dalam diri individu, tetapi moral (self knowledge). Sikap moral (moral
berada dalam suatu sistem yang berwujud feeling) mencakup kata hati (conscience),
aturan. Moral dan moralitas memiliki rasa percaya diri (self esteem), empati
sedikit perbedaan, karena moral adalah (emphaty), cinta kebaikan (loving the
prinsip baik-buruk sedangkan moralitas good), pengendalian diri (self control), dan
merupakan kualitas pertimbangan baik- kerendahan hati (and huminity). Prilaku
buruk. Dengan demikian, hakekat dan moral (moral behavior) mencakup
makna moralitas bisa dilihat dari cara kemampuan (compalance), kemauan (will)
individu yang memiliki moral dalam dan kebiasaan (habbit).
mematuhi maupun menjalankan aturan. Berdasarkan uraian di muka, dapat
Ada beberapa pakar yang disimpulkan bahwa pengertian moral/
mengembangkan pembelajaran nilai moral, moralitas adalah suatu tuntutan prilaku
dengan tujuan membentuk watak atau yang baik yang dimiliki individu sebagai
karakteristik anak. Pakar-pakar tersebut moralitas, yang tercermin dalam
diantaranya adalah Newman, Simon, pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku.
Howe, dan (Lickona, 1992). Dari beberapa Dan pengembangan moral ini sangat
pakar tersebut, pendapat (Lickona, 1992) penting untuk dilakukan pada anak di
yang lebih cocok diterapkan untuk Taman Kanak-Kanak.
membentuk watak/ karater anak.
Pandangan (Lickona, 1992) tersebut
dikenal dengan educating for character
22 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini

2. Pola Orientasi Moral Anak Taman mengucapkan sajak, dan program


Kanak-Kanak pembiasaan lainnya.
Pada usia Taman Kanak-kanak anak Perkembangan moral dan etika pada
telah memiliki pola moral yang harus diri anak Taman Kanak-kanak dapat
dilihat dan dipelajari dalam rangka diarahkan pada pengenalan kehidupan
pengembangan moralitasnya. Orientasi pribadi anak dalam kaitannya dengan
moral diidentifikasikan dengan moral orang lain. Misalnya, mengenalkan dan
position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu menghargai perbedaan di lingkungan
yang dimiliki seseorang terhadap suatu tempat anak hidup, mengenalkan peran
nilai moral yang didasari oleh cognitive gender dengan orang lain, serta
motivation aspects dan affective motivation mengembangkan kesadaran anak akan hak
aspects. dan tanggung jawabnya. Puncak yang
Menurut (Dewey, 1997) tahapan diharapkan dari tujuan pengembangan
perkembangan moral seseorang akan moral anak Taman Kanak-kanak adalah
melewati 3 (tiga) fase, yaitu premoral, adanya keterampilan afektif anak itu
conventional dan autonomous. Anak sendiri, yaitu keterampilan utama untuk
Taman Kanak-kanak secara teori berada merespon orang lain dan pengalaman-
pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab pengalaman barunya, serta memunculkan
itu, guru diharapkan memperhatikan kedua perbedaan-perbedaan dalam kehidupan
karakteristik tahapan perkembangan moral teman disekitarnya. Hal yang bersifat
tersebut. Sedangkan menurut Piaget, substansial tentang pengembangan moral
seorang manusia dalam perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak di
moralnya melalui tahapan heteronomous antaranya adalah pembentukan karakter,
dan autonomous. kepribadian, dan perkembangan sosialnya.
Seorang guru PAUD harus Guru Taman Kanak-kanak harus
memperhatikan tahapan hetero-nomous menguasai strategi pengembangan
karena pada tahapan ini anak masih sangat emosional, sosial, moral dan agama bagi
labil, mudah terbawa arus, dan mudah anak Taman Kanak-kanak. Juga, guru
terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan Taman Kanak-kanak perlu untuk
bimbingan, proses latihan, serta senantiasa mengadakan penelitian tentang
pembiasaan yang terus-menerus. Moralitas pengembangan dan inovasi dalam bidang
anak Taman Kanak-kanak dan pendidikan bagi anak usia prasekolah.
perkembangannya dalam tatanan
kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari 3. Tahap Perkembangan Moral Anak
sikap dan cara berhubungan dengan orang Usia Dini
lain (sosialisasi), cara berpakaian dan Ruang lingkup tahapan/pola
berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan perkembangan moral anak di antaranya
makan. Demikian pula, sikap dan perilaku adalah tahapan kejiwaan manusia dalam
anak dapat memperlancar hubungannya mengpengembangankan nilai moral
dengan orang lain. kepada dirinya sendiri,
Pengembangan moral kepada anak mempersonalisasikan dan
usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan mengembangkannya dalam pembentukan
dengan berbagai cara dan lebih disarankan pribadi yang mempunyai prinsip, serta
untuk menggunakan pendekatan yang dalam mematuhi, menentukan pilihan,
bersifat individual, persuasif, demokratis, menyikapi, atau melakukan tindakan nilai
keteladanan, informal, dan agamis. moral Menurut Piaget anak berpikir
Beberapa program yang dapat diterapkan tentang moralitas dalam 2 cara, yaitu cara
di Taman Kanak-kanak dalam rangka heteronomous (usia 4-7 tahun ), di mana
menanamkan dan mengembangkan anak menganggap keadilan dan aturan
perilaku moral anak di antaranya dengan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang
bercerita, bermain peran, bernyanyi, tidak berubah dan lepas dari kendali
manusia dan cara autonomous (usia 10
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 23
tahun keatas) di mana anak sudah b. Prinsip-Prinsip Pengembangan
menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum Moral AUD
itu diciptakan oleh manusia. Dalam melaksanakan program
Menurut (Kohlberg, 1995), pembentukan perilaku melalui pembiasaan,
perkembangan moral anak usia prasekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
berada pada tingkatan yang paling dasar, sebagai berikut :
yaitu penalaran moral prakonvensional. 1) Guru menciptakan hubungan yang
Pada tingkatan ini anak belum baik dan akrab sehingga tidak ada
menunjukkan pengembangan nilai-nilai kesan bahwa guru adalah figur yang
moral. Pertimbangan moralnya didasarkan menakutkan bagi anak.
pada akibat-akibat yang bersifat fisik dan 2) Guru senantiasa bersikap dan
hedonistik. Ada 4 (empat) area bertingkah laku yang dapat dijadikan
perkembangan yang perlu ditingkatkan contoh/teladan bagi anak
dalam kegiatan pengembangan atau 3) Memberikan kesempatan kepada anak
pendidikan usia prasekolah, yaitu untuk membedakan dan memilih mana
perkembangan fisik, sosial emosional, perilaku yang baik dan mana yang
kognitif dan bahasa. tidak baik. Guru sebagai pembimbing
hanya mengarahkan dan menjelaskan
4. Esensi, Prinsip-prinsip, dan Bentuk akibat-akibatnya.
Kegiatan Pengembangan Moral 4) Dalam memberikan tugas kepada anak
Anak Usia Dini agar diusahakan berupa ajakan dan
a. Esensi Pengembangan Moral AUD perintah dengan bahasa yang baik
Pengembangan nilai moral dalam 5) Agar anak mau berperilaku sesuai
program pendidikan TK dimasukkan dengan yang diharapkan guru
dalam bidang pembentukan perilaku memberikan rangsangan (motivasi)
merupakan kegiatan yang dilakukan secara dan bukan paksaan.
terus menerus dan ada dalam kehidupan 6) Apabila ada anak yang berperilaku
sehari-hari anak di TK, sehingga aspek- berlebihan, hendaknya guru berusaha
aspek perkembangan tersebut diharapkan untuk mengendalikan tanpa emosi.
berkembang secara optimal. Tujuan yang 7) Terhadap anak yang menunjukkan
hendak dicapai dengan pengembangan perilaku bermasalah, peran guru
nilai moral tersebut dilakukan melalui adalah sebagai pembimbing dan bukan
pembiasaan dalam rangka mempersiapkan penghukum.
anak sedini mungkin mengembangkan 8) Pelaksanaan program pembentukan
sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai perilaku bersifat luwes/fleksibel.
moral sehingga dapat hidup sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh c. Bentuk Kegiatan dalam
masyarakat. Pengembangan Nilai Moral
Pengembangan nilai moral ini Pelaksanaan kegiatan program
berfungsi untuk mencapai beberapa hal: pengembangan Moral dapat dilakukan
1) Agar perilaku dan sikap anak didasari dengan cara sebagai berikut :
oleh nilai moral sehingga anak dapat 1) Kegiatan Rutin
hidup sesuai dengan nilai-nilai yang Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang
dijunjung oleh masyarakat dilakukan setiap hari. Dalam kegiatan rutin
2) Membantu anak agar tumbuh menjadi guru dapat mengembangakan moral anak,
pribadi yang matang dan mandiri seperti
3) Melatih anak untuk dapat a) Berbaris memasuki ruang kelas
membedakan sikap dan perilaku yang Sebelum memulai kegiatan belajar
baik dan yang tidak baik sehingga akan ditanamkan beberapa perilaku
dengan sadar berusaha menghindarkan anak antara lain 1) Untuk selalu tertib
diri dari perbuatan tercela dan patuh pada peraturan. 2)
Tenggang rasa terhadap keadaan
24 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
orang lain. 3) Sabar menunggu 2) Kegiatan Spontan
giliran. 4) Mau menerima dan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang
menyelesaikan tugas. dapat dilaksanakan secara spontan pada
b) Mengucapkan salam saat itu juga. Kegiatan ini biasanya
Pada waktu mengucapkan salam dilakukan pada saat guru mengetahui
ditanamkan pembiasaan, antara lain 1) sikap/tingkah laku anak yang kurang baik,
Sopan Santun, 2) Menunjukkan reaksi seperti seorang anak menerima atau
dan emosi yang wajar ,3) Sikap memberikan sesuatu kepada orang lain
menghormati orang lain. 4) dengan tangan kiri, meminta sesuatu
Menciptakan suasana keakraban. dengan berteriak, dsb. Apabila guru
c) Berdo'a sebelum dan sesudah mengetahui sikap/perilaku anak yang
kegiatan demikian, hendaknya secara spontan
Pada waktu berdo'a akan diberikan pengertian dan diberitahu
dikembangkan nilai moral , antara bagaimana sikap/perilaku yang baik.
lain: 1) Memusatkan perhatian dalam Misalnya kalau menerima atau
jangka waktu tertentu. 2) Berlatih memberikan sesuatu harus tangan kanan
untuk selalu tertib dan patuh pada dan mengucapkan terima kasih.
peraturan. Selain itu dapat juga Demikian juga kalau meminta sesuatu
diamati hal-hal sebagai berikut : 1) hendaknya dengan sopan dan tidak
Bersikap tertib, dan tenang dalam berteriak . Kegiatan spontan tidak saja
berdo'a. 2) Keimanan dan ketaqwaan berkaitan dengan perilaku anak yang
kepada Tuhan Yang Maha Esa 3) negatif, tetapi pada sikap/ perilaku yang
Mematuhi peraturan/tata tertib, dsb positif pun perlu ditanggapi oleh guru,
d) Kegiatan belajar mengajar sebagai penguat bahwa sikap/perilaku
Yang ingin ditanamkan pembiasaan tersebut sudah baik dan perlu
perilaku pada waktu kegiatan belajar dipertahankan, sehingga dapat pula
mengajar, antara lain 1) Tolong dijadikan teladan bagi teman temannya.
menolong sesama teman. 2) Rapi Misalnya pada saat makan bersama ada
dalam bertindak - berpakaian dan seorang anak yang tidak membawa
bekerja. 3) Berlatih untuk selalu tertib makanan, kemudian Amir memberi
dan patuh pada peraturan. 4) Berani sebagian makanannya kepada teman
dan mempunyai rasa ingin tahu yang tersebut. Sikap guru dalam hal ini adalah
besar. 5) Merasa puas atas prestasi memberikan pujian kepada Amir dan
yang dicapai dan ingin terus mengatakan bahwa perbuatannya
meningkatkan. 6) Bertanggung jawab merupakan sikap yang terpuji karena telah
terhadap tugas yang diberikan 7) memberi sebagian makanan kepada teman
Menjaga kebersihan lingkungan 8) yang memerlukan.
Mengendalikan emosi. 9) Menjaga 3) Kegiatan dengan “Teladan/Contoh”
keamanan diri. 10) Sopan santun. 11) Kegiatan dengan teladan/contoh yaitu
Tenggang rasa terhadap keadaan kegiatan yang dapat dilakukan dengan
orang lain. memberikan teladan / contoh kepada anak.
e) Waktu istirahat/makan/bermain Dalam hal ini guru berperan langsung
Pada waktu istirahat/makan/bermain sebagai teladan/ contoh bagi anak. Segala
dapat ditanamkan sikap moral, antara sikap dan tingkah laku guru, baik di
lain: 1) Tolong menolong sesama sekolah, di rumah maupun di masyarakat
teman. 3) Tenggang rasa terhadap hendaknya selalu menunjukkan sikap dan
keadaan orang lain. 6) Sabar tingkah laku yang baik.
menunggu giliran. 8) Meminta tolong 4) Kegiatan yang Direncanakan
dengan baik. 9) Mengucapkan terima (Terprogram)
kasih dengan baik. 10) Membuang Kegiatan yang direncanakan
sampah pada tempatnya. 12) Menjaga (terprogram) yaitu kegiatan yang dalam
keamanan diri pelaksanaanya terlebih dahulu diawali
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 25
dengan adanya perencanaan atau program karyawisata, permainan
dari guru. Dan kegiatan tersebut harus tradisional, dan sebagainya.
terlihat jelas pada Rencana Pelaksanaan b. pendekatan yang dapat digunakan
Pembelajaran Harian (RPPH) dan Rencana dalam penanaman nilai moral
Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan pada anak usia dini di antaranya:
(RPPM). indoktrinasi, klarifikasi nilai,
5. Ruang Lingkup Materi teladan atau contoh, dan
Pengembangan Moral di TK pembiasaan dalam perilaku.
Ruang lingkup pengembangan moral
dalam rangka pembentukan karakter PENGEMBANGAN NILAI AGAMA
menurut (Megawangi, 2010) adalah 1. Pengertian Agama
sebagai berikut : “Agama” berasal dari bahasan
a) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan- Sansakerta, “gam” artinya pergi;
Nya, b) tanggung jawab, Kedisiplinan kemudian setelah mendapatkan awalan dan
dan Kemandirian, c) kejujuran, d) akhiran “a” menjadi “agama”, artinya
hormat dan santun, e) dermawan, suka menjadi jalan. Gam dalam bahasa
menolong dan gotong- Sansakerta ini mempunyai pengertian yang
royong/kerjasama, f) percaya diri, sama dengan to go (Inggris), gehen
kreatif dan pekerja keras, g) (Jerman), dan gaan (Belanda) yang artinya
kepemimpinan dan keadilan, h) baik juga “pergi”. Menurut Bahrun Rangkuti,
dan rendah hati, i) oleransi, kedamaian agama berasal dari kata “a-gama”. Arti
dan kesatuan, j) 4K ( kebersihan, “a” panjang ialah cara atau the way;
kesehatan, kerapian dan keamanan) sedangkan “gama” berasal dari kata
Sementara pada pedoman pendidikan Indojerman “gam” berarti sama dengan
karakter bagi anak usia dini yang kata Inggris to go, yaitu berjalan atau
dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan pergi. Jadi agama artinya adalah cara-cara
Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat berjalan atau cara-cara untuk sampai pada
jenderal pendidikan Anak Usia Dini, keridlaan Tuhan. Dengan demikian, agama
Nonformal, dan Informal terkait dengan dirumuskan sebagai suatu jalan yang harus
karakter yang dikembangkan di Taman diikuti agar orang sampai ke suatu tujuan
Kanak-kanak adalah: yang suci dan mulia (Kurnia, 2015).
a) kecintaan terhadap Tuhan YME, b) Pendapat lain mengatakan juga bahwa
kejujuran, c) disiplin, d) toleransi dan agama berasal dari bahasa Sansakerta,
cinta damai, e) percaya diri, f) yakni “a” yang artinya tidak, dan “gam”
mandiri, g) tolong menolong, artinya pergi, berubah, atau bergerak. Oleh
kerjasama, dan gotong royong, h) karena itu dapat diartikan bahwa agama
hormat dan sopan santun, i) tanggung (maksudnya ajarannya) merupakan sesuatu
jawab, j) kerja keras, k) yang tidak berubah, atau sesuatu yang
kepemimpinan dan keadilan, l) kreatif, kekal abadi.
m) rendah hati, dan n) peduli Masih berkaitan dengan pengertian
lingkungan, o) cinta bangsa dan tanah agama, ada juga pendapat bahwa agama
air. (Kementrian Pendidikan Nasional, berasal dari kata “a” artinya tidak, dan
2012) “gama” artinya kacau. Jadi agama artinya
sesuatu yang tidak kacau. Berdasarkan
6. Metode dan Pendekatan, dalam beberapa pendapat di atas, dapat
Pengembangan Moral AUD disimpulkan bahwa agama adalah:
a. Bentuk pelaksanaan kegiatan a. Jalan yang harus diikuti supaya orang
program pengembangan Moral sampai ke tujuan
dapat dilakukan dengan cara b. Cara-cara berjalan atau cara-cara agar
rutin,, spontan, keteladanan, dan sampai ke suatu tujuan yang diridlai
terprogram dengan metode: Tuhan
berceritera, bernyanyi, bersajak,
26 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
c. Sesuatu yang membuat tidak kacau 3. Tujuan Pengembangan Nilai-nilai
(suatu tuntunan yang tidak membuat Agama Kepada Anak-anak
kacau manusia atau sesuatu yang Secara umum tujuan pengembangan
menertibkan hidup) nilai agama pada diri anak adalah
meletakkan dasar-dasar keimanan dengan
2. Unsur-unsur Pokok Agama pola takwa kepada-Nya dan keindahan
Agama mengandung tiga unsur pokok akhlak, cakap, percaya pada diri sendiri,
yang harus ada di dalamnya. Ketiga unsur serta memiliki kesiapan untuk hidup di
pokok itu menurut Endang Saifudin Ansari tengah-tengah dan bersama-sama dengan
(Kurnia, 2015) adalah sebagai berikut: masyarakat untuk menempuh kehidupan
a. Suatu sistem CREDO (tata keimanan yang diridhai-Nya.
atau tata keyakinan) atas sesuatu yang Adapun tujuan khusus pengembangan
mutlak di luar diri manusia. nilai agama pada anak-anak usia
b. Suatu sistem RITUS (tata peribadatan) prasekolah yaitu:
manusia kepada yang dianggapnya a. Mengembangkan rasa iman dan cinta
mutlak. terhadap Tuhan
c. Suatu sistem NORMA (tata kaidah) b. Membiasakan anak-anak agar
yang mengatur hubungan manusia melakukan ibadah kepada Tuhan
dengan alam lainnya sesuai dan c. Membiasakan agar perilaku dan sikap
sejalan dengan tata keimanan dan tata anak didasari dengan nilai-nilai
peribadatan termaksud di atas. agama
d. Unsur agama yang terakhir adalah d. Membantu anak agar tumbuh dan
sistem moral. Sistem moral biasa berkembang menjadi pribadi yang
disebut sebagai “akhlaq”. Akhlaq beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
tidak dapat dipisahkan dari ibadah
maupun keimanan sebab akhlaq pun 4. Pertumbuhan dan Perkembangan
merupakan manifestasi atau Rasa Keagamaan Pada Anak-anak
perwujudan iman terhadap Tuhan. Bagaimana rasa keagamaan tumbuh
Tiga unsur pokok di atas harus ada pada diri anak-anak? Kemampuan berpikir
pada agama sebagai syarat suatu agama. konkrit dan berfantasi yang dimiliki anak-
Dengan demikian secara garis besar, anak merupakan tahap awal untuk sampai
agama meliputi keimanan/keyakinan, pada kemampuan berpikir abstrak.
peribadatan kepada sesuatu yang diyakini, Berpikir abstrak adalah berpikir tentang
dan tata kaidah hubungan manusia dengan hal-hal yang berada di luar wilayah
alam semesta sesuai dengan tata keimanan jangkauan panca indera. Jika seorang anak
dan tata peribadatan. sudah mampu berfantasi, berarti ia sudah
Dari unsur-unsur agama tersebut akan mulai bisa menapak untuk memasuki
secara garis besar terdapat dua ajaran dunia lain yang bersifat abstrak, termasuk
dasar, yaitu ajaran tentang apa yang harus hidup beragama.
diyakini dan ajaran tentang apa yang harus Kemampuan dan kesenangan anak
dikerjakan. dalam berfantasi bisa melahirkan ide-ide
Ajaran tentang apa yang harus baru di luar cara berpikir konkritnya.
diyakini dinamakan pokok ajaran atau Misalnya anak-anak perempuan
kepercayaan. Sedangkan ajaran tentang melahirkan ide untuk berperan sebagai ibu
apa yang harus dikerjakan dinamakan pada saat bermain boneka-bonekaan, dan
cabang ajaran atau hukum perbuatan. Di anak laki-laki (ingin/suka) berperan
dalam Agama islam, ajaran tentang sebagai bapak/ayahnya. Mereka bermain
keyakinan tersebut dinamakan “Iman” dan rumah-rumahan dan memerankan diri
ajaran tentang apa yang harus dikerjakan sebagai seorang ibu dan ayah di dalam
dinamakan “Islam”. sebuah keluarga
Dengan peran-peran hasil fantasi yang
dimainkannya mereka meniru dan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 27
memindahkan segala atau sebagian bentuk anak-anak yang memiliki dasar-dasar
ucapan, sikap, tindakan, atau perbuatan keimanan dan ketaatan yang kuat terhadap
orang-orang dewasa ke dalam dirinya. Tuhan. Sebaliknya jika orang tua acuh tak
Pada saat itu mereka sudah bisa memilih acuh dan sama sekali tidak taat
dan membedakan perannya masing-masing menjalankan perintah agama; maka tidak
dalam permainan. Pada saat itu pula ada perilaku keagamaan yang bisa
mereka mampu memerankan dirinya diteladani dan ditiru oleh anak-anaknya.
seperti orang-orang dewasa. Mereka Oleh karena itu keteladanan dan
mampu membedakan perbuatan yang baik hubungan antara orang tua dengan anak-
dan yang buruk, yang boleh dilakukan dan anak di dalam keluarga mempunyai
yang tidak boleh, dan sebagainya. pengaruh yang sangat besar terhadap
Peran ayah dan ibu yang dimainkan pertumbuhan dan perkembangan agama
anak-anak tidak muncul dengan anak-anaknya. Jika orang tua
sendirinya, melainkan dari hasil menginginkan anak yang shaleh (taat
pengalaman dan pengamatan anak dalam beragama) maka mulailah dari diri sendiri.
kehidupan sehari-hari di rumahnya. Orang tua harus memiliki kesiapan untuk
Sedangkan pemilihan dan pengambilan membentuk dan mewujudkan keluarga
peran yang dimainkannya itu merupakan yang taat menjalankan agama, tangguh dan
perwujudan dari rasa kagum, salut, senang, berkualitas.
bangga, dan cinta terhadap orang tuanya Kapan perasaan keagamaan mulai
dalam memperlakukan (khususnya) dirinya tumbuh pada diri anak-anak? Pertumbuhan
dengna baik, penuh perhatian, dan kasih agama tidak muncul dengan sendirinya,
saying, sehingga mereka meniru peran- melainkan karena adanya rangsangan
peran tersebut. (stimulus) yang sangat kuat dan berulang-
Akumulasi dari rasa kagum, salut, ulang yang muncul dari luar diri anak-
senang, bangga, dan cinta anak-anak anak. Pertama, pendengaran anak-anak
melahirkan tanggapan baru terhadap orang terangsang dengan suara/bahasa yang
tuanya, terutama terhadap ayahnya. Ayah memuat nilai agama yang diucapkan
merupakan lambang kewibawaan dan ibu berulang-ulang; kedua, pengelihatan
sebagai lambang kasih saying. Mereka (mata), anak-anak terangsang dengan sikap
dipandang oleh anak-anak sebagai sosok dan perilaku keagamaan yang berulang-
yang sempurna dan tanpa cela. ulang; dan ketiga, adanya pemicu bagi
Siapakah orang yang pertama anak berupa fasilitas yang tersedia untuk
menanamkan benih dan menumbuhkan meniru dan melakukan praktek
rasa keagamaan pada anak-anak? Orang keagamaan, sehingga proses peniruan
tua di rumah merupakan faktor utama dan (imitasi) terhadap perilaku keagamaan
pertama dalam menentukan kepribadian yang dilakukan oleh orangtuanya
anak termasuk agamanya. Agama seorang berlangsung dengan mulus dan tanpa
anak pada umumnya ditentukan oleh hambatan.
pendidikan, pengalaman, dan latihan- Dengan demikian pertumbuhan agama
latihan yang dilaluinya sejak kecil pada anak-anak telah mucul sejak
terutama oleh orang tuanya di dalam pendengaran (dan pengelihatan) mereka
keluarga. Dalam hal ini orang tua dapat mulai berfungsi. Meskipun demikian
menanamkan, menumbuhkan, dan pertumbuhan agama pada anak-anak tidak
mengembangkan dasar-dasar keimanan akan segera muncul atau tumbuh jika
(keagamaan) pada diri anak-anaknya. stimulus yang memuat pesan nilai-nilai
Jika orang tua mengerti agama, taat keagamaan tidak atau kurang menarik
menjalankan perintah agama, mampu perhatian anak-anak.
memberikan contoh yang baik (uswatun Menurut Darajat (Kurnia, 2015),
hasanah) dan mengarahkan anak-anaknya pertumbuhan agama telah muncul ketika
untuk hidup beragama dan memiliki anak belum bisa bicara. Sebelum anak
akhlak yang mulia, tentu akan melaahirkan belum bisa bicara anak telah dapat melihat
28 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
dan mendengarkan kata-kata yang sering Seperti memberi latihan menghafal,
diucapkan orang tuanya yang semula tidak mengucapkan, memperagakan, dan
mendapatkan perhatian dari anak-anak dan sebagainya
tidak mempunyai arti apa-apa, jika sering e. Imitative: anak banyak belajar dari
diucapkan dan terdengar oleh mereka apa yang mereka lihat secara
maka akan menjadi pusat perhatiannya. langsung. Mereka banyak meniru dari
Demikian juga sikap, mimik, dan situasi, apa yang pernah dilihatnya sebagai
saat orang tua mengucapkannya lambat sebuah pengalaman belajar.
laun akan diamatinya, dan selanjutnya Dengan demikian guru dan orang tua
ditirunya. Pada saat demikian, si anak harus memperhatikan sifat-sifat tersebut
belum mengerti tentang agama dan belum untuk kepentingan menentukan pendekatan
tahu tentang Tuhan. Tetapi anak telah pembelajaran yang tepat buat anak. Kita
tumbuh untuk memasuki kehidupan harus tetap melakukan pendekatan
beragama. progresif dan penyadaran jiwa dan
Selanjutnya pengetahuan anak tentang kepribadian mereka.
tuhan dan pengertian anak tentang agama
akan sejalan dengan pertumbuhan dan 6. Esensi, Prinsip-prinsip dan Bentuk
perkembangan kecerdasan dan Kegiatan Pengembangan nilai
pengalamannya. Keagamaan di PAUD

5. Sifat-sifat Pemahaman Anak Taman a. Esensi Pengembangan Nilai


Kanak-kanak pada Nilai-nilai Keagamaan
Keagamaan Pengembangan nilai keagamaan
Sifat-sifat pemahaman anak usia terhadap anak Usia Dini adalah suatu
Taman Kanak-kanak terhadap nilai-nilai upaya pengembangan nilai-nilai
keagamaan pada saat mengikuti kegiatan keagamaan yang ditujukan kepada anak
belajar mengajar di antaranya: sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
a. Unreflective: pemahaman dan yang dilakukan melalui pemberian
kemampuan anak dalam mempelajari rangsangan pendidikan untuk membantu
nilai-nilai agama sering menampilkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani
suatu hal yang tidak serius. Mereka dan rohani agar anak memiliki kesiapan
melakukan kegiatan ibadah pun dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
dengan sikap dan sifat dasar yang Dalam Peraturan Pemerintah No. 27/1990
kekanak-kanakan. Tidak mampu Pasal 1 tentang Pendidikan Prasekolah,
memahami konsep agama dengan dinyatakan:
mendalam. Eksistensi Taman Kanak-kanak sangat
b. Egocentris: dalam mempelajari nilai- strategis untuk membantu
nilai agama, anak usia Taman Kanak- pertumbuhan dan perkembangan
kanak terkadang belum mampu jasmani dan rohani terutama jiwa
bersikap dan bertindak konsisten. keagamaan anak di luar lingkungan
Anak lebih terfokus pada hal-hal yang keluarga sebelum memasuki
menguntungkan dirinya. pendidikan dasar yang
c. Misunderstand: anak akan diselenggarakan di jalur pendidikan
mengalami salah pengertian dalam prasekolah atau di jalur pendidikan
memahami suatu ajaran agama yang luar sekolah.
banyak bersifat abstrak. Keberadaan Pendidikan Anak Usia
d. Verbalis dan Ritualis: kondisi ini Dini sangat strategis guna meletakkan
dapat dimanfaatkan untuk dasar-dasar keagamaan.
mengembangkan nilai-nilai agama Menumbuhkembangkannya, dan menjadi
pada diri mereka dengan cara motivasi spiritual sehingga menjadi
memperkenalkan istilah, bacaan, dan pondasi yang kokoh dan sangat penting
ungkapan yang bersifat agamis. baik untuk melanjutkan pada jenjang
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 29
pendidikan sekolah Dasar maupun sebagai terprogram, kegiatan rutin, kegiatan
modal awal yang baik guna menghadapi spontan, dan keteladanan.
kehidupan yang akan datang. 1) Kegiatan pengembangan nilai agama
secara terprogram dilaksanakan
b. Prinsip-prinsip Kegiatan dengan perencanaan khusus dalam
Pengembangan nilai Keagamaan di kurun waktu tertentu untuk memenuhi
PAUD kebutuhan anak secara individual,
Dalam melaksanakan program kelompok, dan atau klasikal di dalam
pembentukan perilaku melalui pembiasaan, maupun di luar kelas.
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip 2) Kegiatan pengembangan agama secara
sebagai berikut : tidak terprogram dapat dilaksanakan
1) Guru menciptakan hubungan yang sebagai berikut:
baik dan akrab sehingga tidak ada a) Kegiatan Rutin, yaitu kegiatan
kesan bahwa guru adalah figur yang yang dilakukan terjadwal, seperti:
menakutkan bagi anak. berdo’a, ibadah khusus
2) Guru senantiasa bersikap dan keagamaan bersama, keberaturan,
bertingkah laku yang dapat dijadikan pemeliharaan kebersihan dan
contoh/teladan bagi anak kesehatan diri.
3) Memberikan kesempatan kepada anak b) Kegiatan Spontan, adalah
untuk membedakan dan memilih kegiatan tidak terjadwal dalam
mana perilaku yang baik dan mana kejadian khusus seperti:
yang tidak baik. Guru sebagai pembentukan perilaku memberi
pembimbing hanya mengarahkan dan salam, membuang sampah pada
menjelaskan akibat-akibatnya. tempatnya, antri, mengatasi
4) Dalam memberikan tugas kepada anak pertengkaran, dan lain-lain.
agar diusahakan berupa ajakan dan c) Kegiatan Keteladanan, adalah
perintah dengan bahasa yang baik kegiatan dalam bentuk perilaku
5) Agar anak mau berperilaku sesuai sehari-hari seperti: berdo’a,
dengan yang diharapkan guru berpakaian rapi, berbahasa yang
memberikan rangsangan (motivasi) baik, gemar menolong, memuji
dan bukan paksaan. kebaikan dan atau keberhasilan
6) Apabila ada anak yang berperilaku orang lain, , sabar, dan lain-lain.
berlebihan, hendaknya guru berusaha Selain itu Pengembangan nilai agama
untuk mengendalikan tanpa emosi. hendaknya dilaksanakan melalui kegiatan
7) Terhadap anak yang menunjukkan terintegrasi dan kegiatan khusus. Kegiatan
perilaku bermasalah, peran guru terintegrasi berupa pengembangan materi
adalah sebagai pembimbing dan nilai-nilai agama yang disisipkan melalui
bukan penghukum. pengembangan bidang kemampuan dasar.
8) Pelaksanaan program pembentukan Sedangkan kegiatan khusus merupakan
perilaku bersifat luwes/fleksibel. program kegiatan yang pelaksanaannya
tidak dimasukkan atau tidak harus
c. Bentuk Kegiatan Pengembangan dikaitkan dengan pengembangan bidang
Nilai Moral di PAUD kemampuan dasar lainnya, sehingga
Untuk mencapai keberhasilan membutuhkan waktu dan penanganan
pembentukan kepribadian anak agar khusus.
mampu terwarnai dengan nilai-nilai
agama, maka perlu didukung oleh unsur 7. Pokok-pokok Materi
keteladanan dari orang tua dan guru. Untuk Pengembangan Nilai Keagamaan
tujuan tersebut dalam pelaksanaannya guru pada Anak Usia Dini
dapat mengembangkan strategi Dalam proses pembinaan dan
pembelajaran dalam bentuk kegiatan pengembangan nilai-nilai agama bagi anak
30 | Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini
usia Taman Kanak-kanak, muatan materi Ada beberapa metode yang dapat
pembelajarannya harus bersifat: digunakan untuk pengembangan nilai
a. Aplikatif: materi pembelajaran agama kepada anak-anak, diantaranya :
bersifat terapan, yang berkaitan a. Metode bermain,
dengan kegiatan rutin anak sehari-hari Bermain juga dapat digunakan sebagai
dan sangat dibutuhkan untuk alat pengembangan nilai agama;
kepentingan aktivitas anak, serta yang seperti bermain peran untuk
dapat dilakukan anak dalam mengabstraksikan perana Nabi
kehidupannya. Ibrahim As. Ketika mengajarkan
b. Enjoyable: pengajaran materi dan kaummnya yang musrik untuk
materi yang dipilih diupayakan mencaribTuhan yang diawali dengan
mampu membuat anak senang, pengenalan benda-benda langit atau
menikmati dan mau mengikuti dengan permainan pura-pura yang dapat
antusias. mengembangkan nilai-nilai social,
c. Mudah ditiru: materi yang disajikan nilai moral, nilai sejarah, atau nilai-
dapat dipraktekkan sesuai dengan nilai agama, dan sebagainya.
kemampuan fisik dan karakter lahiriah b. Metode karyawisata
anak Dalam pendidikan Islam, karyawisata
Ada beberapa prinsip dasar dalam disebut Tadabur Alam. Metode
rangka menyampaikan materi karyawisata ini pun dapat dijadikan
pengembangan nilai-nilai agama bagi anak alat untuk mencapai semua program
Taman Kanak-kanak di antaranya: pengembangan di TK
a. penekanan pada aktivitas anak sehari- c. Metode demonstrasi
hari Dalam pengembangannya nilai
b. pentingnya keteladanan dari keagamaan, metode ini bisa dilakukan
lingkungan dan orang tua/keluarga guru ketika menerangkan cara-cvara
anak thaharah (berwudhu), cara-cara sholat,
c. kesesuaian dengan kurikulum spiral etika makan dan sebagainya.
d. prinsip developmentally appropriate d. Metode bercerita
practice (DAP)/ pembelajaran yang Salah satu kegemaran anak-anak
tepat sesuai dengan perkembangan adalah mendengarkan cerita. Melalui
anak cerita seorang guru dapat menerapkan
e. prinsip psikologi perkembangan anak nilai-nilai keagamaan kepada anak.
f. prinsip monitoring yang rutin Cerita yang dibawakan hendaknya
yang berhubungan dengan dunia anak-
8. Metode dan Pendekatan anak sehinga akan lebih menarik
Pengembangan Nilai-nilai minat mereka untuk mendengarkan.
Keagamaan Dalam bercerita, guru hendaknya
Pada prinsipnya pengembangan nilai dapaty mendramatisasi berbagai cerita
keagamaan kepada anak adalah tentang kisah yang layak diteladani
menanamkan dasar-dasar nilai agama dan oleh anak. Bentuk cerita sebaiknya
mengembangkannya sehingga kelak tidak didominasi fable, tetapi
menjadi adat kebiasaan. Untuk itu guru sebaiknya juga kisah-0kisah para Nabi
PAUD dituntut memiliki kemampuan dan rasul, beserta Mukjizatnya. Akan
professional dan komprehensif terutama lebih baik lagi, apabila guru
dalam memilih dan menentukan metode- menerangkan cerita itu yang
metode yang efektif dan efisien. Dengan berhubungan dengan kehidupan para
demikian proses belajar mengajar Nabi dan rasul Tuhan ketika masih
berlangsung dengan singkat tanpa merebut kecil. Seperti bagaimana kehidupan
hak anak untuk bermain; artinya bentuk Nabi Yusuf AS, Nabi Ibrahim, Nabi
kegiatan dilakukan dalam suasana terbuka Muhammad SAW, dan sebagainya
dan menyenangkan. e. Metode uswah hasanah
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 31
Dalam Islam, metode Uswah Hasanah bisa terukir menjadi habit of the mind,
menempati porsi utama dan pertama, heart dan hands (Megawangi, 2010).
terutama untuk membentuk nilai dan Teknis pelaksanaan pengembangan nilai
perilaku yang baik bagi anak-anak. moral dan agama pada anak di TK secara
Pengemabangan nilai-nilai agama formal dilakukan 15 – 20 menit setiap hari
akan lebih tepat karena anak-anak sebelum kegiatan belajar dimulai
memiliki kecenderungan untuk meniru (apersepsi awal) dengan bentuk kegiatan
perlaku yang diperankan atau yang dengan menggunakan metode: Melalui
ditampilkan guru. Ceramah (menerangkan konsep), Melalui
permainan, Bercerita, Bernyanyi,
SIMPULAN keteladanan, Bermainperan, karyawisata,
Pengembangan nilai agama, moral dan sebagainya. Adapun bentuk
dalam program pendidikan anak usia dini kegiatannya dilakukan melalui kegiatan
(AUD) dimasukkan dalam bidang rutin, spontan, keteladanan, dan
pembentukan perilaku yang dilakukan terprogram. Cara pengembangan nilai
secara terus menerus dan ada dalam agama pada anak meliputi mengenalkan
kehidupan sehari-hari anak di PAUD. tuhan, mengenalkan ibadah kepada-Nya,
Tujuan pengembangan nilai-nilai/ dan menanamkan akhlak yang baik.
pembentukan perilaku adalah
mempersiapkan anak sedini mungkin DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan sikap dan perilaku yang Depdiknas. Kompetensi Guru (2007).
didasari oleh nilai agama dan moral Indonesia.
sehingga dapat hidup sesuai dengan Dewey, J. (1997). Experience and Education.
norma-norma yang dianut oleh New York: Collier Books.
masyarakat. Pembentukan perilaku ini Fauziddin, M. (2016). Pembelajaran Agama
Islam Melalui Bermain pada Anak Usia
berfungsi untuk mencapai beberapa hal:
Dini (Studi Kasus di TKIT Nurul Islam
Menanamkan pembiasaan sikap dan Pare Kebupaten Kediri Jawa Timur).
perilaku yang didasari oleh nilai agama JURNAL PAUD TAMBUSAI, 2(2), 8–17.
dan moral sehingga anak dapat hidup Kementrian Pendidikan Nasional. (2012).
sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung Pedoman Pendidikan Karakter pada
oleh Masyarakat Membantu anak agar Pendidikan anak Usia Dini, Direktorat
tumbuh menjadi pribadi yang matang dan Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
mandiri Menanamkan budi pekerti yang Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
baik Melatih anak untuk dapat Usia Dini, Nonformal, dan Informal.
membedakan sikap dan perilaku yang baik Jakarta: Kemendiknas.
dan yang tidak baik sehingga dengan sadar Kohlberg, L. (1995). Tahap – Tahap
Perkembangan Moral (Alih bahasa John
berusaha menghindarkan diri dari
de Santo dan Agus Cremers SVD).
perbuatan tercela Sebagai wahana untuk Yogyakarta: Kanisius.
terciptanya situasi belajar anak yang Kurnia, Y. (2015). Pengembangan
berlangsung tertib, aktif, dan penuh Kemampuan Nilai-nilai Agama dan
perhatian Melatih anak didik untuk Moral di TK. Bandung: PPPPTK TK dan
mencintai lingkungan yang bersih dan PLB.
sehat Menanamkan kebiasaan disiplin Lickona, T. (1992). Educating for Character,
dalam kehidupan sehari-hari How Our Schools Can Teach Respect
Pengembangan nilai moral dan agama and Responsibility. New York: Bantam
dilakukan melalui proses knowing the Books.
good, reasoning the good, loving and Megawangi, R. (2010). Pengembangan
Program Pendidikan Karakter di Sekolah;
feeling the good, and acting the good yaitu
Pengalaman Sekolah Karakter. Jakarta.
proses melibatkan aspek kognitif, emosi Republik Indonesia. Sistem Pendidikan
dan fisik dengan menanamkan nilai Nasional (2003). Indonesia.
karakter kejujuran sehingga akhlak mulia

Anda mungkin juga menyukai