Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar,

teratur, dan sistematis untuk memengaruhi anak agar memiliki sifat dan

tabiat sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan. 1 Pendidikan

merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Setiap bangsa memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang

berperan penting dalam kelangsungan hidup bangsa tersebut. Pendidikan

dapat mengembangkan kepribadian, pengetahuan, ketrampilan dan

wawasan berpikir yang luas.

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada

hakikatnya pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat manusia. Untuk itu maka seseorang harus mempunyai

suatu pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut merupakan

perlengkapan dasar manusia di dalam menempuh kehidupan ini.

Begitu pula dengan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang - Undang 1945. Pendidikan keluarga merupakan

bagian integral dari pendidikan nasional, sedangkan pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

1
Muchsin dan kawan-kawan, Pendidikan Islam Humanisti, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2010), hlm. 3.

1
berakhlak mulia, sehat ilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang baik, demokratis serta bertanggung jawab.2

Melalui pendidikan agama, diharapkan individu dapat

mengembangkan potensi takwa kepada Allah SWT. Apabila potensi ini

berkembang dengan baik, maka individu akan dapat mengendalikan diri

agar terhindar dari bentuk-bentuk perilaku yang bertentangan dengan nilai-

nilai agama yang tertanam dalam dirinya. Faktor tersebut adalah

lingkungan dimana individu tersebut hidup. Dan salah satunya adalah

keluarga.

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang pertama dan utama

bagi seorang anak.3 Pendidikan keluarga adalah fase awal dan basis bagi

pendidikan seseorang. Sebelum ia berkenalan dengan lingkungan

sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga.

Keluarga juga merupakan pusat pendidikan alamiah yang berlangsung

dengan penuh kewajaran.

Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang

secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak

didik.4 Bilamana keluarga itu beragama Islam maka pendidikan agama

yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan Islam. Dalam hal ini

Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang diajarkan Allah melalui

Al-Qur'an dan sunnah - sunnah Nabi. Hasil-hasil yang diperoleh anak


2
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta :PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm.8
3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001), hlm. 155.
4
Hasbi Wahy, Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan Utama, (2012), hlm.
245

2
dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di

sekolah maupun dalam masyarakat.

Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk

manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan

mengamalkan ajaran agama dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan pada anak

sejak dini. Pendidikan agama dapat menanamkan dan membentuk sikap-

sikap yang dijiwai nilai-nilai agama Islam tersebut, juga mengembangkan

kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang

melandasinya merupakan proses ikhtiar yang secara pedagosis mampu

mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan atau kematangan yang

menguntungkan dirinya.5

Penanaman nilai-nilai agama semenjak dini oleh keluarga

mengalami puncaknya pada masa remaja. Hal ini disebabkan sejalan

dengan cepatnya pertumbuhan jasmani dan rohani remaja, sebagaimana

yang diketahui bersama dalam proses perkembangan dan pertumbuhan

tidak jarang anak mengalami kesulitan atau masalah. Misalnya

pertumbuhan yang berkaitan dengan rasa ingin tahunya, perasaan terhadap

orang tua, saudara dan teman dan lain-lain.

Dalam hal demikian, bimbingan dan pembinaan remaja dalam

kehidupannya sangat diperlukan untuk membantu mereka menemukan jati

dirinya, mengingat remaja sebagai unsur utama di dalam masyarakat

menjadi tanggung jawab bersama para orang tua dalam sebuah keluarga.
5
Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2005), cet.6, hlm. 24.

3
Oleh karena itu orang tua dalam lingkungan rumah tangga harus dapat

memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anak mereka. Karena

lingkungan keluarga merupakan lembaga pertama dan utama yang dikenal

anak. Hal ini disebabkan karena kedua orang tuanyalah yang pertama

dikenal dan diterima pendidikannya. Bimbingan, perhatian, dan kasih

sayang yang terjalin antara kedua orang tua dan anak-anaknya merupakan

basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-

nilai sosial dan religius pada diri anak.6

Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak dapat

berkembang secara maksimal, mengikuti seluruh aspek perkembangan

anaknya, yaitu jasmani, akal, dan rohani. Yang bertindak sebagai pendidik

dalam hal ini adalah ayah dan ibu si anak serta semua anggota keluarga

yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek,

nenek, paman, bibi, dan kakak. Akan tetapi yang paling bertanggung

jawab adalah ayah dan ibu.7

Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan Aqidah Akhlak

adalah pendidikan yang sangat penting diberikan kepada anak sebagai

fondasi awal dalam menghadapi realita perkembangan jaman yang dari

tahun ke tahun semakin berkembang. Perkembangan jaman yang semakin

cepat itulah yang menuntut agar anak memiliki fondasi yang kuat agar

tidak terbawa arus perkembangan jaman. Dengan adanya pendidikan

6
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media
Pratama, 2001), Cet.Ke-1, hlm. 125.
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosyada
Karya Offset 1994).Cet Ke-2, hlm.155

4
Aqidah Akhlak dalam keluarga dan di sekolah, anak tidak akan cepat

terpengaruh dan bisa mempertimbangkan mana perilaku yang baik dan

yang buruk.

Bisa dilihat dalam kehidupan sehari- hari, banyak orang tua

cenderung melepas anaknya pada dunia pendidikan di sekolah saja tanpa

memperhatikan pendidikan dari lingkungan keluarganya sendiri. Mereka

beranggapan bahwa hanya sekolah yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya

pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Padahal keberhasilan

pendidikan agama Islam bukan terletak pada pendidikan di sekolah saja,

namun juga terletak pada pendidikan dalam rumah tangga. Anak lebih

banyak waktu berinteraksi dengan orang tua dibanding dengan guru di

sekolah, artinya orang tualah yang sebenarnya memiliki pengaruh yang

besar terhadap keberhasilan prestasi belajar pendidikan anak.

Inilah hal yang kurang disadari oleh para orang tua. Mereka

sepenuhnya memberikan pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah.

Karena tanpa mereka sadari, mereka juga mempunyai kewajiban dalam hal

mendidik anak-anak. Pendidikan tidak bisa sepenuhnya dibebankan

kepada sekolah,. Karena bagaimanapun anak tetap butuh pendidikan,

perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Di sinilah ketika kedua orang tua sering terlibat pertengkaran atau

masalah-masalah yang lainnya, anaklah yang menjadi korban dari masalah

mereka. Ketika anak merasa hubungan dalam keluarganya sudah tidak

5
harmonis lagi, anak akan cenderung mencari tempat pelarian yang

menurutnya bisa memberikan rasa aman dan nyaman dari semua masalah

yang dihadapinya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku atau perilaku

remaja.

Kita sering menjumpai remaja yang malas belajar dan sering

membuat masalah yang biasa kita sebut dengan trouble maker. Semua itu

bisa jadi adalah wujud kekecewaan anak terhadap hubungan keluarganya

yang tidak harmonis sehingga mereka membuat masalah-masalah untuk

mendapatkan perhatian dari teman-temannya.

Semua itu mereka lakukan karena mereka ingin melampiaskan

semua masalah yang ada di lingkungan keluarga. Mereka tidak punya

tempat untuk berbagi cerita karena orang tua mereka sibuk bekerja dan

tidak punya waktu untuk mendengarkan keluh kesah dan masalah yang

sedang dialami oleh sang anak.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian apakah orang tua dalam memberikan pendidikan

agama kepada anak sudah maksimal. Penulis mencoba meneliti sebab-

sebab dari akhlak remaja yang seperti itu. Lalu penulis juga mencoba

meneliti apakah ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga

dengan akhlak remaja di masyarakat. Dengan demikian berdasarkan latar

belakang masalah di atas maka penulis terpanggil untuk meneliti tentang

“Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Akhlakul

Karimah Pada Remaja Usia 12-19 Tahun”.

6
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis mencoba merumuskan masalah

sebagai berikut: “bagaimanakah pengaruh pendidikan agama dalam

keluarga terhadap Akhlakul karimah remaja di Dusun Gombelan?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk membahas seberapa besar pengaruh pendidikan agama

dalam keluarga terhadap akhlak anak di Dusun Gombelan.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara ilmiah, penulisan ini untuk mempertajam kematangan,

keilmuan, serta kemampuan untuk melahirkan sebuah karya

ilmiah.

2. Secara pragmatis, penulisan ini memberikan bekal pengetahuan

mengenai teori-teori tentang pendidikan, dan mendapatkan

gambaran yang lebih luas tentang penelitian sosial, serta

sebagai sumbangan pemikiran dalam membina dan

membimbing akhlak remaja dalam lingkungan keluarga, agar

anak remaja dapat ber kepribadian dengan akhlak yang mulia.

D. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian lebih lanjut, penulis akan menyusun sebuah

metode penelitian yang tersusun secara sistematis supaya mendapatkan

data-data yang benar keabsahannya dan layak diuji kebenarannya.

7
1. Jenis Penelitian

Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi

umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang

diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode

korelasional adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel tanpa melakukan suatu perubahan

apapun terhadap dua variabel yang telah diperoleh.8

Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan dimana

peneliti akan memaparkan dan menggambarkan keadaan serta

fenomena yang lebih jelas mengenai situasi yang terjadi.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu

upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat

positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-

aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan

prediksi.9 Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses

kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah

permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan

dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan,

8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 4
9
Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000)

8
menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel,

menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif

(untuk meramalkan suatu gejala).

3. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah remaja usia 12 tahun sampai

dengan usia 19 tahun di dusun Gombelan, desa Tawangsari,

kecamatan Kerjo, kabupaten Karanganyar. Menurut Arikunto “Sumber

data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data yang disebut responden

yaitu orang yang merespon”.

4. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian.10 Penelitian ini melibatkan dua

variabel:

a. Variabel pendidikan agama dalam keluarga, sebagai variabel

bebas (independen), yakni yang memberi pengaruh terhadap

hasil. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X.

b. Variabel akhlak siswa, sebagai variabel terikat (dependen),

yakni hasil sebagai pengaruh variabel independen. Variabel ini

disimbolkan dengan huruf Y.

5. Instrumen Penelitian

10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), hal. 104

9
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial.11 Jawaban dari setiap

instrumen biasanya disediakan lima alternatif jawaban yaitu : Selalu,

Sering, Kadang – kadang, Jarang, Tidak Pernah. Penentuan skor

jawaban yaitu : Selalu = 5, Sering = 4, Kadang – Kadang = 3, Jarang =

2, Tidak Pernah = 1.

No. Variabel Indikator No. Item

Pemberian pendidikan agama 1, 2, 3, 4

Pemberian nasihat kepada anak 5, 6, 7

Variabel Pemberian teladan kepada anak 8, 9, 10

1. pendidikan agama Penerapan pendidikan agama 11, 12, 13

dalam keluarga dalam keluarga

Pemberian hukuman kepada 14, 15

anak

Jumlah 15

2. Variabel akhlakul Akhlak terhadap Allah SWT 16, 17

karimah Akhlak terhadap Rasul Allah 18, 19

Akhlak terhadap Orang Tua 20, 21

Akhlak terhadap Masyarakat 22, 23, 24, 25

Akhlak terhadap Diri Sendiri 26, 27, 28, 29

Akhlak terhadap Lingkungan 30

11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010).

10
Sekitar

Jumlah 15

6. Metode Penentuan Subjek

Subyek penelitian adalah individu yang ikut serta dalam penelitian.

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.12 Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian

ini adalah remaja usia 12 tahun sampai dengan usia 19 tahun di

dusun Gombelan desa Tawangsari kecamatan Kerjo kabupaten

Karanganyar.

7. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi, yang artinya meninjau, memperhatikan dan mengamati

kenyataan di lapangan. Observasi merupakan proses pengamatan

dan ingatan, untuk mengetahui kenyataan objektif objek penelitian.

b. Angket, adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab

12
Agung Widhi Kurniawan dan Zarah Puspitaningtyas, Metode Penelitian Kuantitatif,
(Yogyakarta: Pandiva Buku, 2016), hlm. 66.

11
secara tertulis oleh “ responden “ baik secara langsung atau tidak

langsung.13

8. Metode Analisis Data

Merupakan proses terakhir dalam suatu kegiatan penelitian yang

bertujuan untuk menjawab pertanyaan dan menjelaskan fenomena

yang menjadi latar belakang masalah.14 Dalam menganalis data penulis

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau

kuesioner yang berhasil dikumpulkan.

b. Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket,

dengan bobot nilai untuk setiap jawaban.

c. Pengaruh, untuk mencari nilai korelasi antara variabel X dengan

variabel Y dan juga mengetahui apakah hubungan kedua variabel

tersebut temasuk hubungan yang erat, cukup, atau lemah. Maka

penulis menggunakan rumus “r” Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy =
√[ N ∑ X −(∑ X ) ] ¿ ¿ ¿
2 2

rxy : Angka Indeks Korelasi

N : Number of Cases

∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

13
Ibid..., hlm. 33.
14
Ibid..., hlm. 42.

12
∑X : Jumlah keseluruhan skor X

∑Y : Jumlah keseluruhan skor Y

Dan sebelumnya, penulis terlebih dahulu membuat tabel

perhitungan sebanyak 6 kolom yaitu sebagai berikut:

Kolom 1 : Subjek Penelitian (Responden)

Kolom 2 : Skor Variabel X

Kolom 3 : Skor Variabel Y

Kolom 4 : Hasil Pengkuadratan Skor Variabel X

Kolom 5 : Hasil Pengkuadratan Skor Variabel Y

Kolom 6 : Hasil Perkalian Skor Variabel X dengan Variabel

Y (XY)

d. Interpretasi data

Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah

selanjutnya yaitu interprestasi data dengan dua cara:

i. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil

perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product

Moment seperti ini:

Besarnya “r” Product Moment Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi akan tetapi korelasi

itu sangat lemah atau sangat rendah

sehingga korelasi itu diabaikan atau

dianggap tidak ada korelasi antara

13
variabel X dan variabel Y

Antara variabel X dan variabel Y

0,21 – 0,40 terdapat korelasi yang lemah atau

rendah

Antara variabel X dan Variabel Y

0,41 – 0,70 terdapat korelasi yang sedang atau

cukup

Antara variabel X dan Variabel Y


0,71 – 0.90
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan Variabel Y

0,91 – 1,00 terdapat korelasi yang sangat kuat atau

sangat tinggi

ii. Interprestasi terhadap “r” Product Moment, yaitu dengan

terlebih dahulu merumuskan hipotesis kerja/alternatif (Ha)

dan hipotesis nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya

(db) atau degress freedomnya (df) yang rumusnya:

Df = N-nr

Df = Degree of freedom

N = Number of casses

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah diperoleh hasil dari df, maka dapat di cari besarnya “r”

yang tercantum dalam tabel Nilai “Product Moment” baik pada taraf

signifikansi 1%. Jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih besar ( > )

14
dari pada “r” tabel (rt) maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima atau

terbukti kebenarannya. Berarti memang benar antara variabel X dan

variabel Y terdapat korelasi yang signifikan. Sedangkan Ho tidak dapat

dierima atau tdak dapat terbukti kebenarannya. Ini berarti menunjukan

bahwa tidak adanya korelasi antara variabel X dan variabel Y. Sebaliknya,

jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih kecil ( < ) dari pada “r”

tabel (rt) maka Hipotesis alternatif (Ha) tidak dapat dierima atau tidak

terbukti kebenarannya. Sedangkan (Ho) dapat diterima atau terbukti

kebenarannya. Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar

kontribusi variabel X dan variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100% Keterangan: KD = Koefisien Determinetion (kontribusi

variabel X dan variabel Y) R = Koefisien Korelasi antara variabel X dan

Y.

BAB II

LANDASAN TEORI

15
A. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian-

penelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan, baik mengenai

kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali

informasi dari buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu

informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul

yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.

1. Dalam Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Dalam

Keluarga Terhadap Akhlak Karimah Pada Santriwati Di Asrama

Mahasiswi Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Komplek VI

Yogyakarta” yang ditulis oleh Uswatun Khasanah pada tahun 2018,

menemukan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan

Islam dalam keluarga terhadap akhlak karimah pada santriwati asrama

mahasiswi pondok pesantren Sunan Pandanaran komplek VI sebesar

15,8%, sedangkan sisanya sebesar 84,2% yang menunjukkan faktor lain

dari akhlak karimah. Dengan demikian penelitian ini disimpulkan bahwa

ada pengaruh pendidikan Islam dalam keluarga terhadap akhlak karimah

pada santriwati dan berkorelasi positif, artinya kedua variabel tersebut

berhubungan dan berpengaruh secara signifikan. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh Uswatun Khasanah dengan penelitian yang akan

diteliti penulis adalah subjek penelitian.15

15
Uswatun Hasanah, Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Akhlak
Karimah Pada Santriwati Di Asrama Mahasiswi Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Komplek
VI Yogyakarta, 2018.

16
2. Dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam di

Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat Terhadap Perilaku

Beragama Siswa Kelas VIII SMP N 9 Yogyakarta” yang ditulis oleh Arip

Oktiana pada tahun 2014, fokus penelitiannya ialah terhadap pendidikan

agama Islam yang diberikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat pengaruhnya terhadap perilaku beragama. Dari hasil

penelitian ini ialah terdapat pengaruh pendidikan agama Islam di

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat terhadap perilaku

beragama siswa, pernyataan ini berdasarkan hasil olah data yang

diperoleh besarnya koefisien korelasi dari faktor perubahan perilaku

keagamaan Pendidikan Agama Islam di lingkungan keluarga (X1) sebesar

0,002, Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah (X2) sebesar

0,009 serta Pendidikan Agama Islam di lingkungan masyarakat (X3)

sebesar 0,031 yang signifikan pada angka 0,000 maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh antara Pendidikan Agama Islam di lingkungan

keluarga, Pendidikan Agama Islam di lingkungan sekolah dan Pendidikan

Agama Islam dilingkungan masyarakat terhadap perilaku beragama siswa

SMP N 9 Yogyakarta.16

3. Dalam skripsi yang berjudul “Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Karimah di

Madrasah Ibtidaiyah Purwokerto” yang ditulis oleh Zulfa Binta Hasanah

pada tahun 2016, meneliti tentang bagaimana penanaman nilai-nilai

akhlaqul karimah di Madrasah Ibtidaiyah purwokerto. Penelitian yang

16
Arip Oktania, Pengaruh PendidikanAgama Islam di Lingkungan Keluarga, Sekolah,
dan Masyarakat Terhadap Perilaku Beragama Siswa Kelas VIII SMP N 9 Yogyakarta, 2014.

17
dilakukan oleh Zulfa berbeda dengan penulis. Meskipun terdapat variabel

yang sama yakni ada variabel “akhlak karimah” namun jenis penelitian.

Zulfa berbeda dengan peneliti yang sekarang. Zulfa menggunakan jenis

penelitian kualitatif sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian

kuantitatif. Maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan

penulis tidak ada unsur plagiasi dari karya tulis ilmiah orang lain.17

4. Penelitian yang diteliti oleh Yusrina dalam skripsinya yang berjudul

“Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak

Siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro” tahun 2006 membahas

tentang pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak

siswa di SMP YPI Cempaka Putih yang fokus penelitiannya terhadap

nilai pelajaran pendidikan agama Islam dan pengaruhnya terhadap akhlak

siswa. Pada penelitian ini ternyata setelah data diidentifikasi dan

dianalisis siswa yang memiliki nilai pelajaran pendidikan agama

Islamnya tinggi memiliki akhlak yang sama dengan yang nilai pelajaran

pendidikan agama Islamnya rendah. Hal ini dilihat dari perhitungan uji

statistik dengan menggunakan rumus uji “t” diperoleh hasilnya sebesar -

1,527 setelah dikonsultasikan dengan nilai “t” pada taraf signifikan 5%

(2,01) dan pada taraf signifikansi 1% (2,68) dan ternyata diketahui bahwa

hasil “t” hitung lebih kecil daripada nilai “t” kritik.18

17
Zulfa Bintang Hasanah, Penanaman Nilai-Nilai Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Purwokerto, 2016.
18
Yusrina, “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak di SMP
YPI Cempaka Putih Bintaro”, Skripsi, Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2006.

18
5. Kemudian dalam skripsinya Siti Qomariyah yang berjudul “Pengaruh

Keharmonisan Keluarga Terhadap Akhlak Remaja” pada tahun 2010

meneliti tentang studi kasus remaja di Desa Glawan Kecamatan Pabelan,

Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

keharmonisan keluarga di Desa Glawan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

Semarang, pada tingkatan baik berdasarkan hasil analisis perhitungan

pada tabel 16, kategori baik sebesar 46,2%, cukup baik 30,8%, dan

kategori kurang sejumlah 23%. Kemudian tingkatan akhlak remaja di

Desa Glawan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang dari hasil

analisis tabel 18 didapatkan bahwa kategori baik sejumlah 34,6%,

kategori cukup baik sejumlah 34,6%, dan kategori kurang sebesar 30,8%.

Selain dari pernyataan tersebut, hasil analisis menyatakan bahwa terdapat

pengaruh keharmonisan keluarga terhadap akhlak remaja Desa Glawan,

Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang tahun 2010. Nilai koefisien

korelasi antara keharmonisan keluarga dan akhlak remaja (r XY) adalah

sebesar 0,578. Nilai r dikonsultasikan dengan nilai r tabel product

moment dengan N= 26 dn taraf signifikasi 5% yaitu 0,388 serta taraf

signifikasi 1% yaitu 0,496, hasil dai perhitungan ini membuktikan bahwa

r hitung lebih besar daripada r tabel sehingga hipotesis yang diajukan

dapat “diterima”.19

B. Kerangka Teori

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

19
Siti Qomariyah, “Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Akhlak Remaja”,
Skripsi, Salatiga: STAIN Salatiga, 2010.

19
i. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat

awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, yang artinya adalah

memberi, memelihara, dan memberikan latihan mengenai akhlak

dan kecerdasan pikiran. Seperti semua orang tua wajib mendidik

anaknya secara baik, itu berarti setiap orang tua yang memiliki

anak wajib mendidik anaknya, memelihara anaknya, melatih

akhlak anaknya, dan melatih kecerdasan pikiran anaknya.20

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “Pendidikan” berarti ialah

suatu proses mengubah sikap dan tata laku sikap seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.21

Secara harfiah, Pendidikan berarti mengeluarkan suatu

kemampuan. Jadi educare adalah membimbing untuk

mengeluarkan kemampuan yang tersimpan dalam diri anak untuk

mencapai kedewasaan.22 Sedangkan secara terminologi pendidikan

berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniyah dan

ruhaniyah ke arah kedewasaan.23 Menurut Dicsionary of

Education, yang dikutip oleh Drs. H. M. Alisuf Sabri dalam

20
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. Ke-3, H.10
21
Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10
22
Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10
23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung, Remaja Karya,
2007), Cet. Ke-18, H. 11

20
bukunya ilmu pendidikan Islam, bahwa pendidikan diartikan

sebagai:

a. Serangkaian proses anak mengembangkan kemampuan sikap

dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau

berguna bagi masyarakat.

b. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi

dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan

sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan-kemampuan

sosial dan perkembangan individu yang optimal.24

Dalam UU RI No. 20 Th 2003 pasal 1, pendidikan diartikan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.25 Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar

dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam di

barengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama

hingga terwujud kesatuan persatuan bangsa.

24
Alisuf shabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet.1 1999 h.4
25
DEPDIKNAS, UURI No 20 th 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung: FOKUSMEDIA
2003) H. 2

21
Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah

suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu

dapat menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan

serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan

menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan

yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam.26

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan

Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta

penggunaan pengalaman.27 Pendidikan agama Islam bertujuan

untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta

pengalaman peserta didik tentang ajaran agama Islam, sehingga

dapat menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.28

26
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130
27
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),
Cet.IV, h. 21.
28
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
Cet.III, h. 78

22
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam diatas.

Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah

suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan

paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk

memperbaiki akhlak anak-anak didik dan mengangkat mereka

kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan

kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan

mensucikan jiwa, serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka

agar berkelakuan yang baik dan mendorong mereka untuk

memperbuat pekerjaan yang mulia. Pendidikan agama memelihara

anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan

menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan

kesesatan.

Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam

memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan

mensucikan jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam

kehidupannya. Dengan pendidikan agama, maka anak-anak

menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat

23
beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan

menjauhi larangan agama.

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan

pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik

beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh

kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: (1) dimensi

keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi

pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta

didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau

pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan

ajaran agama Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti

bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati

atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan

motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan

menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi,

sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.29

29
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
Cet.III, h. 78

24
Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran

umum adalah sebagai berikut:

a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati

kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang

tidak terhitung banyaknya.

b) Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul

dalam dada kanak-kanak.

c) Mendidik kanak-kanak dari kecil, supaya mengikut suruhan

Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap

Allah ataupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati

mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalanya.

d) Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan

akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

e) Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-

macam ibadat yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya,

serta mengetahui hikmah-hikmah dan faedah-faedahnya dan

pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu

diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.

f) Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju

akhirat.

g) Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta

pengajaran dan nasehat-nasehat.

25
h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik

yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh

dengan ajaran agama.30

Menurut penulis tujuan-tujuan pendidikan agama islam

sudah bagus, tinggal bagaimana penerapannya saja. Karena

tujuan-tujuan tersebut sudah memenuhi semua aspek yang ada

dalam syariat islam.

ii. Pengertian Keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Ayah dan

ibulah yang disebut sebagai orang tua. Menurut kamus besar bahasa

Indonesia orang tua adalah:

1) Orang yang sudah tua

2) Ayah dan Ibu

3) Orang tua, orang yang dianggap tua (pandai, pintar)

Dalam penulisan skripsi ini yang dimaksud dengan orang tua

adalah ayah dan ibu kandung dari anak-anak hasil pernikahan.

Keluarga merupakan institusi sosial yang sangat penting, melalui

individu-individu dalam masyarakat dipersiapkan nilai-nilai

kebudayaan, kebiasaan, dan tradisinya dipelihara kelanjutannya, dan

melalui kebudayaan juga dia dipindahkan dari generasi ke generasi

berikutnya.31
30
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung,1983), Cet. XI, h. 7-8
31
Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001), Cet Ke-4, H.6

26
Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anak

mereka, karena dari mereka lah anak-anak mulai mengenal

pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidik adalah

terdapat pada kehidupan keluarga.32 Orang tua memegang peran

penting dan sangat berpengaruh dalam pendidikan anak-anaknya.

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu

bukanlah berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang

lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana

dan strukturnya memungkinkan untuk membangun situasi alami

pendidikan. Situasi pendidikan itu sendiri akan terwujud berkat

adanya pergaulan atau hubungan yang mempengaruhi timbal balik

antar orang tua dan anak.

Di dalam pembinaan terhadap anak diperlukan suatu

perhatian penuh dari pendidiknya, sebab seseorang yang sedang

dididik baik buruknya tergantung dari sejauh mana baik buruknya

si pendidik. Sebagai pusat pendidik dalam keluarga, orang tua

adalah orang yang pertama kali menanamkan nilai-nilai pendidikan

dalam diri anak. Orang tua lah yang menciptakan kondisi

lingkungan baik dan buruknya, baik melalui sikap, tingkah laku,

akhlak, perbuatan, ucapan, maupun cara berpikir.

32
Zakiah Daradjat Dkk, Ilmu Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
Cet Ke-6, H.35

27
Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi

untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia

dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga

sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim

dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa. Berdasarkan

pendekatan budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh

fungsi, yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, proyektif,

sosialisasi, rekreatif dan ekonomi.33

Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7

fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu:

a) Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya

anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.

Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang

hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang

dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau

dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga. Fungsi

afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan

sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih

sayang dan rasa aman).

b) Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk

kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak

mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita


33
Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2, h. 20-21

28
dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan

kepribadiannya.

c) Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan

institusi Pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya

institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara

sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarang pun keluarga

dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain

itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi

berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi

belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada setiap

langkah perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke

perguruan tinggi.

d) Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan

rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan

dan kegembiraan.

e) Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan,

upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping

peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting

artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak; sayangnya

sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran

akibat pengaruh sekularisasi.

29
f) Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara,

merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.

Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi

banyak dilakukan oleh badan-badan sosial seperti tempat

perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu,

anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.34

iii. Pengertian Akhlak

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak

(bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di

dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, atau tingkah

laku. Di dalam Da’iratul ma’arif dikatakan : “akhlak ialah sifat-

sifat manusia yang terdidik,”35 Sedangkan dalam kamus Shahih

kata khuluq berarti tabiat atau perangai. Qurtubi dalam tafsirnya

menjelaskan. “khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau

etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap atau

bertindak”.36

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah

kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila di

biasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu di sebut akhlak. Dalam

Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti,

watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari


34
HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
Cet.1, h. 21-22
35
Asmaran. A.S, M.A, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada,1994), Cet Ke-2, H.1
36
Muhhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : Al-
Bayan, 1997), Cet Ke 1, H.178

30
sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama

manusia.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak

ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam

dalam jiwanya dan selalu ada pada dirinya. Sifat itu dapat lahir

berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau perbuatan

buruk yang disebut dengan akhlak tercela. Semua itu tergantung

dari bagaimana cara pembinaannya.

Macam - Macam Akhlak

1) Akhlak Mulia

a) Shiddiq

Shidiq berarti benar atau jujur, antonim dari kata shiddiq

yaitu dusta atau bohong. Seorang muslim di tuntut selalu

dalam keadaan benar lahir dan batin, benar hati, benar

perkataan dan benar perbuatan. Benar hati, apabila hati

dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dari

segala penyakit hati. Benar perkataan, apabila semua yang

dikatakannya adalah kebenaran bukan kebohongan. Dan

benar perbuatan, apabila semua yang dilakukan sesuai

dengan yang di syariat kan oleh agama.37 Orang yang

berpegang teguh pada kejujuran dan mempertahankan

37
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan
Islam (LPPI), 1999), Cet Ke-1, H.80

31
prinsip tersebut pada setiap masalah yang dihadapinya

merupakan salah satu tiang agama yang kokoh.38

b) Amanah

Amanah berarti dapat dipercaya, dalam arti yang lebih luas

berarti menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan

orang lain, menjaga diri sendiri, serta menunaikan tugas-

tugas yang diberikan kepadanya.39

c) Istiqomah

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan

sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. 40 Secara

terminologi akhlak, istiqomah adalah sikap teguh dalam

mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun

menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang

yang istiqomah adalah laksana batu karang di tengah lautan

yang tidak bergeser sedikit pun walau diterjang oleh ombak

yang besar sekalipun.41

d) Iffah

Menurut bahasa berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang

tidak baik. Sedangkan menurut istilah adalah memelihara

kehormatan diri dari segala hal yang merendahkan, merusak,

dan menjatuhkan. Nilai serta wibawa seseorang tidak dilihat

38
Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1, H.74
39
Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89
40
Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89
41
Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89

32
dari rupa, kekayaan, juga jabatan, akan tetapi ditentukan

oleh kehormatan dirinya. Oleh karena itu, untuk menjaga

kehormatan diri tersebut setiap orang haruslah menjauhkan

diri dari segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah

SWT. Dia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya,

tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan harus juga

menjaga dirinya dari hal-hal yang bertentangan dengan

kehormatan dirinya.42

e) Tawadhu

Berarti rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Orang

yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang

lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya

sendiri secara berlebihan. Bentuk dari sikap tawadhu adalah

bergaul dengan orang lain dengan ramah, serta tidak

memandang dirinya lebih baik dari orang lain.

f) Malu

Adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan

melakukan sesuatu yang lebih rendah atau tidak baik. Mali

merupakan ciri khas perangai manusia yang menyingkap

nilai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya

akhlak seseorang. Orang yang mempunyai rasa malu,

senantiasa dapat menahan diri dari perbuatan yang

42
Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89

33
mengganggu manusia dan tidak mau menuturkan kata-kata

yang keji, hina dan buruk.43

g) Sabar

Secara bahasa sabar berarti menahan dan mengekang.

Sedangkan menurut istilah sabar berarti menahan diri dari

segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho

Allah. Menurut Al Ghazali, sabar merupakan ciri khas

manusia, binatang dan malaikat tidak memiliki sifat sabar

karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya kepada hawa

nafsu, bahkan hawa nafsu itulah satu-satunya yang

mendorong binatang untuk bergerak atau diam. Binatang

juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa nafsunya.

Sedangkan malaikat, tidak memerlukan sifat sabar karena

memang tidak ada hawa nafsu yang harus dihadapinya.

Malaikat selalu cenderung kepada kesucian. Sehingga tidak

diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan

mempertahankan kesuciannya itu.44

h) Pemaaf

Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan

orang lain tanpa sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk

membalas. Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat

memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu

43
Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim…,H.326
44
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.134

34
permohonan maaf dari yang bersalah. Menurut M. Quraish

Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan

untuk meminta maaf , tetapi yang ada adalah perintah untuk

memberi maaf.45 Atau dengan kata lain kita lebih dianjurkan

memberi maaf kepada orang lain sebelum orang itu meminta

maaf kepada kita.

i) Hikmah ( Kebijaksanaan )

Hikmah adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal

yang benar di antara yang salah dalam urusan ikhtiar nya.46

j) Adil

Adil adalah kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan

syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.47

2) Akhlak Tercela

a) Berbohong

Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi

yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya.

b) Takabur

Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi,

mulia melebihi orang lain. Pendek kata takabur ialah merasa

dirinya paling hebat diantara orang lain.48

c) Dengki

45
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.134
46
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2,
H.62
47
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.62
48
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59

35
Dengki yaitu perasaan tidak suka akan kesenangan atau

kebahagiaan juga kenikmatan yang dirasa orang lain, dan

berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang

tersebut.49

d) Bakhil

Bakhil berarti kikir, orang yang kikir sama dengan orang

yang berhemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi

hematnya secara berlebihan menjadikannya sukar akan

membagikan sebagian apa yang dimilikinya kepada orang

lain.50

C. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya masih sementara

terhadap permasalahan penelitian.51 Hipotesis juga dapat dikatakan sebagai

jawaban sementara dari suatu rumusan masalah penelitian yang

kebenarannya masih harus diuji.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pendidikan

agama dalam keluarga memberikan pengaruh terhadap akhlakul karimah

anak usia 12 – 19 tahun di Dusun Gombelan, Desa Tawangsari,

Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.

49
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59
50
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), Cet. Ke 11, H. 67-68

36
BAB III

DESKRIPSI DATA

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Letak Geografis

37
Sumber data: Google Maps

Gombelan merupakan suatu dusun yang termasuk salah satu dusun

dari desa Tawangsari. Yang letaknya di kaki Gunung Lawu dan masuk

dalam wilayah Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Di Dusun

Gombelan terdapat 2 RT dan 1 RW, yaitu 01/05 dan 02/05.

2. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data kependudukan sampai bulan Juni, jumlah

penduduk Dusun Gombelan sebanyak 196 jiwa dengan jumlah jenis

kelamin laki-laki sebanyak 144 jiwa dan perempuan sebanyak 152

jiwa.

3. Kondisi Keagamaan

38
Penduduk di Dusun Gombelan yang terdiri dari 2 RT dan 1 RW

seluruhnya beragama Islam, tidak ada penduduk yang beragama selain

Islam di dusun tersebut. Kegiatan agama di dusun Gombelan terlihat

cukup baik, di antaranya kegiatan yang sering dilakukan adalah

kegiatan hari raya besar Islam seperti halal bi halal, Maulid Nabi

Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, dan lain-lain.

4. Kondisi Ekonomi

Mata pencaharian penduduk Dusun Gombelan didominasi sebagai

petani. Akan tetapi ada pula penduduk yang berpenghasilan tambahan

seperti penjahit, penambang pasir, juga warung kelontong.

5. Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial merupakan fasilitas yang diperlukan masyarakat

dalam lingkungan permukiman. Fasilitas sosial yang ada di dusun

Gombelan meliputi fasilitas peribadatan, fasilitas pemerintah dan

pelayanan umum, dan fasilitas pemakaman umum.

a. Fasilitas peribadatan: di dusun Gombelan terdapat 2 masjid.

b. Fasilitas pemerintah dan pelayanan umum: fasilitas ini cukup

baik dalam pelayanan dan terpusat di kantor desa Tawangsari.

c. Fasilitas pemakaman umum: di dusun Gombelan hanya

terdapat 1 pemakaman umum.

6. Kondisi Fisik Bangunan Tempat Tinggal

Kebanyakan bangunan rumah di Dusun Gombelan merupakan

bangunan yang mayoritas hampir mencapai kondisi banguna yang

39
mempunyai atap, lantai berkeramik, dan dinding batu bata. Meskipun

ada sedikit rumah yang belum layak huni.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data

1. Deskripsi Data

40
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yang

disebarkan kepada responden. Di dalam angket tersebut terangkum dua

variabel yaitu variabel X dan variabel Y yang berjumlah 30 soal yang

terdiri dari 15 soal kuesioner tentang pendidikan agama dalam

keluarga dan 15 soal kuesioner tentang akhlakul karimah. Kemudian

data yang diperoleh akan diolah dalam bentuk tabel dengan

menggunakan rumus:

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy =
√[ N ∑ X 2−( ∑ X ) 2 ][ X ∑ Y 2−( ∑ Y ) 2 ]
Tabel di bawah ini adalah tabel pendidikan agama dalam keluarga

(variabel X) dan akhlakul karimah (variabel Y)

NO X Y

1 59 52

2 52 54

3 42 42

4 70 57

5 63 48

6 63 55

7 60 50

8 54 56

9 51 50

10 55 48

11 63 55

41
12 57 61

13 61 48

JUMLAH 750 676

Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara pendidikan

agama dalam keluarga (variabel X) dengan akhlakul karimah (variabel Y), maka

penulis menggunakan rumus Product Moment dengan memasukkan data-data

yang diperoleh ke dalam tabel yaitu:

NO X Y X2 Y2 XY

1 59 52 3481 2704 3068

2 52 54 2704 2916 2808

3 42 42 1764 1764 1764

4 70 57 4900 3249 3990

5 63 48 3969 2304 3024

6 63 55 3969 3025 3465

7 60 50 3600 2500 3000

8 54 56 2916 3136 3024

9 51 50 2601 2500 2550

10 55 48 3025 2304 2640

11 63 55 3969 3025 3465

12 57 61 3249 3721 3477

13 61 48 3721 2304 2928

JUMLAH 750 676 43868 35452 39203

42
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy =
√[ N ∑ X −(∑ X ) ] ¿ ¿ ¿
2 2

13.39203−( 750 ) . ( 676 )


=
√[ 13.43868−( 750) ] [ 13.35452−(676) ]
2 2

509639−507000
= √( 570284−562500 )( 460876−456976 )
2693
= √7784.3900
2639
= √30357600
2639
= 5509 ,77 = 0,478

B. Pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap

akhlakul karimah anak usia 12 – 19 tahun

Dari perhitungan di atas ternyata angka nilai koefisien korelasi

antara hasil penelitian angket pendidikan agama dalam keluarga dan

pengaruhnya terhadap akhlak siswa sebesar 0,478. Selanjutnya untuk

mengetahui apakah ada hubungan yang positif atau tidak, maka “r” hasil

perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel.

Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar

kontribusi variabel X dan variabel Y menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r² x 100%

KD = 0,4782 x 100% = 47,8%

Dari hasil perhitungan mencari besarnya kontribusi antara variabel

X (pendidikan agama dalam keluarga) dan variabel Y (akhlak siswa di

sekolah) ternyata menghasilkan 47,8%. Hal itu bertanda bahwa

43
kontribusinya cukup sedang antara kedua variabel tersebut. Dikatakan

kontribusinya cukup karena dari hasil penelitian diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa siswa yang selalu di berikan pendidikan agama oleh

orang tuanya di rumah mempunyai akhlak dan perilaku yang bagus.

Karena orang tua mereka selalu memberikan pendidikan agama dan

pengarahan kepada sang anak agar selalu menaati segala perintah agama

dan agar berkelakuan baik dalam segala hal.

Ditambah lagi dalam penelitian tersebut penulis menemukan

bahwa orang tua yang memberikan pendidikan agama selalu memberikan

perhatian yang lebih kepada anak mereka. Mereka selalu menanyakan

bagaimana pelajaran yang anak-anak mereka dapatkan di sekolah, mereka

selalu menyempatkan waktu untuk berbagi cerita kepada sang anak

sehingga mereka tahu masalah apa yang sedang dihadapi oleh sang anak

baik dilingkungan keluarga, masyarakat ataupun sekolah. Dengan begitu

anak pun akan merasa mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup

dari orang tua mereka.

Inilah bagaimana seharusnya jalinan ikatan antara orang tua dan

anak. Sesibuk apa pun orang tua,, mereka harus dapat menyempatkan

waktu untuk anak-anaknya dan tidak terlalu sibuk dengan urusan

pekerjaan dan lain-lain sehingga mengabaikan masalah sang anak dan

menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Karena

bagaimana pun ini adalah tanggung jawab orang tua.

44
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan

bahwa:

45
1. Dalam penelitian ini pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga

pada remaja usia 13 -19 tahun di Dusun Gombelan tergolong sedang atau

cukup ini terlihat dari penghitungan koefisien korelasi antara pendidikan

agama dalam keluarga dengan akhlak siswa yang menggunakan rumus

Pearson Product Moment, ternyata angka korelasi antara variabel X dan

variabel Y tidak bertanda negatif, yang berarti antara kedua variabel

tersebut terdapat korelasi positif jadi terdapat pengaruhnya. Dengan

memperhitungkan besarnya Rxy (yaitu: 0,47) yang besarnya berkisar

antara 0,40-0,70, berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y

itu adalah termasuk korelasi positif yang sedang atau cukup.

2. Dengan nilai yang dihasilkan oleh penghitungan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pendidikan agama dalam keluarga mempunyai

pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk akhlak siswa di sekolah.

Karena lingkungan keluarga adalah lingkungan utama yang membentuk

kepribadian anak. Ketika pendidikan agama dalam lingkungan keluarga

sudah baik maka anak akan mempunyai sifat atau kepribadian yang baik

pula. Begitu pula sebaliknya, jika pendidikan agama dalam lingkungan

keluarga tidak berjalan dengan baik, maka anak akan mempunyai sifat atau

kepribadian yang kurang baik pula.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran yang mungkin

berguna untuk:

1. Para Orang Tua

46
Bagi para orang tua yang hakikatnya adalah pendidik pertama bagi anak-

anaknya, sebaiknya orang tua tidak melepaskan tanggung jawab penuh

kepada sekolah. Karena sekolah hakikatnya ialah pengganti peran dari

orang tua, dengan demikian orang tua tidak melepaskan tanggung

jawabnya sebagai pendidik utama. Sehingga ketika anak berada di luar

sekolah orang tua diharapkan dapat memperhatikan perkembangan

anaknya. Baik dalam segi akhlak, ibadahnya, sampai pelajarannya.

2. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini hanya menjelaskan sedikit tentang pendidikan agama Islam

dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap remaja. Untuk penelitian

selanjutnya sebaiknya mengangkat tema yang sama akan tetapi dengan

metode penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Al Ghazali.1985. Akhlak Seorang Muslim. Semarang.

Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama.


Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.

47
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Asmaran. A.S, M.A. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada.
Bintang Hasanah, Zulfa. 2016. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Purwokerto.

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta:


Bumi Aksara.
HM. Alisuf Sabri. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan
Pengamalan Islam (LPPI).
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muchsin dan kawan-kawan. 2010. Pendidikan Islam Humanisti. Bandung: PT.
Refika Aditama.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah, M. Ed. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nizar, Samsul. 2001. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam. Jakarta;


Gaya Media Pratama.
Nur Abdul Hafidz, Muhhammad. 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah.
Bandung : Al-Bayan.

Qomariyah, Siti. 2010. Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Akhlak


Remaja, Skripsi. Salatiga: STAIN Salatiga.
Rachman Shaleh, Abdul. 2005. Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Rahmat, Jalaluddin. 1994. Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

48
Ramayulis Dkk. 2001. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga. Jakarta: Kalam
Mulia.
Sugiyono. 2010.Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam. Bandung: Remaja
Rosyada Karya Offset.
Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Uhbiati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV.Pustaka Setia.
Wahy, Hasbi. 2012. Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan Utama.
Widhi Kurniawan, Agung dan Zarah Puspitaningtyas. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Pandiva Buku.
Yunus, Mahmud. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT.
Hidakarya Agung.

Yusrina. 2006. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan


Akhlak di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, Skripsi. Jakarta : Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Zakiah Daradjat, Dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Dalam Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

49

Anda mungkin juga menyukai