(4 FEBRUARI 2022)
SUMBER PUSTAKA
YANG PALING TINGGI
NILAINYA
Hasbi Wahy
Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Abstract
Family is the first environment experiencing by human being when she or he was born in
the world. In further development, it is also becomeas a primary environment to build
one’s personality. The early days of one is mostly spent in family. Thus, within the family
one undergoes a process of main and foremost education. Any form of family, particularly
the parents, either verbally or in action, whether it’s teaching, and exemplary practices
applied in the social life of the family, will influence one’s subsequent behavior
development. Hence, parents should be able to impart good education and the right to
children from the early age, in order the subsequent development of one’s behavior could
reflect the sublime personality gives any advantage for himself, religion, family, society, as
well as nation.
Abstrak
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dialami seorang anak manusia ketika
dilahirkan ke dunia. Dalam perkembangan selanjutnya keluarga juga merupakan
lingkungan utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak manusia. Masa-masa
awal pertumbuhannya lebih banyak dihabiskan di dalam lingkungan keluarga. Maka di
dalam keluargalah seorang anak manusia mengalami proses pendidikan yang pertama
dan utama. Segala bentuk perilaku keluarga, khususnya kedua orang tua, baik lisan
maupun perbuatan, baik yang bersifat pengajaran, keteladanan maupun kebiasaan-
kebiasaan yang diterapkan di dalam kehidupan sosial keluarga, akan mempengaruhi pola
perkembangan perilaku anak selanjutnya. Oleh karena itu, orang tua harus mampu
menanamkan pendidikan yang baik dan benar kepada anak sejak usia dini, agar
perkembangan perilaku anak selanjutnya dapat mencerminkan kepribadian yang luhur,
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, agama, keluarga juga masyarakat dan bangsanya.
PENDAHULUAN
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga
inilah seorang anak manusia pertama sekali mendapatkan pendidikan dan
bimbingan. Sebagian besar dari kehidupan anak dilaluinya di dalam keluarga,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Pengalaman yang diperoleh anak melalui pendidikan dalam keluarga akan
mempengaruhi perkembangan anak dalam proses pendidikan selanjutnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang pertama
dan utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak manusia.
PEMBAHASAN
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang
lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan
tanggung jawab kedua orang tua untuk memelihara dan mendidiknya
dengan sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua mendidik anak ini terus
berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri.1
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa orang tua merupakan pendidik utama
dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga.2
Dari dua dasar pemikiran di atas terlihat betapa besarnya tanggung jawab
orang tua terhadap anak. Secara lebih tegas Allah Subḥānahu wa Ta’āla
menjelaskan tentang kewajiban mendidik anak ini dalam Surat At-Tahrim ayat 6
yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka. (Q. S. At-Tahrim: 6).
1
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 1997, hal. 62.
2
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1973,
hal. 35.
Ayat tersebut megandung makna “perintah” atau fi’il amar yaitu suatu
kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Oleh
karena itu, maka kedua orang tua harus dapat memainkan peranan penting sebagai
pendidikan pertama dan utama bagi anaknya, sebelum pendidikan anak diserahkan
kepada orang lain.
Menurut Fuad Ihsan, tanggung jawab pendidikan oleh kedua orang tua
meliputi:
Dalam usaha pelaksanaan pendidikan anak yang Islami, tidak akan terlepas
dari berbagai tantangan yang akan dihadapi. Namun semua tantangan tersebut
bukanlah menjadi suatu halangan untuk mendidik anak-anak secara Islami.
4
Fuad Ihsan, Dasar-dasar…, hal. 94.
Berbagai tantangan justru harus kita anggap sebagai hiasan dalam perjuangan,
sehingga usaha yang dilakukan dalam pendidikan anak akan lebih serius dengan
berbagai cara yang tepat.
Tantangan dalam pendidikan anak dapat dibagi dua, yaitu tantangan yang
berasal dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern). Kedua tantangan ini saling
mempengaruhi dalam upaya pendidikan anak.
Sumber tantangan intern yang utama adalah orang tua si anak itu sendiri.
Banyak orang tua yang kurang bahan dan tidak memahami bagaimana cara
mendidik anak. Keadaan akan bertambah rumit bila keharmonisan rumah tangga
terganggu. Padahal anak membutuhkan tempat berlindung yang aman bagi
perkembangan fisik, jiwa dan pemikirannya.
Tantangan lain bisa berasal dari anggota keluarga. Orang tua mungkin
sudah berusaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya, namun intervensi dari
anggota keluarga bisa merusak suasana. Kasus yang umum terjadi adalah sikap
kakek dan nenek yang selalu memanjakan si anak. Akibatnya anak menjadi lebih
dekat kepada kakek dan nenek, dan menganggap orang tuanya terlalu membatasi
dirinya. Demikian juga halnya antara ayah dan ibu. Sering terjadi ketika seorang
ayah menegur si anak karena melakukan suatu perbuatan yang tidak benar, maka
ibu tampil sebagai pembela, atau sebaliknya, akibatnya sianak merasa mendapat
pembelaan dan dukungan, sehingga anak merasa mendapat “pengesahan” untuk
mengulangi perbuatannya.
Tantangan ekstern selanjutnya adalah yang berasal dari media massa. Media
massa menjadi sumber tantangan yang sangat sulit diantisipasi. Informasi yang
dilemparkan media massa, baik cetak maupun elektronik, memiliki daya tarik yang
kuat. Apabila tidak ada pengarahan dari orang tua, anak akan menyerap semua
informasi tanpa terkendali. Kita semua tentunya prihatin, dengan berbagai acara
hiburan yang ditawarkan media massa, khususnya media elektronik, yaitu televisi.
Tidak ada lagi batasan umur penonton untuk setiap acara yang ditayangkan televisi.
Akibatnya, senetron semacam pernikahan dini, film India dan latin dikonsumsi
oleh semua golongan umur. Para pendidik di tanah air pernah gusar dengan lagu
yang ditayangkan televisi. Bukan hanya karena syair dan cerita yang tidak cocok
untuk dikonsumsi anak-anak, tapi juga cara berpakaian para penghiburnya yang
sangat tidak pantas. Film-film yang disuguhkan untuk anak-anakpun sangat
mengkhawatirkan dan bisa mengganggu fikrah dan akhlaq. Barat dan India serta
China menyerang dengan film-film yang serba super, pamer aurat dan keintiman
pria dan wanita. Sementara produk-produk lokal juga tidak mau kalah dengan
mengantar anak-anak kepada kehidupan yang penuh mistik, kurafat dan takhayul,
disamping juga dengan film-film pamer aurat dan keintiman pria dan wanita.
Kalaupun ada acara anak-anak, ternyata juga banyak yang tidak baik untuk
pendidikan anak-anak, sebut saja salah contoh film anak-anak yang sangat populer,
yaitu Shin Chan. Ternyata ceritanya lebih banyak bercerita tentang anak yang nakal,
tidak sopan dan bertindak semaunya jauh dari nilai-nilai pendidikan. Ditambah lagi
dengan tayangan iklan yang lebih banyak mengkomersilkan tubuh wanita,
walaupun sering tidak sesuai dengan maksud iklan. Ini baru dari televisi, belum
dari sumber media yang lain. Banyak stasiun radio, dan majalah yang menawarkan
pola kehidupan jahiliyyah kepada anak-anak kita.
Peranan Ibu
Peranan Ayah
Peranan Nenek
5
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoretis, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995, hal. 82.
6
Zakiah Daradjat, Peranan Agama…, hal. 35.
7
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, hal. 95.
Jika dianalisis secara lebih mendalam, maka yang dimaksud dengan cacat
jiwa akibat anak yang dimanjakan antara lain adalah:
Oleh karenanya bagi para orang tua betapapun sempitnya waktu luang,
tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada
pramuwisma. Apalagi kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya
8
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, hal. 84.
Mengazankan dan iqamah itu mengandung hikmah yang tinggi bagi bayi
yang baru lahir, sebelum ia mendengar sesuatu apapun, lebih dahulu kalimah
tauhid diperdengarkan kepadanya dengan harapan akan menjadi pedoman di
kemudian hari. Azan juga merupakan pelajaran pertama yang secara langsung
diberikan kepada bayi tersebut, kemudian disusul dengan pelajaran agama lainnya
sesuai dengan perkembangan anak.
Sebagai penanggung jawab pendidik pertama dan utama, maka orang tua
tanpa ada yang memerintah, langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik
bersifat sebagai pemelihara, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin
terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap manusia.
9
Zakiah Daradjat, Peranan Agama…, hal. 37.
10
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995. Hal. 368.
Djaka, Cs. mengatakan, bahwa dalam pendidikan budi pekerti yang penting
ialah kebiasaan dan perbuatan (prakteknya).11. Selanjutnya, Zakiah Daradjat
mengemukakan, bahwa pendidikan moral yang paling baik terdapat dalam agama,
karena nilai moral yang dapat dipatuhi dengan suka rela, tanpa paksaan dari luar
hanya dari kesadaran sendiri, datangnya dari keyakinan beragama.12
11
Djaka Cs, Rangkuman Ilmu Mendidik, Jilid I, Cet. 7, Jakarta: Toko Buku Mutiara, tt. hal. 6.
12
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang,, 1977.
hal. 20.
13
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan …, hal. 198.
a. Sejak kecil anak sudah dibiasakan hidup bersih diri dan lingkungan serta
disiplin pada waktu.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk menerapkan dasar-
dasar hidup beragama. Untuk membangun kesadaran beragama, maka anak-anak
sejak kecil harus sudah dibiasakan untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama,
seperti shalat, ikut ke mesjid, menonton acara-acara keagamaan, mendengar lagu-
lagu Islami, dan lain-lain.
SIMPULAN
14
Hasbi ash-Shiddiqy, “Teuku Muhammad Zulfikar”, Sinar Darussalam, Nomor 65, YPD.
Darussalam, hal. 33.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
PEYELENGGARA :
-
- -
I
I
'P!Lly PERWJSJnKfiAN 1
UNIV. MEcJEiil ? A q A Q G
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BAG1 ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Siapa anak dengan kebutuhan khusus? Anak dengan kebutuhan khusus adalah
perkembangan yang optimal sebagai akibat dari kelainan atau keluarbiasaan yang
disesuaikan dengan jenis dan tingkat kelainannya, karena masing-masing jenis dan
tingkat kelainan anak membutuhkan layanan yang berbeda; Untuk itu, diperlukan
khusus di dalam merancang program pendidikannya, termasuk dalam ha1 ini untuk
perubahan paradigma pendidikan saat ini yang lebih berorientasi pada ( demand
peningkatan mutu guru, pengadaan bahan ajar, pengadaan buku dan peningkatan
khusus dapat memasuki dunia kerja dan mereka mampu berprestasi di dunia kerja
yang ditekuninya, sekalian masyarakat mau mengakui dan menerima lulusan dari
sekolah reguler yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus, untuk itulah pada
bagian ini akan diuraikan tentang pengertian anak dengan kebutuhan khusus, jenis-
jenis dan karakteristiknya sehingga dapat menentukan kecakapan hidup yang sesuai
khusus. Di samping itu guru bagi anak-anak di sekolah khusus harus mampu
siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda pula, maka dari itu peranan gum maupun
pihak sekolah dan orang tua saling bekerja sama memikirkan untuk pengembangan
kecakapan hidup yang hams dimiliki siswa, sehinga guru perlu merancang program
yang tepat baik bagi siswa sesuai kemampuannya, baik melalui diskusi dengan pihak-
pihak terkait maupun melalui pelatihan tentang pendidikan kecakapan hidup dalam
mengalami hambatan dalam perkembangannya baik dalam segi fisik, mental, emosi,
sosial, dan kepribadiannya, sehingga mereka memerlukan layanan khusus untuk dapat
mencapai perkembangan yang optimal. Kelainan pada anak tersebut dapat meliputi
berbagai kelainan tersebut tidak lagi hanya didasarkan pada label kelainan anak, akan
tetapi lebih didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan secara individual. Oleh
karena itu layanan pendidikan bagi anak yang berkelainan tidak harus di sekolah
khusus, namun bisa dilayani disekolah reguler. Dalam ha1 ini mereka merupakan
dalam kehidupar, sehari-hari. Kecakapan hidup tidak semata berupa kecakapan untuk
bekerja atau kecakapan vokasional, tetapi mencakup pengertian yang lebih luas yang
hidup dengan wajar, tanpa tertekan, serta mampu mencari dan menemukan solusi
terhadap problema yang dihadapi untuk mencapai sukses dan kebahagiaan dalam
kehidupan di masyarakat.
Dikmenum (2002; 13) menyatakan bahwa kecakapan hidup adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan
wajar tanpa merasa tertekan, kernudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa
merasa tertekan, kzmudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Sementara itu
Djamaan Satori (2002) menyatakan life skill atau kecakapan hidup dalam pengertian
ini mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk
pengertiannya sama yaitu ada suatu kemampuan yang terdapat pada diri seseorang
untuk dapat hidup secara layak dan bermartabat di dalam lingkungan suatu
masyarakat. Kecakapan hidup ini dapat dilihat pada empat konsep belajar sepanjang
Kognitifnya.
kehidupan. Hal ini sesuai dengan konsep John Dewey dengan Learning by
sesuatu.
Learning to be (belajar menjadi diri sendiri), visi ini menjadi sangat penting
didik menjadi pribadi yang mandiri, memiliki harga diri. Pembelajaran yang
istilah aktualisasi diri. Hal ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang
dirinya hidup bersama dalam dunia yang global bersama banyak manusia
dengan berbagai bahasa dan latar belakang etnik, agama dan budaya yang
dalam bentuk keterampilan pada dirinya sendiri akan tetapi peserta didik juga diberi
hanya untuk dirinya sendiri, tetapi sangat bermakna juga bagi masyarakat dan
dicapai oleh peserta didik didapat melalui kompetisi dengan orang lain. Sehingga
berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, tetapi
juga berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik bisa belajar dari lingkungan,
dari pengalaman, dan keberhasilan orang lain, maupun dari alam sekitar, sehingga
semata diarahkan untuk pengembangan kecakapan untuk hidup bersama orang lain,
Keempat pilar pembelajaran tersebut tidak bisa dilihat sebagai ha1 yang
kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan terkhir dan tertinggi adalah akumulasi
Belajar untuk tahu adalah prasyarat untuk belajar mandiri, dan belajar mandiri
diri dengan lingkungan dan mampu bekerja sama. Keempat pilar ini harus dimiliki
oleh setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non
formal.
dan kemiskinan. Djama'an Satori (2003)menjelaskan bahwa life skill memiliki makna
yang lebih luas dari employability skill dan vocational skill. Kecakapan hidup adalah
dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat kerja, menggunakan teknologi dan
sebagainya.
Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama (Depdiknas :2003 : 16)
yaitu:
1. Kecakapan hidup yang bersifat Generik (generic life skill) yang mencakup
(vocational skill).
keduanya. Kekuatan dan kelemahan kecakapan hidup terletak pada dapat atau
1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Inti dari tujuan pendidikan adalah
sebagai pribadi yang mandiri, sebagai anggota masyarakat yang baik, dan sebagai
warga negara yang baik. Sebagai pribadi yang mandiri berarti berani menghadapi
dirinya sendiri dan menolong orang lain disekitarnya. Dengan demikian pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan semua potensi peserta didik dan membekali peserta
didik dengan kecakapan hidup yang berguna agar peserta didik mampu memecahkan
dan mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapi dengan cara yang lebih apik
dan cepat.
guru yang baik, sarana yang sesuai, lingkungan sekolah yang kondusif, dan
sebagainya. Untuk itu sekolah harus dikelola dengan baik, yang sesuai dengan
dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan aplikasi manajemen yang sesuai dengan
(Depdiknas, 2003).
didik untuk menempuh kehidupan nyata di masyarakat dengan sukses, bahagia, dan
masyarakat dan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan
serta kecakapan untuk bekerja, serta memiliki karakter dan etika ke dunia kerja.
diintegrasikan
pendidikan
5. Paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar
agar:
yang erat satu sama lain. Kecakapan hidup dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi
berdasarkan identifikasi terhadap kecakapan hidup yang diperlukan peserta didik dan
sesuai dengan tuntutan kehidupan yang diperlukan peserta didik dan sesuai dengan
Khusus
perlu meningkatkan interaksi anatara siswa' dengan sesama siswa, siswa dengan guru,
F. Penutup
Jakarta, 17 April 2020 – Peningkatan negara yang terdampak virus Covid-19 di seluruh dunia seperti
Amerika, Spanyol dan Italia membuat situasi ekonomi dunia semakin memburuk. Beberapa lembaga
bahkan memprediksikan perlemahan ekonomi dunia, antara lain International Monetary Fund (IMF)
yang memproyeksikan ekonomi global tumbuh minus di angka 3%.
Menteri Keuangan (Menkeu) menjelaskan Pendapatan Negara pada bulan Maret 2020 tumbuh
positif. Meskipun kemudian Pemerintah waspada terhadap dampak pandemi di bulan mendatang,
mengingat wabah ini baru mulai meluas di Indonesia pada minggu kedua Maret 2020. “Untuk Indonesia
kita lihat sudah ada 5.516 kasus baru Covid-19 sesuai data kemarin dan masih terkonsentrasi
mayoritas ada di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ini yang menyebabkan bahwa DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta Banten adalah tempat terbesar dari penularan positif dari kasus
Covid-19”, jelas Menkeu. Menkeu juga menambahkan bahwa pulau Jawa adalah pulau yang
memberikan kontribusi sangat besar bagi perekonomian Indonesia. “Lebih dari 57% ini nanti akan
mempengaruhi cukup besar dari sisi prospek ekonomi dan kegiatan dari ekonomi masyarakat”, tukas
Menkeu dalam video conference APBN KITA April 2020.
Pendapatan Negara Masih Mampu Tumbuh Positif Akhir Triwulan I Namun Tekanan Di Depan
Harus Diwaspadai
Menkeu mengungkapkan pendapatan negara dan hibah pada akhir Triwulan I 2020 telah
mencapai Rp375,95 triliun. Capaian pendapatan negara tersebut tumbuh 7,75% (yoy) jauh lebih baik
dibandingkan pertumbuhan di bulan Februari lalu sebesar minus 0,5% (yoy). "Namun demikian, kita
melihat refleksi penerimaan negara di bulan Maret yg tumbuh 7,7% terlihat cukup baik dibandingkan
tahun lalu yang tumbuh 4,46%, meskipun basis supporting-nya bukan basis ekonomi secara luas",
ungkap Menkeu
Hal ini menunjukkan dukungan berbagai sumber pendapatan negara dalam upaya memperkuat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-
19. Realisasi Pendapatan Negara yang bersumber dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) masing-masing secara nominal telah mencapai Rp279,89 triliun dan
Rp95,99 triliun. Sementara itu, realisasi dari Hibah pada periode yang sama baru mencapai Rp0,08
triliun. Penerimaan Perpajakan dan PNBP tumbuh masing-masing sebesar 0,43% dan 37% (yoy).
Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan komponen penerimaan Pajak hingga akhir
bulan Maret 2020 masih bersumber dari pajak atas konsumsi rumah tangga, meskipun penerimaan
pajak juga masih dibayangi tekanan akibat tren pelemahan industri manufaktur dan aktivitas
perdagangan internasional, serta pelemahan aktivitas ekonomi akibat penyebaran Covid-19.
Kemudian, seiring adanya aturan terkait Work From Home (WFH) baik untuk sektor pemerintah
maupun sektor swasta, maka mulai terjadi perlambatan kegiatan usaha di akhir bulan Maret 2020 yang
berpotensi menurunkan penyerahan dalam negeri yang kemudian akan menekan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai Dalam Negeri (PPN DN) di bulan April 2020. Kondisi tersebut kemungkinan akan
berlanjut dan semakin terkontraksi di bulan Mei, mengingat di bulan April sebagian daerah sudah
melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah terdampak. Sejalan
dengan penerapan WFH dan PSBB tersebut, Pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa
relaksasi pembayaran PPh Pasal 29 OP dan pelaporan SPT PPh OP, yang mana berimbas pada
belum optimalnya realisasi penerimaan PPh Pasal 29 OP.
Lebih lanjut, penerimaan Kepabeanan dan Cukai secara nominal utamanya masih didukung
oleh penerimaan dari Cukai dan Bea Masuk (BM). Dilihat dari pertumbuhannya, penerimaan
Kepabeanan dan Cukai tumbuh mencapai 23,60% (yoy), yang terutama berasal dari pertumbuhan
penerimaan Cukai yang tercatat sebesar 36,50% (yoy). Di sisi lain, realisasi penerimaan Bea Keluar
(BK), pertumbuhannya secara kumulatif masih tumbuh negatif 32,56% (yoy). Kontraksi pada
pertumbuhan pajak perdagangan internasional terjadi akibat turunnya volume impor, penurunan harga
komoditas, dan melambatnya aktivitas ekspor barang mentah sebagai dampak mewabahnya Covid-19
di berbagai negara.
Realisasi PNBP sampai dengan Triwulan I Tahun 2020 tumbuh positif sebesar 36,80 %
dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp70,16 triliun). Secara lebih terperinci, pencapaian
realisasi triwulan ini terutama bersumber dari PNBP SDA migas tercatat sebesar Rp28,64 triliun (22,5%
dari APBN 2020) atau tumbuh 7,42% (yoy). Penerimaan PNBP nonmigas sampai akhir Maret
mengalami penurunan sebesar 22,41%. Sementara itu, capaian pendapatan dari Kekayaan Negara
yang Dipisahkan hingga Maret 2020 menunjukkan pertumbuhan 907.314,82% dibandingkan periode
yang sama tahun 2019. Demikian juga dengan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) hingga Maret
2020 mencatatkan pertumbuhan positif 37,17% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yaitu dari
Rp9,38 triliun menjadi Rp12,87 triliun.
Narahubung Media:
Rahayu Puspasari 021 3846663
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi mediacenter@kemenkeu.go.id
Kementerian Keuangan
arahubung Med @kemenkeuRI Kemenkeu RI
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Kemenkeuri
e-mail: siti.nurhamidah@undiksha.ac.id,
nyoman.dantes@pasca,undiksha.ac.id, wayan.lasmawan@pasca.undiksha.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas pengelolaan proses
pembelajaran melalui pendampingan pada implementasi kurikulum 2013. Subyek penelitian adalah
guru-guru kelas I dan kelas IV SD di Kecamatan Denpasar Barat, sebanyak 70 orang guru.
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada setiap siklus memiliki perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi yang berbeda-beda. Obyek penelitian Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan
data melalui workshop dan supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi guru dalam proses
pemahaman guru terhadap buku guru dan buku siswa(APKG I ), APKG II pemahaman guru
terhadap proses dan penilaian pembelajaran, APKG III penyusunan RPP ,APKG IV pelaksanaan
pembelajaran, dan APKG V pelaksanaan penilaian pembelajaran. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: pertama kemampuan guru
dalam pengelolaan proses pembelajaran mengalami peningkatan persentase pada tiap tahapannya,
dari pra siklus rata-rata 67.58 (cukup), siklus I mencapai rata-rata 73.78 (cukup) dan pada siklus II
mencapai rata-rata 77.14 (baik), kedua bahwa upaya peningkatan pengelolaan proses pembelajaran
melalui pendampingan dengan tehknik workshop, kunjungan kelas: observasi, diskusi klinis,
pemodelan dan peerteaching behasil dengan baik.
ABSTRACT
This research aims to investigate the difference in quality of learning process management
before and after given mentoring of 2013 curriculum implementation. Research subjects were 70
teachers of Class I and Class IV Elementary Schools in West Denpasar sub-district. This research
was conducted in two cycles. In every cycle had different planning, execution, observation and
reflection. Research object was 2013 curriculum. Data collection technique was through workshop
and class supervision with stages of supervising teachers in teacher’s comprehension process
towards teacher’s books and student’s books (APKG I), APKG II teacher’s comprehension towards
process and learning assessment, APKG III RPP preparation of lesson plans, APKG IV
implementation of learning, and APKG V learning assessment. The analysis was using by descriptive
kuantitative statistic done. The analysis was using by descriptive kuantitative statistic done. This
research shows that: first, teacher’s ability in learning process implementation had improvement in
percentage in every stage, from pre-cycle mean 67.58 (enough), cycle I reached mean 73.78
(enough) and on cycle II reached mean 77.14 (good). Second, improvement efforts the
managements of the learning process were through the mentoring by workshop technique, class
visits, observation, clinical discussion, modeling and peer teaching is worked well.
1
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
buku guru dan buku siswa, APKG (2) variabel APKG(1) yaitu : penilaian
pemahaman guru terhadap proses dan kemampuan guru dalam penguatan
penilaian pembelajaran, APKG (3) pemahaman guru terhadap buku guru dan
penyusunan rencana pelaksanaan buku siswa, (2) variabel APKG II yaitu :
pembelajaran, APKG (4) pelaksanaan penilaian kemampuan guru dalam
pembelajaran, APKG (5) pelaksanaan pemahaman guru terhadap proses dan
penilaian pembelajaran,, APKG II, APKG III, penilaian pembelajaran, (3) ariabel APKG
APKG IV dan APKG V, yaitu alat penilaian III yaitu : penilaian kemampuan guru dalam
kemampuan guru dalam melaksanakan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Data yang terkumpul dalam pembelajaran (RPP), (4) variabel APKG IV
penelitian ini dianalisis dengan yaitu : penilaian kemampuan guru dalam
menggunakan statistik deskriptif kuantitatif pelaksanaan pembelajaran, (5) variabel
yaitu dengan mencari angka rata-rata (M), APKG V yaitu : penilaian kemampuan guru
Median (M), dan Modus (Mo),yang dalam pelaksanaan penilaian
dilanjutkan dengan menggambarkan grafik pembelajaran, dengan perhitungan ukuran
histogram . sentaral ( mean, modus, medium dan
ukuran standar deviasi ) yang disajikan
PEMBAHASAN pada tabel , histogram dan kategorisasi
Berdasarkan pengolahan data masing-masing variabel . Dibawah ini
dengan analisis deskriptif kuantitatif, disajikan rangkuman statistik seperti pada
diperoleh rekapitulasi hasil perhitungan skor tabel berikut :
APKG Ket APKG Ket APKG Ket APKG Ket APKG Ket
1 2 3 4 5
Mean 78 Baik 78,2 Baik 76,5 Baik 76,7 Baik 76,3 Baik
Skor
88 Baik 83 Baik 83 Baik 81 Baik 80 Baik
Maksimum
Skor Cu Cu Cu Cu Cu
69 67 73 74 73
Minimum kup kup kup kup kup
APKG 4
80 APKG 1 APKG 5
80
75 APKG 2
75
70 APKG 3
65 70
60 65
55 60
Pra SiklusSiklus Pra Siklus Siklus
Siklus 1 2 Siklus 1 2
Gbr 2.Rata-rata Nilai Perolehan APKG 1-3 Gbr 3.Rata-rata Nilai Perolehan APKG 4-5
pemahaman guru terhadap buku guru dan siklus untuk APKG 4 ini memiliki rata-rata
buku siswa, pada implementasi kurikulum sebesar 67,9 (cukup) mengalami
2013 terhadap guru-guru kelas 1 dan peningkatan pada siklus 1 dimana rata-
kelas IV SD di Kecamatan Denpasar rata nilai APKG 4 ini memiliki rata-rata
Barat. sebesar 73,1(cukup) dan mengalami
Berdasarkan data hasil penelitian peningkatan yang signifikan di siklus 2
dan analisis data rerata skor APKG 2, pada APKG 4 ini memiliki rata-rata
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra sebesar 76,7(baik) sehingga dapat
siklus untuk APKG 2 ini memiliki rata-rata tergolong dalam kategori baik.
sebesar 65,8,(cukup) mengalami Berdasarkan penelitian tersebut
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- bahwa pada siklus II , sebanyak 90% guru
rata nilai APKG 2 ini memiliki rata-rata yang mampu dengan baik terhadap
sebesar 73,6,(cukup) dan mengalami pelaksanaan pembelajaran, dengan
peningkatan yang signifikan di siklus 2 demikian terdapat peningkatan kualitas
pada APKG 2 ini memiliki rata-rata terhadap pelaksanaan pembelajaran
sebesar 78,2 (baik) sehingga dapat pada implementasi kurikulum 2013
tergolong dalam kategori baik. terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV
Berdasarkan penelitian tersebut SD di Kecamatan Denpasar Barat.
bahwa pada siklus II, sebanyak 71,44% Berdasarkan data hasil penelitian
guru yang mampu dengan baik terhadap dan analisis data rerata skor APKG 5,
pemahaman guru terhadap proses dan maka dapat dijabarkan yakni pada Pra
penilaian pembelajaran,dengan demikian siklus untuk APKG 5 ini memiliki rata-rata
terdapat peningkatan kualitas terhadap sebesar 67,4 (cukup) mengalami
pemahaman guru terhadap proses dan peningkatan pada siklus 1 dimana rata-
penilaian pembelajaran pada rata nilai APKG 5 ini memiliki rata-rata
implementasi kurikulum 2013 terhadap sebesar 73,7 (cukup) dan mengalami
guru-guru kelas 1 dan kelas IV SD di peningkatan yang signifikan di siklus 2
Kecamatan Denpasar Barat. pada APKG 5 ini memiliki rata-rata
Berdasarkan data hasil penelitian sebesar 76,3 (baik) sehingga dapat
dan analisis data rerata skor APKG 3, tergolong dalam kategori baik.
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra Berdasarkan penelitian tersebut
siklus untuk APKG 3 ini memiliki rata-rata bahwa pada siklus II , sebanyak 42,87%
sebesar 66,8 (cukup), mengalami guru yang mampu dengan baik terhadap
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- pelaksanaan penilaian pembelajaran,
rata nilai APKG 3 ini memiliki rata-rata dengan demikian terdapat peningkatan
sebesar 73,5 (cukup) dan mengalami kualitas pada pelaksanaan penilaian
peningkatan yang signifikan di siklus 2 pembelajaran pada implementasi
pada APKG 3 ini memiliki rata-rata kurikulum 2013 terhadap guru-guru kelas
sebesar 76,5 (baik) sehingga dapat 1 dan kelas IV SD di Kecamatan
tergolong dalam kategori baik. Denpasar Barat.
Berdasarkan penelitian tersebut Uji hipotesis pertama dengan
bahwa pada siklus II , sebanyak 87.14% analisis deskriptif kuantitatif menghasilkan
guru yang mampu dengan baik pada APKG 1, APKG 2, dan APKG 3, APKG 4
penyusunan rencana pelaksanaan dan APKG 5, dengan nilai rata-rata dalam
pembelajaran (RPP, dengan demikian kategori baik pada interval 75-89.
terdapat peningkatan pada penyusunan Sehingga dapat disimpulkan hasil
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP penelitian telah mencapai indikator yang
pada implementasi kurikulum 2013 ditentukan dengan demikian bahwa upaya
terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV peningkatan pengelolaan proses
SD di Kecamatan Denpasar Barat. pembelajaran melalui pendampingan
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap guru –guru kelas I dan kelas IV
dan analisis data rerata skor APKG 4, pada implementasi kurikulum 2013
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra berhasil dengan baik, kedua bahwa
8
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
rata nilai APKG 4 ini memiliki rata-rata Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah
sebesar 73,1(cukup) dan mengalami dapat mengoptimalkan kualitas
peningkatan yang signifikan di siklus 2 pendampingan atau supervisi akademik
pada APKG 4 ini memiliki rata-rata dengan kolaborasi dan teknik secara
sebesar 76,7(baik) sehingga dapat berkelompok maupun individu, melalui
tergolong dalam kategori baik. Workshop, kunjungan kelas, wawancara,
Berdasarkan penelitian tersebut maupun dengan pemodelan, dan
bahwa pada prasiklus APKG 4 hanya peerteaching dalam mengelola proses
sebanyak 10% pada siklus I menjadi pembelajaran. Hal ini supaya jika terjadi
71,44 % pada siklus II meningkat menjadi kesimpangan persepsi pada pelaksanaan
90% guru yang mampu dengan baik kurikulum 2013 dapat saling mengisi
terhadap pelaksanaan pelaksanaan kekurangan dan kelebihan nya ketika
pembelajaran, dengan demikian terdapat melaksanakan pendampingan terhadap
peningkatan yang signifikan sebesar guru–guru, sehingga diharapkan
61.44 % dari prasiklus ,kemudian dari implementasi kurikulum 2013 dapat
siklus I kesiklus II terdapat peningkatan berhasil dengan baik.
sebesar 10.44% maka dapat disimpulkan Kepada Guru, diharapkan melalui
bahwa terdapat peningkatan kualitas pendampingan bukan menjadikan suatu
pelaksanaan penilaian pembelajaran penilain kinerja semata, akan tetapi
pada implementasi kurikulum 2013 merupakan kebijakan yang bersifat
terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV kolegial, kekeluargaan, membangun
SD di Kecamatan denpasar Barat. empati dengan komunitas sekolah. Tugas
Berdasarkan data hasil penelitian ini dimaksudkan untuk membangun
dan analisis data rerata skor APKG 5, komunikasi awal sebelum proses
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra pendampingan dilakukan dengan maksud
siklus untuk APKG 5 ini memiliki rata-rata tidak timbul resistensi pada guru yang
sebesar 67,4 (cukup) mengalami akan didampingi. Sekaligus menjelaskan
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- bahwa tugas pendampingan bukan untuk
rata nilai APKG 5 ini memiliki rata-rata mengevaluasi proses, melainkan untuk
sebesar 73,7 (cukup) dan mengalami memperkuat proses. Penjelasan ini perlu
peningkatan yang signifikan di siklus 2 diberikan agar proses pendampingan tidak
pada APKG 5 ini memiliki rata-rata menimbulkan masalah baru (ketegangan),
sebesar 76,3 (baik) sehingga dapat tapi justru seperti tujuan awalnya,
tergolong dalam kategori baik. memperkuat pemahaman guru terhadap
Berdasarkan penelitian tersebut konsep dan implementasi Kurikulum 2013.
bahwa pada prasiklus APKG 5 hanya Kepada pengambil kebijakan dalam
sebanyak 5% pada siklus I menjadi 37,14 hal ini pemerintah baik pemerintah pusat
% pada siklus II meningkat menjadi sampai pemerintah diknas Pendidikan
42,87% guru yang mampu dengan baik Pemuda Olahraga UPT kecamatan
terhadap pelaksanaan penilaian Denpasar Barat untuk mendukung adanya
pembelajaran, dengan demikian terdapat berbagai kegiatan terutama dalam hal
peningkatan yang signifikan sebesar peningkatan kinerja guru maupun
35.14 % dari prasiklus ,kemudian dari pelaksanaan pendampingan oleh
siklus I kesiklus II terdapat peningkatan Pengawas sekolah dan kepala sekolah
sebesar 5.73% maka dapat disimpulkan ,dengan memberikan waktu, pendanaan
bahwa terdapat peningkatan kualitas dan sumberdaya manusia (SDM) atau
pelaksanaan penilaian pembelajaran nara sumber yang kompeten untuk dapat
pada implementasi kurikulum 2013 memberikan pengetahuan yang cukup
terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV sehingga keberhasilan implementasi
SD di Kecamatan denpasar Barat. kurikulum 2013 dapat terwujud dengan
Beberapa saran yang dikemukakan baik.
sehubungan dengan hasil yang diperoleh Kepada para warga sekolah,
dalam penelitian ini adalah: stakeholder, hendaknya berpartisipan
10
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
11