Anda di halaman 1dari 49

RESEARCH

(4 FEBRUARI 2022)

SUMBER PUSTAKA
YANG PALING TINGGI
NILAINYA

Nama : Angelika Mulia


Kelas : VIIIA / 8A
No : 16
1.
JURNAL ILMIAH
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2012
VOL. XII NO. 2, 245-258

KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN


PERTAMA DAN UTAMA

Hasbi Wahy
Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry

Abstract
Family is the first environment experiencing by human being when she or he was born in
the world. In further development, it is also becomeas a primary environment to build
one’s personality. The early days of one is mostly spent in family. Thus, within the family
one undergoes a process of main and foremost education. Any form of family, particularly
the parents, either verbally or in action, whether it’s teaching, and exemplary practices
applied in the social life of the family, will influence one’s subsequent behavior
development. Hence, parents should be able to impart good education and the right to
children from the early age, in order the subsequent development of one’s behavior could
reflect the sublime personality gives any advantage for himself, religion, family, society, as
well as nation.

Abstrak
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dialami seorang anak manusia ketika
dilahirkan ke dunia. Dalam perkembangan selanjutnya keluarga juga merupakan
lingkungan utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak manusia. Masa-masa
awal pertumbuhannya lebih banyak dihabiskan di dalam lingkungan keluarga. Maka di
dalam keluargalah seorang anak manusia mengalami proses pendidikan yang pertama
dan utama. Segala bentuk perilaku keluarga, khususnya kedua orang tua, baik lisan
maupun perbuatan, baik yang bersifat pengajaran, keteladanan maupun kebiasaan-
kebiasaan yang diterapkan di dalam kehidupan sosial keluarga, akan mempengaruhi pola
perkembangan perilaku anak selanjutnya. Oleh karena itu, orang tua harus mampu
menanamkan pendidikan yang baik dan benar kepada anak sejak usia dini, agar
perkembangan perilaku anak selanjutnya dapat mencerminkan kepribadian yang luhur,
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, agama, keluarga juga masyarakat dan bangsanya.

Kata Kunci: keluarga, basis, pendidikan

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan salah satu institusi pendidikan. Setiap orang yang


berada dalam institusi ini pasti akan mengalami perubahan dan perkembangan
menurut warna dan corak institusi tersebut. Lingkungan keluarga merupakan
KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, karena dalam keluarga
inilah seorang anak manusia pertama sekali mendapatkan pendidikan dan
bimbingan. Sebagian besar dari kehidupan anak dilaluinya di dalam keluarga,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
Pengalaman yang diperoleh anak melalui pendidikan dalam keluarga akan
mempengaruhi perkembangan anak dalam proses pendidikan selanjutnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang pertama
dan utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak manusia.

PEMBAHASAN

Pendidikan dan Tanggung Jawab Orang Tua

Dalam pasal 1 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, dikatakan


bahwa:

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang
lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan
tanggung jawab kedua orang tua untuk memelihara dan mendidiknya
dengan sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua mendidik anak ini terus
berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri.1
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa orang tua merupakan pendidik utama
dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga.2

Dari dua dasar pemikiran di atas terlihat betapa besarnya tanggung jawab
orang tua terhadap anak. Secara lebih tegas Allah Subḥānahu wa Ta’āla
menjelaskan tentang kewajiban mendidik anak ini dalam Surat At-Tahrim ayat 6
yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka. (Q. S. At-Tahrim: 6).

1
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineke Cipta, 1997, hal. 62.
2
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1973,
hal. 35.

246 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


Hasbi Wahy

Ayat tersebut megandung makna “perintah” atau fi’il amar yaitu suatu
kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Oleh
karena itu, maka kedua orang tua harus dapat memainkan peranan penting sebagai
pendidikan pertama dan utama bagi anaknya, sebelum pendidikan anak diserahkan
kepada orang lain.

Menurut Fuad Ihsan, tanggung jawab pendidikan oleh kedua orang tua
meliputi:

a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan


dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan,
minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun
rohani dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia dewasa ia mampu berdiri
sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan fungsi
kekhalifahannya.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan tuntunan Allah sebagai tujuan akhir hidup
muslim. Tanggung jawab ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab
kepada Allah.4
Agar tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak dapat terealisasi,
maka perlu ditempuh dengan berbagai cara, antara lain:

1) Adanya kesadaran orang tua akan tanggung jawab pendidikan dan


membina anak terus menerus.
2) Orang tua perlu dibekali dengan teori-teori pendidikan atau bagaimana cara-
cara mendidik anak.
3) Disamping itu orang tua perlu juga meningkatkan ilmu dan
keterampilannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya,
dengan cara belajar terus menerus.
Tantangan dalam Mendidik Anak

Dalam usaha pelaksanaan pendidikan anak yang Islami, tidak akan terlepas
dari berbagai tantangan yang akan dihadapi. Namun semua tantangan tersebut
bukanlah menjadi suatu halangan untuk mendidik anak-anak secara Islami.

4
Fuad Ihsan, Dasar-dasar…, hal. 94.

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012 | 247


KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

Berbagai tantangan justru harus kita anggap sebagai hiasan dalam perjuangan,
sehingga usaha yang dilakukan dalam pendidikan anak akan lebih serius dengan
berbagai cara yang tepat.

Tantangan dalam pendidikan anak dapat dibagi dua, yaitu tantangan yang
berasal dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern). Kedua tantangan ini saling
mempengaruhi dalam upaya pendidikan anak.

Sumber tantangan intern yang utama adalah orang tua si anak itu sendiri.
Banyak orang tua yang kurang bahan dan tidak memahami bagaimana cara
mendidik anak. Keadaan akan bertambah rumit bila keharmonisan rumah tangga
terganggu. Padahal anak membutuhkan tempat berlindung yang aman bagi
perkembangan fisik, jiwa dan pemikirannya.

Tantangan lain bisa berasal dari anggota keluarga. Orang tua mungkin
sudah berusaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya, namun intervensi dari
anggota keluarga bisa merusak suasana. Kasus yang umum terjadi adalah sikap
kakek dan nenek yang selalu memanjakan si anak. Akibatnya anak menjadi lebih
dekat kepada kakek dan nenek, dan menganggap orang tuanya terlalu membatasi
dirinya. Demikian juga halnya antara ayah dan ibu. Sering terjadi ketika seorang
ayah menegur si anak karena melakukan suatu perbuatan yang tidak benar, maka
ibu tampil sebagai pembela, atau sebaliknya, akibatnya sianak merasa mendapat
pembelaan dan dukungan, sehingga anak merasa mendapat “pengesahan” untuk
mengulangi perbuatannya.

Tantangan ekstern lebih luas lagi cakupannya. Berbagai informasi akan


mempengaruhi perkembangan anak dari berbagai sisi. Tantangan pertama
bersumber dari lingkungan masyarakat. Interaksi anak dengan lingkungannya
tidak dapat dielakkan, anak membutuhkan teman bermain dan kawan sebaya yang
dapat diajak berbicara. Sedikit banyak, informasi yang diterimanya akan terekam.
Lingkungan rumah yang jauh dari nilai-nilai Islam bisa melunturkan pendidikan
yang ditanamkan di rumah. Seorang ibu mungkin pernah terkejut ketika
mendengar anaknya mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Setelah diselidiki
ternyata anak tersebut meniru ucapan temannya yang orang tuanya kebetulan
sering cekcok. Proses penyerapan informasi ini sering dialami oleh anak-anak yang
belum mengerti apa-apa. Mereka cepat sekali meniru berbagai ucapan yang
didengarnya.

248 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


Hasbi Wahy

Lingkungan sekolah bisa menjadi sumber tantangan kedua. Bagaimanapun


guru-guru di sekolah tidak akan mampu mengawasi anak didiknya setiap saat.
Interaksi anak dengan teman-temannya di sekolah yang memiliki perilaku yang
bervariasi, apabila tidak dipantau dengan baik oleh guru sebagai penanggung jawab
pendidikan sekolah, bisa berdampak negatif. Perkelahian pelajar adalah salah satu
contoh ekses dari dampak negatif tersebut. Apalagi dengan ada kecenderungan
sebagian keluarga muslim di kota-kota besar yang menyekolahkan anak-anaknya di
sekolah-sekolah non-muslim. Maka bukan hanya akhlaq yang terkena polusi,
aqidah merekapun sedikit demi sedikit akan goyah. Minimal yang keluar dari sana
adalah anak-anak Islam yang tidak mengenal agamanya secara utuh, tetapi telah
terkontaminasi oleh ajaran-ajaran non Islam. Hal ini tentu sangat berbahaya,
karena akan membentuk generasi-genarasi muslim yang tipis iman, sehingga
kalaupun aqidahnya secara formal tidak berpindah, namun pemikirannya tentang
agamanya telah menjadi kabur, karena telah dikotori oleh berbagai pemahaman
yang berasal dari luar ajaran Islam.

Tantangan ekstern selanjutnya adalah yang berasal dari media massa. Media
massa menjadi sumber tantangan yang sangat sulit diantisipasi. Informasi yang
dilemparkan media massa, baik cetak maupun elektronik, memiliki daya tarik yang
kuat. Apabila tidak ada pengarahan dari orang tua, anak akan menyerap semua
informasi tanpa terkendali. Kita semua tentunya prihatin, dengan berbagai acara
hiburan yang ditawarkan media massa, khususnya media elektronik, yaitu televisi.
Tidak ada lagi batasan umur penonton untuk setiap acara yang ditayangkan televisi.
Akibatnya, senetron semacam pernikahan dini, film India dan latin dikonsumsi
oleh semua golongan umur. Para pendidik di tanah air pernah gusar dengan lagu
yang ditayangkan televisi. Bukan hanya karena syair dan cerita yang tidak cocok
untuk dikonsumsi anak-anak, tapi juga cara berpakaian para penghiburnya yang
sangat tidak pantas. Film-film yang disuguhkan untuk anak-anakpun sangat
mengkhawatirkan dan bisa mengganggu fikrah dan akhlaq. Barat dan India serta
China menyerang dengan film-film yang serba super, pamer aurat dan keintiman
pria dan wanita. Sementara produk-produk lokal juga tidak mau kalah dengan
mengantar anak-anak kepada kehidupan yang penuh mistik, kurafat dan takhayul,
disamping juga dengan film-film pamer aurat dan keintiman pria dan wanita.
Kalaupun ada acara anak-anak, ternyata juga banyak yang tidak baik untuk

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012 | 249


KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

pendidikan anak-anak, sebut saja salah contoh film anak-anak yang sangat populer,
yaitu Shin Chan. Ternyata ceritanya lebih banyak bercerita tentang anak yang nakal,
tidak sopan dan bertindak semaunya jauh dari nilai-nilai pendidikan. Ditambah lagi
dengan tayangan iklan yang lebih banyak mengkomersilkan tubuh wanita,
walaupun sering tidak sesuai dengan maksud iklan. Ini baru dari televisi, belum
dari sumber media yang lain. Banyak stasiun radio, dan majalah yang menawarkan
pola kehidupan jahiliyyah kepada anak-anak kita.

Kedua bentuk tantangan ini memberikan ilustrasi betapa usaha-usaha


mendidik anak secara Islami tidaklah mudah. Namun demikian, bukan berarti
tidak ada jalan keluarnya, semuanya sangat tergantung pada kepedulian dan
kemauan para orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar berakhlaq sesuai
dengan nilai-nilai Islami.

Peranan Anggota Keluarga Terhadap Anak

Dalam suatu keluarga biasanya terdiri dari beberapa anggota keluarga


seperti ibu, ayah, anak, dan pembantu (pramuwisma). Untuk lebih jelasnya
peranan anggota keluarga terhadap anak dapat dilihat dalam uraian berikut ini:

Peranan Ibu

Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting


terhadap pendidikan anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu
disampingnya, ibulah yang memberi makan, minum, memelihara dan selalu
bergaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada
ibunya dari pada kepada anggota keluarga lainnya.

Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga,


menyimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya sebagai
berikut:

a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang.


b. Pengasuh dan pemelihara.
c. Tempat mencurahkan isi hati.
d. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga.
e. Pembimbing hubungan pribadi.

250 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


Hasbi Wahy

f. Pendidik dalam segi-segi emosional.5


Dengan demikian dapat dipahami bahwa ibu sangat memegang peranan
penting dalam mendidik anak. Oleh karena itu ibu haruslah benar-benar
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, agar pendidikan anak dapat
berlangsung dengan baik.

Peranan Ayah

Seorang ayahpun memegang peranan yang penting pula terhadap anaknya.


Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tinggi gengsinya atau prestisenya.
Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar
pengaruhnya kepada anak-anaknya. Dalam kaitan ini Zakiah Daradjat mengatakan,
bahwa cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara
pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang
agak besar, baik laki-laki maupun perempuan.6

Peranan Nenek

Banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari neneknya ataupun


kakeknya. Pada umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih sayang yang
mencurahkan kasih sayang yang berlebihan terhadap cucu-cucunya. Mereka tidak
mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya itu, mereka semata-mata memberi
belaka. Maka dari itu mereka memanjakan cucu-cucunya dengan sangat berlebih-
lebihan.

Dalam suatu keluarga yang tinggal serumah dengan nenek, seringkali


terjadi perselisihan antara orang tua anak dengan nenek mengenai cara mendidik
anak-anaknya. Nenek merasa bahwa ia sudah lebih banyak mengetahui sesuai
pengalamannya yang telah usang dengan istilah, telah lebih banyak “makan garam”
dari pada anaknya (orang tua anak).

Dalam hal ini, Ngalim Purwanto mengatakan, bahwa memanjakan anak


tidak baik. Anak yang dimanjakan akan mengalami bermacam-macam cacat dalam
jiwanya.7

5
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoretis, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995, hal. 82.
6
Zakiah Daradjat, Peranan Agama…, hal. 35.
7
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, hal. 95.

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012 | 251


KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

Jika dianalisis secara lebih mendalam, maka yang dimaksud dengan cacat
jiwa akibat anak yang dimanjakan antara lain adalah:

a. Anak akan mempunyai sifat mementingkan dirinya sendiri dan perasaan


sosialnya kurang.
b. Kurang mempunyai rasa tanggung jawab, tidak sanggup berikhtiar dan
berinisiatif sendiri.
c. Anak mempunyai perasaan harga diri kurang, menyebabkan lekas putus asa
dan keras kepala.
d. Di sekolah, anak yang manja selalu berusaha menarik perhatian guru atau
teman-temannya, sehingga sering bertingkah polah yang aneh-aneh.
e. Karena tidak ada kemauan dan inisiatif, di sekolah anak yang manja
biasanya bersifat pemalas. Ia enggan bersusah-susah mengerjakan soal
pelajarannya.
Peranan Pembantu Rumah Tangga (Pramuwisma)

Biasanya keluarga yang berkecukupan ekonominya sering memiliki seorang


pembantu rumah tangga (pramuwisma). Tugas pramuwisma, di samping
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan
halaman, menyiram tanaman hias, mencuci sering pula diserahi tugas untuk
mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (babysitter), karena kedua
orang tua anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah di luar rumah untuk
menutupi kebutuhan keluarganya.

Ngalim Purwanto mengatakan, bahwa pramuwisma dapat dikatakan


anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam
keluarga.8 Sejalan dengan pendapat di atas, maka suatu kenyataan membuktikan
bahwa pramuwisma merupakan salah seorang sosok yang sangat dekat dengan
seorang anak, karena dialah yang paling banyak bergaul bersama sang anak,
sementara orang tua berada di luar rumah, sehingga dia ikut berperan dalam
proses pendidikan seorang anak. Peniruan secara sadar atau tidak oleh anak
terhadap kebiasaan-kebiasaan pramuwisma akan terjadi setiap hari, sehingga akan
ikut mewarnai kepribadian seorang anak.

Oleh karenanya bagi para orang tua betapapun sempitnya waktu luang,
tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada
pramuwisma. Apalagi kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya

8
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, hal. 84.

252 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


Hasbi Wahy

pramuwisma, khususnya yang bukan babysitter, tidak memiliki pengetahuan dalam


hal mengasuh atau mendidik anak-anak dengan latar belakang pendidikan yang
rendah dan pengalaman yang kurang (karena umumnya masih muda dan belum
pernah berkeluarga), sehingga tentunya tidak baik bagi pengasuhan anak.

Fungsi dan Peranan Pendidikan Keluarga

Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak

Pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan


faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Pendidikan keluarga adalah
merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Sebagaimana Nabi
Muhammad Sallalahu Alaihi Wasallam bersabda: Barang siapa yang lahir anaknya,
lalu mengazankan pada telinga kanannya dan iqamah pada telinga kirinya, anak itu
tidak akan dimudharatkan oleh ummush-shibyan. (H.R. Abi Yu’la).

Mengazankan dan iqamah itu mengandung hikmah yang tinggi bagi bayi
yang baru lahir, sebelum ia mendengar sesuatu apapun, lebih dahulu kalimah
tauhid diperdengarkan kepadanya dengan harapan akan menjadi pedoman di
kemudian hari. Azan juga merupakan pelajaran pertama yang secara langsung
diberikan kepada bayi tersebut, kemudian disusul dengan pelajaran agama lainnya
sesuai dengan perkembangan anak.

Dikatakan “pertama” maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini


disebabkan hubungan kedua orang tuanya. Mengingat orang tua adalah orang
dewasa, maka merekalah yang harus bertanggung jawab terhadap anak. Di dalam
keluargalah pertama sekali seorang anak manusia menerima/mengalami proses
pendidikan. Sedangkan “Utama” maksudnya adalah bahwa orang tua bertanggung
jawab pada pendidikan anak. Dalam arti bahwa seorang anak dilahirkan dalam
keadaan tidak berdaya, dalam keadaan penuh ketergantungan dengan orang lain,
tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri.
Sebagai lingkungan pertama dalam proses pendidikan anak, maka pada
perkembangan selanjutnya di dalam keluargalah anak memulai pertumbuhannya
dan di dalam keluargalah waktu-waktu yang paling banyak dilalui seorang anak.
Segala perilaku orang tua secara sengaja ataupun tidak akan mempengaruhi
perkembangan perilaku anak. Maka sudah sewajarnya setiap orang tua menyadari
dan mempersiapkan keluarga sebagai basis utama pendidikan anak.

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012 | 253


KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

Sebagai penanggung jawab pendidik pertama dan utama, maka orang tua
tanpa ada yang memerintah, langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik
bersifat sebagai pemelihara, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin
terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap manusia.

Menjamin Kehidupan Emosional Anak

Melalui pendidikan keluarga, kehidupan emosional anak atau kebutuhan


akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini
dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dengan anak didik sehingga
menumbuhkan hubungan yang didasarkan atas rasa cinta kasih sayang yang
murni.

Zakiah Daradjat mengatakan: “Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa


yang paling pokok dalam hidup manusia. Anak kecil yang merasa kurang disayangi
ibu bapanya akan menderita batinnya, mungkin terganggu kesehatan badannya,
akan kurang kecerdasannya dan mungkin ia akan menjadi nakal, keras kepala, dan
sebagainya.”9

Sementara Hasan Langgulung mengatakan, bahwa melalui pendidikan


keluarga dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum
untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan
emosi yang sesuai dengan umurnya.10

Dengan demikian untuk menciptakan emosi yang sehat dalam suatu


keluarga, paling tidak yang sangat perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan
anak. Salah satu diantaranya kebutuhan akan rasa kasih sayang. Kasih sayang tidak
akan dirasakan oleh si anak apabila dalam hidupnya si anak merasa tidak
diperhatikan atau kurang disayangi oleh kedua orang tuanya.

Menanamkan Dasar Pendidikan Moral

Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral


bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai
teladan yang dapat dicontoh anak.

9
Zakiah Daradjat, Peranan Agama…, hal. 37.
10
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995. Hal. 368.

254 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


Hasbi Wahy

Pendidikan moral yang terjadi dalam keluarga dengan membiasakan anak


kepada sifat-sifat yang baik seperti sifat benar, jujur, ikhlas dan adil. Akan tetapi
sifat-sifat tersebut belum dapat dipahami oleh anak, kecuali dalam bentuk
pengalaman langsung yang dirasakan oleh anak dalam kehidupannya.

Djaka, Cs. mengatakan, bahwa dalam pendidikan budi pekerti yang penting
ialah kebiasaan dan perbuatan (prakteknya).11. Selanjutnya, Zakiah Daradjat
mengemukakan, bahwa pendidikan moral yang paling baik terdapat dalam agama,
karena nilai moral yang dapat dipatuhi dengan suka rela, tanpa paksaan dari luar
hanya dari kesadaran sendiri, datangnya dari keyakinan beragama.12

Dengan demikian pendidikan moral tidak terlepas dari pendidikan agama,


maka penanaman pendidikan agama sebagai sumber pendidikan moral harus
dilaksanakan sejak anak masih kecil dengan pembiasaan-pembiasaan, antara lain
seperti berkata jujur, suka menolong, sabar dan memaafkan kesalahan orang lain,
dan menanam rasa kasih sayang kepada sesama manusia.

Memberikan Dasar Pendidikan Sosial

Di dalam kehidupan, keluarga merupakan basis yang sangat penting dalam


peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak, sebab pada dasarnya keluarga
merupakan lembaga sosial terkecil yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak..

Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk


sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong
menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau keluarga
yang sakit. Juga bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan dan
keamanan dalam segala hal. Ngalim Purwanto mengemukakan, bahwa sejak
dahulu manusia itu tidak hidup sendiri-sendiri terpisah satu sama lain, tetapi
berkelompok-kelompok bantu membantu, saling membutuhkan dan saling
mempengaruhi.13

Keluarga sebagai basis pendidikan pertama dan utama harus memberikan


dasar-dasar pendidikan sosial kepada anak-anaknya, antara lain:

11
Djaka Cs, Rangkuman Ilmu Mendidik, Jilid I, Cet. 7, Jakarta: Toko Buku Mutiara, tt. hal. 6.
12
Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang,, 1977.
hal. 20.
13
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan …, hal. 198.

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012 | 255


KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

a. Sejak kecil anak sudah dibiasakan hidup bersih diri dan lingkungan serta
disiplin pada waktu.

b. Membiasakan anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya


dalam mengenal dasar-dasar pergaulan hidup, seperti bekerja sama dan
tolong menolong dengan sesama anggota keluarga.

c. Kebiasaan-kebiasaan yang baik itu harus dapat menumbuhkan keyakinan


diri untuk senantiasa patuh kepada semua peraturan, baik agama maupun
keluarga, bahkan masyarakat.

Peletakan Dasar-Dasar Keagamaan

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk menerapkan dasar-
dasar hidup beragama. Untuk membangun kesadaran beragama, maka anak-anak
sejak kecil harus sudah dibiasakan untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama,
seperti shalat, ikut ke mesjid, menonton acara-acara keagamaan, mendengar lagu-
lagu Islami, dan lain-lain.

Hasbi Ash-Shiddiqiy mengatakan, bahwa tugas-tugas keagamaan dipupuk


terus menerus sampai anak mencapai umur dewasa, sehingga dengan demikian
perasaan keagamaan dalam jiwanya benar-benar mendarah daging.14. Dalam rangka
peletakan dasar-dasar keagamaan pada anak, maka perilaku orang tua yang baik,
rajin beribadat, rajin ke mesjid, rukun dalam kehidupan rumah tangga, adil dalam
membagi kasih sayang antara sesama anak, suka menolong orang lain, setia kepada
kawan dan sebagainya, hendaklah berkekalan atau terus menerus sehingga
menjadi contoh teladan yang akan ditiru dan diamalkan oleh anak sepanjang
hidupnya.

SIMPULAN

Sebagai institusi pertama tempat berlangsungnya proses pendidikan anak,


maka orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan keluarga harus benar-benar
dapat menyikapi kenyataan ini dengan mengkondisikan lingkungan keluarga
dengan suasana pendidikan. Pengkondisian ini dilaksanakan melalui pengajaran,

14
Hasbi ash-Shiddiqy, “Teuku Muhammad Zulfikar”, Sinar Darussalam, Nomor 65, YPD.
Darussalam, hal. 33.

256 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


Hasbi Wahy

pembiasaan dan keteladanan. Dengan adanya pengkondisian ini, diharapkan


nantinya insya Allah anak-anak akan tumbuh dan berkembang sebagai manusia-
manusia pendidikan yang berguna bagi dirinya sendiri, agamanya, keluarganya dan
masyarakatnya, sehingga dia akan menjadi generasi penerus yang berakhlaqul
karimah.

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012 | 257


KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN PERTAMA DAN UTAMA

DAFTAR PUSTAKA

ash-Shiddiqy, Hasbi, “Teuku Muhammad Zulfikar”, Sinar Darussalam, Nomor 65,


YPD. Darussalam, tt.
Cs, Djaka, Rangkuman Ilmu Mendidik, Jilid I, Cet. 7, Jakarta: Toko Buku Mutiara,
1978.
Daradjat, Zakiah, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang,
1977.
______, Peranan Agama dalam kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta: 1973.
Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Praktis dan Teoretis, Banda Aceh: Remaja Rosda
Karya 1995.

258 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XII, No. 2, Februari 2012


2.
MAKALAH
MAKALAH
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BAG1 ANAK
BERKEBUTUHANKHUSUS

Disajikan pada Temu llmiah Program StudiIJurusan


Pendidikan Luar Biasa FIPIFKIP Universitas se-Indonesia
Tomohon, 19-21 Agustus 2007

Oleh:

Dr. Hj. MEGA ISWARI, M.Pd


PLB FIP Universitas Negeri Padang

PEYELENGGARA :

JURUSAN PENDIDIKAN KHU


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
AGUSTUS 2007

-
- -

I
I
'P!Lly PERWJSJnKfiAN 1
UNIV. MEcJEiil ? A q A Q G
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BAG1 ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. Anak Berkebutuhan Khusus

Siapa anak dengan kebutuhan khusus? Anak dengan kebutuhan khusus adalah

anak yang membutuhkan layanan atau perlakuan khusus untuk mencapai

perkembangan yang optimal sebagai akibat dari kelainan atau keluarbiasaan yang

disandangnya. Pengertian ini menunjukan bahwa tanpa pelayanan atau perlakuan

khusus mereka tidak dapat mencapai perkembangan yang optimal, termasuk

kebutuhan khusus dalam layanan pendidikan. Layanan kebutuhan khusus harus

disesuaikan dengan jenis dan tingkat kelainannya, karena masing-masing jenis dan

tingkat kelainan anak membutuhkan layanan yang berbeda; Untuk itu, diperlukan

pemahaman yang baik tentang anak-anak yang membutuhkan layanan pendidikan

khusus di dalam merancang program pendidikannya, termasuk dalam ha1 ini untuk

merancang pendidikan kecakapan hidup ( l* skill) untuk mereka. Sejalan dengan

perubahan paradigma pendidikan saat ini yang lebih berorientasi pada ( demand

driver ) dan berorientasi kecakapan hidup (lge skill) telah mendorong

dilaksanakannya inovasi dalam seluruh komponen pendidikan yang mencakaup

penyempurnaan kurikulum, peningkatan manajemen, pengadaan sarana prasarana,

peningkatan mutu guru, pengadaan bahan ajar, pengadaan buku dan peningkatan

kerjasama dengan masyarakat serta dunia usaha atau dunia industri.

Melalui pendidikan kecakapan hidup ini diharapkan lulusan dari sekolah

khusus dapat memasuki dunia kerja dan mereka mampu berprestasi di dunia kerja

yang ditekuninya, sekalian masyarakat mau mengakui dan menerima lulusan dari

sekolah khusus. Pendidikan kecakapan hidup ini juga dikembangkan di sekolah-

sekolah reguler yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus, untuk itulah pada
bagian ini akan diuraikan tentang pengertian anak dengan kebutuhan khusus, jenis-

jenis dan karakteristiknya sehingga dapat menentukan kecakapan hidup yang sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa dengan kebutuhan

khusus. Di samping itu guru bagi anak-anak di sekolah khusus harus mampu

memperhatikan kebutuhan masing-masing individu siswa, karena masing-masing

siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda pula, maka dari itu peranan gum maupun

pihak sekolah dan orang tua saling bekerja sama memikirkan untuk pengembangan

kecakapan hidup yang hams dimiliki siswa, sehinga guru perlu merancang program

yang tepat baik bagi siswa sesuai kemampuannya, baik melalui diskusi dengan pihak-

pihak terkait maupun melalui pelatihan tentang pendidikan kecakapan hidup dalam

rangka meningkatkan kinerja tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi yang

sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Istilah Anak dengan Kebutuhan Khusus ditujukan kepada anak yang

menyandang kelainan sedemikian rupa, sehingga akibat kelainan itu mereka

mengalami hambatan dalam perkembangannya baik dalam segi fisik, mental, emosi,

sosial, dan kepribadiannya, sehingga mereka memerlukan layanan khusus untuk dapat

mencapai perkembangan yang optimal. Kelainan pada anak tersebut dapat meliputi

kelainan fisik, kelainan mental, kelainan sosial, dan emosi.

Pendidikan mereka membutuhkan satu bentuk pelayanan yang benar-benar

sesuai dengan kebutuhannya, baik dalam ha1 metodologi pembelajaran, materi

pelajaran, standar kompetensi yang hams dicapai, media pembelajaran dan

sebagainya. Dengan demikian layanan pendidikan bagi anak-anak yang mengalami

berbagai kelainan tersebut tidak lagi hanya didasarkan pada label kelainan anak, akan

tetapi lebih didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan secara individual. Oleh

karena itu layanan pendidikan bagi anak yang berkelainan tidak harus di sekolah
khusus, namun bisa dilayani disekolah reguler. Dalam ha1 ini mereka merupakan

inividu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

B. Konsep Dasar Kecakapan Hidup

Kecakapan hidup merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua

orang untuk menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi

dalam kehidupar, sehari-hari. Kecakapan hidup tidak semata berupa kecakapan untuk

bekerja atau kecakapan vokasional, tetapi mencakup pengertian yang lebih luas yang

meliputi berbagai ragam kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk

menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehingga dapat menghadapi problema

hidup dengan wajar, tanpa tertekan, serta mampu mencari dan menemukan solusi

terhadap problema yang dihadapi untuk mencapai sukses dan kebahagiaan dalam

kehidupan di masyarakat.

Di samping itu kecakapan hidup dalam berbagai tulisan pengertiannya mengacu

pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menambah

kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Direktorat

Dikmenum (2002; 13) menyatakan bahwa kecakapan hidup adalah kecakapan yang

dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan

wajar tanpa merasa tertekan, kernudian secara proaktif dan kreatif mencari serta

menemukan solusi sehingga pada akhirnya mampu mengatasinya.

Malik Fajar (2002) mendefinisikan kecakapan hidup adalah kecakapan untuk

bekerja selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik. Direktorat Dikmenum

(2002) menafsirkan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang

untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa

merasa tertekan, kzmudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. Sementara itu

Djamaan Satori (2002) menyatakan life skill atau kecakapan hidup dalam pengertian

ini mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk

menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat.

Meskipun kecakapan hidup telah didefinisikan berbeda-beda, namun esensi

pengertiannya sama yaitu ada suatu kemampuan yang terdapat pada diri seseorang

untuk dapat hidup secara layak dan bermartabat di dalam lingkungan suatu

masyarakat. Kecakapan hidup ini dapat dilihat pada empat konsep belajar sepanjang

hayat yang diajukan oleh UNESCO, yakni:

1. Belajar mengetahui (learning to knolv )

Learning to know berarti pembelajaran berorientasi pada pengetahuan logis

dan rasional, sehingga peserta didik berani mengatakan pendapat dan

bersikap kritis serta memiliki semangat belajar yang tinggi. Kecakapan

bertanya dan berani mengemukakan pendapat perlu dikembangkan selama

proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang diberikan hendaknya

mampu mernberikan kesadaran kepada peserta didik dari masyarakat

sehingga mau dan mampu belajar. Penggunaan materi dalam bentuk

pengetahuan sebenarnya merupakan tahap paling sederhana sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan Benyamin Blom dengan Taksonomi Perilaku

Kognitifnya.

2. Belajar berbuat (learning to do)

Learning to do (belajar berbuathidup), aspek yang ingin dicapai adalah

kecakapan peserta didik dalam menyelesaikan problem sehari-hari. Dengan

demikian pembelajaran diarahkan pada pengembangan kemampuan

memecahkan problem. Bahan belajar yang dipilih hendaknya mampu


memberikan altematif kepada peserta didik karena konsep pembelajaran ini

bukan hanya harm mengetahui dan memahami materi akan tetapi

hendaknya peserta didik mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam

kehidupan. Hal ini sesuai dengan konsep John Dewey dengan Learning by

Doing, hendaknya merupakan strategi dimana pembelajaran itu dilakukan.

Pada akhirnya pencapaian target suatu pembelajaran dapat melakukan

sesuatu.

3. Belajar menjadi seseorang (learning to be).

Learning to be (belajar menjadi diri sendiri), visi ini menjadi sangat penting

karena pembelajaran hendaknya diorientasikan pada pengembangan peserta

didik menjadi pribadi yang mandiri, memiliki harga diri. Pembelajaran yang

diberikan hendaknya rnampu memberikan motivasi untuk hidup dalam era

sekarang dan memiliki orientasi hidup untuk masa mendatang, sehingga

peserta didik memiliki kemampuan untuk menjadi diri sendiri dengan

istilah aktualisasi diri. Hal ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang

memiliki peringkat paling tinggi untuk membantu dan membentuk

seseorang menjadi diri sendiri melalui proses pembelajaran.

4. Belajar hidup bersama (learning to live together)

Learning to live together (belajar hidup bersama), disini pembelajaran

diarahkan pada pembentukan peserta didik yang ~nemilikikesadaran bahwa

dirinya hidup bersama dalam dunia yang global bersama banyak manusia

dengan berbagai bahasa dan latar belakang etnik, agama dan budaya yang

beragam. Dalam ha1 ini penanaman nilai-nilai tentang toleransi manusia,

lingkungan hidup, toleransi, perdamaian menjadi aspek utama yang harus

menginternalisasi dalam kesadaran peserta didik.


Pembelajaran diberikan kepada peserta didik tidak cukup hanya diberikan

dalam bentuk keterampilan pada dirinya sendiri akan tetapi peserta didik juga diberi

bekal keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Apabila pembelajaran dikatakan berhasil maka pada dasarnya ditandai dengan

kebermaknaan kehidupan seseorang di masa mendatang. Dimana kehidupan tidak

hanya untuk dirinya sendiri, tetapi sangat bermakna juga bagi masyarakat dan

lingkungan dimana mereka tinggal. Sehingga keberhasilan proses pembelajaran yang

dicapai oleh peserta didik didapat melalui kompetisi dengan orang lain. Sehingga

dalam kehidupan sehari-hari mampu berjalan bersama.

Keempat visi tersebut telah merubah orientasi pembelajaran agar tidak

berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, tetapi

juga berorientasi pada bagaimana seorang peserta didik bisa belajar dari lingkungan,

dari pengalaman, dan keberhasilan orang lain, maupun dari alam sekitar, sehingga

sikap-sikap kreatif dan berpikir imajinatif bisa berkembang. Pembelajaran tidak

semata diarahkan untuk pengembangan kecakapan untuk hidup bersama orang lain,

bermasyarakat, berbangsa, dan hidup dalam pergaulan intemasional dengan semangat

kesamaan dan kesej ajaran.

Keempat pilar pembelajaran tersebut tidak bisa dilihat sebagai ha1 yang

terpisah atau berdiri sendiri-sendiri, karena keempatnya tnerupakan satu garis

kontinum didalam proses pencapaiannya. Namun demikian, keempatnya merupakan

hierarkhi dimana kemampuan di bawahnya merupakan prasarat bagi pencapaian

kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan terkhir dan tertinggi adalah akumulasi

dari kemampuan-kemampuan di bawahnya.

Belajar untuk tahu adalah prasyarat untuk belajar mandiri, dan belajar mandiri

menjadi prasyarat untuk bekerjasama. Tahu, dapat melakukan, mandiri, dan


kemampuan bekerjasama merupakan kesatuan dan prasyarat bagi seseorang untuk

mampu memecahkan masalah (problein solving) dan sekaligus modal untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya.

Sesuai pendapat Hidayanto (2002:562)menyatakan bahwa empat pilar tersebut

adalah pengetahuar, keterampilan, kemandirian dan kemampuan untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan dan mampu bekerja sama. Keempat pilar ini harus dimiliki

oleh setiap lembaga pendidikan baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non

formal.

Pengembangan pendidikan kecakapan hidup yang dilandasi ke empat konsep


- tersebut akan memberikan dampak positif terhadap penanggulangan pengangguran

dan kemiskinan. Djama'an Satori (2003)menjelaskan bahwa life skill memiliki makna

yang lebih luas dari employability skill dan vocational skill. Kecakapan hidup adalah

kecakapan untuk hidup. Pengertian hidup disini tidak semata-mata memiliki

kemampuan semacam saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan

dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung.

Merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber-sumber daya, bekerja

dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat kerja, menggunakan teknologi dan

sebagainya.

Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama (Depdiknas :2003 : 16)

yaitu:

1. Kecakapan hidup yang bersifat Generik (generic life skill) yang mencakup

kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill).

Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam kesadaran diri atau

memahanni diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill).


Sedangkan kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi

(communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

2. Kecakapan hidup spesifik (specific life skill), yaitu kecakapan untuk

menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu yang mencakup : kecakapan

intelektual atau akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional

(vocational skill).

Kecakapan hidup mengandung kekuatan dan kelemahan atau gabungan

keduanya. Kekuatan dan kelemahan kecakapan hidup terletak pada dapat atau

tidaknya kecakapan hidup tersebut membantu manusia mempertahankan, memelihara,

dan mengembangkan potensi-potensi sesuai bakat dan minatnya.

C. Implikasi Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal

1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kecakapan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Inti dari tujuan pendidikan adalah

membantu peserta didik agar mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya .

sebagai pribadi yang mandiri, sebagai anggota masyarakat yang baik, dan sebagai

warga negara yang baik. Sebagai pribadi yang mandiri berarti berani menghadapi

masalah dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, mampu menolong

dirinya sendiri dan menolong orang lain disekitarnya. Dengan demikian pendidikan

diarahkan untuk mengembangkan semua potensi peserta didik dan membekali peserta

didik dengan kecakapan hidup yang berguna agar peserta didik mampu memecahkan
dan mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapi dengan cara yang lebih apik

dan cepat.

Pembelajaran akan efektif megembangkan kecakapan hidup jika didukung oleh

guru yang baik, sarana yang sesuai, lingkungan sekolah yang kondusif, dan

sebagainya. Untuk itu sekolah harus dikelola dengan baik, yang sesuai dengan

karakteristik warga sekolah, karakteristik masyarakat, potensi yang dimiliki sekolah,

dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan aplikasi manajemen yang sesuai dengan

kondisi tersebut. Dan itulah prinsip manajemen berbasis sekolah.

Pembelajaran berorientasi kecakapan hidup akan terikat dengan ciri-ciri:

1. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar

2. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama

3. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar,

usaha mandiri, usaha bersama

4. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional,

akademik, manajerial, kewirausahaan

5. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan

benar, menghasilkan produlc bermutu

6. Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli

7. Terjadi proses penilaian kompetensi, dan

8. Terjadi pendampingan teknis untuk belajar atau membentuk usaha bersama

(Depdiknas, 2003).

Pembelajaran berorientasi kecakapan hidup memiliki cakupan yang luas,

mengacu pada pengembangan berbagai ragam kecakapan yang diperlukan peserta

didik untuk menempuh kehidupan nyata di masyarakat dengan sukses, bahagia, dan

bermartabat. Kecakapan hidup tersebut mencakup kemampuan berkomunikasi secara


efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama, melakukan peran sebagai anggota

masyarakat dan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan

serta kecakapan untuk bekerja, serta memiliki karakter dan etika ke dunia kerja.

Sejalan dengan itu maka pembelajaran dengan orientasi kecakapan hidup

hencaknya mengikuti prinsip-prinsip:

1. Etika sosio-religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dapat

diintegrasikan

2. Pembelajaran menggunaan prinsip learning to know, learning to do,

learning to be dan learning to live together and learning to cooperate

3. Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan

pendidikan

4. Penetapan manajemen berbasis masyarakat kolaborasi semua unsur terkait

yang ada dalam masyarakat

5. Paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar

kegiatan pendidikan sehingga memiliki pertautan dengan dunia kerja

6 . Penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik

agar:

a) Membantu mereka untuk menuju hidup sehat dan berkualitas

b) Mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dan

c) Memiliki akses untuk mampu rnemenuhi standar hidupnya secara layak

(Direktorat Dikmenum, 2002).


D. Hubungan Kecakapan Hidup dengan Mata Pelajaran

Kehidupan nyata, mata pelajaran dan kecakapan hidup mempunyai hubungan

yang erat satu sama lain. Kecakapan hidup dirumuskan berdasarkan hasil identifikasi

atas pola kehidupan nyata sehari-hari, sedangkan mata pelajaran dikembangkan

berdasarkan identifikasi terhadap kecakapan hidup yang diperlukan peserta didik dan

sesuai dengan tuntutan kehidupan yang diperlukan peserta didik dan sesuai dengan

tuntutan kehidupan nyata sehari-hari.

E. Prinsip-Prinsip Mengembangkan Kecakapan Hidup Anak Berkebutuhan

Khusus

Dalam rangka meningkatkan kecakapan hidup anak berkebutuhan khusus guru

perlu meningkatkan interaksi anatara siswa' dengan sesama siswa, siswa dengan guru,

untuk itu perlu beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Tuntujukkan perasaan positifpada siswa dengan kasih sayang

2. Memahami keadaan fisik dan bahasa tubuhnya

3. Berbicara dengan siswa mengenai hal-ha1 yang menarik dan menyenangkan

4. Berikan pujian dan pengakuan bagi siswa yang berhasil

5. Bantu siswa memfokuskan perhatiannya pada hal-ha1 yang positif

6 . Guru memberi makna pada pengalamanan siswa dengan lingkungannya

7. jelaskan kejadian yang guru alami bersama siswa

8. Bantu siswa untuk memiliki disiplin diri

9. Bantu siswa mengoptimalkan indra lain yang masih bisa difungsikan

10. Memberikan pemahaman bahwa kecacatan bukanlah akhir dari segalannya

1 1. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa


12. Menyiapkan pelatihan disesuaikan dengan keterampilan yang tidak

terhambat pada kecacatannya.

F. Penutup

Sec;!ra umulil pendidikan kecakapan hidup b e r t i ~ j ~ ~ amemfungsikan


n

pct.Aidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi rnanusiawi peserta

didik untuk menghadapi perannya di masa datang.

Adapull +cars khusus t ~ ~ j u apendidikan


n kecakapan hidup adalah :

1. Mengakti~nlisasikanpotensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan problema yang dihadapi

2. Merancang pendidikan dengan fbngsional bagi kehidupan peserta didik

dalam menghadapi kehidupannya di masa datang

3. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajhran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas,

4. Mengo~timalkanpemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan

memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai

dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (Depdiknas, 2003).


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, (2000) Arah dan Kebijakan Pendidikan Luar Biasa .


Makalah, Pendidikan Luar Biasa UNJ

Fish J (1989) What is Special Education Philadelphia: Open University


Press.

Hallahan, D.P&Kauffman, J.M (2006) Exceptional Learners:An


Introduction to Special Education USA: PearsonEducation, Inc.

Mangunsong, F, dkk. (1998), Psikologi dan Pendidikan Anak Luar


B i ~ s aDepok
. : LPSP3 UI

Neely, Margery. (1982) Counseling and Guidance Practice with Special


Education Students, Los Angeles University of California

Norwich, B (1996) Special Education or Educational for All Connective


Specialisation and idological1mpurty.British journal of Special
Education,

Sunanto J. (2000) Mengharap pendidikan lnklusi ( Makalah ) Bandung


PLB FIP UP1 Bandung
3.
PUBLIKASI
PEMERINTAH
SP – 27 /KLI/2020

Pemerintah Waspada Dampak Pandemi Covid-19


Terhadap Ekonomi Indonesia

Jakarta, 17 April 2020 – Peningkatan negara yang terdampak virus Covid-19 di seluruh dunia seperti
Amerika, Spanyol dan Italia membuat situasi ekonomi dunia semakin memburuk. Beberapa lembaga
bahkan memprediksikan perlemahan ekonomi dunia, antara lain International Monetary Fund (IMF)
yang memproyeksikan ekonomi global tumbuh minus di angka 3%.
Menteri Keuangan (Menkeu) menjelaskan Pendapatan Negara pada bulan Maret 2020 tumbuh
positif. Meskipun kemudian Pemerintah waspada terhadap dampak pandemi di bulan mendatang,
mengingat wabah ini baru mulai meluas di Indonesia pada minggu kedua Maret 2020. “Untuk Indonesia
kita lihat sudah ada 5.516 kasus baru Covid-19 sesuai data kemarin dan masih terkonsentrasi
mayoritas ada di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ini yang menyebabkan bahwa DKI Jakarta,
Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta Banten adalah tempat terbesar dari penularan positif dari kasus
Covid-19”, jelas Menkeu. Menkeu juga menambahkan bahwa pulau Jawa adalah pulau yang
memberikan kontribusi sangat besar bagi perekonomian Indonesia. “Lebih dari 57% ini nanti akan
mempengaruhi cukup besar dari sisi prospek ekonomi dan kegiatan dari ekonomi masyarakat”, tukas
Menkeu dalam video conference APBN KITA April 2020.
Pendapatan Negara Masih Mampu Tumbuh Positif Akhir Triwulan I Namun Tekanan Di Depan
Harus Diwaspadai

Menkeu mengungkapkan pendapatan negara dan hibah pada akhir Triwulan I 2020 telah
mencapai Rp375,95 triliun. Capaian pendapatan negara tersebut tumbuh 7,75% (yoy) jauh lebih baik
dibandingkan pertumbuhan di bulan Februari lalu sebesar minus 0,5% (yoy). "Namun demikian, kita
melihat refleksi penerimaan negara di bulan Maret yg tumbuh 7,7% terlihat cukup baik dibandingkan
tahun lalu yang tumbuh 4,46%, meskipun basis supporting-nya bukan basis ekonomi secara luas",
ungkap Menkeu
Hal ini menunjukkan dukungan berbagai sumber pendapatan negara dalam upaya memperkuat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-
19. Realisasi Pendapatan Negara yang bersumber dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) masing-masing secara nominal telah mencapai Rp279,89 triliun dan
Rp95,99 triliun. Sementara itu, realisasi dari Hibah pada periode yang sama baru mencapai Rp0,08
triliun. Penerimaan Perpajakan dan PNBP tumbuh masing-masing sebesar 0,43% dan 37% (yoy).
Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan komponen penerimaan Pajak hingga akhir
bulan Maret 2020 masih bersumber dari pajak atas konsumsi rumah tangga, meskipun penerimaan
pajak juga masih dibayangi tekanan akibat tren pelemahan industri manufaktur dan aktivitas
perdagangan internasional, serta pelemahan aktivitas ekonomi akibat penyebaran Covid-19.
Kemudian, seiring adanya aturan terkait Work From Home (WFH) baik untuk sektor pemerintah
maupun sektor swasta, maka mulai terjadi perlambatan kegiatan usaha di akhir bulan Maret 2020 yang
berpotensi menurunkan penyerahan dalam negeri yang kemudian akan menekan penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai Dalam Negeri (PPN DN) di bulan April 2020. Kondisi tersebut kemungkinan akan
berlanjut dan semakin terkontraksi di bulan Mei, mengingat di bulan April sebagian daerah sudah
melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah terdampak. Sejalan
dengan penerapan WFH dan PSBB tersebut, Pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa
relaksasi pembayaran PPh Pasal 29 OP dan pelaporan SPT PPh OP, yang mana berimbas pada
belum optimalnya realisasi penerimaan PPh Pasal 29 OP.
Lebih lanjut, penerimaan Kepabeanan dan Cukai secara nominal utamanya masih didukung
oleh penerimaan dari Cukai dan Bea Masuk (BM). Dilihat dari pertumbuhannya, penerimaan
Kepabeanan dan Cukai tumbuh mencapai 23,60% (yoy), yang terutama berasal dari pertumbuhan
penerimaan Cukai yang tercatat sebesar 36,50% (yoy). Di sisi lain, realisasi penerimaan Bea Keluar
(BK), pertumbuhannya secara kumulatif masih tumbuh negatif 32,56% (yoy). Kontraksi pada
pertumbuhan pajak perdagangan internasional terjadi akibat turunnya volume impor, penurunan harga
komoditas, dan melambatnya aktivitas ekspor barang mentah sebagai dampak mewabahnya Covid-19
di berbagai negara.
Realisasi PNBP sampai dengan Triwulan I Tahun 2020 tumbuh positif sebesar 36,80 %
dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp70,16 triliun). Secara lebih terperinci, pencapaian
realisasi triwulan ini terutama bersumber dari PNBP SDA migas tercatat sebesar Rp28,64 triliun (22,5%
dari APBN 2020) atau tumbuh 7,42% (yoy). Penerimaan PNBP nonmigas sampai akhir Maret
mengalami penurunan sebesar 22,41%. Sementara itu, capaian pendapatan dari Kekayaan Negara
yang Dipisahkan hingga Maret 2020 menunjukkan pertumbuhan 907.314,82% dibandingkan periode
yang sama tahun 2019. Demikian juga dengan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) hingga Maret
2020 mencatatkan pertumbuhan positif 37,17% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yaitu dari
Rp9,38 triliun menjadi Rp12,87 triliun.

Akselerasi Belanja Maret 2020


Menkeu menyampaikan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan Maret 2020
tumbuh sebesar 6,58% (yoy) dari tahun sebelumnya. “Karena adanya Covid-19 dan adanya prioritas
yang lebih ditujukan kepada kesehatan, bansos, dan pemulihan ekonomi diperkirakan belanja modal
akan mengalami perlambatan”, jelas Menkeu.
Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan realisasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Meningkatnya kinerja realisasi Belanja Pemerintah Pusat
tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja realisasi belanja modal sebesar Rp11,95 triliun dan
bantuan sosial sebesar Rp47,17 triliun. Realisasi belanja modal hingga Maret 2020 mengalami
peningkatan sebesar 32,06% (yoy), sedangkan realisasi bantuan sosial tumbuh sebesar 27,61% (yoy)
jika dibandingkan tahun sebelumnya sebagai upaya Pemerintah untuk melaksanakan program-program
jaring pengaman sosial. Peningkatan kinerja realisasi belanja tersebut mencerminkan komitmen
Pemerintah untuk melakukan percepatan belanja produktif serta peningkatan pelayanan, termasuk
melindungi masyarakat miskin dan rentan.
Realisasi TKDD sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp174,50 triliun yang meliputi Transfer
ke Daerah (TKD) sebesar Rp167,30 triliun dan Dana Desa Rp7,20 triliun. Realisasi TKDD sampai
dengan Maret 2020 lebih rendah sekitar Rp16,82 triliun atau 8,79% (yoy) apabila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2019. Secara umum hal ini terutama disebabkan belum optimalnya
penyaluran dana TKDD sampai dengan Triwulan I 2020 karena adanya proses pemenuhan
persyaratan penyaluran TKDD oleh Pemerintah Daerah.
Realisasi TKD sampai dengan Maret 2020 lebih rendah Rp13,94 triliun atau sekitar 7,69% bila
dibandingkan realisasi TKD pada periode yang sama tahun 2019. Rendahnya realisasi TKD tersebut
terutama disebabkan karena: (1) Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) hanya sekitar 38,39% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. (2) Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) hanya sekitar 6,10%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan karena adanya
penyaluran DAU yang berbasis kinerja, sehingga penyaluran hanya dapat dilakukan setelah Menkeu
(c.q Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan) menerima laporan belanja pegawai dari daerah

Rahayu Puspasari  021 3846663


Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi  mediacenter@kemenkeu.go.id
Kementerian Keuangan
2/5
sebagaimana amanah dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 139 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Otonomi Khusus.
Sementara itu, realisasi penyaluran Dana Desa sampai dengan Maret 2020 sebesar Rp7,20
triliun. Secara spesifik, kinerja penyaluran TKDD sampai dengan Maret 2020 juga dipengaruhi oleh
faktor lain yaitu dampak mewabahnya pandemi Covid-19 di ibukota dan berbagai daerah di Indonesia,
sehingga turut mempengaruhi implementasi penyaluran TKDD di daerah karena Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah masih terfokus pada penanganan dampak akibat Covid-19 tersebut.
Pada dasarnya pemotongan TKDD tersebut digunakan untuk penanganan Covid-19 secara
terkoordinasi di Pemerintah Pusat, antara lain untuk pengadaan Alat Pelindung Diri (APD),
pembayaran insentif dan santunan kematian tenaga medis, berbagai jenis bantuan sosial, dan insentif
untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan demikian, uang pemotongan tersebut pada
dasarnya juga kembali kepada masyarakat di daerah. Selain itu, telah dikeluarkan pula Surat
Keputusan Bersama Menkeu dan Menteri Dalam Negeri yang isinya mengatur penyesuaian APBD. Hal
ini utamanya agar daerah melakukan penghematan di seluruh aspek (belanja pegawai, belanja barang
dan jasa, serta belanja modal) dan merealokasinya untuk fokus kepada belanja penanganan Covid-19
serta bantuan sosial dan insentif untuk mengatasi dampak ekonomi di daerah. Dalam pelaksanaan
bantuan sosial ini, harus dilakukan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pencapaian sasarannya.

Pengelolaan Fiskal Untuk Menjaga Keberlanjutan Keuangan Negara


Pemerintah berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan fiskal di tahun 2020, dimana realisasi
defisit APBN hingga Maret 2020 mencapai 0,44% Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu posisi
defisit keseimbangan primer pada Maret 2020 telah turun hampir Rp30 triliun dibandingkan periode
yang sama di tahun sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, realisasi pembiayaan APBN melalui utang
hingga Maret 2020 juga mengalami penurunan sebesar 57,17% jika dibandingkan realisasi pada
periode tahun sebelumnya. Penurunan tersebut juga didorong oleh adanya tekanan di pasar keuangan
pada bulan Maret, yang berdampak pada menurunnya likuiditas karena meningkatnya volatilitas pasar
keuangan yang ditunjukkan oleh peningkatan yield, turunnya IHSG, dan melemahnya nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS. Dalam menghadapi kondisi tersebut, Pemerintah menjalankan strategi pengelolaan
pembiayaan utang secara hati hati (prudent) dan terukur. Sejalan dengan hal ini, Pemerintah telah
mengubah jadwal penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dalam valuta asing, dari semula di bulan
Maret menjadi di bulan April 2020.

Kebijakan Penanganan Pandemi ke Depan Dalam Menjaga Keuangan Negara


Menkeu menyatakan bahwa stimulus yang sudah disampaikan kepada seluruh dunia usaha
dan masyarakat itu sifatnya broadbase. “Jadi APBN meng-cover kebutuhan kesehatan, bidang sosial,
dan bidang ekonomi yang semuanya mengalami dampak seperti domino efek, kesehatan memukul
sosial, sosial memukul ekonomi dan nanti ekonomi juga pasti akan mempengaruhi dari sektor
keuangan, terutama dari lembaga-lembaga keuangan bank dan bukan bank”, ucap Menkeu.
Menkeu juga menambahkan dari sisi sosial masyarakat Kementerian Keuangan mencoba
melancarkan stimulus/kebijakan-kebijakan untuk bisa mengurangi dampak shock Covid-19 yang
sangat besar ini. “Untuk masyarakat, tentu tidak bisa seluruhnya shock di absorb oleh APBN. Namun
APBN berusaha untuk bisa mendukung ketahanan sosial masyarakat. Dari sisi sosial ekonomi APBN
mencoba untuk memberikan dukungan agar shock itu tidak merusak atau dalam hal ini menyebabkan
kebangkrutan yang sifatnya masif”, ungkap Menkeu.

Rahayu Puspasari  021 3846663


Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi  mediacenter@kemenkeu.go.id
Kementerian Keuangan
3/5
Pemerintah menyadari bahwa dampak kerusakan akibat wabah Covid-19 akan amat masif ke
depannya sehingga kewaspadaan dan kehati-hatian dalam penetapan kebijakan serta pengelolaan
Keuangan Negara akan dilakukan ke depan. Kebijakan extraordinary kemudian dilakukan Pemerintah
untuk mengurangi dampak akibat penyebaran virus Covid-19 di Indonesia melalui penerbitan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2020 (PERPPU 1/2020) yang baru saja disahkan
pada bulan April 2020.
Dalam rangka menunjang perekonomian, pemerintah telah menerbitkan PMK-23/2020 dan
PMK 28/2020 yang mengatur mengenai insentif fiskal dalam rangka menghadapi pandemic Covid-19.
Dengan adanya insentif fiskal ini, diperkirakan penerimaan pajak di bulan April akan menurun. Terkait
dengan (PERPPU 1/2020) yang antara lain mengatur penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan
untuk tahun pajak 2020 (SPT PPh Badannya disampaikan di April 2021), diperkirakan akan terjadi
penurunan angsuran PPh Pasal 25 badan mulai bulan Mei 2020. Lebih lanjut Pemerintah berkomitmen
untuk menjaga industri dalam negeri ditengah pandemi Covid-19. Melalui PMK-30/2020, Pemerintah
memberikan relaksasi penundaan pembayaran cukai akibat tersendatnya logistik di lapangan karena
Covid-19.
Pemerintah berharap dengan adanya penundaan ini dapat membantu arus kas perusahaan
sehingga perusahaan dapat terus menjalankan usahanya. Keberlangsungan industri sangat penting
untuk mengatasi terhambatnya penyediaan logistik dan penyerapan tenaga kerja agar tidak terjadi
pemutusan hubungan kerja. Selain itu Pemerintah juga telah mengantisipasi keadaan kahar ini dengan
berbagai kebijakan yang relevan seperti relaksasi aturan impor untuk bahan baku pembuatan alat
kesehatan.
Insentif fiskal dan prosedural dari segi kepabeanan dan cukai juga dilakukan Pemerintah untuk
mereduksi dampak pandemi Covid-19 ini yang terdiri atas larangan sementara atas ekspor Alat
Kesehatan, relaksasi Free Alongside Ship (FAS) Impor, pembebasan cukai alkohol dalam rangka
penanganan Covid-19, relaksasi ijin impor untuk Alat Kesehatan, relaksasi PPh impor untuk
perusahaan Kemudahan Impor Untuk Tujuan Ekspor (KITE), percepatan layanan online untuk
penanganan Covid-19, relaksasi pelunasan cukai dan produksi rokok, percepatan logistik dengan
sistem National Logistik Ecosystems (NLE), dan relaksasi penjualan lokal dari perusahaan KB/KITE.
Komitmen Pemerintah untuk menjaga keberlanjutan keuangan negara guna mewujudkan
keselamatan dan kesejahteraan masyarakat ditunjukkan dengan upaya-upaya Pemerintah untuk
mengelola fiskal dengan sebaik-baiknya melalui peningkatan pendapatan negara secara optimal,
pengelolaan utang yang pruden dan terus berupaya melakukan perbaikan kinerja penyerapan
anggaran. Hal ini diarahkan agar pelaksanaan APBN dapat memberikan manfaat yang optimal dan
berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Informasi lebih lanjut, hubungi Direktorat Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan, Gedung Frans Seda, Jl. Wahidin Raya
No.1 Jakarta Pusat, Tlp: (021) 3865330.
***
Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi APBN KiTa (www.kemenkeu.go.id/apbnkita) edisi April 2020 yang memberikan informasi lebih
detil mengenai realisasi pelaksanaan APBN hingga akhir bulan Maret 2020. Publikasi ini memberikan paparan informasi terkini mengenai
kinerja, fakta, dan data APBN serta hasil-hasil konkret APBN dari waktu ke waktu termasuk dampaknya terhadap perekonomian.

Narahubung Media:
Rahayu Puspasari  021 3846663
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi  mediacenter@kemenkeu.go.id
Kementerian Keuangan
arahubung Med @kemenkeuRI Kemenkeu RI
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Kemenkeuri

Rahayu Puspasari  021 3846663


Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi  mediacenter@kemenkeu.go.id
Kementerian Keuangan
4/5
Rahayu Puspasari  021 3846663
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi  mediacenter@kemenkeu.go.id
Kementerian Keuangan
5/5
4.
TESIS
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN


MELALUI PENDAMPINGAN PADA IMPLEMENTASI KURIKULUM
2013 TERHADAP GURU–GURU KELAS I DAN KELAS IV

Siti Nurhamidah1, Nyoman Dantes2, Wayan Lasmawan3


1.3
Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: siti.nurhamidah@undiksha.ac.id,
nyoman.dantes@pasca,undiksha.ac.id, wayan.lasmawan@pasca.undiksha.ac.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas pengelolaan proses
pembelajaran melalui pendampingan pada implementasi kurikulum 2013. Subyek penelitian adalah
guru-guru kelas I dan kelas IV SD di Kecamatan Denpasar Barat, sebanyak 70 orang guru.
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada setiap siklus memiliki perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi yang berbeda-beda. Obyek penelitian Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan
data melalui workshop dan supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi guru dalam proses
pemahaman guru terhadap buku guru dan buku siswa(APKG I ), APKG II pemahaman guru
terhadap proses dan penilaian pembelajaran, APKG III penyusunan RPP ,APKG IV pelaksanaan
pembelajaran, dan APKG V pelaksanaan penilaian pembelajaran. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: pertama kemampuan guru
dalam pengelolaan proses pembelajaran mengalami peningkatan persentase pada tiap tahapannya,
dari pra siklus rata-rata 67.58 (cukup), siklus I mencapai rata-rata 73.78 (cukup) dan pada siklus II
mencapai rata-rata 77.14 (baik), kedua bahwa upaya peningkatan pengelolaan proses pembelajaran
melalui pendampingan dengan tehknik workshop, kunjungan kelas: observasi, diskusi klinis,
pemodelan dan peerteaching behasil dengan baik.

Kata kunci: pengelolaan proses pembelajaran, pendampingan, implementasi kurikulum 2013

ABSTRACT
This research aims to investigate the difference in quality of learning process management
before and after given mentoring of 2013 curriculum implementation. Research subjects were 70
teachers of Class I and Class IV Elementary Schools in West Denpasar sub-district. This research
was conducted in two cycles. In every cycle had different planning, execution, observation and
reflection. Research object was 2013 curriculum. Data collection technique was through workshop
and class supervision with stages of supervising teachers in teacher’s comprehension process
towards teacher’s books and student’s books (APKG I), APKG II teacher’s comprehension towards
process and learning assessment, APKG III RPP preparation of lesson plans, APKG IV
implementation of learning, and APKG V learning assessment. The analysis was using by descriptive
kuantitative statistic done. The analysis was using by descriptive kuantitative statistic done. This
research shows that: first, teacher’s ability in learning process implementation had improvement in
percentage in every stage, from pre-cycle mean 67.58 (enough), cycle I reached mean 73.78
(enough) and on cycle II reached mean 77.14 (good). Second, improvement efforts the
managements of the learning process were through the mentoring by workshop technique, class
visits, observation, clinical discussion, modeling and peer teaching is worked well.

Keywords: learning process managemenet, mentoring, 2013 curriculum implementation

1
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

PENDAHULUAN Kecamatan Denpasar Barat yang


Adanya Rencana Pembanguan mengeluhkan kondisi awal ditetapkannya
Jangka Panjang Menengah Nasional implementasi kurikulum 2013 oleh
(RPJM) tahun 2010-2014 supaya menata Diknasdipora Kota Denpasar.
kembali kurikulum, atas dasar itu Pusat Dalam makalah seminar tentang
Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Kurikulum 2013, Dantes (2013)
mencanangkan pemberlakuan kurikulum mengatakan bila dikaji lebih dalam situasi
2013. Maka kebijakan Menteri Pendidikan pendidikan masa depan dan bagaimana
dan Kebudayaan mempertegas bahwa peran pendidik (guru) sebagai pengemban
implementasi kurikulum 2013 segera paradigma pendidikan yang berpusat pada
dilaksanakan, dan diharapkan dapat pembelajaran, maka kualifikasi dan
menghasilkan insan yang produktif kompetensi guru sebagai pemangku
,kreatif,inovatif afektif dengan jabatan ahli haruslah menjadi salah satu
mengedepankan penguatan ranah sikap, fokus utama. Jabatan guru adalah jabatan
ketrampilan dan pengetahuan yang profesi, dimana suatu jabatan profesi harus
terintegrasi dalam kegiatan proses diampu oleh seorang yang profesional,
pembelajaran. Upaya pemerintah dalam yang memiliki keahlian dalam bidangnya,
pembaharuan Permendiknas No. 22 Tahun sehingga jabatan guru harus dipegang oleh
2006 tentang Standar Isi (Kurikulum) yang seorang profesional. Maka dari itu
akan digantikan dengan diberlakukannya keprofesionalan tersebut harus dibuktikan
Kurikulum 2013 dengan Peraturan Menteri dengan pencapaian kualifikasi, penguasaan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik keahlian, dan kompetensi dalam bidangnya.
Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pada kegiatan awal kami bersama
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum pengawas sekolah mengadakan survey
Sekolah Dasar/Madrasah. Tentu saja hal ini bahwa selama kurun semester I, masih
menjadi sebuah renungan bagi paradigma banyak SD yang belum sepenuhnya
pendidikan terutama adalah bagi para guru melaksanakan kurikulum 2013, bahkan
sebagai pelaksananya. Tidak mudah untuk masih ada yang sama sekali belum
melaksanakannya karena tentu banyak hal menggunakan buku guru dan buku siswa,
yang harus berubah dari pola pikir hal ini dikarenakan informasi dan sosialisasi
kebiasaan lama dengan penyesuaian pola belum menyentuh pada sasaran semua SD
pikir hal yang baru. yang ada di Kecamatan Denpasar Barat.
Kondisi awal pada implementasi Dengan melalui program workshop maka
kurikulum 2013, guru-guru kelas I dan IV di pendampingan diadakan secara mandiri
SD Se-Kecamatan Denpasar Barat masih oleh pengawas sekolah, pengurus K3S,
banyak menemui kendala dan belum dan para kepala sekolah, dari hasil kerja
sepenuhnya memahami tentang (1) kelompok dan kuesioner yang diberikan
penguatan pemahaman guru terhadap buku oleh penulis dan para pengawas sekolah,
guru dan buku siswa, (2) pemahaman guru bahwa dapat diketahui masih banyak
terhadap proses dan penilaian kelemahan, dan kendala dalam
pembelajaran, (3) penyusunan rencana pelaksanaan kurikulum 2013, terutama
pelaksanaan pembelajaran, (4) pada tarjet sasaran guru-guru kelas I dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) kelas IV SD di Kecamatan Denpasar Barat.
pelaksanaan penilaian pembelajaran, pada Mengingat waktu dan biaya maka dalam
implementasi kurikulum 2013, hal ini melaksanakan PTS ini diambil sampling
diketahui pada rapat rutin bulanan kepala dari 54 SD yang ada dikecamatan
sekolah SD, se-Kecamatan Denpasar Barat Denpasar Barat yang telah
yang mengeluhkan kondisi awal bagi mengimplementasikan kurikulum 2013
sekolah yang mengimplementasikan kurang lebih 13 SD dan terwakili dengan
kurikulum 2013, kenyataan dilapangan sejumlah 70 orang guru, terdiri dari guru
masih banyak menemui kendala dan belum kels I sebanyak 35 orang dan guru kelas IV
mampu dengan baik, hal ini diketahui pada sebanyak 35 orang yang ada di Kecamatan
rapat rutin bulanan kepala sekolah SD, se- Denpasar Barat.
2
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

Pendampingan yang dilakukan Ada beberapa faktor yang bisa


berupa proses pemberian bantuan mendukung berhasilnya pelaksanaan
penguatan dalam pelaksanaan Kurikulum kurikulum 2013 nanti antara lain: 1)
2023 yang diberikan Guru Inti, Kepala Kesesuaian kompetensi pendidik dan
Sekolah, dan pengawas sekolah kepada tenaga kependidikan dengan kurikulum
Guru Sasaran satuan pendidikan yang yang diajarkan dan buku teks yang
melaksanakan kurikulum 2013 dipergunakan. Hal itu menjadi pusat
(Kemendikbud, 2013:8), menyebutkan perhatian dalam pengembangan kurikulum
bahwa Tujuan Pendampinagan secara ini. Kemampuan guru harus bisa
umum dimaksudkan untuk menjamin mengimbangi perubahan kurikulum dan
terlaksananya implementasi Kurikulum menyesuaikan dengan buku teks yang akan
2013 secara efektif dan Efisien di masing– diajarkan pada peserta didik. Jika
masing sekolah. Pendampingan paling kemampuan tenaga pendidik belum
tidak memberikan fasilitas terutama pada memadai maka segera diberikan upaya
sekolah sasaran yang secara langsung tindakan misalnya: pelaksanaan
menerima bantuan sarana berupa Buku pendampingan yang serius terhadap guru
Guru dan Buku Siswa, memberikan dalam proses pembelajaran oleh kepala
bantuan konsultasi, pemodelan (modeling), sekolah yang bekerjasama dengan pihak
dan pelatihan personal dan spesifik LPMP dan Pengawas Sekolah, juga
(coaching) untuk hal-hal spesifik baik diadakannya uji kompetensi, penilaian
secara langsung (direct intructional kinerja, dan pembinaan keprofesionalan
leadership) maupun secara tidak langsung berkelanjutan sehingga dapat mendukung
(indirect intructional leadership) (Kleine- berhasilnya pelaksanaan Kurikulum 2013
Krach, 1993:12 dalam Sulistiorini). tersebut. 2) Ketersediaan buku sebagai
Dengan adanya pendampingan bahan ajar dan sumber belajar ,3)
terutama kepala sekolah sebagai pemimpin Mengintegrasikan keempat standar
pembelajaran tentu dituntut sikap pembentuk kurikulum.4) Sesuai dengan
keprofesionalnya dalam membina dan model interaksi pembelajaran. 5) Sesuai
membimbing seluruh rangkaian kegiatan dengan pembelajaran tematik terpadu
proses pembelajaran di sekolahnya, sesuai yang mengedepankan pendekatan
filosofi, konsep, kaidah prinsip, makna dan scientific. 6) Penilaian berbasis otentik , 7)
prosedur yang tercangkup dalam elemen Mendukung efektivitas sistem pendidikan.
perubahan kurikulum 2013 adalah Untuk itu, sekolah harus mampu
berdasarkan SKL, KI dan KD, tersusunnya menciptakan iklim belajar yang kondusif
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyenangkan dengan berpedoman
berdasarkan karkteristik dan tuntutan pada jalur pelaksanaan kurikulum, sehingga
Kurikulum 2013, terlaksananya budaya Kurikulum 2013 tersebut dapat menjadi
pembelajaran dengan penekatan tematik arah pengembangan yang betul-betul
terpadu (integratif temathic). sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
Kepala sekolah sebagai tentu faktor pendampingan pengelolaan
kepemimpinan pembelajaran merupakan pembelajaran oleh kepala sekolah sebagai
tindakan kepala sekolah yang mengarah kunci manajerial pembelajaran, harus
pada terciptanya iklim sekolah yang mampu menanganinya secara profesional.
mendorong terjadinya peningkatan mutu Namun demikian, banyak persepsi
pengelolaan internal sekolah sehingga dari para guru atau pendidik tentang
memungkinkan terselenggaranya proses berlakunya Kurikulum 2013, karena banyak
pembelajaraan yang merangsang para yang menganggap bahwa pemerintah
siswa untuk mencapai prestasi belajar yang terlalu terburu-buru dalam melakukan
tinggi. Pemimpin pembelajar yang efektif perubahan ini, ada juga yang mempunyai
terlibat dalam masalah-masalah kurikuler persepsi bahwa dengan adanya Menteri
dan pembelajaran, yang kesemuanya itu Pendidikan yang baru, maka ganti pula
mempengaruhi prestasi belajar siswa kurikulumnya. Selain itu masih banyak
(Cotton, 2003). faktor lain tentang persepsi tersebut yang
3
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

terindikasi pada guru-guru di SD di beberapa sekolah di Indonesia yang


Kecamatan Denpasar Barat antara lain ditunjuk langsung oleh pemerintah sebagai
sebagai berikut: a) Pendidikan nasional kita sekolah Sasaran implementasi Kurikulum
masih menghadapi berbagai macam 2013, akan tetapi hampir SD di kecamatan
persoalan, b) Persoalan itu memang tidak Denpasar barat telah memulai
akan pernah selesai, karena seiring lajunya mengimplementasikan kurikulum 2013
perkembangan dunia teknologi dan tersebut atas anjuran Diknasdipora Kota
informasi substansi yang ditransformasikan Denpasar ,maka mau tidak mau harus
selama proses pendidikan dan melaksanakan amanat tesebut,Sedangkan
pembelajaran selalu berada di bawah kondisi nyata yang ada muncul berbabai
tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, persoalan yang telah disebut diatas ,maka
teknologi, dan kemajuan masyarakat. c) perlu adanaya penelitian untuk mengukur
Salah satu persoalan pendidikan kita yang sejauh mana keberhasilan pelaksanaan
masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum 2013, melalui pendampingan
kurikulum yang silih berganti dalam Kepala Sekolah,pengawas sekolah ditinjau
tenggang waktu yang pendek dan dari kualitas pengelolaan proses
menjadikan beban baru baik bagi guru pembelajarannya.
maupun anak didik tanpa ada arah Mengingat untuk keberhasilaan
pengembangan yang betul-betul pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak bisa
diimplementasikan sesuai dengan diukur dari salah satu pihak pelaksana,
perubahan yang diinginkan pada kurikulum melainkan harus didukung oleh berbagai
tersebut. d) Belum optimalnya kemampuan pihak mulai dari pemerintah, para
guru yang harus bisa mengimbangi pendamping (LPMP, Pengawas Sekolah,
perubahan kurikulum dan menyesuaikan Kepala Sekolah,dan para nara sumber
dengan buku teks yang akan diajarkan lainnya), selain itu juga ditunjang adanya
pada peserta didik, e) Belum optimalnya tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
kemampuan guru dalam melaksanakan penerbit buku, peserta didik serta
pembelajaran tematik terpadu dengan masyarakat. Semua pemangku itu , harus
pendekatan scientific, f) Bagaimana peran saling membantu antara pihak-pihak terkait
kepala sekolah dalam memahami agar Kurikulum 2013 tersebut dapat
perubahan manajemen kepala sekolah dilaksanakan sesuai dengan yang
sebagai pelaksana manajemen perubahan diharapkan. Melalui pendampingan kepala
dan manajemen pembelajaran terhadap sekolah dan unsur pendidik yang lain
Kurikulum 2013) Bagaimana manajemen diharapkan kualitas pengelolaan proses
administrasi dalam pengelolaan pembelakjaran di SD di Kecamatan
pembelajaran pada guru-guru SD di Denpasar Barat dapat memenuhi standar
Kecamatan Denpasar Barat, h) pemerintah sehingga penjaminan mutu
Bagaiamana peran pendampingan Kepala pendidikan bagi masyarakat pemerintah
Sekoalah, sebagai manager pembelajaran daerah dan dapat dijadikan acuan bagi
terhadap pengelolaan proses kalangan pendidikan, pada umumnya
pembelajaran. masayarakat Indonesia. Kemendikbud,
Untuk mengatasi hal di atas maka (2013) mengungkapkan pengertian dari
perlu adanya pendampingan kepala pendampingan adalah proses pemberian
sekolah selaku pemimpin pembelajaran bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum
yang tentu akan didampingi pengawas 2013 yang diberikan Guru Inti, kepala
sekolah. Dalam hal ini pula penulis sekolah, dan pengawas sekolah kepada
mencoba membuat kajian studi kasus Guru Sasaran satuan pendidikan yang
tentang upaya pendampingan kepala melaksanakan Kurikulum 2013.
sekolah terhadap pelaksanaan Kurikulum Tugas pendampingan menurut
2013 ditinjau dari kualitas pengelolaan Gultom, 2013.) antara lain : 1) Pertemuan
pembelajaran SD di Kecamatan Denpasar awal, yaitu kegiatan pengkondisian,
Barat. Ada 5 SD di Kecamatan Denpasar penjelasan tujuan, materi pendampingan,
Barat adalah termasuk sekolah piloting dari agenda kegiatan, serta informasi lain yang
4
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

dibutuhkan bagi kelancaran pelaksanaan Kurikulum 2013 Terhadap Guru–Guru


pendampingan. 2) Pelaksanaan observasi Kelas I Dan Kelas IV SD di Kecamatan
lapangan, yaitu kegiatan pengamatan Denpasar Barat”.
terhadap rencana pelaksanaan Bertolak dari latar belakangmasalah,
pembelajaran, media dan alat bantu maka masalah pokok yang ingin dicarii
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, solusinya melalalui penelitian ini dapat
serta pelaksanaan penilaian pembelajaran dirumuskan sebagai berikut :
yang dilakukan oleh pendamping kepada Bagaimanakah kualitas peningkatan
guru sasaran. 3) Pembahasan hasil pengelolaan proses pembelajaran pada
observasi, yaitu kegiatan pembahasan hasil implementasi kurikulum 2013 melalui
observasi lapangan untuk mendiskusikan pendampingan terhadap guru-guru kelas I
dan merumuskan langkah-langkah dan Kelas IV SD di Kecamatan Denpasar
perbaikan. 4)Perbaikan berdasarkan hasil Barat?
observasi, yaitu kegiatan perbaikan yang Secara umum penelitian ini bertujuan
dilakukan Guru Sasaran sebagai tindak untuk mengetahui kualitas peningkatan
tindak lanjut hasil diskusi pendamping pengelolaan proses pembelajaran melalui
dengan Guru Sasaran. 5) Penyusunan upaya Pendampingan dengan tekhnik
laporan, yaitu kegiatan pendamping workshop, kunjungan kelas dan
menyusun laporan proses dan hasil pelaksanakan observasi, modeling ,diskusi
pendampingan. Persiapan pendampingan klinis serta peerteaching oleh tim
a) Penyiapan bahan pendukung seperti : pendamping yang terdiri dari : kepala
silabus, contoh RPP, contoh projek, contoh sekolah SD sasaran penelitian ,peneliti
penilaian portofolio, contoh rapor, dll. ,pengawas sekolah dan guru inti .
Instrumen dan petunjuk pengisian, yang Manfaat penelitian ini (1) manfaat
terkait dengan pemahaman umum guru teoritis : Sebagai bahan kajian ilmu
sasaran terhadap: (1)Buku teks pelajaran pengetahuan, penambahan wawasan,
dan buku pedoman guru termasuk silabus, pengembangan teori, pengembangan
(2) Proses pembelajaran dan penilaian, penelitian dan sebagai pendalaman ilmu
(3)penyusunan rencana pelaksanaan pengetahuan dibidang manajemen
pembelajaran, (4) pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan khususnya
pembelajaran, (5)pelaksanaan penilaian. b) pada peningkatan kinerja kepala sekolah
Profil Guru Sasaran, yang meliptui data dan guru. (2) manfaat Praktis : (a) Bagi
tentang nama guru, pangkat dan golongan, Peneliti : Hasil penelitian ini diharapkan
jenis guru dan mata pelajaran yang diampu, dengan proses menulis akan membuka
serta data lain yang diperlukan. wawasan peneliti sehingga mengetahui
c) Pelaksanaan pendampingan: tentang pendampingan pengelolaan proses
Pelaksanaan pendampingan dilakukan pembelajaran atau supervisi akademik,
dalam bentuk kunjungan, observasi, diskusi kualitas pembelajaran dan kompetensi guru
klinis, dan perbaikan yang dilakukan oleh dalam mengelola pembelajaran, sehingga
Guru Inti,kepala sekolah dan pengawas ke depan diharapkan akan menyadari
sekolah kepada Guru Sasaran. 5) prinsip dan manfaat dari pendampingan
Pelaporan hasil pendampingan: Laporan pengelolaan pembelajaran secara benar.
hasil kegiatan pendampingan disusun oleh (b) Bagi lembaga pendidikan (sekolah) :
masing-masing pendamping atau penulis Hasil penelitian diharapkan dapat
sesuai dengan sistematika yang terdapat menambah khasanah wawasan berpikir
pada lampiran, dan hasilnya dijadikan dan khasanah keragaman disiplin ilmu para
sebagai portopolio guru. guru sehingga membantu secara
Berdasar paparan latar belakang berkesinambungan berupaya meningkatkan
yang telah diuraiakan di atas maka, penulis kualitas pengelolaan pembelajaran
mengemukakan tentang penelitian yang sehingga siswa menemukan pembelajaran
berjudul “Upaya Peningkatan Pengelolaan yang bermakna bagi diri sendiri dan
Proses Pembelajaran Melalui lingkungannya.
Pendampingan Pada Implementasi
5
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

METODE sementara itu,perencanan khusus


Penelitian ini termasuk penelitian dimaksudkan untuk untuk mtuk menyusun
tindakan Sekolah karena meiliki rancangan dari siklus ke siklus. (2)
karakteristik Terdapat dua hal yang menjadi Tindakan (acting) tindakan adalah
karakteristik umum PTS. Pertama, merupakan implementasi tindakan pada
masalah yang diangkat untuk dipecahkan prinsipsipnya merupakan realisasi dari
dan kondisi yang diangkat untuk suatu tindakan yang sudah direncanakan
ditingkatkan harus berangkat dari praktik sebelumnya atau suatu strategi untuk
pendidikan nyata di sekolah. Kedua, kepala meninggkatkan kualitas apa yang menjadi
sekolah dan pengawas dapat meminta permasalahan dalam Penelitian Tindakan
bantuan orang lain untuk mengenal dan Sekolah (PTS), Dalam hal ini tentu penulis
mengelaborasi masalah yang dijadikan merumuskan suatu tindakan atau strategi
topik penelitian. yang tepat untuk melaksanakan
Subyek dalam penelitian ini adalah pendampingan sehingga diharapkan guru
guru-guru Kelas I dan kelas IV SD di dalam pengelolaan pembelajaran benar –
Kecamatan Denpasar Barat dengan jumlah benar memenuhi kriteria yang telah
SD ada 13 buah dan total seluruh guru ditentukan dan sesuai panduan kurikulum
adalah 70 orang. Objek dari penelitian ini 2013. (3) Pengamatan (observing),
adalah pendampingan implementasi Pengamatan, observasi atau monitoring
kurikulum 2013. Adapun desain penelitian dapat dilakukan sendiri oleh penelitian atau
ini sesuai konsep PTS menurut Kurt Lewin kolaborator, yang memang diberi tugas
yang terdiri dari empat komponen, yaitu untuk hal itu. Pada saat itu pengamat
perencanaan (planning), tindakan (acting), haruslah mencatat semua peristiwa atau
pengamatan (observating), dan (reflekting). hal yang terjadi di kelas penelitian kinerja
Hubungan keempat komponen itu guru. (4) Refleksi, Pada prinsipnya yang
dipandang sebagai satu siklus yang dapat dimaksud Refleksi ialah evaluasi dari
di lihat pada gambar 1 di bawah ini. peristiwa atau kegiatan yang telah
dilakukan terkait dengan PTS untuk
melakukan suatu tindaklanjut.
Acting Sebelum instrumen ini digunakan
maka dilakukan uji validitas isi. Untuk
Planning Observati menentukan validitas isi (content validity)
ng dilakukan oleh judges. Analisis dalam
Reflecting penelitian ini adalah menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif dengan
Gambar 1 Siklus PTS Modei Kurt Lewin membandingkan kondisi awal atau pra
siklus, hasil siklus I (supervisi akademik
Data awal diperoleh dengan secara kelompok / kegiatan workshop) dan
pelaksanaan tindakan data angket hasil siklus II (supervisi akademik secara
(kuesionar), data selanjutnya adalah data individu/percakapan pribadi dengan
yang diperoleh pada proses pendampingan kunjungan kelas yaitu melalui observasi,
yaitu dengan pedoman instrumen Alat modeling ,diskusi klinis dan peerteaching
Penilaian Kinerja Guru (APKG) dalam hal ini dikatakan sebagai pendampingan
pengelolaan proses pembelajaran dengan langsung / supervisi akademik secara
menggunakan perencanaan (planning), individu/percakapan pribadi, kunjungan
pengamatan (observing), tindakan (acting), kelas/observasi dengan demikian
dan tahapan refleksi. Tahapan (1) pendampingan dikatakan sebgai
Perencanaan (planning) yakni penentuan pendampingan langsung (direct intructional
perencanaan dapat dibagi dua jenis ,yaitu leadership)), sedangkan pedoman yang
perencanaan umum dan perencanaan digunakan dalam mengumpulkan data
khusus. Perencanaan umum dimaksudkan penilain guru diperoleh dari pedoman
untuk menyusun rancangan yang meliputi supervisi akademik model APKG (1) yaitu
keseluruhan aspek yang terkait PTS, (penguatan pemahaman guru terhadap
6
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

buku guru dan buku siswa, APKG (2) variabel APKG(1) yaitu : penilaian
pemahaman guru terhadap proses dan kemampuan guru dalam penguatan
penilaian pembelajaran, APKG (3) pemahaman guru terhadap buku guru dan
penyusunan rencana pelaksanaan buku siswa, (2) variabel APKG II yaitu :
pembelajaran, APKG (4) pelaksanaan penilaian kemampuan guru dalam
pembelajaran, APKG (5) pelaksanaan pemahaman guru terhadap proses dan
penilaian pembelajaran,, APKG II, APKG III, penilaian pembelajaran, (3) ariabel APKG
APKG IV dan APKG V, yaitu alat penilaian III yaitu : penilaian kemampuan guru dalam
kemampuan guru dalam melaksanakan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Data yang terkumpul dalam pembelajaran (RPP), (4) variabel APKG IV
penelitian ini dianalisis dengan yaitu : penilaian kemampuan guru dalam
menggunakan statistik deskriptif kuantitatif pelaksanaan pembelajaran, (5) variabel
yaitu dengan mencari angka rata-rata (M), APKG V yaitu : penilaian kemampuan guru
Median (M), dan Modus (Mo),yang dalam pelaksanaan penilaian
dilanjutkan dengan menggambarkan grafik pembelajaran, dengan perhitungan ukuran
histogram . sentaral ( mean, modus, medium dan
ukuran standar deviasi ) yang disajikan
PEMBAHASAN pada tabel , histogram dan kategorisasi
Berdasarkan pengolahan data masing-masing variabel . Dibawah ini
dengan analisis deskriptif kuantitatif, disajikan rangkuman statistik seperti pada
diperoleh rekapitulasi hasil perhitungan skor tabel berikut :

Tabel 1. Rangkuman Statistik Hasil Penelitian Pada Siklus 2

APKG Ket APKG Ket APKG Ket APKG Ket APKG Ket
1 2 3 4 5
Mean 78 Baik 78,2 Baik 76,5 Baik 76,7 Baik 76,3 Baik
Skor
88 Baik 83 Baik 83 Baik 81 Baik 80 Baik
Maksimum
Skor Cu Cu Cu Cu Cu
69 67 73 74 73
Minimum kup kup kup kup kup

APKG 4
80 APKG 1 APKG 5
80
75 APKG 2
75
70 APKG 3
65 70
60 65
55 60
Pra SiklusSiklus Pra Siklus Siklus
Siklus 1 2 Siklus 1 2

Gbr 2.Rata-rata Nilai Perolehan APKG 1-3 Gbr 3.Rata-rata Nilai Perolehan APKG 4-5

Berdasarkan data hasil penelitian peningkatan yang signifikan di siklus 2


dan analisis data rerata skor APKG 1, pada APKG 1 ini memiliki rata-rata
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra sebesar 78 (baik).
siklus untuk APKG 1 ini memiliki rata-rata Berdasarkan penelitian tersebut
sebesar 70 (cukup), mengalami bahwa pada siklus II, sebanyak 97,15%
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- yang mampu dengan baik pemahaman
rata nilai APKG 1 ini memiliki rata-rata guru terhadap buku guru dan buku siswa,
sebesar 75 (baik), dan mengalami dengan demikian terdapat peningkatan
7
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

pemahaman guru terhadap buku guru dan siklus untuk APKG 4 ini memiliki rata-rata
buku siswa, pada implementasi kurikulum sebesar 67,9 (cukup) mengalami
2013 terhadap guru-guru kelas 1 dan peningkatan pada siklus 1 dimana rata-
kelas IV SD di Kecamatan Denpasar rata nilai APKG 4 ini memiliki rata-rata
Barat. sebesar 73,1(cukup) dan mengalami
Berdasarkan data hasil penelitian peningkatan yang signifikan di siklus 2
dan analisis data rerata skor APKG 2, pada APKG 4 ini memiliki rata-rata
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra sebesar 76,7(baik) sehingga dapat
siklus untuk APKG 2 ini memiliki rata-rata tergolong dalam kategori baik.
sebesar 65,8,(cukup) mengalami Berdasarkan penelitian tersebut
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- bahwa pada siklus II , sebanyak 90% guru
rata nilai APKG 2 ini memiliki rata-rata yang mampu dengan baik terhadap
sebesar 73,6,(cukup) dan mengalami pelaksanaan pembelajaran, dengan
peningkatan yang signifikan di siklus 2 demikian terdapat peningkatan kualitas
pada APKG 2 ini memiliki rata-rata terhadap pelaksanaan pembelajaran
sebesar 78,2 (baik) sehingga dapat pada implementasi kurikulum 2013
tergolong dalam kategori baik. terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV
Berdasarkan penelitian tersebut SD di Kecamatan Denpasar Barat.
bahwa pada siklus II, sebanyak 71,44% Berdasarkan data hasil penelitian
guru yang mampu dengan baik terhadap dan analisis data rerata skor APKG 5,
pemahaman guru terhadap proses dan maka dapat dijabarkan yakni pada Pra
penilaian pembelajaran,dengan demikian siklus untuk APKG 5 ini memiliki rata-rata
terdapat peningkatan kualitas terhadap sebesar 67,4 (cukup) mengalami
pemahaman guru terhadap proses dan peningkatan pada siklus 1 dimana rata-
penilaian pembelajaran pada rata nilai APKG 5 ini memiliki rata-rata
implementasi kurikulum 2013 terhadap sebesar 73,7 (cukup) dan mengalami
guru-guru kelas 1 dan kelas IV SD di peningkatan yang signifikan di siklus 2
Kecamatan Denpasar Barat. pada APKG 5 ini memiliki rata-rata
Berdasarkan data hasil penelitian sebesar 76,3 (baik) sehingga dapat
dan analisis data rerata skor APKG 3, tergolong dalam kategori baik.
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra Berdasarkan penelitian tersebut
siklus untuk APKG 3 ini memiliki rata-rata bahwa pada siklus II , sebanyak 42,87%
sebesar 66,8 (cukup), mengalami guru yang mampu dengan baik terhadap
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- pelaksanaan penilaian pembelajaran,
rata nilai APKG 3 ini memiliki rata-rata dengan demikian terdapat peningkatan
sebesar 73,5 (cukup) dan mengalami kualitas pada pelaksanaan penilaian
peningkatan yang signifikan di siklus 2 pembelajaran pada implementasi
pada APKG 3 ini memiliki rata-rata kurikulum 2013 terhadap guru-guru kelas
sebesar 76,5 (baik) sehingga dapat 1 dan kelas IV SD di Kecamatan
tergolong dalam kategori baik. Denpasar Barat.
Berdasarkan penelitian tersebut Uji hipotesis pertama dengan
bahwa pada siklus II , sebanyak 87.14% analisis deskriptif kuantitatif menghasilkan
guru yang mampu dengan baik pada APKG 1, APKG 2, dan APKG 3, APKG 4
penyusunan rencana pelaksanaan dan APKG 5, dengan nilai rata-rata dalam
pembelajaran (RPP, dengan demikian kategori baik pada interval 75-89.
terdapat peningkatan pada penyusunan Sehingga dapat disimpulkan hasil
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP penelitian telah mencapai indikator yang
pada implementasi kurikulum 2013 ditentukan dengan demikian bahwa upaya
terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV peningkatan pengelolaan proses
SD di Kecamatan Denpasar Barat. pembelajaran melalui pendampingan
Berdasarkan data hasil penelitian terhadap guru –guru kelas I dan kelas IV
dan analisis data rerata skor APKG 4, pada implementasi kurikulum 2013
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra berhasil dengan baik, kedua bahwa
8
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

upaya peningkatan kualitas pengelolaan sebesar 78,2 (baik) sehingga dapat


pembelajaran melalui pendampingan tergolong dalam kategori baik.
dengan tekhnik worksop ,kunjungan kelas Berdasarkan penelitian tersebut
: observasi, diskusi klinis ,pemodelan dan bahwa pada prasiklus APKG 2
peerteaching dapat meningkatkan kualitas sebanyak 8,57% pada siklus I menjadi
pengelolaan proses pembelajaran. 67,15,72 % pada siklus II meningkat
menjadi 71,44% guru yang mampu
PENUTUP dengan baik pada pemahaman guru
Jika pendampingan pada terhadap pemahan proses dan penilaian
implementasi kurikulum 2013 pembelajran , dengan demikian terdapat
dilaksanakan secara baik dan professional peningkatan yang signifikan sebesar
maka dapat meningkatan pengelolaan 58,58 % dari prasiklus ,kemudian dari
proses pembelajaran dengan baik. siklus I kesiklus II terdapat peningkatan
Berdasarkan data hasil penelitian sebesar 4.29% maka dapat disimpulkan
dan analisis data rerata skor APKG 1, bahwa terdapat peningkatan kualitas
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra pembelajaran pada implementasi
siklus untuk APKG 1 ini memiliki rata-rata kurikulum 2013 terhadap guru-guru kelas
sebesar 70 (cukup), mengalami 1 dan kelas IV SD di Kecamatan denpasar
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- Barat.
rata nilai APKG 1 ini memiliki rata-rata Berdasarkan data hasil penelitian
sebesar 75 (baik) , dan mengalami dan analisis data rerata skor APKG 3,
peningkatan yang signifikan di siklus 2 maka dapat dijabarkan yakni pada Pra
pada APKG 1 ini memiliki rata-rata siklus untuk APKG 3 ini memiliki rata-rata
sebesar 78 (baik) sehingga dapat sebesar 66,8 (cukup), mengalami
tergolong dalam kategori baik. peningkatan pada siklus 1 dimana rata-
Berdasarkan penelitian tersebut rata nilai APKG 3 ini memiliki rata-rata
bahwa pada prasiklus APKG 1 sebesar 73,5(cukup) dan mengalami
sebanyak 0% pada prasiklus , pada siklus peningkatan yang signifikan di siklus 2
I menjadi 68,28 % pada siklus II pada APKG 3 ini memiliki rata-rata
meningkat menjadi 97,15% guru yang sebesar 76,5(baik) sehingga dapat
mampu dengan baik pada pemahaman tergolong dalam kategori baik.
guru terhadap proses dan penilaian Berdasarkan penelitian tersebut
pembelajran , dengan demikian terdapat bahwa pada prasiklus APKG 4 hanya
peningkatan yang signifikan sebesar sebanyak 10% pada siklus I menjadi
68,58 % dari prasiklus ,kemudian dari 15,72 % pada siklus II meningkat menjadi
siklus I kesiklus II terdapat peningkatan 87,14% guru yang mampu dengan baik
sebesar 4.29% maka dapat disimpulkan pada penyusunan Rencana Pelaksanaan
bahwa terdapat peningkatan kualitas Pembelajaran (RPP, dengan demikian
pembelajaran pada implementasi terdapat peningkatan yang signifikan
kurikulum 2013 terhadap guru-guru kelas sebesar 5,72 % dari prasiklus ,kemudian
1 dan kelas IV SD di Kecamatan denpasar dari siklus I kesiklus II terdapat
Barat. peningkatan sebesar 71.42% maka dapat
Berdasarkan data hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
dan analisis data rerata skor APKG 2, kualitas pembelajaran pada
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra implementasi kurikulum 2013 terhadap
siklus untuk APKG 2 ini memiliki rata-rata guru-guru kelas 1 dan kelas IV SD di
sebesar 65,8 (cukup), mengalami Kecamatan denpasar Barat.
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- Berdasarkan data hasil penelitian
rata nilai APKG 2 ini memiliki rata-rata dan analisis data rerata skor APKG 4,
sebesar 73,6 (cukup), dan mengalami maka dapat dijabarkan yakni pada Pra
peningkatan yang signifikan di siklus 2 siklus untuk APKG 4 ini memiliki rata-rata
pada APKG 2 ini memiliki rata-rata sebesar 67,9(cukup) mengalami
peningkatan pada siklus 1 dimana rata-
9
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

rata nilai APKG 4 ini memiliki rata-rata Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah
sebesar 73,1(cukup) dan mengalami dapat mengoptimalkan kualitas
peningkatan yang signifikan di siklus 2 pendampingan atau supervisi akademik
pada APKG 4 ini memiliki rata-rata dengan kolaborasi dan teknik secara
sebesar 76,7(baik) sehingga dapat berkelompok maupun individu, melalui
tergolong dalam kategori baik. Workshop, kunjungan kelas, wawancara,
Berdasarkan penelitian tersebut maupun dengan pemodelan, dan
bahwa pada prasiklus APKG 4 hanya peerteaching dalam mengelola proses
sebanyak 10% pada siklus I menjadi pembelajaran. Hal ini supaya jika terjadi
71,44 % pada siklus II meningkat menjadi kesimpangan persepsi pada pelaksanaan
90% guru yang mampu dengan baik kurikulum 2013 dapat saling mengisi
terhadap pelaksanaan pelaksanaan kekurangan dan kelebihan nya ketika
pembelajaran, dengan demikian terdapat melaksanakan pendampingan terhadap
peningkatan yang signifikan sebesar guru–guru, sehingga diharapkan
61.44 % dari prasiklus ,kemudian dari implementasi kurikulum 2013 dapat
siklus I kesiklus II terdapat peningkatan berhasil dengan baik.
sebesar 10.44% maka dapat disimpulkan Kepada Guru, diharapkan melalui
bahwa terdapat peningkatan kualitas pendampingan bukan menjadikan suatu
pelaksanaan penilaian pembelajaran penilain kinerja semata, akan tetapi
pada implementasi kurikulum 2013 merupakan kebijakan yang bersifat
terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV kolegial, kekeluargaan, membangun
SD di Kecamatan denpasar Barat. empati dengan komunitas sekolah. Tugas
Berdasarkan data hasil penelitian ini dimaksudkan untuk membangun
dan analisis data rerata skor APKG 5, komunikasi awal sebelum proses
maka dapat dijabarkan yakni pada Pra pendampingan dilakukan dengan maksud
siklus untuk APKG 5 ini memiliki rata-rata tidak timbul resistensi pada guru yang
sebesar 67,4 (cukup) mengalami akan didampingi. Sekaligus menjelaskan
peningkatan pada siklus 1 dimana rata- bahwa tugas pendampingan bukan untuk
rata nilai APKG 5 ini memiliki rata-rata mengevaluasi proses, melainkan untuk
sebesar 73,7 (cukup) dan mengalami memperkuat proses. Penjelasan ini perlu
peningkatan yang signifikan di siklus 2 diberikan agar proses pendampingan tidak
pada APKG 5 ini memiliki rata-rata menimbulkan masalah baru (ketegangan),
sebesar 76,3 (baik) sehingga dapat tapi justru seperti tujuan awalnya,
tergolong dalam kategori baik. memperkuat pemahaman guru terhadap
Berdasarkan penelitian tersebut konsep dan implementasi Kurikulum 2013.
bahwa pada prasiklus APKG 5 hanya Kepada pengambil kebijakan dalam
sebanyak 5% pada siklus I menjadi 37,14 hal ini pemerintah baik pemerintah pusat
% pada siklus II meningkat menjadi sampai pemerintah diknas Pendidikan
42,87% guru yang mampu dengan baik Pemuda Olahraga UPT kecamatan
terhadap pelaksanaan penilaian Denpasar Barat untuk mendukung adanya
pembelajaran, dengan demikian terdapat berbagai kegiatan terutama dalam hal
peningkatan yang signifikan sebesar peningkatan kinerja guru maupun
35.14 % dari prasiklus ,kemudian dari pelaksanaan pendampingan oleh
siklus I kesiklus II terdapat peningkatan Pengawas sekolah dan kepala sekolah
sebesar 5.73% maka dapat disimpulkan ,dengan memberikan waktu, pendanaan
bahwa terdapat peningkatan kualitas dan sumberdaya manusia (SDM) atau
pelaksanaan penilaian pembelajaran nara sumber yang kompeten untuk dapat
pada implementasi kurikulum 2013 memberikan pengetahuan yang cukup
terhadap guru-guru kelas 1 dan kelas IV sehingga keberhasilan implementasi
SD di Kecamatan denpasar Barat. kurikulum 2013 dapat terwujud dengan
Beberapa saran yang dikemukakan baik.
sehubungan dengan hasil yang diperoleh Kepada para warga sekolah,
dalam penelitian ini adalah: stakeholder, hendaknya berpartisipan
10
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

dalam perubahan mindset pada Koyan, Wayan. 2011. Statistik Pendidikan.


implementasi kurikulum 2013, sehingga Singaraja: Universitas Pendidikan
penjaminan mutu pendidikan yang Ganesha Perss.
dikelolanya dapat terwujut dengan baik.
Marhaeni, AAIN. 2012. Pengantar
DAFTAR RUJUKAN Evaluasi Pendidikan. Singaraja:
Dantes, Nyoman. 2009. Supervisi Universitas Pendidikan Ganesha
Akademik Dalam Kaitannya Perss.
Dengan Penjaminan Mutu
Pendidikan. Makalah. Denpasar: Permendikbud No.54 . Tahun 2013
Program Pascasarjana Universitas Tentang Standar Kelulusan, SKL.
Pendidikan Ganesha.
Permendikbud No.65 . Tahun 2013
---------. 2010. Konsep Dasar Dan Tentang Standar Proses.
Prosedur Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Blog Singaraja : Permendikbud No.66 . Tahun 2013
Program Pascasarjana Universitas Tentang Standar Proses.
Pendidikan Ganesha. di unduh 6
Januari 2014. Permendikbud No.67 . Tahun 2013
Tentang KD dan Struktur
---------. 2013. Profesionalisme Guru dan Kurikulum 2013 SD.
Kebijakan pengembangan
kurikulum. seminar kajian Prapta, Putu. 2013 yang berjudul
persekolahan. Makalah, (tidak Hubungan Kualitas Pengelolaan,
diterbitkan). Denpasar: Program Supervisi Akademik Kepala
Pascasarjana Universitas Sekolah dan Iklim Kerja Terhadap
Pendidikan Ganesha. Kinerja Guru SMP Negeri
diKabupaten Jembrana:
Gultom, Syawal. 2013. Materi Pelatihan http://pasca.undiksha.ac.id/e-
Implementasi Kurikulum 2013 journal/index.php/jurnal_pendas/art
Untuk Kepala Sekolah . Jakarta : icle/viewFile/59 di unduh 6 Januari
Lemabaga Pengembangan SDM 2014.
Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Unik, Rasyidah. 2012 Supervisi Akademik
Kementrian Pendidikan dan Kepala Sekolah dalam
Kebudayaan. Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di
Pedoman Kegiatan Pendampingan Madrasah Aliyah Kota Yogyakarta:
Implementasi Kurikulum 2013 http://ebookbrowsee.net/jurnal-
Bagi Pengawas Sekolah, Kepala supervisi-akademik-pdf-d41898573
Sekolah, Dan Guru Inti Jakarta : Diunduh tanggal 6 Januari 2014.
Lemabaga Pengembangan SDM
Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kemendikbud. 2013. Pedoman


Pendampingan Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.

11

Anda mungkin juga menyukai