Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Tujuan

Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama.

Kaidah ini ditetapkan secara kodrati; artinya, orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka

harus menempati posisi itu dalam keadaan bagaianapun juga. Mengapa? Karena mereka

ditakdirkan menjadi orang tua anak yang dilahirkannya. Oleh karena itu, mau tidak mau

mereka harus menjadi panggungjawab pertama dan utama. Kaidah ini diakui oleh semua

agama dan semua sistem nilai yang dikenal manusia.

Sehubungan dengan tugas serta tanggung jawab itu maka ada baiknya orang tua

mengetahui sedikit mengenai apa dan bagaimana pendidikan dalam rumah tangga.

Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun, rambu-rambu bagi orang

tua dalam menjalankan tugasnya.

B. Permasalahan

1.      Pendidikan Agama dalam Rumah tangga

2.      Mainan Anak-anak

3.      Teman bermain anak

4.    Pergaulan Remaja

1
Disamping peranan pendidikan yang menjadi dasar dalam pembentukan kepribadian

anak. Orang tua juga memegang peran yang penting dalam pembentukan kepribadian anak-anak.

Baik buruknya kepribadian anak-anak di masa yang akan datang banyak di tentukan oleh

pendidikan agama dan bimbingan orang tuanya. Karena didalam keluarga itulah anak-anak

pertama kali memperoleh pendidikan sebelum pendidikan-pendidikan yang lain. Sejak anak lahir

dari rahim ibunya sampai anak-anaknya dewasa orang tua selalu mendidik, menjaga, merawat

mereka dengan penuh kasih sayang dengan harapan kelak mereka dapat tumbuh besar dan

berkembang menjadi manusia dewasa yang baik, yang sesuai dengan ajaran Semua Agama.

Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga berbeda dengan pendidikan yang

diberikan di sekolah, karena pendidikan di lingkungan keluarga bersifat informal, yang tidak

terikat oleh waktu dan program pendidikan secara khusus, sebagaimana lembaga pendidikan

sekolah. Pendidikan dalam keluarga berjalan sepanjang masa, melalui proses interaksi dan

sosialisasi didalam keluarga itu sendiri. Esensi pendidikannya tersirat dalam integritas keluarga,

baik didalam komunikasi antara sesama keluarga, dalam tingkahlaku keseharian orang tua, dan

keluarga lainnya,juga dalam hal-hal lainnya yang berjalan dalam keluarga semuanya merupakan

proses pendidikan bagi anak-anak. Oleh karena itu orang tua harus selalu memberikan contoh

tauladan yang baik bagi anak-anak mereka, karena apapun kebiasaan orang tua di rumah akan

selalu dilihat, dicerna dan bahkan sampai akan diritu oleh anak-anak. Sebagai lingkungan

pendidikan yang pertama, keluarga memegang peran yang sangat besar dalam membentuk pola

kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua sebagai penanggung jawab atas kehidupan keluarga

harus memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya dengan menanamkan

pendidikan agama dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan semakin

pesatnya era globalisasi yang dicirikan dengan derasnya arus informasi dan teknologi, ternyata

2
dari satu sisi memunculkan persoalan-persoalan baru yang kerap kali kita temukan pada diri

individu dalam suatu masyarakat.

Masalah kepribadian adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja,

baik dalam masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang.

Karena kerusakan moral seseorang merupakan ciri dari kepribadian buruk orang tersebut dan

dapat mengganggu ketenteraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak yang rusak

moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. Jika kita tinjau keadaan masyarakat

di Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini akan kita dapati bahwa sebagian anggota

masyarakat memiliki kepribadian yang buruk. Dimana kita lihat, kepentingan umum tidak lagi

menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan pribadilah yang menonjol pada

banyak orang. Kejujuran, kebenaran, keadilan dan keberanian telah tertutup oleh

penyelewengan-penyelewengan, baik yang terlihat ringan maupun berat; banyak terjadi adu

domba, hasud dan fitnah, menjilat, menipu, berdusta, mengambil hak orang lain sesuka hati, di

samping juga perbuatan-perbuatan maksiat lainnya. Orang-orang yang dihinggapi kepribadian

buruk, tidak saja orang yang telah dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepada tunas-tunas

muda yang kita harapkan untuk melanjutkan perjuangan membela nama baik bangsa dan Negara

kita. Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan-keluhan orang tua, ahli-ahli pendidik dan

orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, anakanak terutama yang

sedang berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras

kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketenteraman umum. Buruknya

kepribadian yang disebutkan di atas adalah di antara macam-macam kelakuan anak-anak yang

menggelisahkan orang tuanya sendiri dan juga ada yang menggelisahkan dirinya sendiri. Tidak

sedikit orang tua yang mengeluh kebingungan menghadapi anak-anak yang tidak bisa lagi

3
dikendalikan baik oleh orang tua itu sendiri maupun oleh guru-gurunya. Contoh-contoh dalam

hal ini sangat banyak, dapat kita rasakan, kita saksikan dan kita perhatikan sendiri, dan kiranya

tidak perlu dikemukakan di sini. Berdasarkan uraian di atas, perlu kiranya kita memikirkan

tentang model pendidikan agama bagi anak-anak di lingkungan keluarga, sehingga anak-anak

remaja kita saat memiliki kepribadian yang baik yang akan berdampak pula terhadap kehidupan

bangsa ini. Hasil-hasil yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu

selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Orang tua atau keluarga menerima

tanggung jawab mendidik anak-anak dari Tuhan atau karena kodrat. Keluarga, bertanggung

jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab

penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Pembahasan makalah ini dimaksudkan untuk: (1)

mengetahui peranan keluarga bagi anak-anak, (2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan

anak-anak memiliki kepribadian yang buruk, (3) mengetahui peranan pendidikan Agama dalam

lingkungan keluarga terhadap pembentukan kepribadian keluarga dan anak.

4
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Tentang Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Secara sederhana kewajiban orang tua hanyalah mengembangakan apa yang

secara primordial sudah ada pada anak, yaitu nature, kebaikannya sendiri sesuai

dengan fitrahnya. Tetapi disisi lain orang tua juga mempunyai peranan menentukan

dan memikul beban tanggung jawab utama jika sampai tarjadi anak menyimpang dari

nature dan potensi kebaikannya itu sehingga menjadi manusia ciri-ciri kualitas rendah.

Sebuah hadis yang terkenal mengaskan “ bahwa setiap anak dilahirkan dalam fitrah

(nature, kesucian), kemudian ibu bapaknya yang mungkin membuat menyimpng dari

fitrah itu.

Pada dasarnya, setiap orang tua juga menginginkan anaknya menjadi orang yang

berkembang secara sempurna, mereka menginginkan anak yang dilahirkan itu kelak

menajdi orang yang sehat, kuat, berketerampilan, cerdas, pandai, dan beriman. Intinya

bahwa tujuan pendidikan dalam keluarga adalah agar anak mampu berkembang secara

maksimal, meliputi seluruh aspek perkembangan jasmani, akal dan rohani. Dari tiga

perkembangan tersebut, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa kunci pendidikan dalam

keluarga adalah pendidikan kalbu (rohani) atau pendidikan agama. Ini disebabkan

karena pendidikan agama islam  sangat besar pengaruhnya dalam membentuk

pandangan hidup seseorang.

Adapun dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak didik dai orang tuanya,

menurut Ali Saifullah adalah:

5
a)         Dasar-dasar pendidikan budi pekerti, memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun

masih dalam bentuk sederhana kepada anak didik.

b)        Dasar pendidikan sosial, melatih anak didik dalam tatacara bergaul yang baik terhadap

lingkunagan sekitarnya.

c)         Dasar pendidikan intelek, anak diajarkan kaidah pokok dalam percakapan, bertutur bahasa

yang baik, kesenian dan disajikan dalam bentuk permainan.

d)        Dasar pembentukan kebiasaan, pembinaan keperibadian yang baik dan wajar, yaitu

membiasakan kepada anak untuk hidup yang  teratur bersih, tertib, disiplin, rajin, dan dilakukan

secara berangsur-angsur tanpa unsur paksaan.

e)         Dasar pendidikan kewarganegaraan, memberikan norma nasionalisme, dan patriotisme, cinta

tanah air dan keperimanusiaan yang tinggi.[8]

Melihat tugas dan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anaknya, maka harus

dipahami bahwa lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupin non formal, harus dilihat

sebagi kelanjutan rumah tangga,sedangkan para pelaku pendidikan seperti guru-guru dan kaum

pendidik adalah wakil-wakil oran tua dan pelanjut peran orang tua menumbuhkan dan

mengembangkan anak mereka.

Di dalam Jalaluddin, Gilbert Highes; menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki oleh

anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak bangun tidur hingga akan tidur

kembali, anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Pendidikan serta

bimbingan yang diperoleh dari keluarga merupakan pola bimbingan yang terus berjalan

sepanjanga masa. Berbagai macam interaksi yang terjadi dalam keluarga baik itu komunikasi,

pola tingkah laku merupakan cerminan yang akan membentuk suatu kepribadian bagi remaja.

6
Menurut Muhammad Ali (2006;9) masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia dimana remaja tidak lagi merasa dibawa tingkat orang-orang

yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak integrasi dalam masyarakat (dewasa). Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang

pertama bagi remaja-remaja dan pendidikannya adalah kedua. Orang tua memegang peran

penting dalam membimbing serta memberikan pendidikan keagamaan, sebagai institusi yang

berinteraksi dengan anak. Pengalaman yang dilalui sejak anak kecil hingga memasuki usia

remaja, baik yang disadari maupun yang tidak disadari ikut menjadi unsur yang menyatu dalam

kepribadian anak. Oleh karna itu orang tua merupakan pembimbing utama dan memiliki peran

yang penting bagi perkembangan kepribadian anaknya. Baik buruknya kepribadian dimasa yang

akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan yang diperoleh dari orang

tuanya, karena di dalam keluarga pertama kalinya anak memperoleh pendidikan sebelum

dipendidikan-pendidikan yang lain. Sejak dilahirkan ke dunia, orang tua membesarkan anaknya

dengan penuh kasih sayang dengan harapan agar anak dapat tumbuh menjadi sesorang anak yang

memiliki potensi yang baik

7
B. Pendidikan Agama dalam Keluarga

Tatkala kita berbicara tentang metode pendidikan agama di sekolah, salah satu kesimpulan

penting ialah bahwa kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah bukan terutama terletak

pada metode pendidikan agama yang digunakan dan penguasaan bahan; kunci pendidikan agama

di sekolah sebenarnya terletak pada pendidikan agama dalam keluarga. Inti pendidikan agama

dalam keluarga itu ialah hormat kepada Tuhan, kepada orang tua, kepada guru. Nah, di sekolah,

hormat kepada guru inilah kuncinya. Bila anak didik tidak hormat kepada guru, berarti ia juga

tidak akan menghormati agama. Bila agama Islam dan guru agama tidak dihormati, maka metode

pendidikan agama yang baik pun tidak akan ada artinya Itulah yang umumnya terlihat sekarang,

terutama di sekolah umum. Oleh karena itu, pendidikan agama dalam keluarga sebenarnya (ini

betul-betul sebenarnya) tidak boleh terpisah dan pendidikan agama di sekolah; mula-mula adalah

pendidikan agama dalam keluarga sebagai fondasi, kemudian dilanjutkan di sekolah sebagai

pengembangan rinciannya. Berdasarkan itu semua maka di sini dibicarakan prinsip-prinsip

pendidikan agama dalam keluarga.

Karena memahami pentingnya pembinaan kesejahteraan anak, pemerintah Republik

Indonesia telah mengeluarkan undang-undang tentang itu pada tahun 1979, bertepatan dengan

Tahun Anak Internasional. Undang-undang itu menjadi landasan hukum bagi pembinaan anak

Indonesia, yaitu Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Hal ini amat

penting untuk Indonesia karena sejak semula, dengan pandangan hidup Pancasila, pembangunan

Indonesia selalu memandang manusia sebagai titik sentral. Pembangunan itu berawal dan

pembinaan anak, dan itu tentulah dalam rumah keluarga.

8
Pengertian kesejahteraan anak dalam Undang-undang nomor 4 tahun 1979 itu,

sebagaimana disebutkan dalam Bab I Pasal 1 (a), ialah sebagai benkut: “Kesejahteraan anak ialah

suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan

perkembangan dengan wajar baik segi rohani, jasmani, dan sosial.’ Jadi, pembinaan itu harus

mencakup agama, kesehatan dan gizi, pendidikan, kependudukan, kehidupan berbangsa dan

bernegara, ketenagakerjaan, kemampuan dan kesempatan kerja, lingkungan hidup, pangan,

kesetiakawanan sosial, cinta tanah air, pertahanan-keamanan, dan lain-lain.” Dengan demikian,

pembinaan kesejahteraan anak menyangkut usaha bangsa yang sangat strategis dan mendasar.

Berdasarkan uraian itu maka jelaslah bahwa pembangunan sumber daya manusia, termasuk

pembinaan anak, erat sekali kaitannya dengan penumbuhan nilai-nilai seperti takwa kepada

Tuhan Yang Mahaesa, jujur, berdisiplin, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini bukanlah

merupakan suatu proses sesaat, melainkan suatu proses yang panjang yang harus dimulai sedini

mungkin, yaitu sejak masa anak-anak. Itu adalah pendidikan dalam keluarga.

Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka timbullah

perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen afektif dari sikap

kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan senang seseorang itu akan

mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama.

Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif,

perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai

komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan

seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap agama.

9
Penutup

A.      Kesimpulan

Pendidikan Agama dalam rumah tangga sangat-sangatlah penting bagi perkembangan

akhlak manusia karena orang tualah yang pertama kali menggoreskan warna pada anak, orang

tua adalah guru yang pertama dan pertama bagi anak-anaknya.

B.       Saran

Saran kami sebagai mahasiswa yang berlandaskan Agama, bagi tema-teman mahasiswa

tanamkanlah dalam diri anda ketika anda menjadi orang tua kelak anda akan mendidika anak

anda dengan penanaman agama sejak dini dan bagi para dosen yang sudah terlanjur memiliki

anak dan tidak sempat mendidik anak dari kecil maka anda belum terlambat, lakukanlah apa

yang seharusnya dilakukan agar kita bisa menjadi orang tua yang bertanggung jawab terhadap

anak kita di dunia dan akhirat.

Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa/ para calon

orang tua besrta dosen.

10
Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung Remaja Rosyada

Karya Offset 1994).Cet Ke-2 H.155

Ali, Saifullah, 1989. Pendidikan Pengajaran Kebudayaan, Surabaya: Usaha

Nasioanal.

Ali, Mohammad & Arori, Mohammad. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Bumi

Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai