1
Sucitami Datukramat, 2Sri Nurtantri Djabi, 3Merlin Adam, 4Abdul Rahmat Ali, 5Irfansyah,
6
Ibu Dr. Munirah, M.Pd
1
sucitamidatukramat11@gmail.com,2srinurtantridjabi@gmail.com,3meriadam220@gmail.co
m,4rahmatali161123@gmail.com,5irfan91553046@gmail.com, 6munirah@iaingorontalo.ac.id
Abstrak
Artike ini membahas peran penting keluarga dalam membentuk karakter anak. Fokus
utama adalah bagaimana interaksi, komunikasi, dan nilai-nilai yang diterapkan oleh keluarga
dapat memengaruhi pembentukan karakter anak. Metode penelitian melibatkan studi literatur
dan observasi terhadap dinamika keluarga. Temuan menunjukkan bahwa lingkungan keluarga
memiliki dampak signifikan pada pembentukan karakter anak, baik positif maupun negatif.
Pola asuh, norma, dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua dapat membentuk dasar
perilaku dan sikap anak. Oleh karena itu, pendekatan yang mendalam terhadap peran
keluarga dalam membentuk karakter anak menjadi penting dalam upaya membangun generasi
yang berintegritas dan bertanggung jawab.
Abstract
This article discusses the important role of the family in shaping the character of children.
The main focus is how interaction, communication, and values applied by the family can
affect the formation of a child's character. The research method involves the study of
literature and observation of family dynamics. The findings show that the family environment
has a significant impact on the formation of children's character, both positive and negative.
Parenting, norms, and values taught by parents
2
Eri Subaeri Ahmad, ‘Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter Anak Usia Dini’, Mimbar Kampus: Jurnal
Pendidikan Dan Agama Islam, 19.2 (2020), 197–202 <https://doi.org/10.47467/mk.v19i2.431>.
pertumbuhan jiwanya. Ketegangan atau ketakutan adalah wadah yang buruk bagi
perkembangan karakter anak. Kedua, menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak
belajar terbanyak dari apa yang di lihatnya, bukan dari apa yang didengarnya. Karakter orang
tua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap
anak. Ketiga,mendidik anak, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplinkan
anak agar berperilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkannya. Orang tua hendaknya
menggunakan ilmu pendidikan, khususnya ilmu metode pendidikan. Apa yang ingin
disampaikan orangtua hendaknya disampaikan dengan metode yang tepat sehingga tujuan
dapat tercapai. Begitu juga dalam membentuk karakter anak diperlukan berbagai macam
metode karena ada banyak karakter yang perlu dimiliki oleh anak dalam mengarungi
kehidupannya sehingga akan selamat dunia akhirat. Metode yang umum dan yang telah teruji
dapat membentuk anak berkarakter di antaranya adalah metode peneladanan, percontohan,
pembiasaan, pengulangan, metode pelatihan, dan metode motivasi.3
Menurut Levine menjadi orangtua sesungguhnya merupakan proses yang dinamis.
Situasi keluarga acap kali berubah, tidak ada yang bersifat mekanisme dalam proses tersebut.
Akan tetapi, dengan memahami bahwa kepribadian mengaktifkan energi, mengembangkan
langkah demi langkah, serta menyadari implikasi setiap langkah terhadap diri anak, maka
para orangtua secara perlahan akan mampu memupuk rasa percaya diri pada diri anak. Levine
juga menegaskan bahwa kepribadian orang tua berpengaruh terhadap cara orangtua tersebut
dalam mendidik dan membesarkan anakanya dan pada gilirannya juga akan berpengaruh
terhadap kepribadian si anak. Dari pendapat Levine tersebut dapat diasumsikan bahwa cara
orangtua mendidik, membesarkan, dan mengasuh anaknya akan mempengaruhi kepribadian
anak tersebut. Maka muncul lah teorinya bahwa pola asuh yang baik akan menghasilkan
kepribadian yang baik.4
Kedua orang tua, seberapa besar mereka dalam mencetak dan membentuk karakter
pada perkembangan anak, maka wajar apabila mereka memerlukan sebuah pola dalam
mendidik anak dengan cara yang seimbang (authoritative) bukan dengan cara yang keras
ataupun serba membolehkan (permissive). Cara mendidik dengan seimbang dapat
menghargai pada individualitas, akan tetapi juga diperlukan akan peraturan serta adanya
aturan. Kedua orang tua akan percaya pada dirinya dalam memberikan pendidikan, tetapi
mereka sangat menghargai atas keputusan, pendapat ataupun perbedaan dalam kepribadian.
3
Imro Atul Khasanah, ‘Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak ( Studi Kasus Atas Dampak
Perkembangan Teknologi Pada Siswa Kelas Iii Sdn Segulung Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah’,
2018, 2.
4
Khasanah.
Kedua orang tua pada pola pendidikan demikian akan bertambah kasih sayang, mudah
merinci akan tetapi juga menuntut akhlak yang baik. Tegas dalam menjalankan aturan yang
dibuat untuk keluarga mereka, memberikan sanksi yang ringan akan tetapi pada situasi yang
harmonis atau hangat dan ada hubungan yang saling mendukung. Orang tua akan
menjelaskan hasil dari tindakan yang ia lakukan dan terdapatnya hukuman yang akan mereka
dapatkan dan orang tua meminta pendapat sanksi apa yang akan mereka dapatkan.5
METODOLOGI
Peran Keluarga
5
Ahmad.
akhirat, negara, sekolah, dan lain sebagainya sehingga anak mampu berkembang sesuai
degan tahap perkembangannya.6
Dalam keluarga orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak
adalah orang tua. Pada saat ini, orang tua harus memberikan perhatian ekstra terhadap
masalah pendidikan anak dan mempersiapkannya untuk menjadi insan yang handal dan aktif
di masyarakatnya kelak. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam
lingkungan masyarakat islam maupun non islam.karena keluarga merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya
pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun
pertama dalam kehidupannya (usia prasekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang
ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah
sesudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat.
Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan pertama untuk mencetak dan
mempersiapkan personil-personilnya. Dalam hal ini, pendidikan keluarga merupakan salah
satu aspek penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau
kepribadian atau jiwa seorang anak adalah di melalui proses pendidikan di lingkungan
keluarga. Dilingkungan inilah pertama kalinya terbentuknya karakter seorang anak tersebut.
Di dalam lingkungan keluarga, orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal
penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik utama, karena besar sekali
pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anak nya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Zakiah daradjat sebagai berikut: “orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan”. Bentuk dan cara pendidikan didalam keluarga akan mempengaruhi
tumbuh dan pembentukan karakter pada manusia. Dalam konteks keluarga, tujuan dari
pendidikan karakter itu adalah karakter positif atau akhlak terpuji pada diri anak. Melalui
pendidikan karakter ini, anak diharapkan mampu memahami nilai-nilai positif/ terpuji dan
menginternalisasikannya dalam prilaku sehari-hari. Pendidikan yang diterima dalam keluarga
inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk bersosialisasi dalam masyarakat.7
menunjukkan bagaimana orang tua memiliki peran yang sama dalam pembangunan
karakter serta intelektual sang anak agar menjadi anak yang memahami setiap tindakannya
kepada lingkungan sekitar, dengan mendidik serta membesarkan anak melalui peran
6
Ulfa and Na’imah.
7
Theodoros Theodoridis and Juergen Kraemer, ‘Peran Keluarga Dalam Pedidikan Karakter Bagi Anak’, 1–11.
pembangunan karakter emosi, intelektual serta sosial yang baik, sang anak akan memahami
hubungan dirinya dengan lingkungan sekitar, sehingga terciptanya kultur dalam keluarga yang peka
akan sosial dan sekitar.8
Keluarga diakui secara luas dalam Islam sebagai sekolah pertama bagi seorang anak.
Di dalam keluarga, seorang anak belajar membaca Al-Quran, melaksanakan ibadah sehari-
hari, dan memahami prinsip-prinsip dasar agama. Orang tua, khususnya, dianggap
sebagai guru pertama dan paling berpengaruh bagi anak-anak mereka dalam hal
agama dan moralitas.9
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak. Pada umumnya
pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstruktur dan kesadaran mendidik melainkan
karena secara kodrati memberikan secara alamai membangun situasi pendidikan. Ibu adalah
orang dan teman pertama yang didapatkan anak, oleh sebab itu anak akan meniru apa yang
dilakukan ibu. Dalam Islam pendidikan pertama yang yang dilakukan oleh orang Islam
adalah pendidikan keluarga. Bagi orang tua mengarahkan anak untuk selalu berada dalam
lingkungan kebaikan adalah tanggung jawab yang memiliki ganjaran pahala dari Allah Swt,
karena senantiasa mengingatkan,mengarahkan dan membina anak-anaknya untuk tidak
berperilaku yang buruk.Anak adalah ladag pahala bagi kedua orang tuanya, sehingga anak
yang dipelihara baik oleh orang tuanya akan menjadi anak yang sholih/sholihah dan akan
mejadi ladang pahala bagi orang tua kelak jika mereka meninggal dunia. Pendidikan
kejiwaan bagi anak dimaksudkan untuk mendidik anak semenjak mulai mengerti supaya
bersikap berani terbuka, mandiri, suka menolong, bisa mengendalikan amarah dan senang
kepada seluruh bentuk keutamaan jiwa dan moral secara mutlak. Tujuan dari pendidikan ini
adalah membentuk, membina dan menyeimbangkan kepeibadian anak. Sehingga ketika anak
sudah mencapai usia dewasa, ia dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan
pada dirinya secara baik dan sempurna. Sejak anak dilahirkan, Islam telah memerintahkan
kepada para pendidik untuk mengajari dasar-dasar kesehatan jiwa yang memungkinkan ia
dapat menjadi seorang manusia yang berakal, berpikir sehat, bertindak penuh pertimbangan
dan berkemauan tinggi. Tugas dan peran orang tua keluarga adalah unit pertama dan institusi
pertama di dalam masyarakat dimana hubunganhubungan yang terdapat di dalamnya
sebagian besar sifatnya hubungan langsung. Disitulah perkembangan individu dan disitulah
terbentuknya tahap-tahap awal perkembangan dan mulai interaksi dengannya, ia memperoleh
8
Indrajit Eko Richardus, ‘Electronic Goverment’, 2, 2006, 13–14.
9
Nurmaya Karim, Rusdin Djibu, and Yakob Napu, ‘Peran Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Anak Di Desa
Poowo’, Student Journal of Community Education, 1, 2022, 42–50 <https://doi.org/10.37411/sjce.v1i2.907>.
pengetahuan, keterampilan, minat dan sikap dalam hidup. Dalam keluarga orang tua sangat
berperan sebab dalam kehidupan anak waktunya sebagian besar dihabiskan dalam lingkungan
keluarga apalagi anak masih di bawah pengasuhan atau anak usia sekolah dasar, terutama
peran seorang ibu. Demikianlah keluarga atau orang tua menjadi faktor penting untuk
mendidik anak‐anaknya baik dalam sudut tinjauan agama, sosial kemasyarakatan maupun
tinjauan individu. Jadi jelaslah orang tua mempunyai peranan penting dalam tugas dan
tanggung jawabnya yang besar terhadap semua anggota keluarga yaitu lebih bersifat
pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan ketentuan rumah tangga, dan
sejenisnya. Orang tua sudah selayaknya sebagai panutan atau model yang selalu ditiru dan
dicontoh anaknya. 10
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak. Dalam
konteks pendidikan, keluarga adalah lingkungan pertama dan utama di mana anak
belajar, mengembangkan nilai nilai, dan membentuk pemahaman tentang dunia.
Kaitan antara keluarga dan pendidikan anak mencakup beberapa aspek penting, diantaranya
adalah transmisi nilai dan budaya, pendorong pembelajaran awal, model perilaku,
pengembangan keterampilan sosial, dukungan emosional dan motivasi, serta partisipasi
dalam pendidikan formal. Secara keseluruhan, keluarga memiliki peran yang tidak
dapat digantikan dalam membentuk pendidikan anak. Lingkungan keluarga yang
positif, inklusif, dan mendukung berkontribusi pada pembentukan karakter, keterampilan,
dan nilai nilai anak yang akan membimbing mereka dalam kehidupan dan pendidikan mereka
di masa depan. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, guru,
dan orang tua. Peran orang tua dalam pendidikan memiliki dampak yang mendalam dan
jangka panjang terhadap perkembangan anak. Orang tua adalah pertama dan utama guru
pertama anak anak, memberikan fondasi awal bagi pengetahuan, nilai nilai, dan perilaku
yang akan membentuk karakter anak di kemudian hari. Melalui dukungan emosional,
mereka menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih yang membantu anak merasa
diterima dan memiliki rasa percaya diri yang kuat (Makhmudah, 2018). Selain itu, orang tua
juga memiliki peran penting dalam mengajarkan keterampilan sosial, moral, dan etika kepada
anak anak, yang membantu mereka berinteraksi dengan dunia dengan cara yang
bermakna dan bertanggung jawab. Terlibatnya orang tua dalam pendidikan anak juga
memberikan model peran yang positif, memperlihatkan nilai nilai kerja keras, komitmen,
dan dedikasi dalam pencapaian tujuan, yang secara tidak langsung mendorong anak
10
Karim, Djibu, and Napu.
untuk mengikuti jejak yang sama dalam pencapaian pribadi dan akademik. Peranan
orang tua memiliki dampak yang signifikan dalam mendukung prestasi akademik anak.
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan formal, seperti berpartisipasi dalam pertemuan
orang tua guru, mengawasi pekerjaan rumah, dan memberikan bimbingan dalam memahami
materi pelajaran, dapat meningkatkan motivasi belajar dan kinerja akademik anak. Orang tua
juga berperan dalam membantu anak mengembangkan kebiasaan belajar yang
baik, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan merangsang eksplorasi intelektual. Dukungan
ini tidak hanya mengoptimalkan pencapaian akademik, tetapi juga membantu anak
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif yang diperlukan untuk
berhasil dalam dunia yang terus berkembang. Oleh karena itu, peran orang tua tidak hanya
berdampak pada masa kanak kanak, tetapi juga membekas dalam membentuk masa depan
anak sebagai individu yang kompeten, tanggap, dan berdaya saing.11
Pendididkan Karakter
Pendidikan karakter terambil dari dua suku kata yang berbeda yaitu pendidikan dan
karakter. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja, sedang karakter lebih pada sifatnya.
Artinya, melalui proses pendidikan tersebut nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang
baik. Menurut Sutrisno (2011), pendidikan terjemahan dari educatio, yang kata dasarnya
educate atau bahasa latinnya educo yang berati mengembangkan dari dalam; mendidik;
melaksanakan hukum kegunaan. Merujuk pada definisi di atas, pendidikan karakter pada
prinsipnya adalah upaya untuk menumbuhkan kepekaan dan tanggung jawab sosial,
membangun kecerdasan emosional, dan mewujudkan siswa yang memiliki etika tinggi.
Orang tua kita sejak dini sudah menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter yang
menyangkut pendidikan sosial, emosional dan etika. Sebagai contoh dari kecil kita diajari
berbagi makanan atau bermain, dukungan dan pujian sewaktu bangun dari jatuh adalah
penguatan karakter anak. Pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk
menumbuhkan dan membentuk kepribadian individu melalui ajaran etis. Efektivitasnya
diukur dengan manifestasi perilaku positif yang dapat diamati dalam tindakan kehidupan
nyata, seperti menampilkan perilaku yang baik, mempraktikkan kejujuran, mengambil
tanggung jawab, menunjukkan rasa hormat terhadap hak orang lain, dan menunjukkan etos
kerja yang kuat, di antara kebajikan lainnya. Pendidikan karakter dianggap penting karena
pendidikan lebih dari sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Ini juga memainkan
11
Syamsu A Kamaruddin and others, ‘Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Formal Anak Pada Keluarga Pedagang
Gogos Di Kampung Jalange Kabupaten Barru’, Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
2023 (SNPPM-2023, 2023 (2023), 92–101.
peran penting dalam mengembangkan etika dan sopan santun untuk kehidupan. Pendidikan
karakter adalah upaya yang ditujukan untuk mengubah dan meningkatkan disposisi perilaku
seseorang menuju pandangan yang lebih positif dan berbudi luhur, memungkinkan individu
untuk berkembang dalam masyarakat sementara kurang rentan terhadap pengaruh negatif di
masa depan. Tidak diragukan lagi, pelaksanaan pendidikan karakter memiliki arti yang sangat
besar dalam perkembangan peserta didik. Pendidikan karakter terkait erat dengan perilaku
individu karena menanamkan siswa dengan karakter yang baik dan nilai-nilai moral. Oleh
karena itu, selain memperoleh kompetensi intelektual dan penguasaan mata pelajaran,
kegiatan belajar memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran, empati,
dan kemampuan untuk memasukkan dan menerapkan nilai-nilai karakter dalam keseharian
yang dijalani.12
Karakter seorang individu terbentuk sejak kecil karena pengaruh genetik dan
lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan
mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin
dalam perilakunya sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman yang disertai dengan
berkembangnya teknologi informasi telah mengakibatkan pergeseran nilai dan banyak
perilaku menyimpang yang terjadi pada anak-anak, sehingga orangtua dan lembaga
pendidikan serta lingkungan masyarakat perlu memberikan perhatian serius dalam
membangun pendidikan karakter anak. Melalui pendidikan karakter bukan saja dapat
12
Diah Pebriyanti and Irwan Badilla, ‘Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Di Kelas Pada Mata
Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kelas IV Di Sekolah Dasar’, Jurnal Elementaria Edukasia, 6.3 (2023), 1325–
34 <https://doi.org/10.31949/jee.v6i3.6050>.
13
Theodoridis and Kraemer.
membuat seorang anak mempunyai akhlak yang mulia, tetapi juga dapat meningkatkan
keberhasilan akademiknya. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan
perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggung jawabkan.14
Pendidikan karakter yang pertama dan utama bagi anak dalam lingkup keluarga.
Dalam keluarga, anak akan mempelajari dasar dasar perilaku yang penting bagi
kehidupan dewasa nanti. Karakter yang akan dipelajari anak adalah apa yang dilihatnya
dari perilaku orang tua. Karakter terbentuk dalam waktu yang relatif lama. Karakter
yang kuat diperlukan bagi individu dalam menentukan keberhasilan hidup anak.
Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti
individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak,
serta yang membedakan dengan individu lain.
Mengenai seorang anak, Anak dapat diartikan sebagai seseorang yang dilahirkan
karena adanya suatu hubungan perkawinan yang sah antara laki-laki dan perempuan. Anak
merupakan generasi penerus bangsa, sehingga seorang anak berhak atas kepemilikan haknya.
Seorang anak disebut sebagai pemilik hak karena manusia sebagai “mahluk sosial” yang
mana manusia harus menunjukkan jati dirinya atau kepribadiannya yang utuh terhadap
lingkungan sosial. Kepribadian yang terdapat dalam diri seseorang merupakan suatu nilai
terhadap dirinya,yang mana nilai tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain. Hal
ini dikenal dengan istilah “hak” dan “kekuasaan” yang merupakan suatu hukum yang
diberikan kepada seseorang.20
Menurut R.A. Kosnan “Anak-anak yaitu manusia muda dalam umur muda dalam
jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya”. Oleh
karna itu anak-anak perlu diperhatikan secara sungguhsungguh. Akan tetapi, sebagai makhluk
sosial yang paling rentan dan lemah, ironisnya anak-anak justru seringkali tempatkan dalam
posisi yang paling di rugikan, tidakmemiliki hak untuk bersuara, dan bahkan mereka sering
menjadi korban tindak kekerasa dan pelanggaran terhadap hak-haknya.21
Menurut Lesmana (2012), secara umum dikatakan anak adalah seorang yang
dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki meskipun
tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Menurut Kosnan (2005), anak yaitu
manusia muda dalam umur, muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah
terpengaruh dengan keadaan sekitarnya. Sugiri dalam Gultom (2010), menyatakan bahwa
selama di tubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan, anak masih
dikatakan sebagai anak dan baru menjadi dewasa ketika proses pertumbuhan dan
perkembangan itu selesai jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi
dewasa yaitu 18 tahun untuk wanita dan 21 tahun untuk laki-laki.22
20
M. Syahran Jailani, ‘Teori Pendidikan Keluarga Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini’, Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8.2 (2014), 245–60 <https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.2.580>.
21
B A B Ii, ‘E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karakteristik Dan Implementasi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), 95. 1 13’, 2013, 13–60.
22
Fitria Handayani, ‘Faktor - Faktor Penyebab Anak Takut Melakukan Perawatan Gigi Di Rumah Sakit Umum
Yogyakarta’, Politeknik Kesehatan Yogyakarta, 2008, 2015, 18–19.
menciptakan karakter yang kuat dan jiwa baik pada anak didalam keluarga, diperlukan terciptanya
suasana keluarga yang harmonis dan dinamis, hal tersebut dapat tercipta jika terbangun koordinasi
dan komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak. Keluarga tanpa kekerasan adalah salah
satu solusi efektif untuk membuat seorang anak merasa nyaman, damai, tentram di rumah, namun
yang terjadi belakangan ini para orang tua cenderung mendidik anak-anak mereka dengan emosi
tinggi, kurang perhatian bahkan menelantarkan mereka. Banyak orang tua yang menghabiskan
waktunya untuk berbagai urusan di luar rumah, rutinitas kantor, janji dengan relasi atau mitra bisnis,
aktivitas organisasi dan lainnya seakan menjadi pembenar untuk mengabaikan keluarga, sehingga si
anak merasa terabaikan. Ada juga orang tua yang merasa cukup memberikan perhatian kepada anak
dengan menuruti segala keinginan mereka dengan memenuhi kebutuhan materi tetapi soal pendidikan,
terutama akhlak mulia, kasih sayang, cenderung dinomorduakan. Hasilnya anak akan memililiki sifat
yang tidak menyenangkan.23
Keluarga sebagai sebuah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga
diharapkan senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan, baik biologis maupun psikologis
bagi anak, serta merawat dan mendidiknya. Keluarga diharapkan mampu menghasilkan
anak-anak yang dapat tumbuh menjadi pribadi, serta mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat.24
Maka dari itu peran orang tua sangat penting bagi perkembangan anak lingkungan
keluarga harus bisa menciptakan suasana lingkungan keluarga yang terhindar dari apa yang
namanya kekerasan apalagi ketika perbuatan tersebut di lihat oleh anak, ini akan menjdi
dampak buruk bagi perkembnga anak kedepan.
23
Supriandi Supriandi and others, ‘Peran Keluarga Dalam Pendidikan Islam Guna Membentuk Generasi Islam
Yang Berkualitas Di Jawa Tengah’, Jurnal Pendidikan West Science, 1.10 (2023), 632–43
<https://doi.org/10.58812/jpdws.v1i10.726>.
24
Ahmad.
KESIMPULAN
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak dalam
pembentukan karakter manusia. Untuk menciptakan karakter yang kuat dan jiwa baik pada
anak, diperlukan suasana keluarga yang harmonis dan dinamis dengan koordinasi dan
komunikasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak. Keluarga tanpa kekerasan adalah
solusi efektif untuk membuat anak merasa nyaman, damai, dan tentram di rumah. Namun,
banyak orang tua cenderung mendidik anak-anak mereka dengan emosi tinggi, kurang
perhatian bahkan menelantarkan mereka karena kesibukan di luar rumah. Ada juga orang tua
yang memenuhi kebutuhan materi tetapi mengabaikan pendidikan akhlak mulia dan kasih
sayang pada anak. Keluarga diharapkan senantiasa menyediakan kebutuhan biologis dan
psikologis bagi.
Daftar Pustaka
Ahmad, Eri Subaeri, ‘Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter Anak Usia Dini’,
Mimbar Kampus: Jurnal Pendidikan Dan Agama Islam, 19.2 (2020), 197–202
<https://doi.org/10.47467/mk.v19i2.431>
Anisyah, Nur, Siti Marwah, and Vivi Yumarni, ‘Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan
Akhlak Anak Pra Sekolah’, Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4.1 (2023),
287–95 <https://doi.org/10.37985/murhum.v4i1.164>
Casika, Ajeng, Alen Lidia, and Masduki Asbari, ‘Pendidikan Karakter Dan Dekadensi Moral
Kaum Milenial’, Jurnal Manajemen Pendidikan, 1.1 (2023), 26–33
<http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/alallam/article/view/5648>
Diah Pebriyanti, and Irwan Badilla, ‘Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Di Kelas Pada
Mata Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kelas IV Di Sekolah Dasar’, Jurnal
Elementaria Edukasia, 6.3 (2023), 1325–34 <https://doi.org/10.31949/jee.v6i3.6050>
Handayani, Fitria, ‘Faktor - Faktor Penyebab Anak Takut Melakukan Perawatan Gigi Di
Rumah Sakit Umum Yogyakarta’, Politeknik Kesehatan Yogyakarta, 2008, 2015, 18–19
Hasan, Muhammad, Konsep Dasar Pendidikan Karakter, ed. by Ahmad Choirul Ma’arif
(Banten)
Ii, B A B, ‘E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Karakteristik Dan Implementasi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 95. 1 13’, 2013, 13–60
Jailani, M. Syahran, ‘Teori Pendidikan Keluarga Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam
Pendidikan Anak Usia Dini’, Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8.2 (2014), 245–60
<https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.2.580>
Kamaruddin, Syamsu A, M Ridwan Said Ahmad, Progam Studi, Ilmu Sosiologi, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar, and others, ‘Peran Orang Tua Dalam
Pendidikan Formal Anak Pada Keluarga Pedagang Gogos Di Kampung Jalange
Kabupaten Barru’, Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2023
(SNPPM-2023, 2023 (2023), 92–101
Karim, Nurmaya, Rusdin Djibu, and Yakob Napu, ‘Peran Keluarga Dalam Pendidikan
Karakter Anak Di Desa Poowo’, Student Journal of Community Education, 1, 2022, 42–
50 <https://doi.org/10.37411/sjce.v1i2.907>
Khasanah, Imro Atul, ‘Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak ( Studi Kasus Atas
Dampak Perkembangan Teknologi Pada Siswa Kelas Iii Sdn Segulung Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah’, 2018, 2
Puspytasari, Heppy Hyma, ‘Peran Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Bagi Anak’, Jurnal
Pendidikan Islam, 6.1 (2022), 1–10
Richardus, Indrajit Eko, ‘Electronic Goverment’, 2, 2006, 13–14
Santika, I Wayan Eka, ‘Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Daring’, Indonesian Values
and Character Education Journal, 3.1 (2020), 8–19
Supriandi, Supriandi, Dila Padila Nurhasanah, Yana Priyana, and Achmad Harristhana
Mauldfi Sastraatmadja, ‘Peran Keluarga Dalam Pendidikan Islam Guna Membentuk
Generasi Islam Yang Berkualitas Di Jawa Tengah’, Jurnal Pendidikan West Science,
1.10 (2023), 632–43 <https://doi.org/10.58812/jpdws.v1i10.726>
Theodoridis, Theodoros, and Juergen Kraemer, ‘Peran Keluarga Dalam Pedidikan Karakter
Bagi Anak’, 1–11
Ulfa, Mutia, and Na’imah Na’imah, ‘Peran Keluarga Dalam Konsep Psikologi Perkembangan
Anak Usia Dini’, Aulad : Journal on Early Childhood, 3.1 (2020)
<https://doi.org/10.31004/aulad.v3i1.45>