Anda di halaman 1dari 5

KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN

PRODI : AKUNTANSI
KELAS :L

Henrika Angga. M (222114130)


Hildegardis Pricil Sada (222114132)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


5 APRIL 2023
Keluarga adalah lingkungan terdekat bagi seorang anak, sehingga anak akan
memulai belajar dari keluarganya sendiri. Keluarga menjadi pijakan pertama untuk
anak melangkah ke masa depannya. Namun pendidikan yang diberikan dalam
keluarga bukanlah pendidikan formal yang bisa didapatkan di sekolah, melainkan
pendidikan moral, sosial, dan komunikasi yang dipelajari dalam keluarga. Sehingga
benar adanya jika keluarga adalah basis atau dasar dari pendidikan seorang anak.
Karena dari pendidikan dalam keluarga, anak bisa belajar dengan contoh nyata yang
diperlihatkan dalam keluarga. Namun banyak anak masa kini yang mulai
kehilangan tata krama tergerus dengan perkembangan zaman yang menuntut
kesetaraan. Apakah basis pendidkan keluarga yang mulai melemah? Atau perlukah
orang tua juga mengikuti perkembangan zaman untuk mempertahankan pendidikan
moral dalam anak-anak zaman sekarang?
Keluarga memiliki fungsi baik dalam masyarakat juga dalam keluarga itu sendiri.
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pendidikan dan sosialisasi. Dalam fungsi
tersebut terdapat 7 nilai yang harus dikomunikasikan dan diterapkan dalam
keluarga yaitu:
1. Idependensi, yaitu kebebasan untuk bertindak secara mandiri dengan
berpikir secara logis dalam membuat keputusan dan mandiri dari orang lain;
2. Flesibilitas atau mudah beradaptasi dalam tiap kondisi dan situasi, agar anak
mudah menerima dan bergaul dengan orang lain;
3. Kebanggaan, perasaaan ketika menyelesaikan pekerjaan yang bermanfaat
atau berhasil mencapai apa yang dilakukan sendiri;
4. Ketekunan dengan memberikan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan
tugas dan tugas serta mendapatkan hasil yang terbaik;
5. Kreatif, mengajarkan anak untuk menemukan dan mengembangkan cara
berpikir untuk mewujudkan sesuatu;
6. Tanggung jawab, mengajarkan anak pemenuhan kawajiban;
7. Kerjasama yaitu mengajarkan anak bagaiman kerja sama dengan itikad
baik.
Selain nilai-nilai tersebut keluarga juga menajarkan bagaimana bersosialisasi
dengan masyarakat. Cara-cara hidup dimasyarakat dengan mengajak kerja bakti,
beramah tamah dengan masyarakat sekitar, mebmbantu bila terjadi musibah
disekitar lingkungan rumah, mengizinkan anak bermain dengan teman satu
lingkungan dengannya. Hal ini akan membantu perkembangan emosional anak,
juga pada masa anak masih dalam tahap menirukan perilaku orang tua maka akan
berpengaruh positif. Karena peran dan perilaku orang tua akan menentukan sikap
dan kepribadian anak kelak (Siregar, 2013).
Namun perlu diingat jika pendidikan anak ini bisa didapat melalui banyak cara oleh
si anak. Melalui keluarga, sekolah, lingkungan, dan teman sepermainan, dapat
memberikan pengaruh yang signifikan. Namun ketika seorang anak memiliki
kepribadian yang buruk, yang menjadi sasaran cemoohan adalah keluarga. Maka
dari itu keluarga juga perlu memastikan apakah penyimpangan yang dilakukan oleh
anak itu berasal dari mana, agar dapat membantu anak memperbaiki perilaku
mereka. Maka orangtua haru tahu kebutuhan apa saja yang perlu diperlukan oleh
sang anak. Menurut Heppy Hyma Puspytasari, setiap anak memiliki 3 kebutuhan
dasar ketika masih berumur 7 sampai 10 tahun bahkan lebih yaitu: (1) Kebutuhan
akan rasa aman; (2) Kebutuhan untuk mengontrol; (3) Kebutuhan untuk diterima.
Ketika seorang anak kebutuhan dasar emosinya terpenuhi maka mereka akan
mennjadi pribadi yang handal dan memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi
kehidupan. Namun jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, anak-anak cenderung
mencari pemenuhan kebutuhan ini diluar keluarga mereka, sehingga kita sebagai
keluarga tidak tahu apakah kebutuhan emosi yang terpenuhi luar keluarga tersebut
memberikan pengaruh baik pada anak. Maka perlu langkah-langkah untuk
diajarkan pada anak untuk mencegah atau mengatasi hal tersebut, berikut
merupakan langkah yang dituliskan oleh sr. Rizal Fadli dalam laman halodoc.com
(2022) sebagai berikut:
1. Menanamkan nilai-nilai baik sejak dini, hal ini bukan hanya norma sosial
yang tidak tertulis dalam masyarakat, sopan santun dan tata krama, tetapi
juga pendidikan seks dan penggunaan obat terlarang perlu diajarkan sejak
dini.
2. Memberi tahu konsekuensinya, janganlah memberikan konsekuensi fisik
yang nantinya akan memberikan luka fisik dan batin yang menjadi trauma.
Biarlah anak itu menerima konsekuensi yang diterima dari perilakunya.
Seperti ketika mereka mencontek maka guru akan membrikan nilai kosong
pada hasil akhirnya.
3. Menjaga komunikasi tetap terbuka, dengan komunikasi baik orang tua
maupun anak jadi memiliki pengertian satu sama lain. Sehingga bisa
mengeluarkan perasaan masing-masing, mengungkapkan kesulitan masing-
masing. Sehingga keluarga bisa menjadi sarana konsultasi bagi satu sama
lain.
4. Dorong anak mengikuti kegiatan positif, selain menjadi pengalaman bagi
sang anak kegiatan ini akan menjadi sarana yang bisa mengembangkan
pribadi sang anak. Bahwa kehidupan anak tidak meululu dirumah, juga
orang tua tetap bisa memantau kegiatan anak.
5. Bersikap tegas, dengan memberikkan batasan-batasan tertentu bagi sang
anak. Usahakan batasan dan hukuman yang diterima fleksibel dengan
kondisi sang anak namundapat memberikan pelajaran bagi mereka.
Keluarga menjadi tolak ukur karakter seorang anak, sehingga perilaku anak akan
mencerminkan perilaku kedua orangtuanya. Namun belum perilaku anak ini karena
meniru perilaku kedua orangtuanya atau anggota keluarga, dapat juga terjadi
sebagai pelampiasan sang anak akibat kebutuhan emosional yang belum terpenuhi
didalam keluarganya dan mencari pemenuhan kebutuhan di tempat yang salah.
Maka dari itu diperlukan kesiapan bagi pasangan baru yang sedang membangun
keluarga. Karena kesiapan orang tua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan untuk
menjadi dasar pendidikan mereka nanti. Ketika pendidikan orang tua yang tidak
tinggi, namun mereka siap dan percaya diri dengan ilmu pengetahuan yang mereka
miliki, serta mampu memenuhi kebutuhan fisik dan emosional sang anak tentu
dapat menjadi contoh dan pendidik karakter terbaik bagi anak nantinya. Krena
seorang anak tidak dapat memilih dimana akan dilahirkan. Tetapi keluarga mampu
menyiapkan apa yang dibutuhkan ketika seorang anak akan hadir ditegah-tengah
mereka. Dengan keadaan keluarga yang tidak siap untuk kehadiran seorang anak,
tentunya akan menjadi hambatan dalam mendidk anak nantinya.
Sumber:
• Ananda. 2021. Pengertian dan Fungsi Keluarga yang Perlu Diketahui.
gramedia.com. Diakses melalui https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-
dan-fungsi-keluarga/#6_Fungsi_Sosialisasi_dan_Pendidikan
• Siregar, Nina Siti Salmaniah. 2013. Persepsi Orang Tua terhadap Pentingnya
Pendidikan bagi Anak. Univeristas Medan Area. Diakses melalui
https://www.ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/548/877
• Puspytasari, Heppy Hyma. 2022. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter
bagi Anak. Jurnal Pendidikan Islam. Diakses melalui
Journal.Unipdu.ac.id/index.php/jpi/index
• Fadli, dr. Rizal. 2022. Ibu, Ini 5 Cara Jitu untuk Mencegah Kenakalan Renaja.
halodoc.com. Diakses melalui https://www.halodoc.com/artikel/ibu-ini-5-cara-
jitu-untuk-mencegah-kenakalan-remaja

Anda mungkin juga menyukai