5 APRIL 2023 Keluarga adalah lingkungan terdekat bagi seorang anak, sehingga anak akan memulai belajar dari keluarganya sendiri. Keluarga menjadi pijakan pertama untuk anak melangkah ke masa depannya. Namun pendidikan yang diberikan dalam keluarga bukanlah pendidikan formal yang bisa didapatkan di sekolah, melainkan pendidikan moral, sosial, dan komunikasi yang dipelajari dalam keluarga. Sehingga benar adanya jika keluarga adalah basis atau dasar dari pendidikan seorang anak. Karena dari pendidikan dalam keluarga, anak bisa belajar dengan contoh nyata yang diperlihatkan dalam keluarga. Namun banyak anak masa kini yang mulai kehilangan tata krama tergerus dengan perkembangan zaman yang menuntut kesetaraan. Apakah basis pendidkan keluarga yang mulai melemah? Atau perlukah orang tua juga mengikuti perkembangan zaman untuk mempertahankan pendidikan moral dalam anak-anak zaman sekarang? Keluarga memiliki fungsi baik dalam masyarakat juga dalam keluarga itu sendiri. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pendidikan dan sosialisasi. Dalam fungsi tersebut terdapat 7 nilai yang harus dikomunikasikan dan diterapkan dalam keluarga yaitu: 1. Idependensi, yaitu kebebasan untuk bertindak secara mandiri dengan berpikir secara logis dalam membuat keputusan dan mandiri dari orang lain; 2. Flesibilitas atau mudah beradaptasi dalam tiap kondisi dan situasi, agar anak mudah menerima dan bergaul dengan orang lain; 3. Kebanggaan, perasaaan ketika menyelesaikan pekerjaan yang bermanfaat atau berhasil mencapai apa yang dilakukan sendiri; 4. Ketekunan dengan memberikan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugas dan tugas serta mendapatkan hasil yang terbaik; 5. Kreatif, mengajarkan anak untuk menemukan dan mengembangkan cara berpikir untuk mewujudkan sesuatu; 6. Tanggung jawab, mengajarkan anak pemenuhan kawajiban; 7. Kerjasama yaitu mengajarkan anak bagaiman kerja sama dengan itikad baik. Selain nilai-nilai tersebut keluarga juga menajarkan bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat. Cara-cara hidup dimasyarakat dengan mengajak kerja bakti, beramah tamah dengan masyarakat sekitar, mebmbantu bila terjadi musibah disekitar lingkungan rumah, mengizinkan anak bermain dengan teman satu lingkungan dengannya. Hal ini akan membantu perkembangan emosional anak, juga pada masa anak masih dalam tahap menirukan perilaku orang tua maka akan berpengaruh positif. Karena peran dan perilaku orang tua akan menentukan sikap dan kepribadian anak kelak (Siregar, 2013). Namun perlu diingat jika pendidikan anak ini bisa didapat melalui banyak cara oleh si anak. Melalui keluarga, sekolah, lingkungan, dan teman sepermainan, dapat memberikan pengaruh yang signifikan. Namun ketika seorang anak memiliki kepribadian yang buruk, yang menjadi sasaran cemoohan adalah keluarga. Maka dari itu keluarga juga perlu memastikan apakah penyimpangan yang dilakukan oleh anak itu berasal dari mana, agar dapat membantu anak memperbaiki perilaku mereka. Maka orangtua haru tahu kebutuhan apa saja yang perlu diperlukan oleh sang anak. Menurut Heppy Hyma Puspytasari, setiap anak memiliki 3 kebutuhan dasar ketika masih berumur 7 sampai 10 tahun bahkan lebih yaitu: (1) Kebutuhan akan rasa aman; (2) Kebutuhan untuk mengontrol; (3) Kebutuhan untuk diterima. Ketika seorang anak kebutuhan dasar emosinya terpenuhi maka mereka akan mennjadi pribadi yang handal dan memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupan. Namun jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, anak-anak cenderung mencari pemenuhan kebutuhan ini diluar keluarga mereka, sehingga kita sebagai keluarga tidak tahu apakah kebutuhan emosi yang terpenuhi luar keluarga tersebut memberikan pengaruh baik pada anak. Maka perlu langkah-langkah untuk diajarkan pada anak untuk mencegah atau mengatasi hal tersebut, berikut merupakan langkah yang dituliskan oleh sr. Rizal Fadli dalam laman halodoc.com (2022) sebagai berikut: 1. Menanamkan nilai-nilai baik sejak dini, hal ini bukan hanya norma sosial yang tidak tertulis dalam masyarakat, sopan santun dan tata krama, tetapi juga pendidikan seks dan penggunaan obat terlarang perlu diajarkan sejak dini. 2. Memberi tahu konsekuensinya, janganlah memberikan konsekuensi fisik yang nantinya akan memberikan luka fisik dan batin yang menjadi trauma. Biarlah anak itu menerima konsekuensi yang diterima dari perilakunya. Seperti ketika mereka mencontek maka guru akan membrikan nilai kosong pada hasil akhirnya. 3. Menjaga komunikasi tetap terbuka, dengan komunikasi baik orang tua maupun anak jadi memiliki pengertian satu sama lain. Sehingga bisa mengeluarkan perasaan masing-masing, mengungkapkan kesulitan masing- masing. Sehingga keluarga bisa menjadi sarana konsultasi bagi satu sama lain. 4. Dorong anak mengikuti kegiatan positif, selain menjadi pengalaman bagi sang anak kegiatan ini akan menjadi sarana yang bisa mengembangkan pribadi sang anak. Bahwa kehidupan anak tidak meululu dirumah, juga orang tua tetap bisa memantau kegiatan anak. 5. Bersikap tegas, dengan memberikkan batasan-batasan tertentu bagi sang anak. Usahakan batasan dan hukuman yang diterima fleksibel dengan kondisi sang anak namundapat memberikan pelajaran bagi mereka. Keluarga menjadi tolak ukur karakter seorang anak, sehingga perilaku anak akan mencerminkan perilaku kedua orangtuanya. Namun belum perilaku anak ini karena meniru perilaku kedua orangtuanya atau anggota keluarga, dapat juga terjadi sebagai pelampiasan sang anak akibat kebutuhan emosional yang belum terpenuhi didalam keluarganya dan mencari pemenuhan kebutuhan di tempat yang salah. Maka dari itu diperlukan kesiapan bagi pasangan baru yang sedang membangun keluarga. Karena kesiapan orang tua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan untuk menjadi dasar pendidikan mereka nanti. Ketika pendidikan orang tua yang tidak tinggi, namun mereka siap dan percaya diri dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki, serta mampu memenuhi kebutuhan fisik dan emosional sang anak tentu dapat menjadi contoh dan pendidik karakter terbaik bagi anak nantinya. Krena seorang anak tidak dapat memilih dimana akan dilahirkan. Tetapi keluarga mampu menyiapkan apa yang dibutuhkan ketika seorang anak akan hadir ditegah-tengah mereka. Dengan keadaan keluarga yang tidak siap untuk kehadiran seorang anak, tentunya akan menjadi hambatan dalam mendidk anak nantinya. Sumber: • Ananda. 2021. Pengertian dan Fungsi Keluarga yang Perlu Diketahui. gramedia.com. Diakses melalui https://www.gramedia.com/literasi/pengertian- dan-fungsi-keluarga/#6_Fungsi_Sosialisasi_dan_Pendidikan • Siregar, Nina Siti Salmaniah. 2013. Persepsi Orang Tua terhadap Pentingnya Pendidikan bagi Anak. Univeristas Medan Area. Diakses melalui https://www.ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/548/877 • Puspytasari, Heppy Hyma. 2022. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter bagi Anak. Jurnal Pendidikan Islam. Diakses melalui Journal.Unipdu.ac.id/index.php/jpi/index • Fadli, dr. Rizal. 2022. Ibu, Ini 5 Cara Jitu untuk Mencegah Kenakalan Renaja. halodoc.com. Diakses melalui https://www.halodoc.com/artikel/ibu-ini-5-cara- jitu-untuk-mencegah-kenakalan-remaja