Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI


DI KABUPATEN NGANJUK

Sevana Puspa Rinanda


Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
(Sevana.Puspa@Gmail.Com)

Abstrak
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang akan memberikan dasar
keyakinan agama, nilai budaya dan sosial yang mencangkup norma dan aturan yang berlaku dalam
masyarakat. Proses sosialisasi dalam keluarga akan memberikan pengalaman sosial pertama anak
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan sosial. Pola asuh yang tepat sangat diperlukan karena setiap
anak memiliki karakteristik, kecerdasan, perilaku dan sifat yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sosial anak usia dini di
Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
kuantitatif korelasional. Objek penelitian ini adalah 342 orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus korelasi rank spearman dan Uji t. Hasil penalitian
ini menunjukkan bahwa r hitung (0,62) berada pada rentang 0,60 – 0,799 yang menunjukkan hubungan
kedua variabel kuat dan hasil uji sigifikansi pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa t hitung lebih
besar dari t tabel (14,571>1,966). Jadi kesimpulannya ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten Nganjuk. Hasil tersebut didukung dengan hasil
crostabulation antara pola asuh orang tua dan perilaku sosial yang menunjukkan bahwa bahwa orang tua
dengan pola asuh otoritatif cenderung memiliki anak dengan perilaku sosial yang sedang dan tinggi. Hasil
tersebut juga didukung dari hasil observasi bahwa pola asuh yang berbeda memiliki perbedaan pada
perilaku sosial anak usia dini.
Kata Kunci: Pola asuh orang tua, perilaku social

Abstract
Education in family is first and the main of education which will provide a basis for religius beliefs,
cultural and social values that cover the norms and rule that apply in society. The socialization process in
the family will provide the firts sosial experiencee of the child so that it can influence sosial development.
The right essential pattern parenting is necessary because every child has characteristics, intelegence,
behavior, and different properties. This research aims to know significant correlation between pattern
parenting and social behavior of early childhood in Nganjuk Regency. This research using quantitative
approach with the type of correlational quantitative research. The object of this research is 82 parent with
children age 4-6 years. The data collection technique used in this research is questionnaire, observation
and dokumentation. Data analiysis technique using rank spearman and t-test. The result of this research
indicated that the r-count (0,62) is in the range of 0,60-0,799 which shows the correlation two variable
strong. The results of significance test indicated that the t-count is greater than t-table (14,571>1,966). So,
the conclusion is tha there is a significant correlation between pattern parenting and social behavior of
early childhood in Nganjuk Regency. These results are supported by the results of crosstabulation
between parenting parents and social behavior which shows that parents with authoritative parenting tend
to have children medium and high social behavior. These results are also supported by observations that
differences in children’s social behavior.
Keywords: Pattern parenting parrents, social behavior

1
PENDAHULUAN Cara mengasuh yang baik akan mampu membantu anak
Pendidikan merupakan suatu proses sepanjang untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dari
hayat yaitu dari lahir sampai dewasa dan berlanjut sampai segi kognitif, fisik, moral, bahasa, sosial dan emosional
mati sehingga membentuk manusia yang ideal. begitu pula sebaliknya. Pola asuh orang tua merupakan
Pendidikan dalam keluarga merupakan bagian dalam sebuah cara yang dilakukan orang tua untuk
pendidikan sepanjang hayat dalam jalur informal. membimbing, mendidik, dan mengasuh anaknya
Menurut Hufad (2012:1), keluarga adalah institusi sosial sehingga menjadi manusia yang ideal, yang mampu
yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan, darah, dan membanggakan orang tuanya. Penerapan pola asuh yang
adopsi sesuai denga adat istiadat yang berlaku, dan diakui buruk juga sangat mempengaruhi perilaku anak.
masyarakat yang memiliki pola interaksi dan kooperasi Menurut Hurlock (1978:256) pada tahun-tahun
berdasar pada norma-norma, peranan-peranan dan posisi- awal kehidupan, yang memberikan pengaruh terpenting
posisi status yang ditetapkan oleh masyarakat. terhadap perilaku sosial dan sikap anak adalah cara
Pada masa sekarang, pendidikan dalam keluarga pendidikan anak yang digunakan orang tua. anak-anak
mulai mengalami penurunan yang dapat dilihat dari yang dibesarkan dalam linkungan keluarga yang
banyaknya lembaga-lembaga pendidikan anak untuk
demokratis mungkin melakukan penyesuaian sosial yang
mengembangkan diri yang melayani pada semua jenjang
usia. Secara umum kita dapat melihat banyaknya paling baik. Mereka aktif secara sosial dan mudah
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang bergaul. Sebaliknya, mereka yang dimanjakan cenderung
menyediakan pendidikan anak mulai dari usia 0-6 tahun menjadi tidak aktif dan menyendiri. Anak-anak yang
dengan program TPA, Kelompok Belajar, maupun taman didik dengan cara otoriter cenderung menjadi pendiam
kanak-kanak. Dengan adanya program-program lembaga dan tidak suka melawan, dan keingintahuan serta
pendidikan nonformal diatas akan membantu orang tua kreativitas mereka terhambat oleh tekanan orang tua
dalam mengembangkan diri anak, khususnya untuk orang
Orang tua akan menunjukkan sikap perhatian,
tua yang bekerja dan kurang memiliki waktu bersama
anak. Namun hal ini dapat berpengaruh pada kondisi peraturan, hukuman dan tanggapan-tanggapan lainnya
hubungan anak dengan orang tua. Selain itu, menurunya dalam mengasuh. Seperti halnya pola asuh yang di
pendididikan keluarga juga ditandai dengan banyaknya Kabupaten Nganjuk, pola asuh yang diterapkan oleh
anak yang sulit dikendalikan, tidak punya sopan santun, orang tua merupakan gambaran sikap, perilaku dan
berbicara kotor, dan lain-lain. kemampuan orang tua itu sendiri yang dipengaruhi oleh
Anak usia dini merupakan manusia yang sangat tingkat pendidikan, sosial ekonomi, keturunan, dan
berbeda dengan orang dewasa. Anak juga memiliki rasa budaya. Berdasarkan observasi awal peneliti, pola asuh
ingin tahu yang kuat, selalu aktif dan antusias terhadap yang ada di Kabupaten Nganjuk beragam. Ada orang tua
dunia yang ada disekelilingnya. Mereka seakan tidak yang bersikap menuntut kepada anak untuk selalu patuh
berhenti untuk belajar dengan melihat, mendengar dan dan berbicara dengan nada yang keras kepada anak
merasakan dengan indranya. Dalam hal ini, sehingga anak takut mengungkapkan pendapatnya dan
perkembangan sosial merupakan salah satu aspek penting pendiam terhadap orang tua tetapi nakal, tidak punya
dalam tumbuh kembang anak karena perkembangan sikap sopan santun dan sulit dikendalikan orang lain
sosial merupakan dasar pola pikir akan terbentuk ketika berada diluar lingkungan keluarga karena sudah
sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan teman, terbiasa mendapat hukuman dari orang tua. Sebaliknya,
lingkungan, dan masyarakat. Hurlock (1978:256) ada orang tua yang cenderung memanjakan dan penuh
menyatakan bahwa banyaknya pengalaman kebahagiaan kasih sayang sehingga anak tidak dapat mengendalikan
mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam keinginannya, suka menyendiri, tidak aktif dan selalu
itu lagi untuk menjadi orang yang mempunyai sifat sosial mengharapkan keinginannya terpenuhi. Kemudian ada
dan pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin pula orang tua yang cenderung memberikan sikap yang
akan menimbulkan sikap yang tidak sehat terhadap menghargai pendapat anak, memberikan batasan-batasan
pengalaman sosial dan terhadap orang pada umumnya pada perilaku anaknya namun tetap bersikap hangat dan
sehingga mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti penuh pengertian sehingga anak muda bergaul dengan
sosial. orang lain baik orang yang lebih tua maupun teman
Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik sebaya, murah senyum, dan sopan pada orang yang lebih
untuk anaknya sehingga mampu menjadi orang yang tua.
berhasil baik itu dari segi sosial, materi, maupun Anak usia dini belajar dengan melihat, meniru dan
kognitifnya. Namun beberapa hal pengabaian yang menilai akan mengambil apapun yang ada di lingkungan
mungkin terlihat biasa sangat penting bagi anak adalah terdekatnya. Orang tua sebagai sosok yang dianggapnya
cara mengasuh orang tua sehingga berakibat munculnya hebat baik secara sadar maupun tidak sadar perilakunya
banyak anak yang memiliki perilaku anti sosial, akan diresapi, ditiru, dan direkam kemudian menjadi
nonsosial, ataupun tidak sosial pada masa usia dini.

2
kebiasaan anak sehingga dibutuhkan pola asuh yang baik dan kemampuan orang tua dalam berkomunikasi dan
dan sesuai dengan anak. Berdasarkan uraian masalah berinteraksi dengan anaknya. Dari uraian diatas, dapat
diatas, maka peneliti mengangkat penelitian yang disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan
berkaitan dengan hubungan antara pola asuh orang tua salah satu tipe mendidik anak dalam pendidikan luar
dengan perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten sekolah yang berada dijalur pendidikan informal yang
Nganjuk. Sehingga penulis memaparkan rumusan diselenggarakan oleh orang tua sebagai upaya
masalah yaitu apakah ada hubungan yang signifikan pemberian pengetahuan dasar, nilai, moral, dan
antara pola asuh orang tua dengan perilaku sosial anak keterampilan.
usia dini di Kabupaten Nganjuk. Sehingga tujuan dari b. Tipe pola asuh orang tua
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan Tipe pola asuh orang tua menurut Diana
signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku Baumrind (Mar’at, 2012:144) adalah sebagai berikut:
sosial anak usia dini di Kabupaten Nganjuk. 1. Pengasuhan otoritatif
Pengasuhan otoritatif (authoritative
KAJIAN PUSTAKA parenting) adalah salah satu gaya pengasuhan
a. Pola asuh orang tua dalam konsep pendidikan luar yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat
sekolah terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka
Program pendidikan luar sekolah dapat juga bersikap responsif, menghargai dan
diartikan sebagai kegiatan yang disusun secara menghormati pemikiran, perasaan, serta
terencana dan memiliki tujuan, sasaran, isi dan jenis mengikutsertakan anak dalam pengambilan
kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan, waktu, keputusan. Anak-anak prasekolah dari orang tua
fasilitas, alat-alat, biaya, dan sumber-sumber yang otoritatif cenderung lebih percaya pada diri
pendukung lainnya. Yang dimaksud dengan sendiri, pengawasan diri sendiri, dan mampu
pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang bergaul baik dengan teman-teman sebayanya.
mencangkup dan mengkaji pendidikan nonformal dan Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan
pendidikan informal (Sudjana,2008:4) rasa harga diri yang tinggi (high self-esteem),
Menurut Undang-undang no.20 tahun 2003 memiliki moral standar, kematangan psikososial,
tentang sistem pendidikan nasional, jalur pendidikan kemandirian, sukses dalam belajar, dan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan bertanggung jawab secara sosial.
lingkungan. Sedangkan H. Coombs (Sudjana, 2. Pengasuhan otoriter
2004:22) mengartikan pendidikan informal sebagai Pengasuhan otoriter (authoritarian
proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga parenting) adalah suatu gaya pengasuhan yang
setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti
dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman perintah-perintah orang tua. orang tua yang
hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan
didalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak
hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan untuk mengemukakan pendapat. Orang tua
permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa. otoriter juga cenderung bersikap sewenang-
Orang tua akan menunjukkan sikap perhatian, wenang dan tidak demokratis dalam membuat
peraturan, hukuman, dan tanggapanlainnya saat keputusan, memaksakan peran-peran atau
berinteraksi dengan anaknya. Dengan adanya pandangan-pandangan kepada anak atas dasar
interaksi dalam keluarga akan memberikan kemampuan dan kekuasaan sendiri, serta kurang
pengalaman sosial awal bagi anak. Salah satu aspek menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak
penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat
gaya atau pola pengasuhan yang diterapkan. curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia
Pola asuh orang tua merupakan sebuah cara dengan dirinya sendiri, merasa canggung
yang dilakukan orang tua untuk membimbing, berhubungan dengan teman sebaya, canggung
mendidik, dan mengasuh anaknya sehingga memiliki menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan
pengetahuan, nilai, moral, dan keterampilan sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah
dapat diterima oleh masyarakat. Orang tua memiliki dibandingkan dengan anak-anak lain.
cara dan pola tersendiri dalam mendidik dan 3. Pengasuhan permisif
mengasuh anaknya. Pola asuh yang diterapkan akan Pengasuhan permisif (permissive
berbeda-beda pada setiap keluarga karena pola asuh parenting) adalah gaya pengasuhan permisif
yang diterapkan merupakan gambaran sikap, perilaku, dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu: pertama

3
pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat
pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul
dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit lebih awal dibanding kan hasrat untuk diterima
batas atau kendali atas mereka. Pengasuhan oleh teman sebaya.
permissive-indulgent diasosiasikan dengan 5. Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku
kurangnya kemampuan pengendalian diri anak, simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi
arena orang tua yang permissive-indulgent yang mirip dengan dukacita. Mereka
cenderung membiarkan anak-anak mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha
melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan menolong atau menghibur seseorang yang sedang
akibatnya anak-anak tidak pernah belajar bersedih.
mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu 6. Empati. Empati kemampuan meletakkan diri
mengharapkan agar semua kemampuannya sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati
dituruti. Kedua, pengasuhan permissive-indiferent, pengalaman orang tersebut . hal ini hanya
yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua berlangsung jika anak dapat memaham ekspresi
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak- wajah atau maksud pembicaraan orang lain.
anak yang dibesarkan oleh orang tua yang 7. Ketergantungan. Ketergantungan terhadap orang
permissive-indiferent cenderung kurang percaya lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih
diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam
diri yang rendah. cara yang diterima secara sosial. Anak yang
c. Perilaku sosial anak usia dini berjiwa bebas kekurangan motivasi ini.
Bar-tal (Masruroh, 2014:2) berpendapat 8. Sikap ramah. Anak kesil memperlihatkan sikap
perilaku sosial adalah perilaku yang dilakukan secara ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk
sukarela, yang dapat menguntungkan atau atau bersama anak/orang laindan dengan
menyenangkan orang lain tanpa antisipasi reward. mengekspresikan kasih sayang kepada mereka.
Sedangkan menurut Slavin (Nawafilaty,2013:3) 9. Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak yang
perilaku sosial adalah tindakan yang memperlihatkan mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan
rasa hormat dan perhatian terhadap orang lain. untuk membagi apa yang mereka miliki dan yang
Didalam prilaku sosial terdapat perilaku prososial tidak terus-menerus menjadi pusat perhatian
yaitu tindakan sukarela terhadap orang lain seperti keluarga, belajar memikirkan orang lain dan
kepedulian, saling berbagi, penghiburan, dan berbuat untuk orang lain dan bukannya hanya
kerjasama. memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik
Menurut Hurlock (1978:260) pola perilaku mereka sendiri.
dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak awal 10. Meniru. Dengan meniru seorang yang diterima
sebagai berikut: baik oleh kelompok sosial, anak-anak
1. Kerjasama. Sejumlah kecil anak belajar bermain mengembangkan sifat yang menambah
atau bekerja secara bersama dengan anak lain penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak 11. Perilaku kelekatan (attachment behavior). Dari
kesempatan yang mereka miliki untuk melakukan landasan yang diletakkan pada masa bayi, yaitu
sesuatu bersama-sama semakin cepat mereka tatkala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang
belajar melakukannya dengan cara bekerjasama. hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau
2. Persaingan. Jika persaingan merupakan dorongan pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola
bagi anak-anaknya, hal itu akan menambah prilaku ini kepada anak/orang lain dan belajar
sosialisasi mereka, jika hal itu diekspresikan membina persahabatan dengan mereka. Menurut
dalam pertengkaran dan kesombongan, akan Bowbly(Puryanti,2013:17), terdapat 3 gaya
mengakibatkan timbulnya sosialisasi yang buruk. attachment yaitu: 1) Secure attachment (kelekatan
3. Kemurahan hati. Kemurahan hati, sebagaimana aman), 2) Resistant attachmant (kelekatan
terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu melawan), dan 3) Avoidant attachmant (kelekatan
dengan anak lain meningkat dan sikap menghindar).
mementingkan diri sendiri semakin berkurang d. Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku sosial
setelah anak belajar bahwa kemurahan hati anak usia dini
menghasilkan penerimaan sosial. Pendidikan dalam keluarga merupakan lembaga
4. Hasrat akan penerimaan sosial. Jika hasrat untuk pendidikan pertama dan utama karena tugas utama
diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani

4
dan sosial anggotanya. Keluarga merupakan menggunakan pola asuh ototarian akan menyebabkan
kelompok sosial terkecil yang sangat penting dalam perilaku anak yang tidak kompeten secara sosial,
masa perkembangan anak. Chon dan Tronick sedangkan orang tua yang menggunakan pola asuh
(Santrock, 2007:157) setiap keluarga adalah suatu otoritatif akan mengakibatkan perilaku anak akan
sistem-suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian- kompeten secara sosial, dan orang tua yang
bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. menggunakan pola asuh permisif akan mengakibatkan
Hubungan antar anggota dalam suatu keluarga perilaku anak inkompeten dan kurang dapat
merupakan waktu terjadinya perkembangan individu mengendalikan diri.
dan awal terjadinya proses sosialisasi bagi anak. e. Interaksi sosial
Menurut Hurlock (1978:256) Pada tahun-tahun Menurut Walgito (dalam Hudaniah,109:2015)
awal kehidupan, yang memberikan pengaruh interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara
terpenting terhadap perilaku sosial dan sikap anak individu satu dengan individu lainnya dimana
adalah cara pendidikan anak yang digunakan orang individu yang satu dapat mempengaruhi individu
tua. anak-anak yang dibesarkan dalam linkungan lainnya sehingga terdapat hubungan timbal balik.
keluarga yang demokratis mungkin melakukan Kemudian Syarat adanya sebuah interaksi sosial
penyesuaian sosial yang paling baik. Mereka aktif menurut Hudaniah (109:2015) adalah kontak sosial
secara sosial dan mudah bergaul. Sebaliknya, mereka dan adanya komunikasi.
yang dimanjakan cenderung menjadi tidak aktif dan Terdapat 4 bentuk dasar dalam interaksi sosial
menyendiri. Anak-anak yang didik dengan cara (Hudaniah,110:2015) yaitu: 1) Imitasi merupakan
otoriter cenderung menjadi pendiam dan tidak suka suatu proses interaksi sosial yang terjadi pada
melawan, dan keingintahuan serta kreativitas mereka individu dengan cara meniru sikap, tindakan,
terhambat oleh tekanan orang tua. perilaku, karakter, maupun kebiasaan individu lainnya
Fatimah (2012:5) mengatakan bahwa pola sehingga terjadi rangsangan terjadinya perubahan
asuh orang tua yang baik denga selalu sosial, 2) Sugesti merupakan proses interaksi sosial
mengekspresikan kasih sayang (memeluk, mencium, dimana seseorang memberikan pandangan atau
memberi pujian), melatih emosi dan melakukan pemikiran kepada orang lain, 3) Identifikasi
pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa merupakan dorongan untuk menjadi identik dengan
diperhatikan dan anak tidak akan merasa takut orang lain. Identifikasi akan berguna untuk
bergaul dengan dengan orang lain, lebih berekspresif, melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi
kreatif, tidak takut untuk mencoba hal-hal baru yang bersangkutan, 4) Simpati merupakan bentuk
sehingga perkembangan anak lebih optimal terutama intersaksi sosial yang melibatkan adanya ketertarikan
anak dibawah 5 tahun. Selanjutnya Borowitz individu terhadap individu lainnya. Adanya keinginan
(Fatimah,2012:5) menyebutkan bahwa alat DDST dan kerjasama dapat mendorong adanya simpati.
(Denver Developmental Screening Test) dapat f. Imitasi
mengidentifikasi 85-100% bayi dan anak-anak mitasi merupakan suatu proses dalam belajar
prasekolah yang mengalami keterlambatan melalui tindakan meniru. Dalam proses imitasi ini
perkembangan, dan follow up selanjutnya ternyata akan terjadi proses penerimaan informasi baik itu
89% dari kelompok DDST abnormal mengalami berupa perilaku, sikap, karakter, bahasa, maupun
kegagalan di Sekolah 5-6 tahun kemudian. kebiasaan orang lain Menurut Albert Bandura (dalam
Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri Utami,2017,45) Modelling artinya meniru, dengan
dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dalam kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan
melakukan pengasuhan, orang tua akan menunjukkan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain.
sikap perhatian, peraturan, hukuman dan tanggapan- Proses imitasi tidak selamanya berdampak
tanggapan lainnya. Pola asuh yang diterapkan akan posotif. Terdapat dampak negatif dalam proses imitasi
berbeda beda pada setiap keluarga karena pola asuh ketika perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang
yang diterapkan merupakan gambaran sikap, perilaku salah, baik secara moral atau hukum. Sehingga
dan kemampuan orang tua itu sendiri berkomunikasi diperlukan upaya yang kuat untuk menolaknya.
dan berinteraksi.Dengan adanya perbedaan pola asuh Adapun syarat-syarat terjadinya suatu proses imitasi
yang diterapkan maka perilaku sosial anak akan menurut Hudaniah (2015:110), yaitu: 1) minat,
berbeda-beda pula. perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ingin diimitasi; 2) rasa kagum, adanya rasa kagum
terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan atau menjunjung tinggi terhadap sesuatu yang ingin
perilaku sosial anak dimana orang tua yang

5
diimitasi; dan 3) adanya penghargaan sosial yang perasaan positif walaupun perasaan positif
tinggi. tersebut tidak ada hubungannya dengan orang
Terdapat prosedur dalam proses imitasi sampai tersebut.
terjadinya respon dan perilaku yang muncul sebagai 8. Harga diri yang rendah. Seseorang yang memiliki
akibat dari perilaku imitasi. Menurut Bandura harga diri yang rendah atau merasa direndahkan
(Barida,2016:17) proses imitasi melalui beberapa oleh lingkungan akan makin responsif menerima
tahap, yaitu: 1) Memperhatikan, 2) Mengingat, 3) kasih sayang atau kehadiran orang lain.
Reproduksi motorik, 4) Reinforcement dan 9. Kesukaan secara timbal balik. Seseorang akan
motivasional. lebih memikirkan seberapa banyak seseorang
g. Daya tarik interpersonal menyukai kita dibandingkan dengan seberapa
Hubungan interpersonal merupakan hubungan banyak sebenarnya seseorang menyukai kita.
yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang saling 10. Rasa saling melengkapi. Perilaku yang saling
ketergantungan. Menurut Brigham (dalam melengkapi lebih banyak terjadi oleh mereka yang
Hudaniah,2015:114), daya tarik interpersonal adalah perkepribadian dominan dengan orang yang
kecenderungan untuk menilai seseorang atau berkepribadian submisif.
kelompok secara positif untuk mendekatinya dan
berperilaku secara positif padanya. METODE PENELITIAN
Menurut Hudaniah (2015:114) Pada umumnya Pada penelitian yang berjudul hubungan pola asuh
beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam orang tua dengan perilaku sosial anak usia dini di
menentukan daya tarik interpersonal adalah: Kabupaten Nganjuk merupakan penelitian dengan
1. Kesamaan. Kesamaan menjadi faktor penting pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti
sebagai penentu daya tarik interpersonal karena menggunakan kuantitatif inferensial dengan jenis
pertama kita akan lebih menyukai seseorang yang penelitian korelasional karena penelitian ini diarahkan
memiliki kesamaan atas apa yang disukai. Kedua, untuk menguji hipotesis mengenai sifat populasi dan
cenderung akan mudah menerima atau sampel dengan melihat hubungan antara dua variabel
mendukung gagasan atau pemikiran kita. Ketiga, yaitu pola asuh orang tua dan perilaku sosial anak usia
seseorang membutuhkan hubungan yang dini di Kabupaten Nganjuk. Menurut Riyanto (2007:92),
berlangsung positif secara berkelanjutan. kuantitatif inferensial adalah penelitian yang diarahkan
Keempat, seseorang akan cenderung lebih akrab untuk uji hipotesis mengenai sifat populasi dan sampel.
dengan seseorang yang memiliki kesamaan dalam Kemudian Riyanto (2007:118) menjelaskan bahwa
berbagai hal. penelitian korelasional adalah penelitian yang akan
2. Kedekatan. Seseorang akan cenderung menyukai melihat hubungan antara variabel atau beberapa variabel
orang yang tinggal dekat. dengan variabel lain.
3. Keakraban. Seseorang akan mengembangkan Cara untuk pengambilan sampel penelitian ini
perasaan positif pada obyek dan individu yang menggunakan teknik Cluster Purposive Sampling karena
sering dilihat sumber data yang diteliti sangat luas dan setiap wilayah
4. Daya tarik fisik. Daya tarik fisik menjadi faktor memiliki karakteristik sendiri. Pengambilan sampel
penting karena ras, jenis kelamin, dan penampilan ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas ke
fisik adalah sumber informasi yang tampak dan wilayah yang tekecil. Kemudian teknik sampling
dengan cepat mudah didapat. dilakukan dengan 2 tahap, yang pertama menentukan
5. Kemampuan. Seseorang yang memiliki sampel daerah, dan yang kedua menentukan sampel
kemampuan, intelegensi atau pengalaman lebih orang yang berada di daerah tersebut yang dilakukan
maka diharapkan nantinya akan dapat membantu secara random. Kabupaten Nganjuk terbagi menjadi 4
kita dalam menyelesaikan masalah, memberikan wilayah yaitu Kabupaten Nganjuk Wilayah Utara,
nasehat, membatu memberikan pemahaman, dan Selatan, Barat, Timur. Dari keempat wilayah tersebut
lainnya. yang menjadi sampel penelitian adalah wilayah Barat,
6. Tekanan emosional. Seseorang yang mempunyai Utara, dan Timur karena sudah mencangkup wilayah
tekanan atau kecemasan akan lebih membutuhkan Kabupaten Nganjuk yang terdiri pegunungan dan dataran
kehadiran orang lain. Sehingga akan lebih mudah rendah. Setelah terpilih bagian wilayah yang menjadi
untuk timbul rasa senang atau suka sampel, kemudian dipilih kecamatan yang mencangkup
7. Perasaan atau mood yang positif. Seseorang wilayah pegunungan dan dataran rendah yang
cenderung tertarik atau suka kepada orang dimana mencangkup daerah perkebunan, pertanian, perkotaan
kehadirannya berbarengan dengan munculnya dan perbatasan. Sehingga terpilih 12 Kecamatan, yaitu

6
Kecamatan Prambon, Kecamatan Tanjunganom, Sangat Sering. Kemudian sebelum angket tersebut
Kecamatan Ngronggot, Kecamatan Patianrowo, dilanjutkan sebagai alat ukur harus dilakukan uji validitas
Kecamatan Gondang, Kecamatan Nganjuk, Kecamatan dan uji reliabelitas sehingga angket yang digunakan dapat
Wilangan, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Ngluyu, dipercaya keabsahannya. Setelah dilakukan uji validitas,
Kecamatan Lengkong, Kecamatan Jatikalen, Kecamatan hasil yang valid untuk variabel X sebanyak 14 pertanyaan
Kertosono, dan Kecamatan Nganjuk. dan hasil yang valid untuk variabel Y sebanyak 30
Tahap kedua dilakukan penentuan ukuran sampel pertanyaan. Kemudian item yang tidak valid dianggap
pada setiap daerah. Populasi berdasarkan data Nganjuk gugur dan tidak digunakan lagi dalam penelitian. Jadi
dalam angka tahun 2014 adalah anak usia 4-6 tahun di jumlah pertanyaan dari angket keseluruhan setelah uji
Kabupaten Nganjuk yaitu 23.679 anak. Berdasarkan tabel validitas sebanyak 44 pertanyaan. Kemudian hasil atau
Krejie (Sugiyono,2012:87) untuk tingkat kesalahan 5%, nilai uji reliabelitas dari variable pola asuh orang tua
maka dari populasi 23.679 ditetapkan jumlah sampel adalah 0,872>0,60 dan variable perilaku social anak usia
adalah 342. Setelah ditetapkan jumlah sampel, maka dini adalah 0,985>0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa
dilakukan penentuan ukuran sampel pada setiap data tersebut reliabel.
kecamatan bedasarkan jumlah populasi di wilayah Analisis data untuk mengetahui hubungan tiap
Nganjuk Barat, Timur, dan Utara. Dalam menentukan variabel X (Pola asuh orang tua) dengan Y (perilaku
ukuran sampel pada setiap kecamatan menggunakan sosial) dalam penelitian ini menggunakan statistik
rumus sebagai berikut: nonparametrik dengan rumus korelasi Rank Spearman,
yaitu:

Sehingga diperoleh ukuran sampel pada setiap


kecamatan terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Ukuran Sampel Pada Setiap Kecamatan koefisiensi yang dihasilkan, dapat
Jumlah
No. Kecamatan Sampel diiterprestasikan derajat hubungan antara kedua variabel
Populasi
1 Tanjunganom 1847 44 yang disajikan dalam tebel berikut:
2 Prambon 1328 31 Tabel 1.2 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
3 Ngronggot 1323 31
Terhadap Koefisiensi Korelasi
4 Kertosono 1713 41
Interval Koefisiensi Tingkat
5 Patianrowo 983 23 Korelasi Hubungan
6 Gondang 1175 28 0,00 – 0,199 Sangat rendah
7 Nganjuk 2279 54 0,20 – 0,399 Rendah
8 Wilangan 692 16 0,40 – 0,599 Sedang
9 Rejoso 1548 37 0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
10 Ngluyu 290 7
11 Lengkong 783 19
12 Jatikalen 470 11 Penelitian ini menggunakan sampel lebih dari 30
Jumlah 14431 342 (n > 30) sehingga dalam tabel nilai rho tidak ada, maka
untuk pengujian signifikansinya menggunakan uji t
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dengan rumus berikut:
yaitu: 1) Angket, dalam penelitian ini digunakan angket
tertutup karena daftar pertanyaan disusun dengan disertai
alternatif jawaban; 2) Observasi non-partisipan, karena
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan
peneliti tidak terlibat secara langsung dan hanya sebagai
dengan harga t tabel. Dalam penelitian ini menggunakan
pengamat serta hanya menggunakan pedoman instrumen
taraf kesalahan 5% karena data yang dipakai dalam
pengamat; 3) Dokumentasi, yang digunakan untuk
penelitian ini adalah data hasil pengamatan di Lapangan
mendapatkan data-data berupa profil Kabupaten
yang berhubungan dengan perilaku manusia yang masih
Nganjuk, data jumlah anak usia 4-6 tahun yang diambil
mentolelir kesalahan-kesalahan kecil. Kemudian
dari taman kanak-kanak, dan dokumentasi pelaksanaan
menggunakan uji dua fihak karena Hipotesis nol dari
kegiatan penelitian.
Intrumen penelitian yang paling utama digunakan penelitian ini berbunyi sama dengan ( ) dan
dalan penelitian ini adalah angket untuk mengukur Hipotesis alternatif berbunyi tidak sama dengan
hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku ). Jadi, dk = n – 2 = 342 – 2 = 340, maka
sosial anak usia dini di Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini diperoleh t tabel = 1,966. Jika hasil t hitung > t tabel
menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban, maka Ho ditolak dan Ha diterima dan sebaliknya.
yaitu: 1) tidak pernah, 2) Kadang-kadang, 3) Sering, 4)

7
HASIL DAN PEMBAHASAN Pola asuh merupakan sebuah cara yang dilakukan orang
Pendidikan merupakan suatu proses sepanjang tua untuk membimbing, mendidikan dan mengasuh anak
hayat yaitu dari lahir sampai dewasa dan berlanjut sampai sehingga menjadi manusia yang ideal, yang mampu
mati sehingga membentuk manusia yang ideal yang membanggakan orang tuanya. Menurut Hurlock
berakhlak mulia, berdaya saing dan berkarakter (1978:256) cara pendidikan anak yang digunakan orang
produktif. Didalam mencapai pembangunan masyarakat tua pada tahun-tahun awal kehidupan akan memberikan
yang sesuai harapan, maka pemerintah mengembangkan pengaruh penting terhadap perilaku sosial dan sikap anak.
3 sistem pendidikan nasional di Indonesia yaitu Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan demokratis akan mempunyai penyesuaian sosial yang
pendidikan informal yang saling melengkapi. Jalur paling baik. Mereka aktif secara sosial dan mudah
pendidikan non-formal dan informal merupakan bergaul. Sebaliknya, mereka yang dimanjakan akan
pendidikan luar sekolah yang bertujuan dalam memenuhi cenderung menjadi tidak aktif dan menyendiri. Anak-
kebutuhan belajar masyarakat yang tidak terpenuhi segala anak yang didik dengan cara otoriter cenderung menjadi
kebutuhannya pada pendidikan formal. Menurut Sudjana pendiam dan tidak suka melawan dan keingintahuan serta
(2008:4) Program pendidikan luar sekolah dapat diartikan krestivitas mereka terhambat oleh tekanan orang tua.
sebagai kegiatan yang disusun secara terencana dan Sesuai dengan teori yang dikemukkakan oleh
memiliki tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, pelaksana Hurlock, pola asuh orang tua di Kabupaten Nganjuk
kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, sangat berhubungan dengan perilaku sosial anak. Orang
biaya, dan sumber-sumber pendukung lainnya. Yang tua yang menggunakan pola asuh otoriter cenderung
dimaksud dengan pendidikan luar sekolah adalah memiliki anak yang pendiam dan individualis namun
pendidikan yang mencangkup dan mengkaji pendidikan memiliki kedisiplinan. Sedangkan orang tua yang
nonformal dan pendidikan informal. menerapkan pola asuh permisif cenderung memiliki anak
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama yang ingin menang sendiri, kurang pintar bergaul karena
dalam proses pendidikan yang menjadi dasar terlalu dekat dengan orang tua, anak kurang disiplin
pembentukan dan lingkungan pertama dalam dengan aturan yang berlaku sehingga kurang mampu
bersosialisasi bagi anak. Dengan adanya interaksi dalam mengendalikan diri. Sedangkan orang tua yang
keluarga akan memberiikan pengalaman sosial awal bagi menerapkan pola asuh otoritatif cenderung memiliki anak
anak. Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua yang mudah dalam bergaul dengan teman sebaya, lebih
dan anak adalah pola asuh yang diterapkan. Pola asuh mandiri, percaya diri, bersifat lebih terbuka, dan mau
orang tua akan mempengaruhi perkembangan perilaku mendengarkan orang lain sehingga mampu menyesuaikan
sosial anak karena pembentukan perilaku sosial anak diri dengan lingkungan dengan baik.
diperoleh dari proses sosialisasi. Penelitian ini dilakukan menggunakan uji statistik
a. Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku sosial menggunakan rank spearman untuk memperoleh
Anak Usia Dini pembuktian adanya hubungan antara pola asuh orang tua
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten
bahwa hubungan signifikan antara pola asuh orang tua Nganjuk dan uji t untuk mengetahui interprestasi
dengan perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten terhadap koefisiensi korelasi antara pola asuh orang tua
Nganjuk. Melalui berbagai prosedur penelitian, mulai dengan perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten
dari obeservasi survey awal ke lokasi penelitian, Nganjuk . Pemilihan rank spearman dilakukan karena
mengamati fenomena dan mencari referensi yang data bersifat ordinal dan bebas distribusi.
berkaitan dengan tema penelitian kemudian disusun Hasil uji statistik dengan rank spearman diperoleh
kedalam sebuah proposal, hingga penyebaran angket variabel X dan variabel Y dari hasil perhitungan manual
kepada reponden, sampai pada skor dan uji yang bersifat adalah 0,62 artinya kekuatan hubungan X dan Y adalah
dan sistematis. Hubungan Sedang karena berada pada rentang 0,60 –
Periode emas anak berlangsung pada saat anak 0,799. Kemudian dilakukan pengujian signifikansinya
dalam kandungan hingga usia dini yaitu 0-6 tahun. Pada menggunakan uji t sehingga diperoleh harga t hitung
masa ini merupakan masa otak anak mengalami yaitu 14,571 dan t tabel 1,966. Jadi kesimpulannya ada
perkembangan paling cepat sepajang sejarah hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kehidupannya. Sehingga pengalaman awal yang dimiliki perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten Nganjuk.
pada masa ini akan sangat berpengaruh pada kehidupan b. Pola asuh orang tua
anak nantinya. Polaasuh orang tua secara signifikan turut Pola asuh orang tua di Kabupaten Nganjuk, dalam
mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku, sosial, penelitian ini sesuai dengan teori dari Diana Baumrind
kognitif, dan kesehatan psikologis anak ketika dewasa. bahwa terdapat 3 tipe pola asuh orang tua yaitu pola asuh

8
otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh otoritatif. Pola otoriter. Pola asuh permisif diterapkan oleh orang tua
asuh otoriter merupakan tipe pengasuhan yang yang memiliki pekerjaan diluar kota sehingga anak
membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah- dititipkan kepada nenek atau keluarga lainnya atau orang
perintah orang tua. Pola asuh permisif merupakan tipe tua yang memang memiliki kecenderungan memanjakan
pengasuhan yang memberikan anak kebebasan untuk anak dengan memberikan segala hal kepada anak. Anak
mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak terlalu dimanjakan karena orang tua tidak ingin anaknya rewel.
mengontrol. Pola asuh otoritatif merupakan tipe pola Persentase pola asuh permisif di Kabupaten Nganjuk
asuh yang memperlihatkan pengawasan extra ketat berada di Kabupaten Nganjuk Barat yaitu 40%
terhadap tingkah laku anak, tetapi juga bersifat responsif, berdasarkan pada sampel dari masing-masing wilayah.
menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan dan Pola asuh otoritatif di Kabupaten Nganjuk banyak
mengikutsertakan anak dalam mengambil keputusan. diterapkan oleh orang tua. Pola asuh otoritatif menurut
Pola asuh yang diterapkan orang tua di Kabupaten Beaumrind (Mar’at, 2012:144) adalah pola asuh yang
Nganjuk mayoritas menerapkan pola asuh otoritatif. memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap anak
Pola asuh otoriter di Kabupaten Nganjuk tidak tetapi juga bersifat responsif, menghargai, dan
banyak diterapkan oleh orang tua, karena orang tua saat menghormati pemikiran, persaan serta mengikutsertakan
ini sudah mengerti cara mengasuh anak dengan baik. Pola anak dalam mengambil keputusan. Pola asuh ini banyak
asuh otoriter merupakan tipe pengasuhan yang diterapkan karena orang tua mulai sadar bahwa cara
membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah- mendidik adanak dengan kekerasan ataupun kebebasan
perintah orang tua (Baumrind dalam Mar’at, 2012:144). berlebih dapat berdampak kurang baik terhadap
Ciri-ciri pola asuh ini adalah adanya kekakuan dalam perkembangan anak. Orang tua mendorong anak untuk
kontrol perilaku, komunikasi bersifat satu arah, lebih mandiri tetapi tetap menetapkan batasan-batasan
penekanan dalam pemberian hukuman. dan pengendalian atas apa yang dilakukan anak.
Kabupaten Nganjuk sendiri dalam penelitian ini Sehingga hubungan anak dan orang tua tetap dekat
dibagi menjadi 3 yaitu wilayah utara, timur, dan barat. namun anak mempunyai pengalaman yang lebih lbanyak.
Orang tua di Kabupaten Nganjuk Utara, Timur dan Barat Pola asuh otoritatif berdasarkan wilayah paling banyak di
tidak terlalu banyak menggunakan pola asuh otoriter. Kabupaten Nganjuk Timur berdasarkan pada sampel dari
Pola asuh ini jarang diterapkan karena sebagian besar masing-masing wilayah.
orang tua paham bahwa mendidik dengan kekerasan akan c. Perilaku sosial
berdampak buruk terhadap perkembangan anak dan juga Perilaku sosial merupakan tindakan sukarela yang
melanggar hak asasi manusia. Walaupun dalam beberapa dilakukan agar dapat menyesuaikan diri dengan
kasus orang tua menggunakan pola asuh otoriter. lingkungan sehingga dapat diterima dalam masyarakat.
Sehingga tidak dalam keadaan setiap hari orang tua Menurut Slavin (Nawafilaty,2013:3) perilaku sosial
mengekang dan menghukum anak walaupun hal tersebut adalah tindakan yang memperlihatkan rasa hormat dan
untuk kebaikan. Persentase pola asuh terbanyak berada di perhatian terhadap orang lain. Didalam prilaku sosial
Kabupaten Nganjuk Utara berdasarkan sampel pada terdapat perilaku prososial yaitu tindakan sukarela
setiap wilayah. terhadap orang lain seperti kepedulian, saling berbagi,
Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang penghiburan, dan kerjasama.
kontrol perilaku bersifat longgar baik ohrang terlibat atau Perilaku sosial dibentuk dari proses sosialisasi dan
tidak terlibat dalam kehidupan anak, kosekuensi dan pengalaman masa kecil seseorang. Perilaku sosial anak
disiplin perilaku bergantung terhadap anak itu sendiri. sudah dapat dilihat atau dinilai dari bayi. Ada beberapa
Menurut Beaumrind (Mar’at, 2012:144) pola asuh tahapan yang perkembangan perilaku sosial. Perilaku
permisif di bagi menjadi 2, yaitu permissive-indulgen dan sosial dalam penelitian ini sesuai dengan teori dari
permissive-indiferen. Permissive-indulgent yaitu pola Hurlock (1978:260) bahwa terdapat pola perilaku sosial
asuh perimisif dimana orang tua sangat terlibat dalam pada masa kanak-kanak awal yaitu kerjasama,
kehidupan anak, tetapi menetapkan sedikit batas atau persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan
kendali. Sedangkan, permissive-indiferent adalah gaya sosial, empati, ramah, meniru, dan perilaku kelekatan.
pola asuh permisif dimana orang tua sangat tidak terlibat Perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten
dalam kehidupan anak sehingga bersifat membiarkan. Nganjuk termasuk bagus walaupun dari data penelitian,
Pola asuh permisif juga dapat disebut sebagai pola beberapa jenis perilaku sosial anak usia dini masuk dalam
asuh yang memanjakan, baik itu bersifat membiarkan kategori sedang, dan sebagian kecil berkategori rendah.
atau sangat terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua Pada penelitian ini, perilaku sosial yang paling tinggi di
yang menggunakan pola asuh permisif di Kabupaten Kabupaten Nganjuk secara keseluruhan telihat pada sikap
Nganjuk lebih banyak dibandingkan dengan pola asuh ramah dan yang paling rendah adalah perilaku meniru.

9
sikap ramah anak ditunjukkan dari sikapnya yang mau pengarahan, motivasi, dan pendampingan sehingga
membantu orang lain, berkata baik, dan murah senyum meningkatkan minat, rasa kagum, dan adanya
kepada orang lain. Sedangkan perilaku meniru ini penghargaan sosial yang tinggi terhadap seseorang atau
diperlukan anak karena pada masa pertumbuhan anak lingkungan sekitarnya. Pada akhirnya anak mempunyai
memerlukan dasar duplikasi terutama dari orang tua. kemauan untuk bersosialisasi dengan lingkungan
Perilaku meniru didalamnya ada proses imitasi. sekitarnya. karena agar terjadi proses imitasi diperlukan
Menurut Barida (13:2016) imitasi merupakan suatu motivasi atau keinginan dalam diri atau rasa kekaguman
proses kognisi untuk melakukan aksi seperti yang terhadap sesuatu.
dilakukan oleh model dengan melibatkan indra sebagai Sesuai dengan pernyataan Hudaniah (110:2015)
penerima stimulus atau rangsang dan pemasangan bahwa terdapat syarat-syarat terjadinya suatu proses
kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari imitasi yaitu: 1) minat, perhatian yang cukup besar
stimulus atau rangsang tersebut dengan kemampuan terhadap sesuatu yang ingin diimitasi; 2) rasa kagum,
persepsi untuk mengolah informasi dari stimulus atau adanya rasa kagum atau menjunjung tinggi terhadap
rangsang tersebut dengan kemampuan kognisi tahap sesuatu yang ingin diimitasi; dan 3) adanya penghargaan
tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa, namun juga sosial yang tinggi. Kedekatan antara anak dengan orang
pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Individu tua atau orang terdekat akan memicu atau membuka
harus menggunakan indranya dari mata, telingan, dan kesempatan pada anak untuk menemukan kesamaan dan
pikiran yang terpusat pada model. bertukar imbalan. Untuk memenuhi syarat-syarat
Kurangnya duplikasi dari orang tua ini tersebut, maka harus meningkatkan daya tarik
dikarenakan kurangnya pertemuan antara orang tua interpersonal. Dalam meningkatkan daya tarik tersebut
dengan anak dimana orang tua sibuk bekerja atau maka harus menemukan atau memenuhi salah satu atau
berkerja di lain daerah dan juga dari orang tua yang beberapa faktor-faktor yang dapat membuat anak merasa
mengadopsi pola asuh permisif. Anak yang mengalami tertarik, yaitu: kesamaan, kedekatan, keakraban, daya
kurang kasih sayang atau terlalu dimanjakan akan tarik fisik, kemampuan, perasaan atau mood yang positif,
cenderung menjadi tidak aktif kurang dapat kesukaan secara timbal balik, dan rasa saling melengkapi.
mengendalikan perilakunya dan menyendiri. Sehingga Disinilah tugas orang tua atagu orang terdekat untuk
terjadi kurangnya interaksi sosial mengakibatkan memberikan arahan, pengertian, bimbingan dan
kurangnya respon terhadap kegiatan dilingkungannya. pendampingan kepada anak usia dini untuk
Sedangkan dalam proses imitasi atau meniru dibutuhkan meningkatkan rasa ingin bersosialnya.
sebuah interaksi antar dua orang atau lebih dan dalam Pada penelitian ini, terdapat sedikit perbedaan
interaksi sosial dibutuhkan adanya kontak sosial dan kecenderungan perilaku sosial ketika berbeda daerah. Hal
komunikasi. tersebut terjadi karena adanya perbedaan dari kondisi
Menurut Barida (16:2016) mengungkapkan tujuan sosial ekonomi setiap wilayah, budaya, tingkat
imitasi adalah untuk dapat lebih banyak menguasai pendidikan, dan perbedaan kondisi infrastruktur wilayah
respon baru dengan mengamati perilaku orang lain atau serta perbedaan standart penghitungan setiap kategori
model dan untuk mengarahkan perilaku individu pada pada setiap wilayah. Pada Kabupaten Nganjuk Utara,
tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Setelah perilaku sosial yang paling tinggi ditunjukkan pada
mengarahkan perilakunya pada tujuan yang ingin dicapai, perilaku persaingan, dimana anak memiliki hasrat untuk
dia akan lebih mampu untuk mengatur dirinya sendiri menang lebih tinggi. Sedangkan perilaku empati
karena adanya penetapan standart perilaku yang dapat merupakan perilaku paling rendah. Hal tersebut juga
diterima dan tidak dapat diterima bagi diri sendiri. dibuktikan dari hasil observasi bahwa perilaku anak usia
Ketika anak kurang responsif terhadap lingkungan 4-6 tahun di Kabupaten Nganjuk Wilayah Utara
sekitarnya maka, tahap-tahap dalam proses imitasi tidak menunjukkan kurang mampunya mengerti bahasa non-
akan atau kurang terpenuhi sehingga tujuan dari imitasi verbal.
itu sendiri tidak terwujud. Sesuai yang dijelakan oleh Sama halnya dengan Kabupaten Nganjuk Utara,
Barida (17:2016) bahwa dalam proses imitasi terdapat perilaku sosial di Kabupaten Nganjuk Timur yang paling
beberapa tahapan, yaitu memperhatikan, mengingat, tinggi adalah perilaku persaingan. Sedangkan perlaku
reproduksi motorik, dan reinforcement dan motivasional. sosial yang paling rendah adalah perilaku kemurahan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hati. Perilaku kemurahan hati ini ditunjukkan dengan
kurang berkembangnya perilaku meniru disebabkan oleh adanya rasa tidak mau mengalah dari yang lain ataupun
minimnya interaksi sosial anak dengan lingkungan tidak mau berbagi. Anak usia dini pada dasarnya masih
sekitarnya. Sehingga dibutuhkan pendampingan orang mempunyai ego yang lebih tinggi dimana mereka kurang
tua atau orang terdekat lainnya untuk memberikan faham tentang rasa berbagi dengan yang lain. Sehingga

10
diperlukan pemahaman dari orang tua untuk anak agar kekerasan ataupun kebebasan berlebih dapat
anak dapat mempunyai rasa berbagi dan rasa ingin berdampak kurang baik terhadap perkembangan anak.
menolong orang lain. Dengan tumbuhnya kemurahan hati Pola asuh otoritatif berdasarkan wilayah paling
anak juga akan dapat mengembangkan perilaku-perilaku banyak di Kabupaten Nganjuk Timur berdasarkan
sosial yang lainnya. pada sampel dari masing-masing wilayah.
Perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten 3. Perilaku sosial anak usia dini di Kabupaten Nganjuk
Nganjuk Barat yang paling tinggi adalah perilaku termasuk bagus. perilaku sosial yang paling tinggi di
persaingan dan selanjutkan kelekatan. Perilaku kelekatan Kabupaten Nganjuk secara keseluruhan telihat pada
menunjukkan hubungan yang erat antara anak dan orang sikap ramah dan yang paling rendah adalah perilaku
tua. Perilaku kelekatan ini memberikan kemudahan anak meniru. sedangkan di Kabupaten Nganjuk Utara,
agar dapat menjalin persahabatan dengan orang lain perilaku sosial yang paling tinggi adalah persaingan
selain dengan orang tua karena perilaku kelekatan yang dan yang paling rendah adalah empati. kemudian di
hangat dan penuh kasih sayang yang diberikan orang tua Kabupaten Nganjuk Timur yang paling tinggi adalah
nantinya akan digunakan anak kepada orang lain. Hal perilaku persaingan dan perilaku yang paling rendah
tersebut ditunjukkan dengan adanya sikap yang tidak adalah perilaku kemurahan hati. Sedangkan perilaku
malu dengan orang lain dan anak mampu bergaul dengan sosial di Kabupaten Nganjuk Barat yang paling tinggi
orang lain dengan baik. Sedangkan perilaku sosial yang adalah persaingan dan kelekatan dan perilaku sosial
paling rendah adalah empati. sama halnya dengan yang paling rendah adalah perilaku empati.
Kabupaten Nganjuk Utara, perilaku empati yang rendah
dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap bahasa non- Saran
verbal. Sedangkan perilaku empati ini hanya berlangsung Saran yang dapat diberikan dari peneliti dari hasil
jika anak dapat memahami ekspresi atau maksud pembahasan dan kesimpulan, yaitu:
pembicaraan orang lain. Sehingga dibutuhkan orang tua 1. Diharapkan orang tua mampu memiliki pola asuh
untuk memberikan arahan atau pengertian terhadap yang baik karena pola asuh dapat berpengaruh
sesuatu bahasa non-verbal dari lingkungan sekitarnya. terhadap perkembangan perilaku sosial anak. Selain
itu, orang tua di Kabupaten Nganjuk supaya
PENUTUP membuka wawasan dan pengetahuan untuk
Kesimpulan memberikan pengasuhan yang tepatuntuk buah hati
Pada penelitian ini dapat disimpulakn sebagai berikut: karena pada dasarnya setiap anak memiliki
1. Hasil penelitian dan analisis data hhubungan antara karakteristik, kecerdasan, perilaku dan sikap yang
pola asuh orang tua dengn perilaku sosial di berbeda-beda. Tidak ada pengasuhan yang terbaik
Kabupaten Nganjuk dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi setiap anak, karena karakteristik dan masalah
terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara anak berbeda-beda dan berbeda pula solusinya.
pola asuh orang tua dengan perilaku sosial anak usia Sehingga harus disesuaikan dengan memahaminya.
dini di Kabupaten Nganjuk.hasil tersebut berdasarkan 2. Perilaku sosial anak pada beberapa jenis memiliki
pada Tabel interprestasi terhadap korelasi bahwa kekurangan, seperti perilaku empati, meniru, dan
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku sosial kemurahan hati. Disarankan orang tua untuk
berada pada rentang 0,60 – 0,799. Hal ini berarti H0 memberikan waktu luang yang lebih banyak kepada
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara anak, memberikan arahan atau pengertian kepada
pola asuh orang tua dengan perilaku sosial anak usia anak tentang bahasa non-verbal dari
dini di Kabupaten Nganjuk ditolak dan Ha diterima. lingkungannyasehingga perkembangan perilaku
Hasil uji signifikansi pada penelitian ini juga meptai anak lebih berkembang dan memberikan
menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel pengertian tentang indahnya berbagi dan menolong
(14,571 > 1,966). Dengan demikian Ho ditolak dan dengan orang lain. Diharapkan orang tua memberikan
Ha diterima. Jadi kesimpulannya ada hubungan contoh-contoh kecil kongkrit dalam kehidupan
signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sehari-hari. Serta orang tua diharapkan memberikan
sosial anak usia dini di Kabupaten Nganjuk. arahan, pengertian, dan pendampingan untuk
2. Pola asuh orang tua di Kabupaten Nganjuk, dalam meningkatkan rasa ingin besosial anak usia dini.
penelitian ini terdapat 3 tipe pola asuh orang tua yaitu 3. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian selanjutnya
pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh dapat menggunakan lebih banyak sampel atau
otoritatif. Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang menggunakan cakupan yang lebih luas dan
paling banyak digunakan oleh orang tua karena orang mernyertakan faktor-faktor yang mempengaruhi pola
tua mulai sadar bahwa cara mendidik adanak dengan

11
asuh dan perkembangan anak yang tidak ikut diteliti Utami, Winda Defrisa.2017.Peran Orang Tua Terhadap
dalam penelitian ini. Perilaku Meniru (Modelling) Anak Dalam Konsep
Psikologi Perkembangan di Desa Belanti
Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan
DAFTAR PUSTAKA
Komering Ilir.Skripsi
Fatimah, Listriana.2012.Hubungan Pola Asuh Orang Tua
(Online),(Https://www.google.com/url?sa=t&source
Dengan Perkembangan Anak Di R.A Darussalam
=web&rct=j&url=http://eprints.radenfatah.ac.id/157
Desa Sumber Mulyo, Jogoroto, Jombang,(Online),
5/1/winda%2520defrisa%2520utami%25201321029
vol 1, no.2, (Http://www.journal.unipdu.ac.id/
5%2520baru.pdf&ved=2ahukewjb7ogtiuliahutvhok
index.php/seminas/article/download/163/110,
hzk1d_eqfjaeegqiarab&usg=aovvaw3xs1fzhjbzybm
diunduh pada tanggal 1 januari 2016)
hn1s7lpkw, Diunduh pada tanggal 11 pukul 1.15)
Hufad, Achmad.2012.Keluarga dan Pendidikan anak
Barida, Muya.2016.Pengembangan Perilaku Anak
(Tinjauan sosiologi agama terhadap proses
Melalui Imitasi,(Online),Vol.03,Nomor
pendidikan anak dalam keluarga),(Online),
3,(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&
(http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_bias
rct=j&url=http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/jp
a/195701311986031-
aud/article/download/594/526&ved=2ahukewjb7ogt
nia_sutisna/pend.keluarga/pend.keluarga.pdf,
iuliahutvhokhzk1d_eqfjafegqiahab&usg=aovvaw3_l
diunduh pada tanggal 1 Januari 2016)
cocuutc2-6a_ploxfj_)
Hurlock, Elizabeth.1978.Perkembangan Anak, Edisi
Enam, Jilid Satu.Terjemahan Med Metasari
Tjandrasan Dan Muslichah
Web:
Zarkasih.Jakarta:Erlangga
Situ resmi Pemerintah Kabupaten Nganjuk:
Mar’at, Samsunuwiyati.2012.Psikologi
Http://www.nganjukkab.go.id
Perkembangan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Web Badan Pusat Statistik Nganjuk:
Masruroh, Anik dan Mas’udah.2014.Pola Asuh Orang
Https://Nganjukkab.bps.go.id
Tua Dalam Pengembangan Perilaku Sosial Anak
Kelompok B TK Belia Kreatif Karangpilang
Surabaya,(Online), Vol 3, Nomor 1,
(http://ejournal.unesa.ac.id/article/8643/19/article.pd
f, diunduh 10 Januari 2016)
Junaidi.2010.Titik Persentase Distribusi t (d.f.= 1 –
200),(Online),
(Http://Junaidichaniago.Wordpress.Com, Diunduh
Pada Tanggal 10 Maret 2016)
Nawafilaty, Tawaduddin Dan Hermien
Laksmiwati.2013.Pengaruh Bermain Puzzle
Terhadap Perilaku Sosial Anak Kelompok B Di TK
Harvard Pre School Kebomas Gresik,(Online),Vol
2, Nomor 2,(Http://ejournal.unesa.ac.id/
article/4340/19/article.pdf, Diunduh Pada Tanggal
18 Februari 2016 Pukul 1.40)
Puryanti, Imul.2013.Hubungan Kelekatan Anak Pada Ibu
Dengan Kemandirian Di Sekolah (Sttudi pada TK
Hj. Istriati Baiturrahman I Kota Semarang Tahun
2012).Skripsi
(Online),(http://lib.unnes.ac.id/18687/1/1601408012
.pdf, Diunduh pada tanggal 18 pukul 1.50)
Riyanto, Yatim.2007.Metodelogi Penelitian Kualitatif
Dan Kuantitatif. Surabaya:UNESA University Press
Saleh, Samsubar.1996.Statistik
Nonparametrik.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta
Santrock, John W.2007.Perkembangan Anak, Edisi
Ketujuh, Jilid Dua. Terjemahan Mila Rahmawati
Dan Anna Kuswanti.Jakarta:Erlangga
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D.Bandung:Alfabeta
Sugiyono.2014.Statistika untuk
penelitian.Bandung:Alfabeta
Hudaniah, Tri Dayakisni.2015.Psikologi
Sosisal.Malang:UMM Press

12

Anda mungkin juga menyukai