Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aida Maulida Farhani

NIM : 22010107

Kelas : B3 Lanjutan

Tugas Ringkasan Bimbingan Konseling Anak Usia Dini

Bagian Kesatu

1. Perkembangan Sosial Awal

Manusia adalah makhluk sosial. Ketidakberdayaan individu khususnya pada masa kanak –
kanak awal telah membuat kita hidup bersosial. Kita hidup dan bekerja dalam kelompok sosial, telah
terbukti ketika kita mengisolasi diri dari lingkungan sosial dapat menyebabkan masalah yang cukup
parah seperti permasalahan kognitif dan emosional. Dalam kehidupan bersosial kita akan berteman
dengan orang – orang yang kita sukai dan membuat kita nyaman yang tentunya cara mereka
menjalani kehidupanpun berpengaruh dengan cara kita menjalani kehidupan yang sama dengan
orang-orang dilingkungan sosial kita. Sebagai makhluk sosial kita pun membutuhkan dukungan dari
orang-orang sekitar kita yang dapat memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang terus berkembang.
Kelompok sosial pertama bagi anak adalah keluarga maka keluarga akan selalu menjadi hal
terpenting untuk setiap anak, selain keluarga juga lingkungan sekolah merupakan kelompok sosial
yang paling dekat dengan anak. Banyak masalah di sekolah yang muncul dari anak yang memiliki
masalah perilaku sosial. Masalah di sekolah dapat menghambat kemajuan perkembangan anak.

2. Anak di Rumah

Hubungan sosial pertama seorang anak adalah dengan ibunya atau orang terdekatnya.
Keterikatan dengan orangtua adalah langkah pertama dalam pembelajaran sosial bagi anak. Anak
yang memiliki kedekatan dengan orangtuanya biasanya memiliki keterikatan yang baik dan anak
cenderung lebih banyak menunjukkan antusiasme, inisiatif, memiliki jiwa kepemimpinan, tekun dan
partisifatif. Tetapi pada kasus yang lain keterikatan yang baik tidak selalu menjadi indikasi
perkembangan yang memuaskan untuk anak, pada beberapa anak yang memiliki keterikatan yang
sangat kuat cenderung sering merasa cemas dan gugup ketika tidak sedang bersama dengan
orangtua atau orang terdekatnya.

3. Pola Asuh Orangtua

Pola asuh anak dapat dilihat dari cara interaksi antara anak dengan orangtua. Interaksi
orangtua dan anak adalah komunikasi dua arah. Perilaku anak tentunya dipengaruhi oleh pola asuh
orangtuanya dirumah. Pola asuh yang baik akan menghasilkan anak dengan emosional yang baik
begitupun sebaliknya. Pola asuh yang kurang tepat biasanya di pengaruhi oleh faktor emosional
orangtuanya yang kurang stabil seperti stress dan frustasi yang menyebabkan terjadinya pola asuh
yang di dominasi oleh kekerasan fisik maupun verbal. Pola asuh pada orangtua yang bijaksana,
terbuka, penuh kehangatan, komunikasi terjalin dengan baik, sabar dalam menghadapi segala
masalah dan menghargai anak akan menghasilkan anak yang memiliki keseimbangan emosional,
mandiri, tegas, mudah bersosialisasi, bahagia, memiliki motivasi tinggi, berprestasi dalam bidang
akademik maupun non akademik dan ketenangan. Sedangkan pada anak yang di didik dengan pola
asuh yang otoriter dan di dominasi oleh kekerasan fisik maupun verbal, banyak tekanan dan
tuntutan biasanya akan menghasilkan anak yang keras dan kecenderungan ke arah agresi, kurang
bahkan tidak bisa bersosialisasi, tidak memiliki keseimbangan emosional, cemas yang berlebihan,
murung, kurang bisa berkonsentrasi sehingga sulit untuk berprestasi, dan menarik diri dari
lingkungan sosialnya.

4. Pembelajaran Sosial Awal

Seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua yang penuh dengan cinta dan kasih sayang,
perhatian, pengertian dan bimbingan yang baik memiliki peluang yang besar untuk tumbuh menjadi
pribadi yang mudah berhubungan atau bersosialisasi dengan nyaman di lingkungan sosialnya,
memiliki kepercayaan diri dan kemandirian yang baik, seiring dengan berjalannya usia anak dapat
menghargai oranglain karena anak dapat memahami bahwa orang lain pun memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengannya. Anak yang tumbuh dengan penuh kepercayaan akan merasa
bahwa dirinya di cintai dan berharga sehingga mereka bisa berperilaku baik dengan konsisten dan
mencintai orang sekitarnya sehingga dapat menjadi pribadi yang berguna bagi lingkungan
sekitarnya. Sedangkan anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam keadaan yang kebalikannya
cenderung tumbuh menjadi anak yang dingin dan pemalu sehingga tidak dapat bersosialisasi dengan
baik sehingga banyak kesempatan yang terlewat untuk memperkaya diri dan meningkatkan kualitas
hidup dari orang- orang di lingkungan sekitarnya.

5. Perbedaan Gender

Pria dan wanita memiliki kesamaan dan perbedaan, baik secara fisik maupun secara
psikologis. Perbedaan fisik terlihat dari tampilan luar sedangkan perbedaan psikologis terlihat dari
cara berpikir dan menjalani kehidupannya seperti halnya seorang laki- laki akan berpikir lebih
rasional sedangkan seorang perempuan sendiri cenderung berpikir lebih dengan perasaan atau
emosional. Sebagai sesama makhluk hidup tentu laki – laki dan perempuan memiliki hak dan
kewajiban yang sama. Sayangnya sampai saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya
menjadi sosok pelengkap. Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas
bekerja di dapur, mengurus keluarga dan anak sehingga pada akhirnya sosok perempuan yang
berprestasi dan bisa menyeimbangkan antara keluarga dan karier menjadi sangat langka ditemukan.
Perempuan seringkali takut untuk berkarier karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga
dikarenakan tidak adanya kesetaraan gender. Begitupun dengan ketidaksetaraan gender di bidang
pendidikan, di tengah modernisasi yang semakin kuat, masyarakat kita masih saja memegang teguh
mitos-mitos lama yang menyatakan kekuatan pria dan kelemahan wanita. Pemahaman patriarki
yang tertanam di kalangan masyarakat kita bahwa wanita hanya bisa mengurus rumah saja
menyebabkan keengganan bagi kaum perempuan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi. Bahkan pernikahan dan masalah biaya menjadi sebuah alasan untuk meninggalkan bangku
sekolah. Hal ini banyak banyak terjadi di daerah pedesaan dan tempat-tempat terpencil.
Ketidaksetaraan ini membuat dampak yang buruk bagi perkembangan bangsa dan negara.
Rendahnya pendidikan kaum perempuan menjadikan mereka merasa tidak mampu untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan taraf kehidupan mereka. Paham-paham
lama yang seperti inilah yang membuat ketidaksetaraan gender semakin mengakar kuat di
lingkungan masyarakat kita.

6. Kelompok Etnis

Dalam kehidupan masyarakat multikultural atau terdiri dari beberapa etnis tentu banyak
perbedaan perilaku sosial antar individu tergantung dari etnis mana mereka berasal. Perbedaan suku
bangsa, agama, adat istiadat, tradisi, cara berpakaian dan cara berbicara seringkali menjadi
perbedaan yang mencolok antar etnis. Perbedaan dalam bentuk apapun dapat memicu
kesalahpahaman dan perpecahan terutama untuk kelompok minoritas sangat beresiko
mendapatkan diskriminatif sosial. Hal ini pun terjadi di sekolah, sering terjadinya diskriminasi
terhadap anak yang ada pada kelompok minoritas sehingga psikolog dan guru terus melakukan
upaya yang bertujuan untuk membantu dan membimbing anak agar dapat berempati dan saling
menghargai dengan etnis minoritas dilingkungan sosialnya terutama di lingkungan sekolah.

7. Status Sosial

Sama halnya seperti perbedaan etnis, perbedaan status sosial pun merupakan masalah yang
sensitif dan sering menyebabkan konflik permasalahan. Di sekolah status sosial sering kali menjadi
penyebab perilaku diskriminatif. Status sosial biasanya dilihat dari status pendidikan dan klasifikasi
pekerjaan. Status sosial terbagi dua yaitu status sosial tingkat atas dan status sosial tingkat bawah.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa anak – anak yang berasal dari kategori keluarga status sosial
tingkat atas lebih memungkinkan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga lebih berpotensi untuk mendapatkan pekerjaan
yang baik dan kehidupannya pun semakin sejahtera. Berbeda dengan anak anak yang berasal dari
kategori keluarga status sosial tingkat bawah yang berlatar belakang keluarga kurang mampu
cenderung lebih sulit untuk mendapatkan akses pendidikan yang baik dan akses untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi sehingga sedikit kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik
dan memperbaiki kehidupannya. Peran guru disini sangatlah penting, guru harus bersimpati dengan
masalah – masalah anak yang berlatar belakang kurang mampu dan berupaya mengubah pemikiran
mereka bahwa sekolah dapat mengubah dan meningkatkan status sosial mereka di kehidupan
dimasa mendatang.

8. Keluarga

Keluarga adalah unit terpenting dalam proses perkembangan anak karena keluarga
merupakan lingkungan pertama yang di alami oleh seorang anak, pada masa awal perkembangan
anak di habiskan di dalam lingkungan keluarga maka keluarga sangat berperan penting dalam proses
pembentukan karakter atau kepribadian anak. Pertumbuhan dan perkembangan setiap anak itu
berbeda – beda tergantung dari keadaan lingkungan keluarga dimana mereka di besarkan. Segala
bentuk perilaku keluarga, khususnya kedua orang tua yang diterapkan di dalam kehidupan sosial
keluarga, akan mempengaruhi pola perkembangan perilaku anak selanjutnya oleh karena itu orang
tua harus mampu memberikan contoh yang baik kepada anak sejak usia dini, agar anak yang
dibesarkan tumbuh menjadi pribadi yang baik.

9. Perubahan pada Keluarga

Keluarga terdiri dari keluarga inti dan keluarga besar. Banyak terjadi beberapa perubahan di
tahun2 terakhir ini seperti perubahan struktur pada keluarga inti dimana banyak terjadi perceraian
dan kehamilan diluar nikah yang menyebabkan banyaknya orangtua tunggal dan anak yang memiliki
orangtua tiri. Bahkan dalam keluarga inti yang lengkap pun terjadi beberapa perubahan seperti ibu
yang bekerja diluar rumah dan ayah yang tinggal dirumah akibat dari tingginya tingkat pengangguran
pada laki2 dewasa. Sedangkan perubahan pada keluarga besar di sebabkan dari banyaknya anak
muda yang pindah dari kampung halamannya lalu menikah dan membesarkan anaknya jauh dari
keluarga besar seperti nenek dan kakeknya yang menyebabkan kurang terjalinnya komunikasi dan
interaksi yang baik antar anggota keluarga. Untuk anak yang dibesarkan dilingkungan keluarga besar
dan kerabat dekat lebih memudahkan kita untuk mengawasinya ketika mereka melakukan kesalahan
dan pada anak yang di besarkan di lingkungan keluarga besarnya cenderung tidak membutuhukan
oranglain untuk menemaninya ketika orangtuanya jauh darinya.

10. Terapi Keluarga

Orangtua yang di masa lalunya kurang mendapatkan dukungan dari keluarga inti dan
keluarga besarnya cenderung anak-anaknya akan semakin rentan mendapatkan pengabaian dan
mungkin kekejaman. Peningkatan laporan penelantaran anak, pemukulan anak dan pelecehan
seksual menjadi saksi atas kenyataan yang terjadi. Pelayanan sosial harus semakin mengambil peran
dalam memantau anak – anak yang beresiko. Seperti yang dikatakan sebelumnya mengenai
orangtua yang diperlakukan buruk di masa lalunya seringkalli tidak dapat memperlakukan anaknya
dengan benar baik dalam aspek fisik maupun emosional. Beberapa orangtua dapat memenuhi
kebutuhan materi anaknya tetapi tidak dengan kebutuhan emosionalnya karena hubungan di masa
lalu dengan orangtuanya yang terlalu dingin, terlalu menuntut, sering dituduh atau tidak
bertanggung jawab menyebabkan kondisi emosionalnya terganggu. Akibat dari keterkaitan hal
tersebut maka dirancanglah teknik terapi keluarga oleh Satir pada tahun 1967 dimana terapis tidak
hanya melakukan terapi dengan anaknya saja melainkan dengan seluruh anggota keluarga inti
sehingga memungkinkan terapis untuk melihat bagaimana interaksi setiap anggota keluarga,
bagaimana ketegangan itu terjadi,bagaimana kesalahpahaman itu muncul, bagaimana salah satu
anggota keluarga menjadi korban dari anggota keluarga yang lainnya, seberapa baik orangtua
mengenal anaknya dengan demikian terapis dapat mengamati bagaimana keluarga ini berkontribusi
terhadap masalah yang di hadapi anak dan penyebab dari masalah anak tersebut.

Sejatinya anak adalah makhluk yang kuat dalam menghadapi keadan keluarga asalkan
terpenuhi cinta dan dukungan dari orangtua mereka terbukti dengan anak anak yang berasal dari
orangtua tunggal dan anak anak yang berasal dari ibu yang bekerja diluar rumah tidak selamanya
melakukan hal-hal yang kurang baik. Tetapi pada anak anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
tidak menciptakan rasa aman dan nyaman biasanya anak mengalami kondisi emosional yang tidak
baik. Seringkali perpisahan kedua orangtua merupakan hal yang baik untuk kesehatan emosional
anak tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut dapat memicu timbulnya masalah baru
seperti berebut hak asuh anak, hal inilah yang menjadi penyebab anak membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk menyembuhkan lukanya dan biasanya anak yang berasal dari keluarga yang
berpisah jauh lebih sulit untuk memahami pasangan dan anak anaknya dimasa mendatang karena
tidak adanya panutan dalam keluarga. Pada intinya disfungsi keluarga menghasilkan masalah
perilaku dan kepribadian anak dimasa mendatang.

11. Konflik Keluarga

Mengingat banyaknya perubahan peran dalam keluarga inti dan keluarga besar maka guru
perlu untuk terus memperhatikan mengenai latar belakang siswa di sekolah. Beberapa siswa terlahir
dari kehidupan keluarga bahagia, beberapa dari keluarga yang penuh kekerasan dan tekanan ,
beberapa berasal dari orangtua tunggal sehingga anak ikut serta mengambil tanggung jawab untuk
adik – adiknya atau berasal dari berbagai jenis sttress yang lain yang disebabkan oleh orangtua dan
keluarganya dirumah. Ketika guru memahami hal ini maka guru tidak akan merasa heran ketika di
hadapkan dengan anak anak yang bermasalah di sekolah.

12. Perlunya Simpati Guru


Sebagai guru tentu di perlukan kepekaan terhadap latar belakang siswa yang berpengaruh
terhadap perilaku siswa di sekolah. Tentunya guru tidak dapat berbuat banyak untuk mengubah
latar belakang siswa tetapi ketika kita memahami kebutuhan siswa maka akan memudahkan mereka
dalam menghadapi masalahnya dirumah. Tugas guru adalah melihat dengan dekat tentang kesulitan
siswa di sekolah beserta penyebabnya sebelum memutuskan tindakan apa yang akan di ambil
kedepannya. Guru juga harus memahami bahwa beberapa siswa sulit mengungkapkan kekecewaan
dan permasalahan yang sedang di hadapinya terutama jika siswa tersebut merasa tidak ada
pendengar yang baik dan bersimpati pada dirinya.

13. Pentingnya Keterlibatan Orangtua

Peran keluarga bukan hanya sekedar menciptakan keluarga yang aman dan nyaman,
orangtua juga perlu memperhatikan dan mendukung minat dan bakat anak di sekolah. Salah satu
contoh peran orangtua dalam memperhatikan minat dan bakat anak seperti menawarkan bantuan
dalam mengerjakan pekerjaan rumah, mengetahui standar dan nilai - nilai yang ada di sekolah, dan
mengenal guru - guru anak. Dengan terciptanya peran keterlibatan orangtua tentunya lebih
membantu guru dalam mengenal latar belakang siswa dan dapat dengan mudah mendiskusikan
mengenai masalah belajar siswa. Tetapi tidak dapat dipungkiri masih ada orangtua yang tidak
tertarik untuk datang ke sekolah anaknya oleh karena itu sekolah di harapkan menciptakan program
yang mampu menarik perhatian dan membangun interaksi yang baik antar guru / pihak sekolah
dengan orangtua siswa untuk membantu meningkatkan kinerja siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya.

14. Ukuran Keluarga

Ukuran keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak di


sekolah. Menurut Davie dkk tahun 1972 mengemukakan bahwa terlepas dari kelas sosial, anak yang
terlahir di lingkungan keluarga yang cukup banyak dan besar cenderung kurang baik dalam
membaca, menghitung, berkomunikasi dan berkreativitas. Hal ini merupakan bukti bahwa keluarga
yang besar dan banyak menyebabkan orangtua tidak memiliki waktu yang cukup untuk
menghabiskan waktu bersama dengan anak sehingga anak kurang mendapatkan rangsangan verbal
dirumah. Anak dari keluarga besarpun sangat rentan menuntut perhatian dari guru dan teman –
temannya di sekolah untuk menebus kurangnya perhatian dari keluarga, dan guru yang memahami
akan hal tersebut cenderung akan menanggapi siswanya dengan simpati dan kesabaran.

Anda mungkin juga menyukai