Disusun Oleh :
Bella Amalia
11816378
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
RINGKASAN:
C. Karakteristik Anak
Karakteristik berbeda lagi ialah banyaknya anak dalam keluarga.
Keluarga dengan anak tunggal memilikii ciri lain dari keluarga dengan
beberapa anak. Orang tua anak tunggal cenderung overprotektif dan membuat
anak menjadi pusat perhatian keluarga. Anak-anak tunggal jarang mendapat
kesempatan belajar sharing (menikmati maupun menanggung penderitaan
bersama orang lain). Setelah dewasa banyak yang daladjusted. Namun pada
masa sekarang, orang tua telah banyak menyadari kekurangan ini, sehingga
berusaha menghindari kesalahan-kesalahan keluarga-keluarga anak tunggal
terdahulu. Teman sebaya, play-group atau taman kanak-kanak adalah
kesempatan yang baik untuk sharing dan menormalisasikan perlakuan
ekstrim orang tua.
III. PENDIDIKAN DISIPLIN
B. Belajar Berbicara
Anak cenderung menirukan bunyi-bunyi dan suara-suara yang didengarnya.
Suara suara meniru ini lucu dan menyenangkan bagi orangtua yang menyenangi anak.
Karena itu orangtua tersebut cenderung merespons secara positif usaha anak
mengekspresikan diri melalui bunyi, response ini merupakan pengukuhan, yang
selanjutnya membuat anak lebih produktif.
Orang tua biasa memulai melatih anak berbicara dengan menyebut nama-nama
benda yang ada di sekitar anak atau kata kerja yang sering dilakukan, kemudian
menanyakan kembali kepada anak dengan nada bermain-main. Bahasa ekspresif ini
biasa dimulai dengan nama benda. Kata-kata sifat baru diajarkan sesudah kata benda
dan kata kerja. Kata-kata sifat ini biasa didahulukan yang ada hubungannya dengan
kebutuhan anak, misalnya haus, lapar, panas, dingin, sakit, ngantuk, sayang, dan
sebagainya.
Menurut perkembangannya, ucapan-ucapan anak biasa mulai dari satu suku kata
(mewakili seluruh kalimat), kemudian satu kata, dan makin lama jumlah kata makin
banyak dan kalimat makin lengkap. Latihan-latihan mengucapkan kata-kata ini, sadar
atau tidak sadar sering terbantu oleh orangtua.
Pada akhirnya, didikan berbicara yang berhasil dapat membuat anak mempunyai
kepercayaan pada diri sendiri, tidak pemalu. Anak akan memiliki intonasi/suara yang
enak didengar sehingga dapat mengikat perhatian orang yang diajak berbicara.
Sebaliknya suara yang tidak enak didengar menyebabkan orang kurang memberi
perhatian pada hal-hal yang di kemukakannya, yang dapat menimbulkan ia frustasi.
Kepercayaan diri juga membuat anak berbicara dengan tegas dan jelas, sebab ia tidak
menyangsikan lagi bahwa ucapan-ucapannya akan diperhatikan dan dimengerti oleh
orang lain. Selanjutnya ia juga merasa pasti, bahwa argumentasi yang dikemukakan
dapat diterima karena ia yakin ia dapat mengemukakan dengan jelas dan cermat,
karena telah berlatih. Lagi pula ia yakin bahwa ia mampu memilih kata-kata yang
cukup persuasif untuk dapat meyakinkan orang lain.
C. Masa Tebaik Belajar Bahasa
Hubungan antara perkembangan spesialisasi hemisfer otak dengan
perkembangan bahasa. Orang dewasa dapat terus belajar bahasa meskipun otak sudah
menghentikan proses spesialisasi, tetapi proses belajar bahasanya lebih lambat
daripada anak-anak. Ungkapan ini didukung oleh kenyataan-kenyataan. Pertama,
anak-anak belajar bahasa baru dengan mudahnya, sedang orang dewasa lebih
berkesukaran. Kedua, anak-anak belajar bahasa asing dari orang asing sebelum
mereka berusia empat belas tahun, dapat menguasai bahasa asing ini tanpa aksen,
sedang bila orang dewasa yang melakukannya, ia berbicara dengan aksen bahasa yang
dimiliki. Ketiga, bila hemisfer kiri seorang anak rusak, hemisfer kanan mengambil
alih tugas. Bila kerusakan semacam ini terjadi pada orang dewasa, ia kehilangan
kemampuan berbahasa seterusnya, sebab otak kanan tidak dapat mengambil alih
peranan otak kiri.
Kesimpulan dari bahasan ini adalah: pendidikan berbahasa hendaknya dimulai
sejak dini, pada saat mereka mudah menguasainya. Makin tertunda pendidikan
berbahasa, makin sulit seseorang meperlajari bahasa.
Teori perkembangan kognisi Piaget yang banyak dibahas dan diteliti oleh bekas
murid-muridnya maupun ahli-ahli yang berpendapat berbeda, telah memacu
banyaknya penelitian mengenai perkembangan kognisi anak. Dalam bahasan ini akan
dikemukakan beberapa saran mengenai melancarkan perkembangan kognisi, yang
sebagian besar berdasar hasil-hasil penelitian tersebut di atas.
A. Peranan Keingintahuan
Keingintahuan cenderung berkurang setelah anak lebih besar dan disibukkan
dengan berbagai hal. Berberapa saran memupuk keingintahuan anak adalah sebagai
berikut :
1. Memberi kesempatan anak mendapatkan pengalaman dan penginderaan hal-hal
yang baru: mainan, makanan, tekstur, bentuk, stimulasi pendengaran, orang, dan
sebagainya, dalam keadaan santai dan menyenangkan.
2. Berikan dukungan kepada anak untuk menjajaki penggunaan beberapa panca
indera. Beri kesempatan anak meraba, memijit, mencium ,mendorong, menarik,
meluncur, memanjat, melihat, mendengar, merasakan dengan semua imderanya.
Bantu memahami pengalaman ini dengan gambaran kata-kata.
3. Berikan dukungan kepada anak-anak untuk menirukan berbagai model atau
contoh: berpura menjadi guru, penyanyi dangdut, bahkan menjadi kucing
sekalipun.
4. Berikan dukungan kepada anak untuk bertanya mengenai pengalam-
pengalamannya.
5. Berikan gambaran (melalui contoh konkret dan verbal) bahwa penjajakan adalah
suatu kegiatan yang menyenangkan.
6. Jagalah agar cara hidup anak tidak kaku. Hargai perilaku anak yang bervariasi.
Bantu anak bila akibat perilakunya ini terlalu berat untuk dipikulnya sendiri,
jangan malah dicemooh. Bersikaplah positif terhadap penjajakan anak.
7. Berikan kesempatan anak untuk berpengalaman, bahwa satu masalah dapat
dipecahkan dalam berbagai cara, bukan hanya dengan satu cara (terutama yang
dipaksa orang tua).
8. Berikan dukungan bagi anak untuk dapat mengemukakan berbagai aspek
mengenai dirinya dan untuk mengemukakan berbagai perasaannya.
9. Berikan kebebasan mengekspresikan diri, bahkan kadang-kadang ekspresi yang
berlebihan. Biarkan ia sibuk sendirian untuk berfikir, mencoba, jangan terus-
menerus diracuni.
10. Anak tidak hanya membutukana penghargaan dari orang dewas sekitarnya, tetapi
juga membutuhkan teladan yang bergairah dalam mengembangkan kognisi.
Karena itu orang tua sendiri perlu hidup menggunakan kecerdasannya.
G. Kesimpulan
Belajar matematika perlu di dukung dengan kesenangan. Penanaman konsep-konsep
terlalu banyak membuat anak bingung dan merasa tidak mampu, justru membuat anak
menghindari matematika, bahkan menghindari angka. Konsep-konsep matematika
hendaknya diperkenalkan dalam kesempatan dan keadaan wajar sehari-hari.
IX. MENGEMBANGKAN MINAT TERHADAP ILMU PENGETAHUAN ALAM
Jadi perbedaan keilmiahan yang dilakukan secara sederhana dengan yang lebih
canggih adalah : ilmu yang lebih canggih telah didasari oleh banyaknya (1) fakta-fakta
yang telah terkumpul, (2) banyaknya pengetahuan yang mendasari penjajagan, (3)
metode penjajagannya, serta (4) metode pengambilan kesimpulan. Pada kedua tingkat
keilmiahan, obyektifitas merupakan syarat yang harus dipenuhi.
C. Verbalisasi Pengalaman
Verbalisasi hasil eksplorasi berkembang sesuai dengan perkembangan
kemampuan biacara anak. Sebaliknya, kemampuan bicara anak lebih berkembang
(terutama dalam struktur ceritera dan urutannya) dengan adanya kesemapatan
menceritakan pengamatan dan eksplorasi yang dialami.
C. Menghindari Ethnosentrisisme
Ethnosentrisisme ialah pandangan bahwa pla perilaku kelompok sendiri lebih
unggul dari perilaku kelompok orang lain. Bangga pada keadaan maupun tata cara
kehidupan diri/kelompok sendiri adalah sesuatu yang wajar dan perlu dipupuk.
Mengkritik, menolak, atau menertawakan tata cara kehidupan orang/kelompok lain
merupakan pertanda adanya ethnosentrisisme. Anak perlu diberi kesadaran mengenai
hal-hal semacam ini. Hampir setiap orang merasa bahwa cara mereka dibesarkan
adalah cara yang terbaik. Dengan adanya informasi yang lebih luas, orang dapat
meninjau kembali, segi baik dan segi buruknya, namun orang perlu menghargai dan
menghormati tata cara kehidupan bermasyarakat orang lain.
Seni dalam kehidupan merupakan ekspresi-diri yang paling bebas dalam dari
kekangan hidup bermasyarakat dan keterbatasan kehidupan pribadi. Mulai anak masuk
dunia pendidikan formal, anak mengenali banyak batasan-batasan yang dikenakan bagi
kebebasan ekspresi
A. Menggambar
Kegiatan gambar dapat menarik perhatian anak bila aktivitas ini diperkenalkan
sebagai aktivitas yang dapat dilaksanakan oleh setiap orang. Karena menggambar
merupakan kegiatan yang didukung tidak hanya oleh proses kognitif tetapi juga
persepsual dan psikomotor, maka ketrampilan menuangkan ekpresi ini perlu latihan.
Sekarang banyak buku yang memberikan ide menyediakan bahan-ahan untuk
menggambar atau berkarya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat member kesempatan anak
menggambar cukup banyak. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini.
1. Anak belajar bahwa ia dapat menciptakan sesuatu. Dengan menggambar anak
merasa bahwa ia dapat mengadakan sesuatu yang tadinya tidak ada. Kesadaran ini
juga melatih anak bahwa suatu tindakan menimbulkan konsekuensi, bahwa ia dapat
melakukan sesuatu dalam lingkungannya, tidak hanya pasif dikenai lingkungan.
2. Bahwa gambaran yang diciptakan dapat merupakan symbol, ialah mewakili sesuatu
yang sebenarnya. Simbol merupakan abstraksi dari sesuatu yang konkret. Karena
itu dengan menggambar anak mendapat manfaat belajar melakukan abstraksi dan
transformasi abstraksi menjadi simbol.
3. Gambaran yang berbentuk simbol dapat dijadikan permainan. Symbol-simbol
dapat digunakan dalam fantasi. Misalnya, gambar akan naik kapal terbang, naik
roket, dan sebagainya. Jadi gambar dapat merupakan alat yang membantu
perkembangan imaginasi anak. Dalam kehidupan sosial, imaginasi ini penting
untuk empati (dapat merasakan perasaan, pikiran dan kebutuhan orang lain). Dalam
kehidupan intelektual dan kehidupan sehari-hari imainasi penting bagi antisipasi,
perencanan, dan sebagainya.
4. Gambaran melatih anak menggunkan pertimbangan dan membuat keputusan.
Melukis sesuatu, berarti menyusun kembali hal yang dilihat berdasarkan suatu
keputusan, bukan kegiatan mematuhi suatu aturan. Struktur ini harus disusun tanpa
standar eksternal, tetapi tergantung pada proses internal anak itu sendiri.
5. Gambaran memberikan kesempatan anak belajar menghubungkan satu benda
dengan benda lain, atau mengintegrasikan satu elemen dengan elemen lain. Satu
gambar bend dapat dihubungkan dengan benda lain untuk membentuk satu
keseluruhan. Makin lama integrasi ini makin canggih, atau makin membutuhkan
pertimbangan dalam segi keserasian, keseimbangan, warna nilai-nilai, dan
sebagainya.
6. Menggambar merupakan latihan ketrampilan mengekpresikan diri, ekpresi ini
dapat semakin komunikatif bila anak makin mahir menggambar. Ekpresi
kemarahan atau agresi dapat tertuang tanpa konsekuensi merusak lingkungan fisik.
Ekpresi persuasi dapat diumpamakan seperti karikatur.
7. Menggambar juga merupakan pengenalan dan penuangan secara konkret emosi
yang biasanya bersifat abstrak. Pada anak yang lebih besar, anak juga belajar bahwa
ide dapat dituangkan melalui gambar (bandingkan dengan blue-print yang diuat
arsitek, bagan mesin, dan sebagainya).
8. Menggambar juga memungkinkan anak memahami bahwa ada ide-ide, perasaan,
dan pelukisan, yang hanya dapat dituangkan dalam gambar. Misalnya, ide yang
demikian ruwet bila dinyatakan dalam kata-kata, dapat dituangkan dengan gambar.
9. Menggambar juga membangun kemampuan estetik anak. Keterlibatan dan
pengalaman dalam mengamati, menata dan menuangkan kembali berbagai hal yang
dipersepsikan, serta mengevaluasi bentuk, komposisi, warna dan menyebabkan
anak memiliki selera keindahan.
10. Menggambar dapat merupakan kesibukan, pengisian waktu luang atau hobi yang
konstruktif. Di manfaatkan dalam kondisi klinis, menggambar dapat juga dijadikan
terapi.
Bekal yang mereka peroleh dari keluarga yang disemai selagi prasekolah, sangat
berpengaruh terhadap kesuksesan sekolah mereka. Meskipun demikian, mereka masih
terlalu muda dalam usia, fisik, mental, dan sosial, untuk diserahkan begitu saja kepada
sekolah. Bimbingan, perlindungan dan dukungan orang tua yang efektif masih
diperlukan. Sukses di sekolah ini tidak hanya sukses akademis, tetapu juga sukses
dalam sosialisasi. Di samping itu, sukses ini banyak menentukan masa depan mereka.
A. Sekolah Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak adalah suatu taman pembibitan, bukan taman untuk dilihat,
tetapi taman untuk berkembang. Taman ini merupakan tempat yang menyenanngkan
bagi anak-anak, tempat yang produktif, tempat anak yang belum cukup umur untuk
masuk sekolah dikembangkan, dan dipupuk agar potensi yqng dimiliki nanti tumbuh
dan mekar. Potensi ini digarap dan dimanfaatkan secara konstruktif sesuai dengan
kemampuan wajarnya dan taraf perkembangannya. Pertumbuhan dan pemekaran
potensi diarahkan agar anqk siap menghadapi tugas-tugas di kelas 1 SD nanti. Jadi,
kegiatan-kegiatan diarahkan untuk mengembangakan kemampuan persepsi, kognisi,
afeksi, psikomotor maupun koordinasi visual-motorik, agar siap menghadapj
pelajaran baca-tulis-hitung. Namun kesiapan ini nanti tidak dapat dimanfaatkan bila
anak tidak memahami petunjuk-petunjuk guru dan tidak dapat berkonsentrasi dalam
melakukan tugas. Karena itu, kegiatan juga diarahkan untuk mengembangkan dan
memekarkan potensi komunikasi (memahami instruksi dan mengekspresikan diri),
atensi dan kosentrasi.
Taman Kanak-Kanak tidak bertujuan mengajar anak membaca dan menulis. Bila
anak sudah dapat membaca waktu bisa sekolah di taman kanak-kanak, tidak ada
larangan baginya untuk membaca di sekolah. Tetapi bagi mereka yang yang belum
dapat membaca, tidak didorong untuk belajar membaca, sebab tugas guru klas satu
mengajar membaca, bukan tugas guru taman kanak-kanak.
B. Saran-Saran bagi Orangtua Murid SD
Berbagai dan saran dan kesimpulan dari uraian pada bab-bab terdahulu di sajikan
sebagai saran tindakan-tindakan yang dapat dilakukan orangtua di rumah untuk
membantu anaknya seukses belajar.
1. Kondisi Prima Jiwa dan Raga
a. Usahakan agar anak tetap sehat jasmaninya. Penglihatan yang jelas,
pendengaran yang baik dan perasaan sehat (tidak kesakitan), cukup gerak dan
cukup istirahat, gizi memadai, merupakan aset penting untik belajar baik-baik.
b. Usahakan agar lingkungan cukup tenang, cukup teratur, dapat diandalkan, dan
cukup kaya dengan rangsangan untuk penjajagan dari segi lersepsi, kognisi,
afeksi dan psikomotorik.
c. Usahan agar ia mengarahkan ke hidup bahagia, dengan memiliki keterampilan
menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dirinya sendiri (well
adjusted), dan tidak diganggu oleh kecemasan, ketakutan, konflik-konflik
d. Usahakan agar ia memiliki harga diri yang adekuat (misalnya dengan adanya
acceptance, penghargaan, adanya perasaan dicintai, dibekali dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mengundang sikap positif lingkungan terhadap
anak), dan bukan yang berlebihan (misalnya dengan jalan meanjakan, atau
anak terlalu disanjung). Hindari tuntutan yang berlebihan. Tuntutan
berlebihan mudah membuat anak merasa gagal.
e. Usahakan agaria memiliki rasa mampu (kompeten), percaya diri, dan rasa
aman. Anak yang merasa tidak mampu akan tidak bahagia di sekolah, atau
cemas, dan tidak menyukai sekolah.
f. Usahakan agar lingkungan psikologik tenang, memberikan rasa aman, relatif
bebas dari konflik dan tekanan batin.
g. Hindari membandingkan anak satu dengan yang lain. Tiap anak memiliki
kekhasannya sendiri. Ada anak yang cepat belajarnya, ada yang lambat.
Mereka mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menyerap pelajaran. Tunjukan
bahwa anda mencintai mereka apa adanya, bagaimanapun prestasi belajarnya.
2. Dukungan Sepenuhnya terhadap pendisikan
a. Tunjukan sejak anak masih kecil, kecintaan, penghargaan, dan kegunaan tidak
hanya pendidikan, tetapi juga sarana-sarananya (misalnya, memelihara baik-
baik buku dan alat-alat sekolahnya).
b. Tunjukan bahwa orangtua berminat pada proses dan hasil pendidikan anak:
sikap positif terhadap keberhasilan anak, dukungan entusiasme dan kesediaan
untuk membantu, memberikan prioritas tinggi bagi kegiatan maupun sarana
pendidikan.
c. Bekerja -samalah dengan sekolah. Mengirimkan anak ke sekolah tidak berarti
menyerahkan seluruh pendidikan kepada sekolah. Kerjasama dapat diujutkan
dalam berbagai kegiatan, misalnya POMG.
d. Ciptakan suasana enak untuk belajar dan mengerjakan PR. Tempat yang
nyaman, cahaya yang cukup terang, tempat meletakan benda-benda sarana
pelajaran, dan jauh dari gangguan yang dapat mengalihkan konsentrasi, dapat
memupuk kerajunan belajar dan mengerjakan PR.
e. Bantulah anak agar mempunyai kebiasaan belajar yang baik, seperti memberi
dorongan dan penghargaan untuk membuat catatan-catatan kecil, menyusun
jadwal dan menerapkannya, mengecek kembalu agar tidak perlu baru belajar
mati-matian bila menghadapi ulangan.
f. Usahan agar anak tidak sering tidak masuk sekolah (karena sakit maupun
karena alasan lain). Ketinggalan pelajaran disekolah dapat menyulitkan anak
untuk mengejarnya, dan anak makin cenderung mencari alassan untuk
membolos.
3. Kebiasaan-Kebiasaan dalam Keluarga
a. Berbicaralah dengan anak. Bicaralah secara wajar, jangan menggunakan baby
talk betapapun masih kecilnya anak anda. Namun demikian jangan cerewet,
jangan berkhotbah dan mendikte terus-menerus.
b. Dengarkanlah ceritanya. Berilah anak anda dorongan untuk bercerita
mengenai segala kegiatan sehari-hari. Berilah kesempatan untuk berinisiatif
bercerita.
c. Kebiasaan sabar memahami keterbatasan kemampuan anak. Meskipun orang
tua telah membantu anak, anak mungkin saja berulang-ulang membuat
kesalahan yang sama.
d. Kebiasaan makan bersama, dan kebiasaan menciptakan suasana
menyenangkan waktu makan. Tuntutan atau paksaan makan membuat waktu
makan waktu yang tidak menyenangkan
e. Kebiasaan menggunakan fasilitas sebagai pendukung, bukan sebagai
penghambat.
f. Kebiasaan meluangkan waktu untuk mengunjungi tempat lain, untuk rekreasi,
pergi ke museum, kebun binatang, melihat pameran, melihat kota lain,
mengunjungi keluarga.
IKHTISAR: