Dosen Pengampu :
Kelas : R-002
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan
dengan tujuan untuk menfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh
atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia
dini juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan baik
koordinasi motorik halus maupun kasar, kecerdasan emosi, kecerdasan jamak, maupun
kecerdasan spritual.(Suyadi Maulidya.Konsep Dasar Paud,2013, hal 17).
Dalam proses perkembangan yang dicapai oleh anak diharapkan kedua orang tua
mendampingi setiap perkembangan yang dicapai oleh anak, karena dengan perhatian yang
diberikan orangtua akan membawa hasil yang baik untuk perkembangan anak. Ibu dan ayah
sudah mempunyai peran masing-masing dalam sebuah keluarga. ayah sebagai tulang
punggung keluarga menopang semua beban utama dalam keluarga, sedangkan ibu sebagai
sosok wanita lembut yang mempunyai kemampuan serba bisa dalam keluarga. (Hibana
S.Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta, 2002 hal 15). Peran
keluarga benar-benar sangat penting dan berpengaruh besar pada perkembangan anak tidak
hanya pada fisik dan bahasa namun juga pada jiwa dan sosial anak yang akan memberikan
pengaruh berkelanjutan sampai anak dewasa. Keberhasilan dalam mendidik anak dalam
keluarga juga dilihat dari cara pola asuh yang digunakan oleh orang tua.
Pola asuh dalam keluarga adalah pengasuhan atau biasa disebut parenting yaitu
proses mendidik anak dari kelahiran anak hingga memasuki usia dewasa anak. Pendidikan
dalam keluarga adalah pendidikan yang tidak dapat digantikan oleh lembaga manapun.
Keluarga yang harmonis, rukun, dan damai akan tercermin dari kondisi psikologis dan
karakter anak-anaknya. Begitu juga sebaliknya, anak yang kurang berbakti, tidak
menghormati, bertabiat buruk, sering melakukan tindakan diluar moral kemanusiaan atau
berkarakter buruk, lebih banyak disebabkan ketidakharmonisan dalam keluarganya. Agus
wibowo, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Yogyakarta 2012 hal.75. Hal demikian dapat
dicegah melalui pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terutama orangtua singgle parents
agar anak dapat berkembang dengan baik sesuai norma-norma kemanusiaan yang berlaku.
Single parents (orangtua tunggal) adalah orang yang tidak memiliki suami,istri, atau
pasangan dan hidup dengan satu atau beberapa anak. Menurut Sager dkk (dalam Duval dan
Miller,1985) orangtua tunggal adalah orangtua yang memelihara dan membesarkan anak-
anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya. Keadaan ini dapat terjadi
disebabkan oleh beberapa hal yaitu perceraian,salah satu pasangan bekerja dalam waktu yang
lama tanpa bersama keluarga dan kematian, dengan begitu single parents dipaksa untuk
berdiri sendiri, berjuang sendiri untuk menhidupi dan mencukupi kebutuhan keluarganya
sendiri. Tidak dapat dipungkiri efek dari masalah tersebut akan berdampak pada anak baik
secara psikologi yang berkelanjutan hingga anak dewasa dan sosial anak. Menurut sebuah
informasi yang dirilis oleh Census Bureau tahun 2012,semakin banyak anak yang dibesarkan
oleh single parents atau oragtua tunggal. Dibandingkan dengan anak yang memiliki kedua
orangtua,anak-anak single parent cenderung rentan mengalami kondisi finansial dan edukasi
yang lebih buruk, orangtua yang berjuang sendiri dalam menghidupi keluarga cenderung
akan kekurangan dalam ekonomi yang berdampak pada anak terkhusus pada sosial anak.
Anak akan selau meras kurang percaya diri dengan teman-temannya yang lain sehinngga
sulit untuk bersosialisasi dengan lingkunganya. Secara finansial mungkin anak selalu merasa
kekurangan yang membuat pribaddi anak menjadi pribadi yang rendah diri,mudah marah,
frustasi dan rentan mengembangkan sikap yang keras.
Tidak dapat dipungkiri banyaknya kasus dari single parent yang berdampak pada
anak terkhusus pada kepribadian anak oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih
bagaimana Dampak Pola Asuh Single Parents terhadap Perkembangan Sosial Emosional
Anak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola asuh single parent atau orangtua tunggal dalam mendidik anak?
2. Apa dampak dari pola asuh single parent atau orangtua tunggal terhadap perkembangan
sosial anak?
3. Apa kendala-kendala yang dialami oleh single parent atau orangtua tunggal dalam
mendidik sosial anak?
4. Bagaimana upaya orangtua single parent atau orangtua tunggal dalam
menumbuhkembangkan perkembangan sosial anak?
KAJIAN TEORI
Single parent berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu single
(sendiri/tungggal) dan parent (orang tua). Jadi kata single parent memiliki arti orang tua
tunggal/sendiri. Single parent adalah orang tua yang tinggal dalam rumah tangga yang
sendirian saja, bisa ibu atau bapak saja. Hal ini bisa disebabkan karena perceraian atau
ditinggal mati pasangannya. Single parent merupakan suatu kondisi dimana orang tua tunggal
merawat dan membesarkan anaknya sendiri tanpa kehadiran salah satu orang tua baik ayah
ataupun ibunya Pengertian single parent secara umum adalah orang tua tunggal. Single
parent mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka sendiri tanpa bantuan pasangan, baik
itu pihak suami maupun pihak istri. Single parent memiliki kewajiban yang sangat besar
dalam mengatur keluarganya. Keluarga Single parent memiliki permasalahan paling rumit
dibandingkan keluarga yang memiliki ayah atau ibu. Single parent dapat terjadi akibat
kematian ataupun perceraian.
Menurut Sager, dia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang tua tunggal adalah
orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau
tanggung jawab pasangannya. Menurut Hamner dan Turner, bahwa suatu keluarga dianggap
sebagai keluarga orang tua tunggal bila hanya ada satu orang tua yang tinggal bersama ank-
anaknya dalam satu rumah.
Ada beberapa sebab mengapa individu sampai menjadi orang tua tunggal, yaitu karena
kematian suami atau istri, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa menikah,
pengangkatan atau adopsi anak oleh wanita atau pria lajang.Single parent (orang tua tunggal)
mempunyai arti satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Menurut Dwiyani yang
dimaksud dengan orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan
anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangan.
Ada beberapa sebab mengapa individu sampai menjadi orang tua tunggal, yaitu karena
bercerai, meninggal, dan tidak menikah. Masing-masing memiliki permasalahannya sendiri-
sendiri karena mengasuh anak berdua dengan pasangan tentu saja berbeda dengan mengasuh
anak seorang diri.
Kesimpulan yang diambil dari penjelasan di atas adalah Single parent merupakan orang
tua tunggal yang membesarkan anak seorang diri. Hal itu disebabkan karena perceraian atau
meninggalnya pasangan
Menurut Hourlock (dalam Thoha, 1996 : 111-112) mengemukakan ada tiga jenis pola
asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :
Menurut Baumrind (dalam Dariyo, 2004:98) membagi pola asuh orang tua menjadi 4
macam, yaitu:
Menurut Yatim dan Irwanto (1991: 96-97). Ada tiga cara yang digunakan oleh orang tua
dalam mendidik anak-anaknya. Ketiga pola tersebut adalah:
Hardy dan Heyes (1986:131) mengemukakan empat macam pola asuh yang dilakukan
orang tua dalam keluarga, yaitu :
a. Autokratis (Otoriter)
Ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua dan
kebebasan anak sangat di batasi.
b. Demokratis
Ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak.
c. Permisif
Ditandai dengan adanya kebebasan pada anak untuk berprilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri.
d. Laissez faire
Pola ini ditandai dengan sikap acuh tak acuh orang tua terhadap anaknya
Dari berbagai macam bentuk pola asuh di atas pada intinya hampir sama. Misalnya saja
antara pola asuh parent oriented, authoritarian, otoriter, semuanya menekankan pada sikap
kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan yang berlebihan.
Demikian pula halnya dengan pola asuh authoritative atau demokratis menekankan sikap
terbuka dari orang tua terhadap anak. Sedangkan pola asuh neglectful,indulgent, children
centered, permisif dan laissez faire orang tua cenderung membiarkan atau tanpa ikut campur,
bebas, acuh tak acuh, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua
menuruti segala kemauan anak.
Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, pada dasarnya terdapat tiga
pola asuh orang tua yang sering diterapkan dalam kehidupan seharihari. Hal ini sesuai
dengan beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya menurut
Hurlock. Pola asuh tersebut antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh
permisif. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga pola asuh tersebut adalah sebagai
berikut:
b. Tipe Tergantung
Yaitu single parent atau orangtua tunggal yang tergolong tipe ini hampir
mampu mengatasi berbagai masalah dan tangtangan yang timbul akan tetapi
kurang dengan kemandirian. Dalam hal ini menghadapi berbagai masalah ia
akan bergantung kepada berbagai pihak diluar dirinya, seperti kakak-
kaknya,saudara-saudaranya dan sebagainya. Single parent cenderung kurang
mampu yakin akan kemampuan dirinya, dan akan cenderung menganggap
bahwa kenyataan yang dihadapi bukanlah tanggung jawabnya sendiri
sehingga meminta bantuan orang lain dalam mendidik anak-anaknya
c. Tipe Tak Berdaya
Yaitu orangtua tunggal ynag tergolong pada tipe yang tidak berdaya dalam
menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang ditimbulkan oleh kenyataan
single parent atau orangtua tunggal. Cenderung tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan ,terlau menyerah dengan keadaan tanpa berbuat apa-apa dan
akhirnya putus asa. Biasanya tipe ini cenderung akan mengalami berbagai
kegagalan seperti putusnya anak-anak sekolah,berkurangnya kesejahteraan
akibat berkurangnya penghasilan, dan menimbulkan berbagai hambatan
psikologis,memiliki keterampilan sosial yang kurang dan kurang mampu
dalam mengendalikan dirinya serta anggota keluarga.
B. Perkembangan Sosial Anak
1. Pengertian Perkembangan
Menurut Jahja (2011: 28-29) perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Menurut Hartinah (2008: 24) terdapat berbagai macam definisi yang berkaitan
dengan perkembangan. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani
tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses
perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses
pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seorang telah mencapai kematangan fisik.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial penyesuaian diri terhadap norma-
norma yang didasari atas adanya peran dan dorongan hasil dari proses kematangan
fisik melalui pembentukan fungsi organ jasmani dan rohani. Dapat juga diartikan
perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang diperoleh melalui kematangan dan
kesempatan belajar dari berbagai respons.
2. Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orang tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma
kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya
bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerjasama. (Susanto, 2011:40).
Menurut Hurlock (2011:250), perkembangan sosial adalah perolehan perilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat
( sozialized ) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat
berbeda satu sama yang lain, tapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu
proses akan menurunkan kadar sosialisasi inividu.
Menurut Masitoh dkk (2009:2.14). perkembangan sosial adalah perkembangan
perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturanaturan masyarakat dimana anak
itu berada. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Sedangkan Muhbin (dalam Nugraha
dan Rachmawati 2004 : 1.13) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan
proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam
keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.
Dari pengertian diatas perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu
anak, peran orang tua, orang dewasa, lingkungan masyarakat dan termasuk Taman
Kanak-kanak. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak adalah
bagaimana anak usia dini berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa dan
masyarakat luas agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.
3. Indikator Penrkembangan Sosial Anak
Berdasarkan standar tingkat pencapaian perkembangan sosial
dalam Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini terdapat beberapa indikator. Berikut ini
indikator tingkat pencapaian perkembangan sosial anak usia 5-6 tahun :
a. Bermain dengan teman sebaya
b. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar
c. Berbagi dengan orang lain
d. Menghargai hak/pendapat/karya orang lain
e. Menggunakan cara yang diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah
(menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah)
f. Bersikap kooperatif dengan teman
g. Menunjukkan sikap toleran
h. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-
antusias dsb)
i. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya
setempat
Dari beberapa indikator tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat
mengembangkan perkembangan sosial anak diantaranya :
1. Bermain dengan teman sebaya
2. Bersikap kooperatif dengan teman
Daftar Pustaka
Syamsu Yusuf, Psikologi Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 51
Mappiare Andy, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 211.
Zahrotul Layliyah, “Perjuangan Hidup Single Parent”, Jurnal Sosiologi Islam, Nomor 1,
(2013), 90.
Agustin Ikawati, “Kekerasan Ibu Single Parent Terhadap Anak”, Jurnal Psikologi, (t,t),
11.
Fitri Nuriva Santy, “Pengalaman Remaja Perempuan Single Parent Menjalani Peran
Baru Sebagai Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung”,
111.
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Agus wibowo, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Yogyakarta 2012 hal.75
Hibana S.Rahman, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta, 2002 hal 15