Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
"Perkembangan Anak-Anak”
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Bapak Drs. Arista Kiswantoro M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling . Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada rekan-rekan yang membantu selama penyusunan hingga
terselesaikannya makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
peranan kelompok teman sebaya terhadap proses belajar siswa Segala hal sesuatu
pasti memiliki celah yang masih menjadi tugas kami sehingga kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak,
dalam keluarga orang tua mempunyai peran yakni membimbing dan mendidik anak
(Munib, 2012). Keluarga merupakan tempat yang pertama bagi anak untuk belajar
berbagai hal, orang tua mendidik dan memberikan bimbingan kepada anak merupakan
jenis dari pola asuh yang diterapkan anak. Pola asuh orang tua adalah bagaimana cara
orang tua dalam mendidik, merawat, memberikan arahan dan memberikan bimbingan
kepada anak, setiap orang tua memiliki cara dan pola asuh yang berbeda-beda antara
orang tua satu dengan orang tua lainnya.
Pola asuh yang tepat diterapkan orang tua kepada anak dapat mengoptimalkan
pertumbuhan anak, orang tua juga diharapkan menerapkan kebiasaan di rumah agar anak
memiliki pribadi yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat dari (Djamarah, 2014) sesuai yang mengatakan bahwa kebiasaan
yang diterapkan orang tua dalam menjaga dan membimbing anak dilakukan secara
konsisten sejak anak lahir hingga remaja dan dapat membentuk perilaku anak sesuai
dengan kaidah norma dan nilai yang sesuai dengan kehidupan masyarakat.
Berdasarkan temuan dari hasil observasi dan wawancara yang sudah dilaksanakan
peneliti yang menemukan bahwa masih banyak orang tua yang belum memiliki kesadaran
akan perannya untuk memotivasi anaknya khususnya dalam proses belajar, masih banyak
anak yang tidak termotivasi untuk belajar dan anak lebih sering menghabiskan waktu
untuk bermain, menonton tv, dan anak belajar jika ada tugas dari guru saja. Ada orang tua
yang tidak pernah bertanya mengenai kegiatan sekolahnya, tetapi ada juga orang tua yang
masih menyempatkan untuk memberikan pendampingan atau arahan kepada anaknya saat
dia belajar di rumah.
Menurut (Adawiah, 2017) menjelaskan ada 3 macam pola asuh yang bisa diterapkan
orang tua kepada anak yaitu (1) pola asuh otoriter, Pola asuh otoriter ini dimana orang tua
menerapkan aturan atau batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan
pada anak untuk berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum, (2)
pola asuh demokratis, Pola asuh yang memprioritaskan epentingan anak, akan tetapi tidak
ragu-ragu dalam mengendalikan anak. Pola asuh ini bersifat rasional. Dalam pola asuh ini
orang tua juga memberikan kebebasan kepada anak, dalam memilih dan melakukan suatu
tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat, dan (3) pola asuh permisif,
Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif ini bersifat memebasakan anak untuk
melakukan apa yang ingin di lakukan tanpa mempertanyakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh menurut (Musliman, 2015) ada 3 yaitu: (1) budaya, (2)
pendidikan orang tua, (3) status ekonomi serta pekerjaan orang tua.
Karakter dan kemampuan pengetahuan anak akan terbentuk melalui pendidikan dasar,
upaya anak untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal yakni dengan memiliki
semangat belajar atau motivasi belajar yang tinggi, motivasi belajar merupakan motivasi
dan belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, belajar merupakan perubahan
tingkah laku secara relatif permanen dan potensial yang terjadi dari hasil praktek untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak
dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang sudah
direncanakan dapat tercapai dengan maksimal (Harianti & Suci, 2016).
Menurut (Tambolo et al., 2008) berpendapat bahwa motivasi adalah keadaan dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan,
sedangkan (Sardiman, 2001) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis
yang bersifat non intelektual, dalam artian seseorang anak memiliki motivasi kuat dan
memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, sebaliknya seorang anak yang
mempunyai motivasi belajar rendah walaupun pengetahuannya cukup baik boleh jadi
anak tersebut mengalami kegagalan dikarenakan kekurangan motivasi belajar.
Anak akan melakukan suatu aktivitas berapapun beratnya bila ia mempunyai motivasi
yang berasal dari dalam diri anak dan ada dukungan dari lingkungan keluarga maka besar
kemungkinan ia dapat mencapai hasil yang maksimal.
Menurut Syah (2017) motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang
berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pngalaman dan cita-cita. Adapun faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari lingkungaan
sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial meliputi lingkungan masyarakat,
tetangga, teman, orang tua/ keluarga dan teman sekolah. Adapun Lingkungan non sosial
meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah,
alat-alat belajar, kondisi ekonomi orang tua dan lain-lain.
Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh Fadhilah et al. (2019) yang
menunjukkan hasil penelitian bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua berbeda-beda,
pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh orang tua ada 4 orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, kemudian pola asuh otoriter ada 1 orang tua yang
menerapkan pola asuh otoriter dan ada 1 orang tua yang menerapkan pola permisif. Anak
dengan pola asuh otoriter dan demokratis mempunyai motivasi belajar yang cukup,
sedangkan anak dengan pola asuh permisif mempunyai motivasi yang kurang.
PEMBAHASAN
Pola asuh otoriter memiliki karakteristik dimana orang tua bertindak bahwa
sesuatu yang menjadi aturannya harus dipatuhi dan dijalani oleh anak. Peraturan
diterapkan secara kaku dan seringkali tidak dijelaskan secara memadai dan kurang
memahami, serta kurang mendengarkan kemauan anaknya. Orang tua yang otoriter
menunjukan kontrol yang tinggi dan kehanggatan yang rendah.
Orang tua sebagai poros pengendali anak pada saat ia belum dewasa. Mereka
menerapkan beberapa aturan dan batasan yang harus dipatuhi, jika tidak mereka tidak
segan-segan mendapatkan hukuman mental dan fisik yang akan sering diterima. Peran
orang tua lebih dominan dalam mebentuk karakter anak, hal ini akan membawa
dampak negatif bagi anak. Pola asuh otoriter ini akan menjadikan anak tertutup,
kurang percaya diri, dan kreativitasnya akan terbatas, karena selalu mengerjakan apa
yang dituntut oleh orang tuanya.
Pola asuh otoriter ini memiliki ciri-ciri diantaranya:
1) Orang tua mendahulukan kepentingan pribadi daripada
kepentingan anak.
2) Orang tua kurang memberi kepercayaan kepada anak untuk
melakukan sesuatu.
3) Orang tua kurang memberikan hak anak untuk mengeluarkan
pendapat untuk mengutarakannya.
Model perilaku tipe ini secara langsung maupun tidak
langsung akan dipelajari dan ditiru anak. Model perilaku yang baik akan membawa
dampak baik bagi perkembangan anak demikian juga sebaliknya. Karakteristik pola
asuh otoriter ini juga membawa dampak positif yakni anak cenderung menjadi
disiplin dan akan mentaati peraturan yang ditetapkan orang tua, dan akan berdampak
negatif pula bagi anak.
Perilaku ini akhirnya akan membuat anak memiliki dua kepribadian yang
bukan merupakan refleksi kepribadian anak yang sesungguhnya.25 Anak akan
tumbuh dengan karakter yang telah dibentuk oleh orang tua mereka, dan cenderung
tidak mengetahui kelebihan apa yang ia miliki sesungguhnya. Karena dari awal sudah
didoktrin orang tua mereka menjadi anak seperti ini dan lain sebagainya. Di mana
anak akan berperilaku baik ketika ada orang tua di rumah, dan saat di luar rumah anak
akan melampiaskan rasa amarah dan sedih tanpa bisa terkontrol. Ia akan lebih terbuka
dnegan orang lain dibandingkan keluarga mereka sendiri.
b. Pola Asuh Permisif
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pola asuh orang tua terdapat dalam keluarga dan merupakan tanggung jawab
utama kedua orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak,
tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makluk sosial. Keluarga yang
memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan bagi
anak. Keluarga merupakan tempat pertama dan yang utama bagi anak untuk
memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian.
Orang tua yang memberikan penanaman nilai moral yang baik, akan
menghasilkan anak yang memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang tua yang
memberikan penanaman nilai moral yang tidak baik, akan menghasilkan anak yang
memiliki kepribadian yang buruk. Oleh karena itu walaupun pola pengasuhan setiap
orang tua berbeda, orang tua tentunya mengharapkan yang terbaik untuk anaknya.
Akan tetapi dari keempat macam pola asuh tersebut bentuk pola asuh demokrasilah
pola asuh paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak-anaknya
karena pola asuh ini membentuk perilaku anak yang memiliki rasa percaya diri,
bersikap bersahabat, bersikap sopan, mau bekerja sama, serta memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi. Oleh karena itu sangat penting peranan orang tua dalam
mengasuh anak usia dini. Dengan mengerti berbagai pengetahuan dan informasi
tentang pola pengasuhan yang ada maka orang tua dapat memberikan pengasuhan
yang lebih baik kepada anak sehingga dapat meningkatkan pengembangan karakter
disiplin pada anak-anak.
B. SARAN
Orang tua dalam menentukan pola pengasuhan pada anaknya dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan kebebasan kepada anak dengan tetap menggunakan sanksi pada setiap
tindakan sebagai tanggung jawab akan lebih bijaksana dalam penerapan pola asuh
anak.
2. Faktor pendidikan memang sedikit banyak mempengaruhi pandangan orang tua
tentang pola asuh anak tetapi hal ini dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
DAFTAR PUSTAKA
Raudhatul Athfal. Vol.5, N0.1, Januari- JuniBrennan, M. A., & Israel, G. D. (2008). The
power of community. Community Development, 39(1), 82-97.
Binus University. 2018. Pola Asuh Orang Tua dan Pengaruhnya pada Anak.
Dari https://parent.binus.ac.id/2018/08/pola-asuh-orangtua- dan-pengaruhnya-pada-anak/.
Diakses tanggal 29 August 2018.
Filisyamala, J. Dkk. (2016). Bentuk Pola Asuh Demokratis Dalam Kedisiplinan Siswa SD.
Jurnal
Pendidikan. 1 (4). 668-672.
Harianti, R. & Suci A. (2016). Pola Asuh Orang Tua Dan Lingkungan Pembelajaran
Terhadap Motivasi
Belajar Siswa. Jurnal Curricula. 1 (2). 20-29.
Crain, W. (2007). Theories of Development, Concepts and Applications. (Terjemahan: Yudhi
Santosa). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dialog Jum’at. (2005). Jangan abaikan Hak Anak. Tabloid Republika, Jum’at, 1 Juli.
Gordon, T.(1989). Menjadi Orangtua Efektif. Petunjuk terbaru mendidik anak yang
bertanggung
Jawab. (terjemahan: Subardja, dkk.). Jakarta: PT. Gramedia.
Papalia, D.E., Olds, S.W. and Feldman, R.D. (2009). Human Development, ed
10th.Perkembangan Manusia (Terjemahan: Brian Marwensdy). Jakarta: PenerbitSalemba
Humanik