SOSIO ANTROPOLOGI
Disusun oleh:
SITI SAEDAH
200102237
2F (PGSD)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
TP : 2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah tentang isu isu global mengenai “Pola Asuh Anak” ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Sosio Antropologi”dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang benderang yakni agama islam.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
menerima saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
JUDUL……………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….4
A. Kesimpulan………………………………………………………………..9
B. Saran………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….11
BAB I
PENDAHULUAN
Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di
lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak
berkembang dan dibesarkan oleh orang tua hingga menjadi pribadi yang dewasa dan
mandiri. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya sebuah keluarga itu adalah yang
terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan yang terjalin antara anak dengan
orang tua sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, proses pengasuhan
yang dilakukan orang tua pada anak dan apa yang ditanamkan orang tua kepada anak sejak
dini. Hal tersebut tertuju pada pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua yaitu suatu
suatu metode yang dipilih dan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak.
Pada dasarnya dalam sebuah keluarga memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat
atau disebut adat istiadat, jika di dalam keluarga itu menerapkan pola pengasuhan yang
tepat pada anak, maka anak dapat mematuhi aturan yang sesuai dengan adat istiadat yang
ada di lingkungannya begitupun sebaliknya pada anak Monks (2004) berpendapat remaja
adalah masa transisi dari anak-anak menuju tingkat dewasa. Pada masa remaja dibagi
menjadi tiga bagian yaitu fase remaja awal (12-15 tahun), fase remaja pertengahan (15-18
tahun), dan fase remaja akhir (18-21 tahun). Pada masa remaja memang suatu masa yang
menyenangkan sekaligus masa yang tersulit bagi anak dalam menuju proses kedewasaan.
Anak yang sudah beranjak dewasa atau sering disebut remaja sudah tidak bisa disebut
sebagai anak kecil maupun dianggap sebagai orang yang sudah dewasa. Anak pada usia
remaja ini ingin merasa bebas tanpa aturan dan merasa bisa menagani masalahnya sendiri,
disisi lain sebagai makhluk sosial anak pada usia remaja ini masih tetap membutuhkan
bantuan dari orang tua maupun dari orang lain. Label perilaku nakal pada remaja yang
diberikan oleh masyarakat terjadi akibat remaja sering melanggar norma-norma yang ada di
lingkungan masyarakat sehingga secara tidak langsung remaja tersebut di cap sebagai anak
yang nakal. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan pada diri anak baik secara fisik,
psikis, maupun sosial yang berbeda dari masa kanak-kanak sehingga kemungkinan remaja
mengalami masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku
menyimpang pada anak usia remaja (Delphie,2009).
Pola asuh merupakan pola pengasuhan yang diberikan orang tua untuk membentuk
kepribadian anak (Prasetya, 2003: 48). Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang
diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini
dapat dirasakan anak dari segi negatif maupun segi positif. Pola asuh mempunyai peranan
yang sangat penting bagi perkembangan perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku
moral pertama di peroleh oleh anak dari dalam rumah yaitu dari orang tuanya. Proses
pengembangan melalui pendidikan disekolah hanya melanjutkan perkembangan yang sudah
ada.
Menurut Baumrind (Santrock, 2002: 290) ada empat macam bentuk pola asuh yang
diterapkan oleh masing-masing orang tua, bentuk-bentuk pola asuh itu adalah pola asuh
otoritarian, pola asuh otoritatif, pola asuh yang melalaikan dan pola asuh yang memanjakan.
Dari keempat macam bentuk pola asuh tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing, sehingga dalam penerapannya ada kalanya orang tua memberikan pola asuh
secara otoritarian, otoritatif, pola asuh yang melalaikan dan pola asuh yang memanjakan
karena pada dasarnya dari keempat bentuk pola asuh tersebut saling berkaitan antara satu
dan lainnya.
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi
yang intim. Menurut Pujosuwarno (1994: 11) Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang 4 perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pola asuh anak?
2. Apa saja jenis pola asuh terhadap anak?
3. Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pola asuh anak
2. Memahami jenis pola asuh anak
3. Mengetahui dan memahami pola asuh orang tua terhadap anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Asuh Anak
Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan serta
mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak
sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi tanggungjawab orangtua sebab orangtua
merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal, baik secara akademik
maupun kehidupan secara umum.
Orangtua merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal, baik
secara akademik maupun kehidupan secara umum. Itulah mengapa, orangtua punya
tanggung jawab besar dalam memberikan asuhan yang tepat untuk anak. Setiap orangtua
perlu punya dasar pola asuh yang baik agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang bisa dan
sesuai dengan masyarakat.
Masing-masing orangtua tentu berhak memutuskan pola asuh yang tepat untuk buah
hati mereka. Baik itu pola asuh yang permisif, otoriter, atau autoritatif, bisa dipilih untuk
mendidik dan membesarkan Si Kecil. Yang perlu diingat, pola asuh akan memengaruhi
kepribadian dan karakter anak di masa mendatang.
1. Asuh Permisif
Menurut ahli, pola asuh anak jenis ini memberikan kebebasan pada anak untuk
menyatakan dorongan atau keinginannya. Pola asuh ini enggak memberikan batasan yang
tegas pada anak. Biasanya orangtua akan mengikuti apapun yang anak inginkan sehingga ia
cenderung enggak memiliki keteraturan dan kemampuan untuk meregulasi diri. Enggak
cuma itu, orangtua biasanya memberikan tuntutan yang minim kontrol pada perilaku anak.
Jika anak melakukan kesalahan, orangtua dengan pola asuh ini jarang, bahkan tidak pernah
memberikan hukuman.
Menurut ahli, dampak pola asuh permisif akan membawa pengaruh atas sifat-sifat
anak, seperti:
Suka memberontak.
Prestasinya rendah.
Suka mendominasi.
Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.
Kurang bisa mengendalikan diri.
Tidak jelas arah hidupnya.
2. Pola Asuh Otoriter
Dalam buku Raising Children In Digital Era, dikatakan bahwa tipe orang tua otoriter
biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterimanya ketika kecil. Pola asuh anak jenis ini
enggak memberikan ruang diskusi pada anak. Sederhananya, peraturan dibuat untuk
mengontrol anak. Enggak cuma itu, orangtua yang menerapkan pola asuh ini sering kali
terbilang keras dengan alasan mendidik. Mereka cenderung memberikan kontrol yang
sangat kuat pada perilaku anak. Singkatnya, anak harus patuh, dan kalau melanggar maka
enggak jarang konsekuensinya adalah hukuman, bahkan hukuman fisik.
Menurut ahli, efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan
mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak berprilaku agresif, tak percaya diri, dan
pemalu. Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang
tertumpuk. Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia
menjadi marah dengan keadaan, lalu menyalurkannya dalam bentuk agresivitas pada orang
lain.
Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol
kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang rendah. Bahkan,
efek jangka panjangnya mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal
meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.
Pola asuh otoriter memang sah-sah saja diterapkan. Kata ahli, pola asuh anak jenis
inimungkin tepat diterapkan pada anak yang memiliki masalah perilau. Misalnya, berkaitan
dengan aturan jam malam. Nah, di luar masalah jam malam, orangtua bisa menerapkan pola
asuh yang dinilai baik untuk anak, alias mengombinasikan pola asuh.
Menurut ahli, dampak pola asuh otoriter akan membawa pengaruh atas sifat-sifat
anak, seperti:
Inilah pola asuh yang paling disarankan ahli untuk orangtua terapkan. Pola asuh ini
memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten. Selain itu, pola asuh autoritatif
enggak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak. Di sini, orangtua akan mendorong
adanya diskusi dengan anak. Contohnya, seperti menjelaskan pada Si Kecil mengapa
diberikan aturan tertntu. Sederhananya, orangtua enggak membebaskan dan menerima
begitu saja perilaku anak, tapi juga enggak memberikan kontrol yang berlebihan.
Menariknya, anak akan diberikan kesempatan untuk mencoba dan bertanggun jawab pada
pilihannya.
Nah, berikut dampak pola asuh autoritatif pada anak:
Asuh yang tidak terlibat atau pola asuh yang tidak diperhatikam adalah gaya
pengasuhan yang paling berbahaya. Dalam gaya pengasuhan seperti ini, orangtua abai dan
tidak memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, baik fisik maupun psikis. Orangtua berharap
anak-anak bisa membesarkan diri mereka sendiri. Orangtua dengan pola asuh ini cenderung
hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan atau diinginkan anak-
anak mereka. Sebagian besar kasus ini terjadi, karena kondisi kesehatan mental orangtua
atau penyakahgunaan zat. Anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini tentu tidak
merasa bahagia dalam hidup mereka, cenderung tidak berprestasi baik di bidang akademik,
dan tidak percaya diri
Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di masa depan inilah yang
akan banyak mempola asuhi bagaimana mereka memperlakukan anak-anaknya, memberi
tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan anak-anaknya, baik fisik
maupun non fisik. Termasuk didalamnya, dalam memberi perhatian, kasih sayang dan
perlindungan terhadap buah hatinya. Dengan kata lain, orangtua akan menggunakan pola
asuh tertentu untuk merealisasikan keinginan-keinginannya itu. Pola asuh yang dimaksud
dapat direfleksikan dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis terhadap anak-anaknya. Hal
ini tercermin dari tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan mereka terhadap sang anak. Ada
yang cenderung kaku (otoriter), acuh tak acuh/serba membolehkan (permisif), dan ada pula
yang demokratis.
Pola asuh orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan serta
mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak
sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi tanggungjawab orangtua sebab orangtua
merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal, baik secara akademik
maupun kehidupan secara umum.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap para pembaca diluar sana, dimanapun
berada. Agar bisa menerapkan dan mengaplikasikan pola asuh yang baik terhadap anak-
anaknya. Jangan sampai pola asuh yang diberikan salah dan anak pun menjadi hilang arah.
DAFTAR PUSTAKA