Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SOSIO ANTROPOLOGI

“POLA ASUH ANAK”

DOSEN PENGAMPU: YUNIAR LESTARINI, M.PD

Disusun oleh:

SITI SAEDAH

200102237

2F (PGSD)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)

UNIVERSITAS HAMZANWADI

TP : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah tentang isu isu global mengenai “Pola Asuh Anak” ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Sosio Antropologi”dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang benderang yakni agama islam.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
menerima saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pancor, 11 Januari 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

JUDUL……………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….4

A. Pengertian Pola Asuh Anak………………………………………………..4


B. Jenis-jenis Pola Asuh………………………………………………………4
C. Pola Asuh Orangtua dalam Membentuk Kepribadian Anak………………6

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….9

A. Kesimpulan………………………………………………………………..9
B. Saran………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di
lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak
berkembang dan dibesarkan oleh orang tua hingga menjadi pribadi yang dewasa dan
mandiri. Menurut pandangan masyarakat pada umumnya sebuah keluarga itu adalah yang
terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan yang terjalin antara anak dengan
orang tua sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, proses pengasuhan
yang dilakukan orang tua pada anak dan apa yang ditanamkan orang tua kepada anak sejak
dini. Hal tersebut tertuju pada pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua yaitu suatu
suatu metode yang dipilih dan dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anak.

Pada dasarnya dalam sebuah keluarga memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat
atau disebut adat istiadat, jika di dalam keluarga itu menerapkan pola pengasuhan yang
tepat pada anak, maka anak dapat mematuhi aturan yang sesuai dengan adat istiadat yang
ada di lingkungannya begitupun sebaliknya pada anak Monks (2004) berpendapat remaja
adalah masa transisi dari anak-anak menuju tingkat dewasa. Pada masa remaja dibagi
menjadi tiga bagian yaitu fase remaja awal (12-15 tahun), fase remaja pertengahan (15-18
tahun), dan fase remaja akhir (18-21 tahun). Pada masa remaja memang suatu masa yang
menyenangkan sekaligus masa yang tersulit bagi anak dalam menuju proses kedewasaan.

Anak yang sudah beranjak dewasa atau sering disebut remaja sudah tidak bisa disebut
sebagai anak kecil maupun dianggap sebagai orang yang sudah dewasa. Anak pada usia
remaja ini ingin merasa bebas tanpa aturan dan merasa bisa menagani masalahnya sendiri,
disisi lain sebagai makhluk sosial anak pada usia remaja ini masih tetap membutuhkan
bantuan dari orang tua maupun dari orang lain. Label perilaku nakal pada remaja yang
diberikan oleh masyarakat terjadi akibat remaja sering melanggar norma-norma yang ada di
lingkungan masyarakat sehingga secara tidak langsung remaja tersebut di cap sebagai anak
yang nakal. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan pada diri anak baik secara fisik,
psikis, maupun sosial yang berbeda dari masa kanak-kanak sehingga kemungkinan remaja
mengalami masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku
menyimpang pada anak usia remaja (Delphie,2009).

Pembangunan nasional Negara Indonesia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan


kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional, pemerintah Indonesia telah menetapkan tiga jalur pendidikan yang dijelaskan
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1
yaitu pendidikan formal, pendidikan Nonformal, dan pendidikan informal. UU No. 13
Tahun 2015 pasal 1 ayat 3 menegaskan bahwa Pendidikan Nonformal adalah jalur
pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan Nonformal dapat diselenggarakan oleh masyarakat, lembaga


pemerintahan, swasta maupun keluarga. Pendidikan Nonformal yang dilaksanakan di
keluarga berperan sangat penting dalam mensukseskan pembangunan nasional karena
keluarga merupakan tempat paling utama dalam membina generasi penerus bangsa.
Khususnya untuk pendidikan di dalam keluarga yaitu pendidikan tentang anak. Anak
merupakan aset dan harapan orang tua yang akan melanjutkan kehidupan keluarga. Orang
tua terutama ibu adalah sekolah pertama anak yang 2 akan menjadi landasan pola asuh yang
akan anak dapatkan untuk dapat menumbuh kembangkan berbagai kecerdasan yang dimiliki
anak.

Pola asuh merupakan pola pengasuhan yang diberikan orang tua untuk membentuk
kepribadian anak (Prasetya, 2003: 48). Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang
diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini
dapat dirasakan anak dari segi negatif maupun segi positif. Pola asuh mempunyai peranan
yang sangat penting bagi perkembangan perilaku moral pada anak, karena dasar perilaku
moral pertama di peroleh oleh anak dari dalam rumah yaitu dari orang tuanya. Proses
pengembangan melalui pendidikan disekolah hanya melanjutkan perkembangan yang sudah
ada.

Menurut Baumrind (Santrock, 2002: 290) ada empat macam bentuk pola asuh yang
diterapkan oleh masing-masing orang tua, bentuk-bentuk pola asuh itu adalah pola asuh
otoritarian, pola asuh otoritatif, pola asuh yang melalaikan dan pola asuh yang memanjakan.
Dari keempat macam bentuk pola asuh tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing, sehingga dalam penerapannya ada kalanya orang tua memberikan pola asuh
secara otoritarian, otoritatif, pola asuh yang melalaikan dan pola asuh yang memanjakan
karena pada dasarnya dari keempat bentuk pola asuh tersebut saling berkaitan antara satu
dan lainnya.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan
mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi
yang intim. Menurut Pujosuwarno (1994: 11) Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang 4 perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pola asuh anak?
2. Apa saja jenis pola asuh terhadap anak?
3. Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pola asuh anak
2. Memahami jenis pola asuh anak
3. Mengetahui dan memahami pola asuh orang tua terhadap anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola Asuh Anak

Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan serta
mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak
sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi tanggungjawab orangtua sebab orangtua
merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal, baik secara akademik
maupun kehidupan secara umum.

Orangtua merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal, baik
secara akademik maupun kehidupan secara umum. Itulah mengapa, orangtua punya
tanggung jawab besar dalam memberikan asuhan yang tepat untuk anak. Setiap orangtua
perlu punya dasar pola asuh yang baik agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang bisa dan
sesuai dengan masyarakat.

Masing-masing orangtua tentu berhak memutuskan pola asuh yang tepat untuk buah
hati mereka. Baik itu pola asuh yang permisif, otoriter, atau autoritatif, bisa dipilih untuk
mendidik dan membesarkan Si Kecil. Yang perlu diingat, pola asuh akan memengaruhi
kepribadian dan karakter anak di masa mendatang.

B. Jenis-jenis Pola Asuh

1. Asuh Permisif

Menurut ahli, pola asuh anak jenis ini memberikan kebebasan pada anak untuk
menyatakan dorongan atau keinginannya. Pola asuh ini enggak memberikan batasan yang
tegas pada anak. Biasanya orangtua akan mengikuti apapun yang anak inginkan sehingga ia
cenderung enggak memiliki keteraturan dan kemampuan untuk meregulasi diri. Enggak
cuma itu, orangtua biasanya memberikan tuntutan yang minim kontrol pada perilaku anak.
Jika anak melakukan kesalahan, orangtua dengan pola asuh ini jarang, bahkan tidak pernah
memberikan hukuman.

Menurut ahli, dampak pola asuh permisif akan membawa pengaruh atas sifat-sifat
anak, seperti:

 Suka memberontak.
 Prestasinya rendah.
 Suka mendominasi.
 Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.
 Kurang bisa mengendalikan diri.
 Tidak jelas arah hidupnya.
2. Pola Asuh Otoriter

Dalam buku Raising Children In Digital Era, dikatakan bahwa tipe orang tua otoriter
biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterimanya ketika kecil. Pola asuh anak jenis ini
enggak memberikan ruang diskusi pada anak. Sederhananya, peraturan dibuat untuk
mengontrol anak. Enggak cuma itu, orangtua yang menerapkan pola asuh ini sering kali
terbilang keras dengan alasan mendidik. Mereka cenderung memberikan kontrol yang
sangat kuat pada perilaku anak. Singkatnya, anak harus patuh, dan kalau melanggar maka
enggak jarang konsekuensinya adalah hukuman, bahkan hukuman fisik.   

Menurut ahli, efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan
mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak berprilaku agresif, tak percaya diri, dan
pemalu. Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang
tertumpuk. Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia
menjadi marah dengan keadaan, lalu menyalurkannya dalam bentuk agresivitas pada orang
lain.

Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol
kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang rendah. Bahkan,
efek jangka panjangnya mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal
meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.

Pola asuh otoriter memang sah-sah saja diterapkan. Kata ahli, pola asuh anak jenis
inimungkin tepat diterapkan pada anak yang memiliki masalah perilau. Misalnya, berkaitan
dengan aturan jam malam. Nah, di luar masalah jam malam, orangtua bisa menerapkan pola
asuh yang dinilai baik untuk anak, alias mengombinasikan pola asuh.

Menurut ahli, dampak pola asuh otoriter akan membawa pengaruh atas sifat-sifat
anak, seperti:

 Tidak mempunyai kekuatan memilih.


 Tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
 Takut salah.
 Tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.
 Takut mengemukakan pendapat.
 Kurangnya motivasi internal.

3. Pola Asuh Autoritatif

Inilah pola asuh yang paling disarankan ahli untuk orangtua terapkan. Pola asuh ini
memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten. Selain itu, pola asuh autoritatif
enggak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak. Di sini, orangtua akan mendorong
adanya diskusi dengan anak. Contohnya, seperti menjelaskan pada Si Kecil mengapa
diberikan aturan tertntu. Sederhananya, orangtua enggak membebaskan dan menerima
begitu saja perilaku anak, tapi juga enggak memberikan kontrol yang berlebihan.
Menariknya, anak akan diberikan kesempatan untuk mencoba dan bertanggun jawab pada
pilihannya.
Nah, berikut dampak pola asuh autoritatif pada anak:

 Memiliki keterampilan sosial yang baik.


 Terampil menyelesaikan permasalahan.
 Mudah bekerjasama dengan orang lain-lain.
 Lebih peracaya diri.
 Tampak lebih kreatif.

4. Pola Asuh yang Tidak Terlibat Pola

Asuh yang tidak terlibat atau pola asuh yang tidak diperhatikam adalah gaya
pengasuhan yang paling berbahaya. Dalam gaya pengasuhan seperti ini, orangtua abai dan
tidak memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, baik fisik maupun psikis. Orangtua berharap
anak-anak bisa membesarkan diri mereka sendiri. Orangtua dengan pola asuh ini cenderung
hanya sedikit atau sama sekali tidak mengetahui apa yang dilakukan atau diinginkan anak-
anak mereka. Sebagian besar kasus ini terjadi, karena kondisi kesehatan mental orangtua
atau penyakahgunaan zat. Anak-anak yang terpapar gaya pengasuhan seperti ini tentu tidak
merasa bahagia dalam hidup mereka, cenderung tidak berprestasi baik di bidang akademik,
dan tidak percaya diri

C. Pola Asuh Orangtua dalam Membentuk Kepribadian Anak

1. Gambaran Pola Asuh Orangtua Anak


Orangtua (ayah dan Ibu) sebagai pemimpin sekaligus pengendali sebuah keluarga,
dipastikan memiliki harapan-harapan atau keinginan-keinginan yang hendak dicapai di
masa depan. Harapan dan keinginan tersebut ibarat sebuah cita-cita, sehingga orangtua akan
berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Hal tersebut berlaku pula terhadap anak-
anaknya. Para orangtua dipastikan memiliki harapan-harapan terhadap anak-anak yang
dilahirkan dan dibesarkannya. Misalnya, mereka menginginkan sang anak menjadi orang
yang patuh, taat dan berbakti terhadap orangtua, suka menolong, cerdas, terampil, mudah
bergaul, berperilaku baik, tegas, disiplin dan sebagainya.

Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di masa depan inilah yang
akan banyak mempola asuhi bagaimana mereka memperlakukan anak-anaknya, memberi
tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan anak-anaknya, baik fisik
maupun non fisik. Termasuk didalamnya, dalam memberi perhatian, kasih sayang dan
perlindungan terhadap buah hatinya. Dengan kata lain, orangtua akan menggunakan pola
asuh tertentu untuk merealisasikan keinginan-keinginannya itu. Pola asuh yang dimaksud
dapat direfleksikan dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis terhadap anak-anaknya. Hal
ini tercermin dari tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan mereka terhadap sang anak. Ada
yang cenderung kaku (otoriter), acuh tak acuh/serba membolehkan (permisif), dan ada pula
yang demokratis.
Pola asuh orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pola asuh demokratis orangtua terhadap anaknya ditandai dengan : ikut


terlibatnya orangtua dalam membagi waktu belajar dan bermain anak tanpa
harus memaksa pada anak, tidak terlalu membiarkan anak memutar TV pada
saat waktu belajar, menegur dan menanyakan sebab-sebabnya bila anak tidak
belajar, tidak memaksa anak untuk belajar sesuai kehendaknya, selalu
memperhatikan kebutuhan sekolah anak, menemani anak saat belajar
walaupun tidak terlalu sering, memberi uang saku pada anak secukupnya saja,
selalu memperhatikan sarana prasarana belajar anak, sering meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan anak, melatih anak untuk bertanggungjawab dan saat
anak melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan bersifat mendidik.
b. Pola asuh otoriter yang dilakukan oleh orangtua ditandai dengan ketatnya
orangtua dalam membagi waktu belajar dan bermain anak, tidak membolehkan
anak menonton televisi pada saat anak menginginkan, memarahi anak dan
mencaci maki bila anak tidak belajar, memaksa anak untuk melakukan sesuatu
sesuai kehendaknya, tidak terlalu memperhatikan kebutuhan sekolah anak,
selalu mengawasi anak saat belajar, jarang memberi uang saku pada anak saat
bersekolah, kalaupun diberi sering disertai nasehat-nasehat bernada
mengancam, jarang meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak, tidak
melatih anak diberi tanggungjawab dan bila anak melakukan kesalahan
dimarahi atau dipukuli tanpa diberi kesempatan untuk membela diri.
c. Pola asuh permisif yang dilakukan oleh orangtua ditandai dengan
membiasakan anak membagi waktu belajar dan bermain sendirian, selalu
membiarkan anak memutar TV pada saat/waktu belajar, tidak menanyakan
atau menegur bila anak tidak belajar, tidak memperhatikan kebutuhan sekolah
anak, tidak pernah menemani saat anak belajar, tidak menasehati anak saat
memberikan uang saku, tidak pernah meluangkan waktu untuk berdiskusi
dengan anak, tidak melatih anak untuk bertanggungjawab, dan membiarkan
anak sekalipun ia melakukan kesalahan.

2. Gambaran Perkembangan Prilaku Anak


a. Manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak akan lepas dari lingkungan kehidupan sosial yang penuh
dengan nilai, peraturan dan norma. Nilai, peraturan dan norma tersebut sangat
diperlukan manusia untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana
yang benar dan mana yang salah, mana yang jika dilakukan berdosa mana
yang tidak tidak berdosa. Pemahaman yang baik terhadap nilai dan norma
akan membawa pola asuh yang baik pula terhadap prilakuitas anak sehingga
mereka dapat hidup harmonis di lingkungannya.
b. Perkembangan prilaku anak dpat dijelaskan sebagai berikut:sebagian besar
anak pada umumnya menunjukkan perkembangan prilaku yang baik. Hal ini
ditandai dengan kemampuannya dalam membedakan perilaku baik dan buruk,
melaksanakan ibadah sesuai aturan, berdoa sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan, mampu bergaul dengan teman tanpa harus bertengkar
menghormati orang yang lebih tua dan mampu mentaati peraturan yang
berlaku disekolah.
c. Namun demikian, terdapat beberapa anak yang cenderung berbicara kurang
ramah, tidak peduli terhadap sekitar, bersikap agresif, sering mengganggu
orang lain, sulit diajak kerjasama  serta tidak mentaati peraturan. Selain itu ada
beberapa anak yang cenderung kurang bisa bergaul dengan teman, bersikap
kaku, suka menyendiri,  memiliki rasa takut yang berlebihan dan kurang
percaya diri.
d. Manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, manusia tidak akan lepas dari lingkungan kehidupan sosial yang penuh
dengan nilai, peraturan dan norma. Nilai, peraturan dan norma tersebut sangat
diperlukan manusia untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana
yang benar dan mana yang salah, mana yang jika dilakukan berdosa mana
yang tidak tidak berdosa. Pemahaman yang baik terhadap nilai dan norma
akan membawa pola asuh yang baik pula terhadap prilakuitas anak sehingga
mereka dapat hidup harmonis di lingkungannya.
3. Pola Asuh Orangtua terhadap Perkembangan Anak
a. Dalam lingkungan keluarga dimana orangtua melakukan bimbingan,
pengasuhan dan pemberian kasih sayang, secara langsung maupun tidak
langsung akan membawa dampak yang cukup besar terhadap perkembangan
prilaku anak. Dengan demikian, kondisi lingkungan keluarga dengan model
pola asuh tertentu jelas akan mempola asuhi cara bertutur kata, cara sikap, dan
pola tingkah laku anak termasuk perkembangan jiwanya.
b. Model pola asuh orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan prilaku anak. Karena orangtua dengan model pola asuh otoriter
akan cenderung menghasilkan anak dengan ciri kurang matang, kurang kreatif
dan inisiatif, tidak tegas dalam menentukan baik buruk, benar salah, suka
menyendiri, kurang supel dalam pergaulan, ragu-ragu dalam bertindak atau
mengambil keputusan karena takut dimarahi.
c. Sementara anak yang diasuh dengan pola permisif menunjukkan gejala
cenderung terlalu bebas dan sering tidak mengindahkan aturan, kurang rajin
beribadah, cenderung tidak sopan, bersifat agresif, sering mengganggu orang
lain, sulit diajak bekerjasama, sulit menyesuaikan diri dan emosi kurang
stabil. Sedangkan anak yang diasuh dengan pola demokratis menunjukkan
kematangan jiwa yang baik, emosi stabil, memiliki rasa tanggungjawab yang
besar, mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah menerima saran dari
orang lain, mudah diatur dan taat pada peraturan atas kesadaran sendiri.
d. Sebagai penghujung kalimat, kita sebagai orang tua hendaknya melakukan
bimbingan, pengasuhan dan pemberian kasih sayang, secara langsung maupun
tidak langsung terhadap anak-anak kita. Karena apa yang kita berikan atau
ajarkan kepada anak  kita itu akan membentuk kepribadian anak kita kelak
setelah dewasa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan serta
mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak
sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi tanggungjawab orangtua sebab orangtua
merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal, baik secara akademik
maupun kehidupan secara umum.

Jenis-jenis Pola Asuh

1. Pola Asuh Permisif


2. Pola Asuh Otoriter
3. Pola Asuh Autoritatif
4. Pola asuh yang tidak terlibat pola

Pola asuh orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pola asuh demokratis orangtua terhadap anaknya ditandai dengan : ikut


terlibatnya orangtua dalam membagi waktu belajar dan bermain anak tanpa
harus memaksa pada anak, tidak terlalu membiarkan anak memutar TV pada
saat waktu belajar, menegur dan menanyakan sebab-sebabnya bila anak tidak
belajar, tidak memaksa anak untuk belajar sesuai kehendaknya, selalu
memperhatikan kebutuhan sekolah anak, menemani anak saat belajar
walaupun tidak terlalu sering, memberi uang saku pada anak secukupnya saja,
selalu memperhatikan sarana prasarana belajar anak, sering meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan anak, melatih anak untuk bertanggungjawab dan saat
anak melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan bersifat mendidik.
b. Pola asuh otoriter yang dilakukan oleh orangtua ditandai dengan ketatnya
orangtua dalam membagi waktu belajar dan bermain anak, tidak membolehkan
anak menonton televisi pada saat anak menginginkan, memarahi anak dan
mencaci maki bila anak tidak belajar, memaksa anak untuk melakukan sesuatu
sesuai kehendaknya, tidak terlalu memperhatikan kebutuhan sekolah anak,
selalu mengawasi anak saat belajar, jarang memberi uang saku pada anak saat
bersekolah, kalaupun diberi sering disertai nasehat-nasehat bernada
mengancam, jarang meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak, tidak
melatih anak diberi tanggungjawab dan bila anak melakukan kesalahan
dimarahi atau dipukuli tanpa diberi kesempatan untuk membela diri.
c. Pola asuh permisif yang dilakukan oleh orangtua ditandai dengan
membiasakan anak membagi waktu belajar dan bermain sendirian, selalu
membiarkan anak memutar TV pada saat/waktu belajar, tidak menanyakan
atau menegur bila anak tidak belajar, tidak memperhatikan kebutuhan sekolah
anak, tidak pernah menemani saat anak belajar, tidak menasehati anak saat
memberikan uang saku, tidak pernah meluangkan waktu untuk berdiskusi
dengan anak, tidak melatih anak untuk bertanggungjawab, dan membiarkan
anak sekalipun ia melakukan kesalahan.
A. Saran

Dengan adanya makalah ini penulis berharap para pembaca diluar sana, dimanapun
berada. Agar bisa menerapkan dan mengaplikasikan pola asuh yang baik terhadap anak-
anaknya. Jangan sampai pola asuh yang diberikan salah dan anak pun menjadi hilang arah.
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, D. Singgih. Y. Ny, Gunarsa, D. Singgih, 1995. Psikologi Perkembangan Anak dan


Remaja,  Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia, Cet. VII.
Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kadek Suranata dan Made Sulastri, 2010. Masalah-masalah yang dialami anak usia dini
dan implikasinya bagi pelaksanaan BK di Taman Kanak-Kanak,: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Kartini Kartono, 1992. Peran Keluarga Memandu Anak, Jakarta : Rajawali Press, Cet.Ke-
2.Robert, C. 1997. Menumbuhkan kecerdasan moral pada anak. (Alih bahasa: T.
Hermaya) . Jakarta : PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai