Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PSIKOLOGI PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN REGULER TRANSFER

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan baik.
Makalah ini berisi tentang Psikologi pada anak Laporan ini di susun secara
cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan
pikirannya yang telah diberikan. Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari
bahwa hasil artikel ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian. Akhir kata Semoga makalahini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Samarinda, 11 Januari 2022

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
D. Manfaat ........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Anak dalam Perspektif Psikologi...................................................................3

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak............................................4

C. Pembagian Fase Perkembangan dalam Psikologi........................................................6

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan....................................................................................................................9
B.Saran..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia data mengenai gangguan mental emosional pada
anak usia pada tingkat nasional sangat sulit ditemukan. Namun melalui
salah satu program yang menjadi Standar Pelayanan Minmal (SPM) dalam
penjaringan kesehatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan pada setiap
siswa baru setiap tahunnya, terdapat data secara garis besar jumlah kasus
dan belum ada analisis lanjut mengenai kasus gangguan mental emosional
siswa sekolah dasar (Prihatingsih, 2019).

Mendambakan sesuatu yang baik dan sempurna memerlukan


adanya proses yang cukup panjang untuk mewujudkannnya. Misalnya
tumbuhan, untuk menjadikan tumbuhan itu tumbuh segar dan subur, maka
tidak terlepas dari pemeliharaannya sejak awal yakni bermula dari
memilih bibit, menanam, merawat, dan membesarkannya hingga kemudian
dapat dipetik hasilnya. (Agoes Dariyo dalam Ania, 2019)

Sama halnya ketika orang tua menginginkan anaknya sehat,


pintar dan berbakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya maksimal
untuk mendapatkannya melalui proses panjang yang tidak mudah. Pertama,
menentukan pasangan hidup secara selektif sebagai sarana penentu bagi
terciptanya bibit manusia produktif yang dapat memberikan kemanfaatan
dalam kehidupan sosial. Dengan selektifitas itu pula akan dengan mudah
untuk berkomitmen dalam menjaga keutuhan keluarga. Senada dengan
penjelasan Agoes Dariyo, yang terpenting dalam pernikahan adalah
upaya mempertahankan keutuhan hubungan pasangan suami istri dan
memelihara anak-anak sampi tumbuh menjadi orang yang dewasa dan
bertanggung jawab. (Agoes Dariyo dalam Ania, 2019)

Berdasarkan hal itu maka penulis memperhatikan bahwa


pengawasan orang tua menjadi solusi penting dalam mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan saat anak belajar di rumah, contohnya stres.
2

Untuk mengatasi persoalan anak pada proses pembelajaran daring di masa


pandemi, maka orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk
mendampingi dan membimbing setiap anak dalam belajar. (Lase, 2021)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah untuk mencari penyebab dan
perkembangan psikologi pada anak.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini yaitu Mengetahui Gambaran penyebab dan
perkembangan psikologi pada anak.
D. Manfaat Penulisan

Untuk memperoleh informasi dan menambah wawasan kami tentang


perkembangan psikologi anak dalam lingkup kebidanan.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Anak Dalam Perspektif Psikologi

Anak adalah bayi yang baru lahir (usia 0 tahun) sampai dengan 14

tahun. Seorang individu yang sudah berusia di atas 14 tahun bukan

termasuk kategori anak. Begitu juga yang berusia di bawah 0 tahun. Anak

adalah orang yang lahir dari rahim seorang ibu, baik laki-laki, perempuan

maupun khunsa, sebagai hasil dari persetubuhan antara dua lawan jenis.

Anak dalam perspektif psikologi menurut John Locke adalah pribadi

yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal

dari lingkungan.

Berdasarkan pengertian anak tersebut di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa anak dalam perspektif psikokologi adalah usia sebelum

dewasa (sekitar dibawah 14 tahun) yang kehidupannya masih sangat

tergantung kepada lingkungannya baik dalam memenuhi kebutuhan fisik

dan psikisnya. Sedangkan secara biologis siapapun yang dilahirkan oleh

seorang ibu meskipun lahir diluar hubungan pernikahan, tetap disebut

dengan anak. Tidak ada pembedaan secara status hukum dan

konsekuensinya bagi anak yang lahir diluar pernikahan.

Aspek yang menjadi kajian dalam psikologi anak adalah

perkembangan fisik, kognitif dan sosial-emosional. Psikologi Anak selain

mengkaji dan mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan anak juga

diterapkan dalam upaya membantu dan mendukung anak-anak dalam


4

mempersiapkan kehidupan yang baik di sepanjang hidupnya.

Dalam ranah pendidikan (lingkup sekolah), psikologi anak

menitikberatkan pada membantu anak dalam memecahkan problematika

pendidikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan dengan baik, yaitu

dapat berkembang secara kognitif dan memiliki perilaku yang baik.

Sedangkan pada psikologi anak klinis lebih kepada membantu berbagai

macam masalah seperti masalah biologis, psikologis dan sosial yang

dialamai oleh anak-anak.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Sudah sejak lama, para ahli berdebat mengenai faktor mana yang

paling dominan mempengaruhi perkembangan individu, bawaan atau

lingkungan. Perdebatan ini dikenal dengan istilah nature and nurture.

1. Faktor bawaan (nature/nativism)

Tidak disangkal bahwa ciri-ciri fisik dan mental tertentu

diturunkan dari generasi ke generasi. Ciri-ciri fisik tertentu seperti

warna kulit, tinggi badan dan berbagai ciri anatomis tubuh memang

banyak yang diturunkan dari generasi ke generasi. Berbagai penemuan

mutakhir juga menunjukkan bahwa temperamen seseorang banyak

dipengaruhi oleh susunan gen yang dikenal dengan enkephalin dan

endorfin. Hal ini, mengundang sebuah pertanyaan, apakah faktor-faktor

genetis dominan dalam menentukan perkembangan kepribadian

seseorang.

2. Faktor lingkungan
5

Pengertian lingkungan di sini, tentu saja dalam arti luas, meliputi

lingkungan statis dan lingkungan yang bergerak/dinamis. Keadaan alam

lebih banyak bersifat statis, sedangkan lingkungan sosial bersifat

dinamis. Lingkungan statis, seperti orang yang tinggal di pegunungan

secara jasmaniah akan lebih kuat dan bersih paru-parunya (secara

jasmaniah), sedang orang- orang yang ada dingarai pada umumnya

lebih tahan menggunakan akalnya. Demikian pula lingkungan dinamis,

orang yang tinggal di daerah “hitam” akan semakin tinggi potensi

menjadi jahatnya, sedang orang-orang yang berada di lingkungan

“putih” sedikit banyak akan menjadi baik pula, meski ia sebelumnya

mempunyai potensi jahat.

3. Konvergensi

Psikologi modern saat ini sepakat bahwa faktor bawaan dan

lingkungan mempunyai pengaruh yang sama besarnya pada

perkembangan individu. Perkembangan adalah transaksi antara diri

individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. Ada hal-hal yang

sulit atau tidak mungkin diubah dalam dirinya sehingga ia berupaya

untuk membuat lingkungan sesuai dengan dirinya. Tetapi banyak hal

dalam dirinya yang bisa berubah. Dalam hal ini ia menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan.

4. Teori Interaksionisme
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau perilaku

anak ditentukan oleh adanya dialektif antara dirinya dengan

lingkungannya. Proses interaksi yang terjadi melalui interaksi sosial,


6

budaya serta dari penanaman nilai-niai lewat pendidikan akan

membentuk keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi pada diri

anak.

Interaksi yang terjadi dalam beberapa waktu tidak hanya

menambahkan pengaruh faktor bawaan dan lingkungan yang akan

mempengaruhi suatu perkembangan, akan tetapi dalam teori

interaksi yang terjadi adalah faktor perkalian akumulatif yang terjadi

antara bakat (pembawaan) dan milleu, pemasakan dan belajar,

melainkan juga interaksi antara pribadi dan dunia luar. Interaksi tadi

mengandung arti bahwa orang dengan mengadakan reaksi dan aksi ikut

memberikan bentuk pada dunia luar (keluarga, teman, tetangga, kelas

sosial, kelompok kerja, bangsa).

C. Pembagian Fase Perkembangan Dalam Psikologi

1. Fase perkembangan berdasarkan biologis

Menurut Sigmund Freud sebagaimana dijelaskan oleh Ancok

dan Suroso berdasarkan konsep psikoanalisa menyusun tíngkat

perkembangan sebagai berikut:

a. Fase Infantile: 0: 0-5: 0 tahun

1) Fase oral: 0-1 tahun (kepuasan melalui mulut)

2) Fase anal: 0-3 tahun (kepuasan melalui anus)

3) Fasep phalis: 0-5 tahun (kepuasan melalui alat kelamin)

b. Fase laten: 5: 0-12: 0 tahun


7

c. Fase pubertas:12: 0-18: 0 tahun

d. Fase genital: 18: 0-20: 0 tahun

Pada masa laten anak-anak cenderung tenang, dorongan-

dorongan nampak selalu tertekan dan tidak mencolok. Karena itulah

pada masa ini anak relatif mudah dididik, anak cenderung menurut

dan patuh. Sedang pada masa pubertas, dorongan-dorongan yang

muncul kembali dan apabila dorongan- dorongan ini dapat ditransfer

dan disublimasikan dengan baik, maka anak akan sampai pada masa

kematangan akhir. Pada masa genital, dorongan seksual yang pada

masa laten sedang tidur kini berkobar kembali, dan mulai sungguh-

sungguh tertarik dengan lawan jenis lain.

2. Fase perkembangan berdasarkan didaktis

Berikut fase perkembangan anak menurut Comenius dan Piaget.

a. Pembagian menurut Comenius

1) Masa sekolah ibu (scola maternal), 0 sampai usia 6 tahun

2) Masa sekolah bahasa ibu (scola vernacula), usia 6 - 12 tahun

3) Masa sekolah bahasa latin (scola latina), usia 12 - 18 tahun

4) Masa sekolah tinggi (scola academia), usia 18 - 24 tahun

b. Pembagian menurut Jean Piaget

1) Fase sensori motorik (0-2 tahun)

Aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman langsung

panca indera. Belum menggunakan bahasa. Pemahaman


8

intelektual muncul di akhir fase ini.

2) Fase pra operasional (2-7 tahun)

Anak tidak terikat pada lingkungan sensori. Kesanggupan

menyimpan tanggapan lebih besar. Anak suka meniru orang

lain dan mampu menerima khayalan dan suka bercerita tentang

hal-hal fantastis dan sebagainya.

3) Fase operasi konkret (7-11 tahun)

Anak mulai berfikir logis. Bentuk aktivitas ditentukan

dengan peraturan yang berlaku. Anak masih berfikir harfiah

sesuai dengan tugas- tugas yang diberikan kepadanya.

4) Fase operasi formal (11-15)

Anak telah mampu mengembangkan pola-pola berfikir

formal, telah mampu berfikir logis, rasional, bahkan abstrak.

Anak pada usia ini telah mampu menangkap arti simbolis, kiasan

dan menyimpan suatu berita dan sebagainya.

3. Fase berdasarkan psikologis

a. Masa vital (penyusu), sampai usia satu setengah tahun

b. Masa anak kecil (estetis), usia satu setengah sampai 7 tahun

c. Masa anak sekolah (intelektual), usia 7 sampai dengan 14 tahun

d. Masa remaja, usia 14 sampai dengan 21 tahun

e. Masa dewasa, usia 21 tahun ke atas


9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak dalam perspektif psikologi menurut John Locke adalah pribadi
yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal
dari lingkungan. Berdasarkan pengertian anak tersebut di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa anak dalam perspektif psikokologi adalah usia sebelum
dewasa (sekitar dibawah 14 tahun) yang kehidupannya masih sangat
tergantung kepada lingkungannya baik dalam memenuhi kebutuhan fisik
dan psikisnya.

Sama halnya ketika orang tua menginginkan anaknya sehat,


pintar dan berbakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya maksimal
untuk mendapatkannya melalui proses panjang yang tidak mudah. Pertama,
menentukan pasangan hidup secara selektif sebagai sarana penentu bagi
terciptanya bibit manusia produktif yang dapat memberikan kemanfaatan
dalam kehidupan sosial. Dengan selektifitas itu pula akan dengan mudah
untuk berkomitmen dalam menjaga keutuhan keluarga. Senada dengan
penjelasan Agoes Dariyo, yang terpenting dalam pernikahan adalah
upaya mempertahankan keutuhan hubungan pasangan suami istri dan
memelihara anak-anak sampi tumbuh menjadi orang yang dewasa dan
bertanggung jawab. (Agoes Dariyo dalam Ania, 2019)

B. Saran

Diharapkan bidan dapat mempertahankan dan meningkatkan akan


pengetahuan terkait psikologi anak sehingga bidan dimasa yang akan datang
memberikan asuhan kebidanabn sesuai dengan psikologi anak yang sesuai.
10

DAFTAR PUSTAKA

Aina, Helda Nur. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK PERSPEKTIF IBNU


QAYYIM AL-JAUZIYAH (Kajian Kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām al-
Maulūd), 2019,
https://journal.stkipnurulhuda.ac.id/index.php/JPIA/article/download/182/1
02/. Accessed 11 Januari 2022.

Lase, Mitra Binariang. Urgenitas Pengawasan Orang Tua Dalam Mendampingi


Psikologi Anak Selama Belajar Daring Di Masa Pandemi, 1 juli 2021,
http://e-journal.sttkai.ac.id/index.php/xairete/article/view/2. Accessed 11
Januari 2022.

Bunga-Keling, Beatrix Novianti. COMMUNICATION SKILLS IN YOUNG


CHILDREN WITH EMOTIONAL DISORDER IN KUPANG, 2017,
https://www.researchgate.net/profile/Indra-
Kiling/publication/316802753_COMMUNICATION_SKILLS_IN_YOUN
G_CHILDREN_WITH_EMOTIONAL_DISORDER_IN_KUPANG/links/
5ab8a0be0f7e9b68ef51f1cf/COMMUNICATION-SKILLS-IN-YOUNG-
CHILDREN-WITH-EMOTIONAL-DISORDER-IN-KUPANG.pdf?ori.
Accessed 11 Januari 2022.

Inayah Ayuningtyas, Ira Palupi. Penerapan strategi penanggulangan penanganan


PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) pada anak-anak dan remaja,
2017, https://www.gci.or.id/proceedings/view_article/162/3/ascc-2017.
Accessed 11 Januari 2022.

Prihatiningsih, Erika. Gangguan Mental Emosional Siswa Sekolah Dasar, 2019,


https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/download/26024/13
481. Accessed 11 Januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai