Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

TUMBUH KEMBANG
ANAK PADA USIA TODDLER (1-3 TAHUN)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. YULITASARI (1714201001)
2. ZULIJAH UMAMI (1714201005)
3. RENA F. (1714201020)
4. ZAINAL ARIFIN (1714201037)
5. TITIN SUHARTINI (1714201038)
6. AMELIA PUTRYANTI S. (1714201039)
7. MARYATI (1714201041)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2018-2019
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah keperwatan anak
tentang “Tumbuh Kembang Anak Pada Usia Toddler (1-3 tahun)”. Dan juga kami berterima
kasih kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas membuat
makalah ini kepada kami.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Dan kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai tumbuh kembang anak pada usia toddler (1-3 tahun).

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah keperwatan anak tentang “Tumbuh Kembang
Anak Pada Usia Toddler (1-3 tahun)” ini bermanfaat untuk kami dan dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tangerang, 2 Maret 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
Bab II Pembahasan ............................................................................................... 4

Bab III Penutup ................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran dan Kritik ........................................................................................... 13
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak memiliki sesuatu yang khas dalam diri mereka yaitu selalu tumbuh dan
berkembang mulai dari lahir sampai pada usia remaja. Tumbuh kembang itu sendiri
merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Pertumbuhan
selalu diiringi dengan perkembangan yang merupakan pengoptimalan bagi fungsi tubuh
yang dimiliki oleh sang anak. Seorang anak memiliki ciri tumbuh yang khas yang
membedakannya dengan orang dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi pada
setiap makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada seseorang tidak hanya meliputi apa
yang kelihatan seperti perubahan fisik dengan bertambahnya berat badan dan tinggi
badan, tetapi juga perubahan perkembangan emosi, perkembangan psikologi,
perkembangan kognitif (Yuliana dkk, 2007).
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang memiliki arti berbagai
perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah
dan ukuran sel sedangkan perkembangan adalah perubahan secara bertahap dimulai dari
rendah ke yang lebih tinggi. Kebanyakan pakar dibidang perkembangan anak
menggolongkan pertumbuhan dan perkembangan anak ke dalam berbagai tahap usia.
Rentang usia dari tahap-tahap tersebut bersifat sementara dan mempertimbangkan
perbedaan-perbedaan individu yang tidak dapat diterapkan pada semua anak. Namun,
pengelompokkan berdasarkan usia tersebut bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
anak saat periode munculnya perubahan perkembangan dan tugas-tugas perkembangan
yang harus dicapai (Wong, 2009).
Masa toddler yang berada pada usia 12 sampai 36 bulan merupakan masa
eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana
semua terjadi. Meskipun bisa menjadi saat yang sangat menantang bagi orang tua dan
anak karena masing-masing belajar untuk mengetahui satu sama lain dengan lebih baik,
pada masa ini merupakan periode penting untuk mencapai perkembangan dan
pertumbuhan anak (Wong, 2009).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler di Indonesia
cukup besar, yaitu sekitar 17.091.762 jiwa dari 87,9 juta anak Indonesia. Anak dalam
usia toddler, dimana pada masa tersebut memerlukan pembinaan terhadap tumbuh

-1-
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang dapat diselenggarakan melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi penyimpangan tumbuh kembang anak sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian
berlangsung optimal sesuai umur anak.
Orang tua memiliki peranan penting dalam optimalisasi perkembangan anak,
memberikan stimulasi dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun
motorik halus, bahasa, dan personal sosial. Pengetahuan orang tua terutama ibu sangat
berperan terhadap perilaku anak dan membentuk tumbuh kembang yang optimal, karena
perhatian dan pengamatan anak tidak terlepas dari sikap dan perilaku orang tua (Meggitt,
2013).

B. Rumusan Masalah
1. Pertumbuhan dan perkembangan usia preschool perkembangan fisik, (cirikan
pertumbuhan fisik normal head to toe) Reflek, motorik halus, motorik kasar,
komunikasi dan bahasa, sosial dan emosional dikaitkan dengan teori tumbuh kembang
2. Strategi pengkajian toddler
3. Anticipatory guidance : apa yang perlu diberikan pendidik kesehatan pada orang tua
yang mempunyai usia toddler
4. Isu isu mengenai perkembangan pada toddler
5. Beberapa masalah yang sering timbul pada usia toddler dan peran perawat anak dalam
penanganan tersebut

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah agar pembaca dapat mengetahui
bagaimana tahap tumbuh kembang anak pada usia toddler diharapkan pembaca dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini ialah guna memberikan pemahaman dan
pengetahuan baik kepada pembaca maupun penulis bagaimana tahap pertumbuhan dan
perkembangan normal pada anak. Dan juga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam mengetahui dan mengikuti tahap tumbuh kembang anak.

-2-
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler


1. Pengertian
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan,yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah dalam perubahasan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Sedangkan
Perkembangan lebih mnitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi
pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional
akibat pengaruh lingkungan. (Indrasantoso, E, 1994).
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran, dan perubahan kuantitas,
yaitu perubahan jumlah dan ukuran sel tubuh serta peningkatan ukuran dan berat
seluruh tubuh. Sedangkan Perkembangan adalah perubahan secara bertahap dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran. (Whaley dan Wong’s, 2000)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO), anak dikatakan anak sejak anak berada
di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Berk (2005) menunjukkan bahwa tahun-tahun pertama dalam kehidupan
seorang anak merupakan masa yang sangat penting yang akan mempengaruhi fase
perkembangan selanjutnya.
Anak usia toddler adalah anak yang berusia 12 – 36 bulan (1 – 3 tahun). Pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana
mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal
ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan intelektual secara optimal (Potter & Perry, 2005).

-3-
2. Tumbang Fisik
Ukuran peningkatan dalam setiap tahap agak seperti pola linear, yang merupakan
refleksi dari pertumbuhan yang cepat dan karakteristik pertumbuhan yang lambat
dari toddler. Karakteristik yang menonjol pada perut toddler merupakan hasil dari
otot-otot abdomen yang kurang berkembang. Kaki bengkok yang kas yang terjadi
terus-menerus pada toddler karena otot kaki harus menopang berat badan yang
terlalu besar.
a. Tinggi Badan
Rata-rata 7,5 cm pertahun. Untuk usia 2 tahun tinggi badan ± 86,6 cm.
Tinggi badan pada usia 2 tahun diharapkan setengah tinggi badan pada saat
dewasa.
b. Berat Badan
Rata-rata naik 1,8-2,7 kg pertahun. Pada usia 2 tahun berat badannya rata-
rata 12,3 kg. Berat badan naik empat kali pada usia 2,5 tahun.
c. Lingkar kepala
Usia 1-2 tahun lingkar copula sama dengan lingkar dada. Lingkar kepala
meningkat total pada tahun ke dua yaitu 2,5 tahun, kemudian meningkat secara
perlahan-lahan rata-rata 0,5 inchi tiap tahun sampai 5 tahun.
d. Lingkar Lengan Atas (LLA)
LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan,
laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu tahun,
selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1-3 tahun.
e. Nutrisi
Berkembang secara perlahan-lahan terjadi penurunan kebutuhan kalori,
protein, dan cairan. Kalori yang dibutuhkan 102 kcal/kg/hari. Protein yang
dibutuhkan 112 g/kg/hari. Pada usia 18 bulan, toddler mengalami anoreksia, dan
menjadi anak yang suka memilih makanan, mempunyai makanan kesukaan, dan
pada suatu waktu makan dalam jumlah yang besar dan dilain waktu makan
sangat sedikit.
Toddler berisiko tinggi untuk mengalami aspirasi terhadap makanan
kecil, seperti kacang. Toddler lebih suka makan sendiri dan dalam porsi yang
kecil untuk merangsang makannya. Frekuensi makan makanan kecil dapat
diganti dengan makan makannan lengkap. Makan tidak seharusnya dijadikan

-4-
sebagai reward atau punishment. Minum susu dibatasi tidak lebih dari satu lietr
perhari intuk membantu pemasukkan makanan yang kaya dengan zat besi.
Hematokrit sehabaiknya digunakan untuk pemeriksaan anemia.
f. Pola tidur
Total jumlah jam tidur dikurangi selama tahun kedua, menjadi ± 12 jam /
hari. Sebagian toddler tidur siang setiap harinya berakhir sampai pada tahun
kedua atau ketiga. Masalah tidur biasanya karena takut atau berpisah dengan
orang tua.
Ritual waktu tidur dan objek transisi melambangkan rasa aman, seperti
selimut, mainan, dll. Ketika mimpi buruk membangunkan anak anda, respon
yang baik adalah memegangnya dan memegangnya, biarkan dia menceritakan
mimpinya dan tinggalah anda bersamanya hingga ia tenang dan tidur kemmbali.
Hal ini terjadi karena anak anda mengalami hal yang tidak mengenakan, seperti
stress dan cemas, maka hal itu harus diminimalkan.
g. Kesehatan gigi
Gigi primer sejumlah 20 lengkap pada usia 2,5 tahun. Kunjungan
pemeriksan gigi yang pertama sebaiknya bukan karna traumatik dan dilakukan
sebelum toddler berusia 2,5 tahun.
Gigi dibersihkan dengan sikat yang lembut dan air. Pasta gigi tidak yang
berbuih dan jika mengandung florida ini sangat berbahaya jika ditelan.
Penambahan florida diperlukan jika air tidak mengandung florida dan seharusnya
makanannya tidak menyebabkan gigi karies, seperti gula-gula.
h. Eliminasi
Karakteristik feses sesuai dengan jenis makanan (gelatin, gula bit,
minuman berwarna dan buah berwarna) dapat mewarai feses. Pengeluaran urin
500 – 1000 mL/hari.

3. Aspek-Aspek Perkembangan
a. Perkembangan kognitif (Overview Piaget)
Selama toddler, fase sensorik motorik antara usia 12-24 bulan meliputi
dua tahap: Reaksi sirkular ketiga usia 12-18 bulan meliputi pengalaman tial dan
error dan eksplorasi kekerasan hati. Kombinasi mental usia 18-24 bulan, selama
toddler mulai diberi perlengkapan baru untuk menyelesaikan tugas melalui
kombinasi mental. Subtahap prekonseptual dari fase preoperasional, usia 2-4

-5-
tahun. Anak menggunakan pikirannya untuk mengingat kembali,
menggambarkan keadaan sekarang, dan mengantisipasi keadaan yang akan
datang. Selama fase ini toddler :
• Membentuk konsep yang lengkap atau berlogika sepeti orang dewasa.
• Membuat klasifikasi yang sederhana.
• Menggabungkan satu kejadian dengan kejadian yang bersamaan.
• Menunjukkan pemikiran yang egosentrik.
b. Bahasa
Bahasa adalah alat berkomunikasi berdasarkan visual daripada
rangsangan pendengaran,dan penglihatan,yang mempunyai tiga bentuk secara
umum yaitu bahsa lisan,tulisan,dan bahasa isyarat.
Lev Vygotsky Tokoh psikologi Rusia menyatakan bahwa bahasa
memegang peranan kunci dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa adalah
"alat" menuju kecerdasan-kecerdasan lain karena bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi. Katakanlah begini, jika si kecil belajar matematika ia perlu
memahami soal-soalnya. Itu berarti ia perlu memahami bahasa. Begitu juga
dengan kecerdasan lainnya.
Pemerolehan bahasa pada anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang
bersifat fisik dan psikhis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi
kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang
tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan
memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat,
dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan
secara psikhis, kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat
ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata.
Anak-anak yang mendapatkan bimbingan dan dorongan moral yang sangat kuat
akan memperoleh kata-kata yang banyak dan bervariasi dibandingkan anak-anak
lainnya.
Usia 15 bulan toddler menggunakan bahasa jargon. Saat 2 tahun, toddler
bicara ± 300 kata, menggunakan 2-3 prae dan juaga menggunakan pronoun. Saat
2,5 tahun toddler suka menyebutkan bagian depan atau belakangnya saja.
Menurut Papalia, Olds & Feldman, Karakteristik bahasa pada anak-anak usia tiga
tahun pertama antara lain: sederhana, memahami hubungan gramatika (tata

-6-
bahasa) walaupun tidak mampu diucapkan secara langsung, dan memahami arti
kata-kata.
c. Perkembangan psikososial (Erikson - Anatomi vs ragu dan malu.)
1) Tinjauan
Istilahnya "to hold on, to let go ". Toddler telah dikembangkan rasa
percaya dirinya dan siap untuk diberi kebebasan untuk menyatakan tentang
dirinya atau mengontrol hubungan terhadap teman dekatnya, tergantung dan
otonomi. Toddler mulai belajar ketrampilan sosial :
• Individual ( membedakan dirinya dengan yang lainnya )
• Berpisah dengan orang tuanya.
• Kontrol terhadap fungsi tubuhnya.
• Berkomunikasi dengan kata-kata.
• Berperilaku sosial yang pantas.
• Interaksi egosentrik dengan yang lain.
• Toddler belajar menunda kesenangan yang diinginkan.

Toddler sering mengatakan "tidak ". Kata "ya" digunakan untuk


menunjukkan ketergantungannya. Perasan ragu dan malu dapat berkembang
jika ia tegantung pada saat –saat tertentu. Dimana ia dapat menggunakan
ketrampilan barunya atau jika ia merasa tidak tida mampu ketika mencoba
ketrampilan yang baru.

2) Rasa Takut
Umumnya ketakutan toddler meliputi :
• Kehilangan orang tua (kecemasan untuk berpisah)
• Cemas terhadap orang-orang yang baru
• Suara yang keras, seperti vacum cleaner
• Pergi tidur
• Binatang yang besar
• Dukungan emosi, kenyamanan, dan pemberian contoh yang sederhana
dapat mengurangi ketakutan pada toddler.

-7-
3) Sosialisasi
Interaksi toddler didominasi oleh sifat keagamaan, sifat negatif, dan
ketidaktergangtungan. Kecemasan berpisah yang memuncak berbeda-beda
pada toddler. Pergantian terhadap benda-benda tertentu sangat penting
khususnya selama waktu berpisah , seperti saat tidur siang.
Kemarahan dapat digunakan untuk menyatakan ketidaktergantungan
dan pengabaian terhadap mereka. Sering berannganggapan negatif. Jalan
terbaik untuk mengurangi kata"tidak" adalah dengan mengurangi pertanyaan
– pertanyaan yang dapat dijawa hanya dengan kata "tidak ".

4) Bermain dan mainan


Toddler menginginkan bermain bersama, mereka bermain dalam
waktu yang lama. Meniru adalah bentuk yang peling sering mereka lakukan.
Ketrampilan gerakan dapat ditingkatkan dengan mainan yang ditarik dan
didorong. Pemberian perhatian yang singkat pada toddler dapat menyebabkan
perubahan dari frekuensi bermain. Mainan yang tepat untuk toddler
seharusnya aman (mempunyai bagian yang dapat dilepas) dan yang
mendoromg untuk meniru, mengembangkan bahasa, dan ketrampilan
motoriknya, contohnya :
• Boneka, peralatan rumah tangga.
• Telpon mainan
• Kuda ayunan, balok-balok kayu, dan puzzle.

5) Disiplin
Tidak membatasi kebebasan toddler adalah suatu penangan karena
jika dibatasi / dilarang toddler menjadi ingin mencobanya. Seharusnya
disiplin diukur dengan :
• Konsisten
• Dilakukan setelah ada kesalahan
• Direncanakan sebelumnya
• Diorientasikan untuk berperilaku tidak seoerti anak-anak
• Dilakukan secara pribadi sehingga tidak menyebabkan malu

-8-
d. Perkembangan motorik
1) Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan
dengan gerak-gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh
seperti berlari, dan melompat .perkembangan motorik kasar sangat
dipengaruhi oleh proses kematangan anak semakin karena proses kematangan
anak juga bisa berbeda.
• Usia 15 bulan, berjalan tanpa bantuan
• Usia 18 bulan, berjalan naik dengan berpegangan satu tangan
• Usia 24 bulan, berjalan naik turundalam satu waktu.
• Usia 30 bulan, melompat dengan kedua kaki.

2) Motorik Halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle,
menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,
membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
• Usia 15 bulan , menyusun dua balok menar dan scribbles secara spontan
• Usia 18 bulan , menyusun 3-4 balok menara.
• Usia 24 bulan, membuat gerakan yang lurus
• Usia 30 bulan , menyusun 8 balok menara

e. Perkembangan moral (Overview Kohlberg)


Toddler adalah substage yang pertama yang kas pada tahap
preconvensional, yang meliputi punishment dan orientasi kan pada ketaatan. Pola
disiplin mempengaruhi perkembangan moral toddler :
• Hukuman fisik dan pengambilan hak-hak khusus cenderung membentuk
moral yang negatif.
• Menghilangkan cinta dan perasaan sebagai bentuk dari hukuman
menimbulkan perasaan bersalah pada toddler.

-9-
• Disiplin diukur secara tepat dengan memberikan penjelasan yang sederhana
mengapa perbuatan nya tidak diperbolehkan, memberikan pujian terhadap
perbuatan yang baik.

f. Perkembangan psikoseksual (Overview Freud)


Sigmund Freud (Dariyo, 2007) mengajukan 5 tahap perkembangan
psikoseksual manusia, yang sesuai masa 1-3 tahun adalah masa oral dan anal,
berikut penjelasannya:
1) Masa oral (0-1,5 tahun)
Masa oral ialah masa perkembangan bayi yang ditandai dengan
kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasan fisiologis pada bagian
mulut (oral). Anak biasanya senang mengisap ibu jari, menggigit dan
merusak dengan mulut. Yang menjadi sasaran pemuasan pada masa ini
adalah mulut sendiri dan memilih benda-benda ke mulut, selain itu digigit
dengan keras.
2) Masa anal (1,5-3 tahun)
Masa perkembangan anak usia 1,5-3 tahun yang ditandai dengan
kecenderungan perilaku untuk memusatkan kepuasan fisiologis pada bagian
anus (dubur). Anak senang memeriksa dan memainkan duburnya serta
memperlihat duburnya. Sasaran pemuasan pada masa anak adalah memilih
beda dan menyentuhnya/ memasukan ke dalam duburnya. Peran lingkungan
adalah membantu anak untuk belajar mengontrol pengeluaran (melakukan
Toilet Training), yaitu suatu konsep bersih dimana anak belajar mengontrol
pengeluaran tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan dengan mandiri.
Adapun kreteria yang umumnya ditemukan antara lain :
 Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri,
sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
 Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan
kebersihan.
 Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya
sesuai dengan keinginanya.
 Untuk itu toilet training adalah waktu yg tepat dilakukan dalam periode
ini.

- 10 -
Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif
(ganggan pikiran) dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi,
kurang pengendalian diri.

4. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


a. Faktor herediter

Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam

mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah

bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.

b. Faktor lingkungan

Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam

menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :

a. Lingkungan pranatal

Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai

yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan

merokok dan lain-lain.

b. Lingkungan postnatal

Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,

posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.

B. Stategi Pengkajian Toddler


Biodata
1. Nama : Sirfinia Putri

2. Usia : 3 tahun

3. TTL : Tangerang, 22 Oktober 2007

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Nama Orang tua : Ahyadi dan Khoifah

- 11 -
6. Alamat : Kp. Pondok RT 03/03 Kec. Sindangjaya Kab. Tangerang

Riwayat Kelahiran

1. Alergi penyakit : tidak ada


2. Penyakit /pengobatan yang di terima : demam, pilek, batuk
3. Aktivitas sehari-hari :
4. Keadaan gizi : baik
5. BB : kg TB : cm
6. Jumlah gigi: 20 buah
7. Jadwal makan : 3 x 1 hari
8. Minat terhadap makanan : sedang
9. Pola tidur :tidak teratur
10. Masalah eliminasi : tidak ada
11. Kecacatan dan keterbatasan lainnya : tidak ada

Pengkajian Fisik
1. Kepala : normal
2. Rambut : normal
3. Pernapasan : normal
4. Mata : normal
5. Telinga : normal
6. Hidung : normal
7. Mulut : normal

1. Pengukuran Berat Badan/Tinggi badan


Tujuan pengukuran BB/ TB adalah untuk menemukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita, pengukuran dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran BB/TB pada anak toddler menggunakan
timbangan injak.
Cara penimbangannya yaitu:

- 12 -
a. Letakkan timbangan dilantai yang datar. Lihat posisi jarum atau angka harus
menunjukkan angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari, tidak
memakai jaket, alas kaki, topi, jam tangan, dan tidak memegang sesuatu.
b. Anak berdiri diatas timbangan tampa dipegangi.
c. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
(Depkes, 2012, hlm 42).

Cara pengukuran Tinggi badan yaitu :


a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu saat diukur tinggi badannya, kemudian
anak berdiri tegak menghadap kedepan, punggung, pantat dan tumit menempel
pada tiang pengukur,
b. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
c. Baca angka pada batas tersebut (Depkes, 2012, hlm 42).

Penggunaan Tabel BB/ TB untuk menentukan status gizi anak yaitu


dengan melakukan pengukuran tinggi badan anak sesuai cara diatas, lihat kolom
tinggi badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran, pilih kolom untuk berat
badan berdasarkan jenis kelamin anak, cari berat badan yang terdekat dengan berat
badan anak. dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD) (Depkes, 2012, hlm 42).

2. Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan


menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Menurut Depkes (2006) aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau
diantaranya adalah:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh melibatkan otot-otot
besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengawasi sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.

- 13 -
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah
selesai bermain), berpisah dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP


adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh
ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP . Tanyakan pertanyaan secara
berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau
Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut. Teliti kembali apakah
semua pertanyaan telah terjawab (Depkes, 2012, hlm 52).

Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau
pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang kadang
melakukan nya sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh menjawab
anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengasuh tidak
tahu. Jumlah jawaban “Ya“ =9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangan (S). Jumlah jawaban“Ya“ =7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu diperincikan jumlah jawaban
Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm 53).

- 14 -
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai umur
(S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai
dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin, sesuai
dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin
menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm 53).

Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada ibu
untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu
melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejarketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan
untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan anak. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang
“Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P) (Depkes, 2012, hlm
53).

Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah


sakit dengan menulis jenis Dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan
kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi Dan kemandirian) (Depkes,
2012, hlm53).

3. Tes Daya Dengar (TDD)


Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang
dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan
adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing,
kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola) (Depkes,
2012. hlm. 70).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.

- 15 -
b. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai denga umur anak, seperti dengan
memanggil anak tersebut, apabila anak tersebut menengok maka hasil
TDDnya bagus
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh orang
tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan,
tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA jika menurut
orang tua atau pengasuh, anak dapat melakukannya adlam sebulan terakhir.
Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh anak tidak dapt
melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah
melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati
kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
orang tua atau pengasuh (Depkes, 2012. hlm. 70).

Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih
jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau
rujuk bila tidak dapat diatanggulangi (Depkes, 2012. hlm. 70).
Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak

Umur 2 – 3 Tahun
1. Tutup mulut anda dengan buku/kertas, tanpa melihat gerakasn bibir anda, Ya Tidak
tanyakan pada anak :”Pegang matamu”, “Pegang kakimu”. Apakah anak
memegang mata dan kakinya dengan benar ?
2. Pilih gambar dari majalah/buku bergambar. Tutup mulut anda dengan Ya Tidak
buku/kertas, tanpa melihat gerakan bibir anda tanyakan pada anak :”
Tunjukkan gambar kucing (atau anjing, kuda, mobil, orang, rumah, bunga
dan sebagainya)?”. Dapatkah anak menunjukkan gambar yang dimaksud
dengan benar ?
3. Tutup mulut anda dengan buku/kertas, tanpa melihat gerakan bibir anda, Ya Tidak
perintahkan anak untuk mengerjakan sesuatu seperti :”Berikan boneka itu
kepada saya", “Taruh kubus-kubus ini di atas meja/kursi”, dan
sebagainya. Apakah anak dapat mengerjakan perintah tersebut dengan
benar ?

- 16 -
4. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Tes ini dilakukan oleh
tenaga kesehatan, dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu
menggunakan gambar.
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung gambar hewan atau buah-buahan setinggi mata anak pada posisi
duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari gambar tadi
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping gambar untuk pemeriksa.

Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak dapat
mengenali gambar tersebut, maka anak tersebut tidak mengalami gangguan
penglihatan. Intervensi yang dilakukan bila kemungkinan anak mengalami
gangguan penglihatan maka minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila
pada peameriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama
maka rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan
(kanan, kiri atau keduanya) (Depkes, 2012, hlm 70).

C. Anticipatory guidance : apa yang perlu diberikan pendidik kesehatan pada orang
tua yang mempunyai usia toddler.
1. Toilet Training
Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler. Latihan
untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler. Pada tahap usia toddler ,
kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin beerkemih dan sfingter ani
untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang.
Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu
berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan
defekasi. Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan
untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai oleh anak, sedangkan
kemampuan untuk mengontrol berkemih biasanya baru akan tercapai sampai usia 4-5
tahun

- 17 -
Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar. Tolet training ini
dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2 tahun. Keberhasilan toilet
training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan psikologis, Persiapan intelektual.
Toilet training sebagai sex education. Dalam proses toilet training diharapkan
terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang
air besar atau buang air kecil. Defekasi merupakan suatu alat pemuasan untuk
melepaskan ketegangan toilet training usaha penundaan pemuasan.
Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri anak &
keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan
mampu. Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri.
Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga anak mampu
mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB
Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau
BAB memudahkan pengontrolan anak dapat mengetahui kapan saatnya harus
BAB dan BAK anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB dan BAK.

 Cara toilet training pada anak


a. Teknik lisan
 Cara:pemberian instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum & setelah
BAK/BAB
 Teknik ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan
rangsangan untuk BAK/BAB karena persiapan psikologis anak semakin
matang mampu dengan baik BAB/BAK.
b. Teknik modelling
 Meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh
 Dampak jelek cara ini apabila contoh yang diberikan salah kebiasaan yang
salah pada anak

 Indikasi Kesiapan Orang Tua Untuk Toilet Training


 Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih/defekasi
 Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang diperlukan untuk latihan
berkemih atau defekasi

- 18 -
 Tidak mengalami konflik atau stres kluarga yang berarti

 Kesiapan anak
a. Fisik
 Usia 18 – 24 bulan, Pengontrolan saraf volunter spinkter ani dan uretra
 Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
 Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok, berjalan.
 Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana dan
berpakaian.
b. Psikologis
 Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
 Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal mengindikasikan
dorongan untuk miksi atau defikasi.
 Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkah laku dan mengikuti
pengarahan.
 Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
 Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau
turun.
 Mengikuti tingkat kesiapan anak.
 Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian.
 Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah
rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur.
 Memberi pujian jika anak berhasil.
c. Mental
 Mengenal rasa yang dating
 Komunikasi secara verbal dan nonverbal
 Ketrampilan kognitif untuk mengikuti perintah atau mengikuti orang lain
d. Persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry)
Keluarga mendapat bayi baru : dapat menimbulkan krisis bagi toddler.
Toddler tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi karena :
 Perubahan merasa ada saingan.
 Perhatian ibu terbagi.

- 19 -
 Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak bertingkahlaku
invantil
Perlu persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara kandungnya
mulai sejak bayi dalam kandungan.

 Petunjuk bimbingan usia toddler


a. Petunjuk bimbingan usia 12-18 bulan
 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah
laku dari toddler, terutama negativistic dan ritualisme. Negativistic adalah
perilaku yang bertentangan dengan kebiasaaan.
 Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan penyapihan dari
botol secara bertahap, serta meningkatkan pemasukan makanan padat.
 Menyediakan makanan kecil/selingan diantara 2 waktu makan dengan rasa
yang disukai, serta adanya jadwal waktu makan yang rutin.
 Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum malam memakai
botol yang merupakan penyebab utama gigi berlubang dan perilaku
menunda yang memperlambat jam tidur.
 Menyiapakan orang tua untuk mencegah bahaya yang potensial terjadi di
rumah, seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan bahaya/kecelakaan
jatuh. Berikan saran yang sesuai untuk pengamanan di rumah.
 Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuan-ketentuan atau aturan
yang disertai dengan disiplin yang lembut dan cara-cara yang mengatasi
negativistic dan tempertantrum, serta menekankan pada keuntungan yang
positif dari disiplin yang tepat atau sesuai.
 Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik halus,
motorik kasar, bahasa, pengetahuan dan keterampilan social.

b. Petunjuk bimbingan usia 18-24 bulan


 Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
 Menggali kebutuhan untuk menyiapan kehadiran saudara kandung/adiknya
dan menekankan tentang pentingnya persiapan anak terhadap kehadiran
bayi baru.

- 20 -
 Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe
kebersihan di rumah, serta kebiasaan makan yang merupakan factor
penyebab gigi berlubang dan menyarankan pentingnya penambahan
fluoride untuk memperkuat pertumbuhan tulang.
 Mendiskusikan metode disiplin yang ada dan keaktifannya serta menggali
perasaan orang tua mengenai negativistic anaknya dengan menekankan
bahwa negativistic adalah aspek penting dari perkembangan self assertion
(penonjolan/tntutan diri) dan independensi dan bukan merupakan tanda
kemanjaan.
 Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training dan menekankan
pentingnya menunggu kesiapan fisik dan psikologi anak.
 Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul ketika ada
kegelapan atau suara keras, dan kebiasaan seperti membawa selimut atau
mengisap jari. Menekankan bahwa hal ini normal dan merupakan perilaku
yang bersifat sementara.
 Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi ketika anak
mengalami stress.
 Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah dari
orang tuanya di bawah asuhan keluarga.
 Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengekspresikan
perasaan lelah, frustasi dan jengkel dalam merawat balita.
 Menunjukkan harapan akan adanya perubahan pada anak di tahun
mendatang seperti lingkup perhatian anak yang semakin luas dan
berkurangnya negativistic serta adanya perhatian yang menyenangkan
orang lain.

c. Petunjuk bimbingan usia 24-36 bulan


 Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak untuk meniru dan dilibatkan
dalam kegiatan.
 Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training terutama
dengan harapan-harapan dan sikap yang realistis dalam menghadapi
keadaan-keadaan, seperti mengompol dan buang air besar di celana.

- 21 -
 Menekankan keunikan dari proses berpikir anak toddler, terutama melalui
bahasa yang ia gunakan, pemahamannya terhadap waktu, dan
ketidakmampuannya untuk melihat kejadian dari perspektif yang lain.
 Menekankan disiplin dengan tetap terstruktur secara benar dan nyata,
ajukan alas an yang rasional, serta hindari kebingungan dan salah
pengertian.
 Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan anak pada
siang hari (play group)

2. Cemburu pada saudara (Sibling Rivalry)


Cemburu Sibling Rivalry merupakan perasaan cemburu dan benci alami dari
anak-anak karena kehadiran anak baru dalam keluarga atau berhubungan dengan
siapapun yang bergabung dalam keluarga. Balita tidak membenci bayi tetapi
membenci perubahan bahwa mereka memiliki saudara tambahan, terutama pemisahan
dari ibu saat melahirkan. orang tua sekarang berbagi kasih sayang dan perhatian
mereka dengan orang lain secara rutin dan biasanya mereka terganggu, dan balita
mungkin tidak bisa tidur karena mereka pikir mereka mengendalikan dunia mereka.
Anak harus dijelaskan dengan ilustrasi yang sederhana dan mudah dimengerti
sehingga anak menyadari perubahan yang akan terjadi, misalnya perubahan tempat
tidur dan kamar atau persiapan perlengkapan bayi. Anak perlu dilibatkan dalam
perawatan adik barunya, misalnya, mengambilkan baju, popok, susu dan lain-lainnya.
Kadang-kadang orang tua terganggu dengan ulah anaknya yang selalu ingin terlibat.
Hal tersebut bisa dialihkan dengan cara memberikan mainan seperti boneka yang
dapat diperlakukan sebagai bayi.

D. Isu-Isu Mengenai Perkembangan Pada Toddler


E. Beberapa Masalah yangng Sering Timbul Pada Toddler dan Peran Perawat Anak
Dalam Penanganan Tersebut.
1. Tenggelam
Peran orang tua:
a. Awasi anak ketika berada di dekat dengan sumber air
b. Jangan pernah dalam berbagai keadaan meninggalkan anak tanpa pengawasan
di dalam kamar mandi/sekitar bak yang berisi air

- 22 -
c. Usahakan agar pintu kamar mandi tertutup
d. Tutup penutup toilet
e. Buat pagar disekitar kolam renang dan kunci pintunya
f. Ajari anak berenang dan gunakan peralatan keamanan di air seperti pelampung
Peran perawat:
Perawat selalu mengawasi aktivitas anak selama dirawat.

2. Terbakar dan kesetrum


Tidak peduli terhadap sumber-sumber yang potensial terbakar
Bermain dengan objel mekanik
Peran orang tua:
a. letakkan kompor di tempat yang aman atau tidak dapat di jangkau anak
b. letakkan peralatan elektronik seperti TV, Kulkas, dan colokan listrik ditempat
yang aman
c. letakkan setrika di tempat yang jauh dari jangkauan anak-anak
d. Letakkan kabel elektrik di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-
anak
Peran perawat:
Perawat harus menjauhkan benda benda yang mudah terbakar contohnya korek api.

3. Keracunan
Meletakkan objek di dalam mulut
Peran orang tua:
a. Letakkan barang beracun didalam lemari serta dikunci
b. Jangan simpan barang-barang beracun berlebih di dalam rumah
c. Jangan pernah memindahkan label dari botol/tempat substansi yang beracun.
Peran perawat:
Perawat menjauhkan barang-barang yang dapat membuat anak keracunan. Contohnya
obat-obatan, lotion baby.

4. Jatuh
Mampu untuk membuka pintu dan jendela, menaiki dan menuruni tangga
peran orang tua:
a. Buat pintu atau penghalang diatas dan dibawah tangga

- 23 -
b. hindari menggunakan alat bantu untuk berjalan terutama di dekat tangga
c. Gunakan pakaian dan sepatu yang nyaman
d. Pindahkan karpet yang tidak aman dan nyaman
e. Gunakan keset yang tidak licin di kamar mandi
f. Letakkan karpet dibawah tempat tidur dan kamar mandi
peran perawat:
Perawat harus menutup hek tempat tidur pada saat anak tersebut sedang tidur dan
memperhatikan kebersihan lantai seperti lantai tidak basah.

5. Menelan
Meletakkan benda kedalam mulut, menelan makanan yang keras atau tidak dapat
dimakan
Peran orang tua:
Pilih mainan yang aman seperti mainan yang besar, tidak memiliki sudut yang
tajam atau bagian yang tak dapat di lepas.

Peran perawat:
Perawat harus memperhatikan dan menjauhkan mainan yang dapat membahayakan
anak. Contohnya kelereng, biji-bijian .

6. Tidur dan istirahat


Masalah: susah tidur akibat takut dan faktor lain
Peran orang tua:
a. Biasakan anak untuk tidur terpisah dari orang tua,mulai hanya di temani ayah
atau ibu hingga anak tidur sendiri
b. Biarkan anak melakukan kebiasaaan tertentu untuk tidur seperti,mendengarkan
musik,minum susu,dll.
Peran perawat:
Perawat harus memberikan tempat tidur dan suasana kamar yang nyaman. Contohnya
tempat tidur yang empuk, suasana kamar yang tenang, tidur tepat waktu.

7. Nutrisi
Masalah: timbul keinginan untuk memilih makanan sendiri, dan terkadang anak
Peran orang tua:

- 24 -
a. Usahakan untuk menyediakan makanan yang disukai anak saat makan serta
tidak melupakan menu utama yang dianjurkan dan wajib dikonsumsi
b. Campurkan makanan kesukaan anak dengan menu utama jika
memungkinkan.

Peran perawat :
Perawat menyediakan makanan dalam bentuk yang menarik dan dengan warna yang
cerah yang bias membuat anak minat makan contohnya makanan dibentuk dengan
gambar yang menarik seperti tookh kartun.

8. Kesehatan gigi
Masalah terjadinya karies gigi
Peran orang tua:
a. Melakukan perawatan gigi secara rutin
b. Anjurkan mengurangi makanan dan minuman manis seperti
permen,coklat,cake,soda dan sirup,dll
Peran perawat:
a. Perawat berperan dalam melakukan perawatan gigi setiap sehabis makan agar
mencegah dan mengurangi caries gigi anak
b. Pemberian makanan yang tidak memperperparah caries gigi misalnya
makanan yang mengandung sukrosa.
c. Berkonsultasi dengan dokter gigi ( Dentist ) untuk melakukan perawatan gigi
caries.

Isu isu yg terjadi pada usia toodler yg terjadi di masyarakat:


- Hubungan tingkat pendapatan keluarga , pendidikan dan pemgetahuuan status gizi
pada balita.
- Analisis hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan kejadian diare pada
balita.
- Hubungan status imunisasi dengan resiko kejadian campak pada balita

- 25 -
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Usia batita merupakan masa keemasan bagi perkembangan anak. Pada usia 1-3 tahun
inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak berjalan dengan cepat. Tahap-
tahap perkembangan batita dapat dilihat dari bertambahnya kemampuan anak dalam
bersosialisasi, perkembangan mental, dan aktifitas fisiknya.
Perkembangan batita sejatinya merupakan perkembangan yang sangat cepat hingga
mau tidak mau, orangtua harus selalu waspada dan selalu bersiap untuk “terkejut” melihat
perkembagan batita mereka.

B. SARAN
Hal – hal yang perlu diperhatikan Didalam melakukan didikan anak usia toddler
dengan tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan perkembangan dan
pertumbuhannya dalam aspek fisik dan pisikis yang didampingi dengan perhatian pula
pda gangguan – gangguan yang dialami oleh anak dan cara penanggulangan serta cara
mengatasinya.

- 26 -
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Sulistyawati. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba Medika

Barbara, Konzier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Volume 1. Jakarta :
EGC

Dwi, Sulityo. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak danRemaja. TIM.Jakarta

Dian, Adriyana. 2011. Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain PadaAnak. Jakarta : Salemba
Medika.

Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing. St. Louis:
Mosby Elsevier.

Wong, D., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2008). Buku
ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

Wong, D., Hockenberry, M., Wilson, D., Perry, S. E., & Lowdermilk, D. L. (2006). Maternal
Child Nursing Care. (3rd edition). St. Louis: Mosby Elsevier.

http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh-kembang/perkembangan-anak-masa-
toddler-dan-school-age/. Diakses pada 19 Februari 2015.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24528/Chapter%20II.pdf?sequence=4
. Diakses pada 12 februari 2015

- 27 -

Anda mungkin juga menyukai