DISUSUN OLEH:
KADEK YUNITA DEWI
S18D/S18185
A. Latar Belakang
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) adalah bahan / zat /
obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak / susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi), serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis,
dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang
bekerja pada otak. Sehingga menimbulkan perubahan pikiran perasaan,
perilaku, perasaan, dan sikap.
Masalah penyalahgunaan NAPZA sekarang ini sudah merupakan bencana
nasional. Hal ini ditandai dengan dicanangkannya “Indonesia Darurat
Narkoba”, makin meningkatnya jumlah populasi penyalahgunaan,
kompleksitas per masalahan, maupun jenis zat yang disalahgunakan.
Tingkat penyalahgunaan narkoba itu sendiri merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang memengaruhi baik dari dalam diri si pengguna (faktor
intrinsik) maupun dari luar diri si pengguna (faktor ekstrinsik). Persoalan ini
merupakan masalah yang sedang melanda bangsa ini, sehingga membutuhkan
perhatian khusus dari semua pihak dan solusi yang bukan hanya dari
pemerintah namun juga dari lapisan masyarakat. Karena sebagaimana
diketahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah suatu kondisi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa (mental dan perilaku),
sehingga korban penyalahgunaan narkoba tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam masyarakat, dan menunjukkan perilaku maladaptif.
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan (perawat) perlu mengerti mengenai
cara berkomunikasi yang baik kepada pasien pengguna napza. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki emosi pasien. Perawat
menjadikan dirinya secara terapeutik dengan berbagai teknik komunikasi
secara optimal agar dapat mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara / teknik berkomunikasi kepada pasien pengguna napza dengan
baik?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara / teknik berkomunikasi kepada pasien
pengguna napza dengan baik
D. Manfaat
Mengetahui bagaimana cara / teknik berkomunikasi kepada pasien pengguna
napza dengan baik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Orientasi
2. Identifikasi
3. Eksploitasi
4. Resolusi
Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul tujuan – tujuan
lain yang lebih dewasa.
5. Terminasi
Teknik komunikasi asertif yaitu para pembina berupaya meyakinkan para anak
bina bahwa meraka akan mampu mencapai keadaan yang diharapkan, yakni
dapat segera sembuh dan kembali kepada keluarga. Pada kegiatan ini para
pembina berupaya memberikan rasa nyaman kepada para anak bina untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka, tetapi dengan tetap diupayakan
agar mereka dapat menghargai orang lain. Komunikasi yang dilakukan
seringkali disisipi dengan humor-humor. Teknik ini merupakan upaya untuk
mengurangi ketegangan dan stres, serta untuk membangun hubungan harmonis
antara pembina dengan anak bina.
Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi
dengan pengguna napza, antara lain :
1. Perawat harus menghargai dan menghormati pasien seperti menghargai diri
sendiri, dan pantang untuk bertindak semena-mena terhadap pasien.
2. Bersikap toleransi. Hal ini dapat memberikan kenyamanan pada pasien,
menciptakan situasi yang kondusif, dan memberi ketenangan pada diri klien.
3. Kendalikan diri, kendalikan emosi, bersikap sabar, menerima, dan memahami
kondisi klien.
4. Kesungguhan dalam membantu klien dengan mengajak ngobrol tentang
keluarga, hobi, hingga pengalaman hidup.
5. Memotivasi pasien untuk kembali pada pola hidup yang lebih baik, memajukan
kesembuhan dengan menghentikan perilaku pemakaian pasien, meningkatkan
fungsi tubuh dan sosial pasien di kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narkoba adalah suatu kondisi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai
suatu gangguan jiwa (mental dan perilaku), sehingga korban penyalahgunaan
narkoba tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam masyarakat, dan
menunjukkan perilaku maladaptif. Dalam menangani masalah tersebut perawat
perlu keahlian khusus agar pasien pengguna napza tersebut dapat bertindak
secara wajar kembali. Hal tersebut dilakukan dengan membuat hubungan
antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik.
B. Saran
Komunikasi pada orang pengguna napza dilakukan dengan pendekatan
secara terapeutik, interpersonal agar dapat menghasilkan data yang falid dan
aktual.