Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KOMUNIKASI DENGAN PENGGUNA NAPZA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
Dosen Pengampu : Nadya Puspita Adriana, M.Si

DISUSUN OLEH:
KADEK YUNITA DEWI
S18D/S18185

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) adalah bahan / zat /
obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak / susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi), serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang
menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis,
dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang
bekerja pada otak. Sehingga menimbulkan perubahan pikiran perasaan,
perilaku, perasaan, dan sikap.
Masalah penyalahgunaan NAPZA sekarang ini sudah merupakan bencana
nasional. Hal ini ditandai dengan dicanangkannya “Indonesia Darurat
Narkoba”, makin meningkatnya jumlah populasi penyalahgunaan,
kompleksitas per masalahan, maupun jenis zat yang disalahgunakan.
Tingkat penyalahgunaan narkoba itu sendiri merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang memengaruhi baik dari dalam diri si pengguna (faktor
intrinsik) maupun dari luar diri si pengguna (faktor ekstrinsik). Persoalan ini
merupakan masalah yang sedang melanda bangsa ini, sehingga membutuhkan
perhatian khusus dari semua pihak dan solusi yang bukan hanya dari
pemerintah namun juga dari lapisan masyarakat. Karena sebagaimana
diketahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah suatu kondisi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa (mental dan perilaku),
sehingga korban penyalahgunaan narkoba tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam masyarakat, dan menunjukkan perilaku maladaptif.
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan (perawat) perlu mengerti mengenai
cara berkomunikasi yang baik kepada pasien pengguna napza. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki emosi pasien. Perawat
menjadikan dirinya secara terapeutik dengan berbagai teknik komunikasi
secara optimal agar dapat mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara / teknik berkomunikasi kepada pasien pengguna napza dengan
baik?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara / teknik berkomunikasi kepada pasien
pengguna napza dengan baik
D. Manfaat
Mengetahui bagaimana cara / teknik berkomunikasi kepada pasien pengguna
napza dengan baik
BAB II
PEMBAHASAN

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penyalahgunaan narkoba


adalah suatu kondisi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa
(mental dan perilaku), sehingga korban penyalahgunaan narkoba tidak lagi
mampu berfungsi secara wajar dalam masyarakat, dan menunjukkan perilaku
maladaptif.
Dalam menangani masalah tersebut perawat perlu keahlian khusus agar
pasien pengguna napza tersebut dapat bertindak secara wajar kembali. Hal
tersebut dilakukan dengan membuat hubungan antara perawat dan pasien yang
bersifat terapeutik. Perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan berbagai
teknik komunikasi secara optimal dengan tujuan untuk memperbaiki emosi
pasien, sehingga dapat mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.
Dalam Teori Hubungan Interpersonal Peplau, fase – fase yang bersifat terapeutik
dan berfokus pada interaksi interpersonal, yaitu :

1. Orientasi

Pasien mencari bantuan, dan perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi


masalah dan luasnya bantuan yang diperlukan.

2. Identifikasi

Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang independen, dependen,


atau interdependen, dan perawat meyekinkan pasien bahwa perawat memahami
makna situasinya

3. Eksploitasi

Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber – sumber lain sesuai


kebutuhannya.

4. Resolusi
Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul tujuan – tujuan
lain yang lebih dewasa.

5. Terminasi

Pasien dan perawat mengevaluasi kemajuan intervensi terhadap tujuan yang


telah ditentukan, meninjau waktu yang telah mereka habiskan bersama, dan
mengakhiri hubungan.

Menurut (jurnal) strategi komunikasi terapeutik yang diterapkan terhadap


para korban penyalahgunaan narkoba adalah melalui komunikasi verbal dan
nonverbal yang dilakukan secara terus-menerus untuk mengembalikan para
korban penyalahgunaan narkoba kepada jalan Allah melalui serangkaian amalan
dan dzikir dan kalimat al - thayyibah untuk membersihkan jiwa dan membebaskan
hati manusia dari sifat buruk kebinatangan (tuzakki al – nufus ‘anal – radha ’il ).

Metode komunikasi terapeutik menggunakan komunikasi interpersonal,


dan komunikasi kelompok. Langkah-langkah komunikasi interpersonal dan
kelompok dilakukan baik dalam interaksi informasi dan formal yang berifat
individual. Sedangkan komunikasi kelompok lebih banyak digunakan dalam
prosesi kegiatan amalan kelompok yang diajarkan dalam Thariqat Qodiriyyah
Naqsabandiyyah, seperti tausyiah setelah shalat, sebelum dzikir, dan khataman.

Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan terhadap para korban


penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut :

1. Teknik komunikasi reflektif

Teknik komunikasi reflektif yaitu dengan memberikan kesempatan pada anak


bina untuk mengemukakan pendapatnya dan menerima ide dan perasaannya
sebagai bagian dari dirinya sendiri.

2. Teknik komunikasi asertif

Teknik komunikasi asertif yaitu para pembina berupaya meyakinkan para anak
bina bahwa meraka akan mampu mencapai keadaan yang diharapkan, yakni
dapat segera sembuh dan kembali kepada keluarga. Pada kegiatan ini para
pembina berupaya memberikan rasa nyaman kepada para anak bina untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka, tetapi dengan tetap diupayakan
agar mereka dapat menghargai orang lain. Komunikasi yang dilakukan
seringkali disisipi dengan humor-humor. Teknik ini merupakan upaya untuk
mengurangi ketegangan dan stres, serta untuk membangun hubungan harmonis
antara pembina dengan anak bina.

Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi
dengan pengguna napza, antara lain :
1. Perawat harus menghargai dan menghormati pasien seperti menghargai diri
sendiri, dan pantang untuk bertindak semena-mena terhadap pasien.
2. Bersikap toleransi. Hal ini dapat memberikan kenyamanan pada pasien,
menciptakan situasi yang kondusif, dan memberi ketenangan pada diri klien.
3. Kendalikan diri, kendalikan emosi, bersikap sabar, menerima, dan memahami
kondisi klien.
4. Kesungguhan dalam membantu klien dengan mengajak ngobrol tentang
keluarga, hobi, hingga pengalaman hidup.
5. Memotivasi pasien untuk kembali pada pola hidup yang lebih baik, memajukan
kesembuhan dengan menghentikan perilaku pemakaian pasien, meningkatkan
fungsi tubuh dan sosial pasien di kehidupan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Narkoba adalah suatu kondisi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai
suatu gangguan jiwa (mental dan perilaku), sehingga korban penyalahgunaan
narkoba tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam masyarakat, dan
menunjukkan perilaku maladaptif. Dalam menangani masalah tersebut perawat
perlu keahlian khusus agar pasien pengguna napza tersebut dapat bertindak
secara wajar kembali. Hal tersebut dilakukan dengan membuat hubungan
antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik.

Dalam Teori Hubungan Interpersonal Peplau, fase – fase yang bersifat


terapeutik dan berfokus pada interaksi interpersonal, yaitu : Orientasi,
identifikasi, eksploitasi, resolusi, terminasi. Teknik komunikasi terapeutik yang
digunakan terhadap para korban penyalahgunaan narkoba adalah sebagai
berikut : Teknik komunikasi reflektif. Teknik komunikasi asertif.

B. Saran
Komunikasi pada orang pengguna napza dilakukan dengan pendekatan
secara terapeutik, interpersonal agar dapat menghasilkan data yang falid dan
aktual.

Anda mungkin juga menyukai