Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL KASUS 1

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun oleh :
Kelompok 3

1. Fahmi Ristayani (21116004)


2. Dika Dwi Saputra (21116005)
3. Dwi Aris Kurniawan (21116014)
4. Risa Sri Wulandari (21116017)
5. Junaedi (21116025)
6. Supriyanto (21116028)
7. Tasya Melangga Putri (21116034)
8. Endang Kartasari (21116035)
9. Aldo Prananta (21116039)
10.Muzilla Wati (21116042)
11.Gisella Rara Aliande A (21116043)
12.Dessy Astuti (21116051)

Dosen Pembimbing :
Siti Romadoni, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KASUS TUTORIAL KOMUNITAS
Tim Perawat Kesehatan Masyarakat Puskesmas akan Melaksanakan Program Asuhan
Keperawatan Komunitas Di Desa Ujanmas. Metode pengkajian yang digunakan adalah
wawancara, observasi dan pengumpulan data sekunder. Hasil pengkajian didapatkan:
I. Data inti:
Jumlah kepala keluarga 200 KK
Jumlah penduduk berdasarkan Jiwa 600 jiwa (80 usia bayi dan balita, 60 anak pra
sekolah dan sekolah, 70 remaja, 350 usia
dewasa, 40 lansia)

II. Data Subsistem Komunitas


1. Lingkungan fisik
Hasil Obervasi pemukiman penduduk padat, masyarakat sebagaian besar (80 % dari
jumlah KK) menggunakan sungai untuk MCK.
2. Pelayanan kesehatan / sosial
- Warga mengatakan tidak terdapat fasilitas kesehatan di desa tersebut
- Begitu juga dengan posyandu balita sehingga bayi dan balita tidak ditimbang
setiap bulannya.
- Jika ada masalah kesehatan masyarakat mengatakan lebih memilih untuk
pengobatan atau praktik tradisional seperti dukun urut, dukun untuk melahirkan.
- 80 % bayi dan balita tidak mendapatkan imunisasi
- Cakupan imunisasi hanya 20 % dari target
- Penyakit yang paling banyak diderita balita diduga karena tidak imunisasi
- Terdapat 5 balita menderita diare
3. Ekonomi
- Pekerjaan masayarakat mayoritas petani karet
- Kemampuan masyrakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan terbatas karena
kesulitan secara ekonomi
- Status ekonomi yg rendah menyebabkan masyarakat kurang terpapar dengan
sumber informasi kesehatan. Dari 60 anak yg dikaji pengetahuan dan perilaku cuci
tangan pakai sabun (CTPS) 80% pengetahuan dan perilaku CTPS yg buruk.
- Semua KK (100%) dengan perilaku merokok dirumah, sehingga menambah
beban secara ekonomi keluarga.
4. Keamanan dan transportasi
- Sering terjadi pencurian dengan pelaku remaja
- Terdapat koramil yang berjarak 500 meter dari desa tersebut
- Transportasi sangat sulit karena hanya mengandalkan 1 angkot yang hanya
beroperasi satu kali dalam sehari.
- Jarak dengan sarana dan fasilitas kesehatan jauh ( 2-3 jam perjalanan)
5. Politik dan pemerintahan
- Tempat berkumpul (balai desa)
6. Komunikasi
- Informasi kesehatan sangat kurang
- Hasil wawancara Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan Pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat rendah
- Pengetahuan tentang imunisasi rendah (75 % KK tidak mengethaui manfaat dan
pentingnya imunisasi)
- Menurut kepala desa baru sekali dilakukan kunjungan oleh petugas puskesmas
- Masyarakat mendapatkan informasi dari TV dan Radio
- Masyarakat tidak bisa menggunakan Hp karena tidak ada sinyal
7. Pendidikan
- Pendidikan masyarakat mayoritas rendah rata-rata lulus SD dan SMP
- Hanya terdapat SD di desa ini, dan satu SLTP di desa tetangga.
8. Rekreasi
- Tidak ada rekreasi ataupun aktivitas olahraga yang dilakukan warga
TAHAPAN TUTORIAL

1. IDENTIFIKASI MASALAH
DS :
- Warga mengatakan tidak terdapat fasilitas kesehatan di desa tersebut. Begitu juga
dengan posyandu balita sehingga bayi dan balita tidak ditimbang setiap bulannya.
- Jika ada masalah kesehatan masyarakat mengatakan lebih memilih untuk
pengobatan atau praktik tradisional seperti dukun urut, dukun untuk melahirkan.
- Sering terjadi pencurian dengan pelaku remaja
- Informasi kesehatan sangat kurang
- Menurut kepala desa baru sekali dilakukan kunjungan oleh petugas puskesmas
- Masyarakat mendapatkan informasi dari TV dan Radio
- Masyarakat tidak bisa menggunakan Hp karena tidak ada sinyal
DO :
- Jumlah Kepala Keluarga : 200 KK
- Jumlah Pendudk berdasarkan Jiwa : 600 jiwa (80 usia bayi dan balita, 60 anak pra
sekolah dan sekolah, 70 remaja, 350 usia dewasa, 40 lansia)
- 80% dari jumlah KK menggunakan sungai untuk MCK
- Cakupan Imunisasi hanya 20% dari target
- 80% bayi dan balita tidak mendapatkan imunisasi
- Terdapat 5 balita menderita diare
- Pekerjaan masyarakat mayoritas petani karet
- Semua KK (100%) dengan perilaku merokok dirumah, sehingga menambah
beban secara ekonomi keluarga.
- Dari 60 anak yg dikaji pengetahuan dan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS)
80% pengetahuan dan perilaku CTPS yg buruk.
- Terdapat koramil yang berjarak 500 meter dari desa tersebut
- Transportasi sangat sulit karena hanya mengandalkan 1 angkot yang hanya
beroperasi satu kali dalam sehari
- Jarak dengan sarana dan fasilitas kesehatan jauh ( 2-3 jam perjalanan)
- Tempat berkumpul (balai desa).
- Hasil wawancara Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan Pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat rendah
- Pengetahuan tentang imunisasi rendah (75 % KK tidak mengetahui manfaat dan
pentingnya imunisasi)
- Pendidikan masyarakat mayoritas rendah rata-rata lulus SD dan SMP
- Hanya terdapat SD di desa ini, dan satu SLTP di desa tetangga.
- Tidak ada rekreasi ataupun aktivitas olahraga yang dilakukan warga
2. HYPOTESIS
a. Gisel : Kegiatan apa yang bisa dilakukan oleh perawat komunitas pada
masyarakat desa hujan mas tersebut ?
b. Muzila : Apa peran pemerintah dalam membantu masalah kesehatan daerah
tersebut?
c. Aldo : Bagaimana peran tenaga medis untuk menyakinan masyarakat bahwa
berobat ke pelayanan kesehatan lebih penting dari dukun tradisional ?
d. Junaedi : Bagaimana cara mengurangi kejadian pencurian dengan pelaku
remaja ?
e. Aris : Bagaiman cara menerapkan PHBS pada masyarakat tersebut ?
f. Risa : Bagaimana cara mengatasi cakupan imunisasi yang tidak terpenuhi ?
g. Desy : Apakah faktor yang menyebabkan cakupan imunisasi rendah di
wilayah setempat ?
h. Fahmi : Menurut data masyarakat didesa tersebut 100%merokok. Bagaimana
cara perawat untuk mengurangi perilaku merokok pada masyarakat ?
i. Dika : Apa diagnosa keperawatan pada kasus tersebut ?
j. Tasya : fasilitas apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatkan cakupan
imunisasi ?
k. Supriyanto : apa saja yang diperlukan perawat kesehatan untuk mendukung
kegiatan penyeluhuh didesa tersebut ?

3. MEKANISME (Penyelesaian masalah)


a. Gisel : kegiatan apa yang bisa dilakukan oleh perawat komunitas pada
masyarakat desa hujan mas tersebut ?
- Tasya : dengan melakukan pendidikan kesehatan atau Planning of Action
b. Muzila : apa peran pemerintah dalam membantu masalah kesehatan daerah
tersebut?
- Risa : pemerintah harus membangun posyandu dan puskesmas, menambah
tenaga kesehatan didesa tersebut, pemerintah harus membuat poster untuk promosi
kesehatan.
c. Aldo : bagaimana peran tenaga medis untuk menyakinan masyarakat bahwa
berobat ke pelayanan kesehatan lebih penting dari dukun tradisional ?
- Aris : dengan cara melakukan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya
pendidikan kesehatan dan memberitahukan bahwa dampak negatif dari pengobatan
dukun tradisional itu tentang kebersihan tidak menjamin memiliki pengetahuan
kesehatan yang benar.
d. Junaedi : bagaimana cara mengurangi kejadian pencurian dengan pelaku
remaja ?
- Supri : dengan adanya pengawasan dari orang tua dan dengan meningkatkan
keamanan di desa tersebut, dengan adanya siskamling mendirikan organisasi seperti
IRMAS( ikatan remaja masjid)
e. Aris : bagaiman cara menerapkan PHBS pada masyarakat tersebut ?
- Desy : dengan cara meberikan pendidikan kesehatan ke masyarakat dan
menerapkan PHBS ke masyarakat
f. Risa : bagaimana cara mengatasi cakupan imunisasi yang tidak terpenuhi ?
- Zila : kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan
terbatas karena kesulitan secara ekonomi, dengan cara meningkatkan fasilitas
kesehatan, meningkatan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatan sarana dan
prasarana kesehatan.
g. Desy : apakah faktor yang menyebabkan cakupan imunisasi rendah di
wilayah setempat ?
- Aldo : masyarakat mengalami masalah ekonomi yang rendah, jarak dengan
fasilitas kesehatan sangat jauh sehingga masyarakat lebih memilih dukun untuk
melakukan pengobatan di desa tersebut.
h. Fahmi : menurut data masyarakat didesa tersebut 100%merokok. Bagaimana
cara perawat untuk mengurangi perilaku merokok pada masyarakat ?
- Gisel : dengan melakukan pemberian pendidikan kesehatan tentang akibat
dan bahaya dari merokok dan dampak bagi keluarga akibat menghirup asap rokok
i. Dika : Apa diagnosa keperawatan komunitas pada kasus tersebut ?
- Gisel : kurangnya pengetahuan masyarakat dalam berperilaku hidup sehat
dan meningkatkan angka kejadian diare yang dialami oleh masyarakat di desa
tersebut.
j. Tasya : fasilitas apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatkan cakupan
imunisasi ?
- Fahmi : memperbanyak kader kesehatan di desa tersebut, memfasilitasi
puskesmas keliling dan dengan menambahkan layanan kesehatan darurat.
k. Supriyanto : apa saja yang diperlukan perawat kesehatan untuk mendukung
kegiatan penyuluhan didesa tersebut ?
- Dika : laptop, leaflet, proyektor, plifchart, kursi , masyarakat, perawat yang
melaksanakan kegiatan, transportasi
-
4. MORE INFO (Data penunjang)
Mahasiswa
Mahasiswa/ Tim
Pertemuan
Kesehatan
Perangkat Desa
Masyarakat Desa
ujan mas

Pelaksanaan Askep
Komunitas

Pengkajian Diagnosa Perencanaan

Wawancara Survey PHBS Diare Planning of


terstruktur Action (PoA)

5. DO NOT KNOW (Learning Objective)


- Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang Tinjauan Teoritis
tentang Keperawatan Komunitas dari PHBS dan Diare.
- Agar mahasiswa/i dapat menetapkan diagnose keperawatan komunitas dari
masyarakat di Desa Ujanmas.
- agar mahasiswa/i dapat merumuskan Perencanaan Keperawatan (Planning of
Action) dari PHBS dan Diare Masyarakat di Desa Ujanmas.
6. LEARNING ISSUE
Belajar Mandiri Mencari Jawaban Dari Hal Yg Belum Diketahui Pada Tahap 5
Berdasarkan Referensi Atau Informasi Pakar
7. PROBLEM SOLVING (Rencana Asuhan Kep. Komunitas Pleanning Of
Action )
A. Tinjauan Teori
o IMUNISASI

 Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Atikah 2010).
Imunisasi adalah memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan
faksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan
melalui mulut seperti vaksin Polio. (Ign Ranu 2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan segaja memberikan kekebalan (imunitas)
pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak (Supartini, 2008).
 Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar variola (matondang, c.s,
dan siregar, s.p, 2008).
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut
adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio, dan tuberculosis, ( notoatmojo,
2007)
 Manfaat imunisasi
Imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan
oleh:
o Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.
o Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Menolong
pembentukan keluarga sejahterah apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.
o Untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melakukan pembangunan negara (Proverati, 2010).
 Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu :
1. Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan agar nantinya
sistem imun tubuh merespon spesifik. Dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
imunoglobin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta)
atau binatang yang di gunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi (Atikah, 2010)
 Dasar-dasar Imunisasi
1. Vaksin BCG (Bacillu Calmette Guerin)
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
3. Vaksin Hepatitis B
4. Vaksin Polio
5. Vaksin Campak
2) PHBS
a. Pengertian PBHS di Tatanan Rumah Tangga
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup bersih dan
sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga
kesehatan seluruh anggota keluarga. PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Mencegah
lebih baik daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan
Program PHBS.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan
melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan
lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2007). PHBS merupakan
salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan
baik pada masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader
dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan
kesehatan (Depkes RI, 2007).
b. Tujuan PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di desa,
kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS serta berperan
aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat (Depkes RI, 2007).
c. Manfaat PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi rumah tangga adalah setiap
rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas,
produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, dan dengan meningkatnya kesehatan
anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan
untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha
untuk peningkatan pendapatan keluarga.
Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat antara lain
masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan, masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada, masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin),
arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain- lain (Dinkes DIY, 2008).
d. Sasaran PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan
terbagi dalam :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah
perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang
bermasalah)
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga
yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orangtua, tokoh keluarga, kader
tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa,lurah, camat, kepala
Puskesmas, guru, dan tokoh masyarakat (Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota
Percontohan PHBS, 2006).
e. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai permasalahan kesehatan di
rumah tangga. Indikator mengacu Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu:
 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang
sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih
terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
Puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
 Rutin melakukan penimbangan berat badan balita
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan
mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010
Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, perubahan berat badan
merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila
kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak
terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi, sebaliknya bila kenaikan
berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila
digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke
dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan
membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan
(Departemen Kesehatan RI, 2007). Mencuci tangan dapat dilakukan setiap kali kita kotor
(setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), setelah buang air besar,
setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum
memegang makanan, sebelum menyusui bayi. setelah bersin, batuk dan mengeluarkan
ingus.
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:
a. Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus anti bakteri
b. Gosok tangan setidaknya selama 15–20 detik
c. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela–sela jari dan kuku
d. Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir
e. Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering
f. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran air.
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Manfaat mencuci tangan adalah:
o Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
o Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).
o Tangan menjadi bersih dan bebas kuman.
 Menggunakan jamban sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dan tangki
septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir. Kotoran manusia
(feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks yakni melalui berbagai
macam jalan atau cara. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacammacam cacing (gelang, kremi, tambang,
pita), schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia
harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat
tertentu atau jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003).
Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
(Depkes RI, 2004):
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah sekitar.
4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi
syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman.
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Dengan menggunakan jamban maka dapat menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak
berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya, tidak mengundang datangnya
lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus,
kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan. Jenis jamban yang
digunakan adalah jamban cemplung dan jamban tangki septik atau leher angsa (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
 Tidak merokok di dalam rumah
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan
sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar,
dan Carbon Monoksida (CO).
1) Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
2) Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
3) CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-
sel tubuh akan mati.
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok. Perokok pasif adalah orang yang
bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu
ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. Rumah adalah tempat berlindung,
termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak
menghirup asap rokok.

B. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Resiko Terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


pada balita di Desa Ujanmas berhubungan dengan belum
diterimanya program imunisasi secara baik oleh masyarakat yang
dimanifestasikan dengan :
- Tidak terdapat fasilitas kesehatan di desa Ujanmas
- Bayi dan balita tidak ditimbang setiap bulannya.
- Masyarakat lebih memilih untuk pengobatan atau praktik
tradisional seperti dukun urut, dukun untuk melahirkan.
- 80% bayi dan balita tidak mendapatkan imunisasi.
- Cakupan imunisasi hanya 20% dari target.
- Penyakit yang paling banyak diderita balita diduga karena tidak
imunisasi
Tujuan Jangka Panjang
Diakhir bulan Desember 2018 cakupan imunisasi pada balita di Desa
Ujanmas naik dari 20% menjadi 80%.
Tujuan Jangka Pendek
Setelah mengikuti penyuluhan di Puskesmas selama 140 menit,
masyarakat yang berperan sebagai orang tua mampu : menjelaskan
tentang arti dari imunisasi, manfaat dari imunisasi, dan dampak dari
tidak dilakukannya imunisasi.
2. Rendahnya Perilaku Hidup Bersih Sehat pada masyarakat di Desa
Ujanmas berhubungan dengan kurang terpapar dengan sumber
informasi kesehatan yang dimanifestasikan dengan :
- Masyarakat kurang terpapar dengan sumber informasi
kesehatan.
- Dari 60 anak yang dikaji pengetahuan dan perilaku cuci tangan
pakai sabun (CTPS) 80% pengetahuan dan perilaku CPTS yang
buruk.
- Semua masyarakat dengan perilaku merokok dirumah.
Tujuan Jangka Panjang
Diakhir bulan Desember 2018 cakupan Perilaku Hidup Bersih Sehat
pada masyarakat di Desa Ujanmas adanya penurunan angka kurang
pengetahuan tentang PHBS menurun dari 80% menjadi 30%.
Tujuan Jangka Pendek
Setelah mengikuti kegiatan gotong royong di daerah sungai
Ujanmas selama 60 menit, masyarakat mampu : memahami
pentingnya kebersihan lingkungan, mampu membedakan perilaku
hidup bersih dan sehat, dan dampak membuat MCK di Sungai.
C. PLANNING OF ACTION
N Masalah/Diag Kegiatan Sasaran Tempat Waktu PJ Masy/Mhs Dana
o. nosa
1 Imunisasi Penyuluhan Masyarakat di Balai Minggu, Nama Msy/ Mhs Swada
Ujanmas Desa 09/12/20 na
18
Pagi,
09.00
WIB
2 PHBS Simulasi Cuci Masyarakat di Balai Minggu, Nama Msy/Mhs Swada
Tangan dengan Ujanmas Desa 16/12/20 na
Sabun 18
Pagi,
Masyarakat di 06.00 Nama Msy/Mhs
Gotong Royong Ujanmas Pemukim WIB Swada
an Warga Minggu, na
16/12/20
Masyarakat di 18 Nama Msy/Mhs
Gotong Royong Ujanmas Sekitar Pagi,
sekitar Sungai di Sungai di 07.00 Swada
Desa Ujanmas Desa WIB na
Ujanmas Minggu,
23/12/20
18
Pagi,
08.00
WIB
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi Eka Prita, 2015. “PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA
TATANAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT”. Jakarta.

Swarjana I Ketut, 2016. “ Keperawatan Kesehatan Komunitas”. Yogyakarta : CV. ANDI


OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai