Anda di halaman 1dari 16

Surveilans Komunitas

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Keperawatan Komunitas II

Disusun oleh

Kelompok E:

Endriani Gusni 1811311011


Tasya Mutiara Rahmadina 1811311015
Chintia Paulina 1811311031
Dinda Anatia Kharisa 1811311033
Azuhri Takwim 1811312001
Abdul Rahim 1811312019
Nanda Amelia 1811312029
Nur Azizah Putri 1811312035
Suci Hayatul Kurnia F 1811312039
Beauty Risha Ananda 1811313015
Dosen Pengampu:
Gusti Sumarsih S. Kp., M. Biomed

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Surveilans Komunitas” ini sesuai
waktunya.

Kami berusaha untuk menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan dapat
membantu pembaca dalam memahami mata pelajaran Keperawatan Komunitas II dari makalah.
Disamping itu, kami berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk
melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan sehingga
kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari dosen mata pelajaran
Keperawatan Komunitas II agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya. Akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.

Payakumbuh, 26 Januari 2021

Kelompok E

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
1.3. Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Introduksi Surveilans................................................................................................2
2.2. Jenis-jenis Surveilans...............................................................................................4
2.3. Surveilans Pasif........................................................................................................7
2.4. Surveilans Aktif........................................................................................................8
2.5. Analisis Surveilans...................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2. Saran.......................................................................................................................12
Daftar Pustaka ..............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Surveilans kesehatan merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian atau masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
penanggulan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,pengolahan
data,analisis data dan diseminasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan .
Surveilans akan berjalan dengan baik apabila terintegrasi antara petugas
puskesmas hingga dinas kesehatan provinsi bahkan sampai kementerian kesehatan.
Secara singkat surveilans disebut juga pencatatan yang dilakukan secara terus menerus.
Dalam pelaksanaannya surveilans juga memiliki banyak kendala seperti ketidaktepatan
waktu pengumpulan yang dipengaruhi oleh tidak pahamnya petugas kesehatan terkait
komponen-komponen surveilans. Maka dari itu pemahaman mengenai konsep surveilans
ini sangat penting.
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana intoduksi surveilans?
2) Apa jenis-jenis surveilans?
3) Bagaimana surveilans pasif ?
4) Bagaimana surveilans aktif?
5) Bagaimana analisis surveilans?
1.3.Tujuan
1) Mampu menjelaskan dan memahami intoduksi surveilans?
2) Mampu menjelaskan dan memahami jenis-jenis surveilans?
3) Mampu menjelaskan dan memahami surveilans pasif ?
4) Mampu menjelaskan dan memahami surveilans aktif?
5) Mampu menjelaskan dan memahami analisis surveilans?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Introduksi Surveilans


System pengawasan menghasilkan data yang membantu memahami penyakit yang
menjadi permasalahan Kesehatan di masyarakat.

Surveilans adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap
data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan
secara efektif dan efisien.

Sistem kesehatan masyarakat dikatakan memiliki peran penting untuk penilaian


kesehatan penduduk, pengawasan kesehatan, promosi kesehatan, dan pencegahan penyakit.
pengawasan kesehatan masyarakat dianggap sebagai cara terbaik untuk mencegah epidemi.

Surveilans dapat dilakukan untuk memantau perubahan frekuensi penyakit atau


untuk memantau perubahan tingkat resiko penyakit tertentu. Informasi mordibitas dan
mortalitas suatu penyakit bisa didapatkan dari program surveilans penyakit. Surveilans
biasanya dilakukan untuk deteksi wabah penyakit menular baru dan penyakit menular lama,
hal ini merupakan komponen penting untuk mengatasi epidemi. Dalam beberapa tahun
terakhir survailans juga dilakukan untuk menilai perubahan kondisi seperti kelainan bawaan,
racun lingkungan, dan penyakit setelah terjadinya bencana alam.

Tujuan survailans

Surveilans dapat memberikan panduan kepada pembuat kebijakan untuk


mengembangkan dan menerapkan strategi terbaik untuk program pencegahan dan
pengendalian penyakit.

Surveilans bertujuan untuk memberikan informasi tentang masalah kesehatan


populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan
respon pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

a. Pemantauan wabah penyakit

2
b. Deteksi dini wabah
c. Deteksi perubahan mendadak insidensi
d. Memantau Kesehatan populasi
e. Menentukan kebutuhan Kesehatan yang menjadi prioritas
f. Mengevaluasi efektifitas program
g. Membuat perencanaan pelayanan Kesehatan

Komponen system surveilans

1. Pengumpulan data
Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok dengan resiko tinggi
pada suatu penyakit, menentukan karakteristik penyakit, pencatatan kejadian penyakit
dan pencatatan terjadinya outbreak
2. Analisis data
Data yang diperoleh biasanya didapat dalam bentuk data mentah yang harus
disusun sehingga mudah untuk dianalisis. Data yang terkumpul diolah dalam bentuk
tabel, grafik, dan bentuk peta.
3. Interpretasi data
Data yang telah disusun dan diolah, kemudian dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk mendapatkan gambaran situasi yang ada dalam masyarakat. Interpretasi
hasil analisis data menentukan Langkah dan kebijakan apa yang akan diambil untuk
menindaklanjuti apa yang ada, baik deteksi wabah maupun kegiatan monitoring.
Interpretasi data harus difokuskan pada aspek yang merupakan titik berat suatu masalah.
Sehingga dengan interpretasi data tersebut dapat ditetapkan prioritas kegiatan yang
dilakukan untuk mengontrol ataupun memperbaiki kondisi yang ada.
4. Feedback
Data yang telah dilakukan analisis kemudian hasil analisis disebarkan
kemasyarakat dan dilakukan umpan balik kepada wilayah kerja di level bawahnya.
Kegiatan umpan balik dapat berupa pertemuan berkala, pelatihan atau yang lainnya.
Kegiatan umpan balik diharapkan dapat memperbaiki data yang dikumpulkan dan
menjadi informasi pada level bawahnya.
5. Diseminasi atau penyebarluasan informasi

3
Tujuan dari proses ini adalah memungkinkan pembuat kebijakan untuk melihat
dan mengerti implikasi dari informasi yang didapatkan sehingga keputusan yang diambi
tepat untuk dijalankan di populasi tersebut. Pembuat kebijakan dapat mengevaluasi
efektifitas, keuntungan dan kerugian dari intervensi Kesehatan masyarakat tersebut.

2.2. Jenis Surveilans

Dikenal beberapa jenis surveilans:

1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional
yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah
terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina
adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi
(Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an
dan SARS.
Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina
total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama
masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial
membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat
kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk
mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus
bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos
lainnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan
dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas,
dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan
masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit

4
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta
data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan
individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui
program vertikal (pusat-daerah).
Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa
dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak
terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu
penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing,
mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi
duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing
penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan
individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans
sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-
gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber,
sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik
dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.
Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan
kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam
surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien
berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk 4 atau sakit tenggorok) dan
membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok
umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut
berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu
burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan

5
sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004;
Sloan et al., 2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit
tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi
tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel
merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan
sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor
penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti
salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri
tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap
daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur,
proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans
terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu
(WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services)
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan structural
d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen
sumber daya)
e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang

6
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO,
2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat
Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan
negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi)
khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional
untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit
lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru
muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda
surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku
kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008)

2.3. Surveilans Pasif

Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data


penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negara-
negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus
dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan
penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam
mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported,
karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu,
tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktupetugas terbagi
dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat
sederhana dan ringkas.

7
2.4. Survailans Aktif

Surveillance aktif menggunakan petugas khusus surveillance untuk


mengumpulkan data untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik
pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Biasanya
dilakukan untuk mengidentifikasi kasus baru atau kematian, dan konfirmasi laporan
kasus disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks.
Surveillance aktif lebih akurat dibandingkan surveillance pasif, karena dilakukan oleh
petugas terlatih yang dipekerjakan khusus untuk mengumpulkan data. Survailance aktif
dapat mengidentifikasi outbreak local. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
surveillance aktif lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan, dibandingkan surveillance
pasif.

2.5. Analisis Surveilans

Sumber Data Surveilans

Salah satu sistem pengumpulan data yang dilakukan secara terus-menerus dalam
epidemiologi dikenal dengan surveilans. Sebagai sumber data surveilans, WHO
merekomendasikan 10 macam sumber data yang dapat dipakai, yaitu :

a. Registrasi mortalitas
Pencatatan kematian yang dilakukan di tingkat desa dilaporkan ke kantor
kelurahan lalu ke kantor kecamatan dan Puskesmas. Sementara itu dari kantor
kecamatan, pencatatan tersebut dikirim ke kantor kapupaten/kota. Unsur ini akan
bermanfaat bila data pada pencatatan kematian cepat diolah dan hasilnya segera
diberitahukan kepada yang berkepentingan.
b. Laporan morbiditas
Unsur ini penting untuk mengetahui distribusi penyakit menurut waktu,
apakah musiman,cylic, atau secular.Dengan demikian dapat diketahui pula ukuran
endemis suatu penyakit. Jenis data yang diperlukan sesederhana mungkin,
Contohnya variabel orang cukup dicatat nama dan umurnya, variabel tempattempat
cukup alamatnya. Diagnognosis penyakit dan waktu mulai timbulnya penyakit
merupakan hal yang penting dicatat.

8
c. Laporan epidemic
d. Investigasi laboratorium
Laboratorium merupakan suatu sarana yang penting untuk mengetahui kuman
penyebab penyakit menular dan pemeriksaan tertentu untuk penyakit lainya, misalnya
kadar gula darah untuk penyakit diabetes mellitus.
e. Investigasi kasus individu
f. Investigasi lapangan epidemic
g. Survei
Survei ialah suatu cara penelitiana epidemiologi untuk mengetahui prevalens
penyakit. Dengan ukuran ini dapat diketahui luas masalah penyakit tersebut. Setelah
survey pertama dilakukan, berikan pengobatan terhadap penderita sehingga survey
kedua dapat ditentukan keberhasilan pengobatan tersebut
h. Studi reservoir binatang dan distribusi vector Penyakit zoonis terdapat pada manusia
dan hewan. Sehingga dalam hal ini manusia dan hewan merupakan reservoir.
Penyakit pada hewan diselidiki oleh dokter hewan dan penyakit akibat vector
seranggga diselidiki oleh ahli entomologis.
i. Penggunaan biologis dan obat
Keterangan yang menyangkut penggunaan bahan-bahan tersebut mengenai
banyaknya, jenisnya , danwaktunya memberi petunjuk kepada kita mengenai
masalah penyakit. Disamping itu, dapat pula dikumpulkan keterangan mengenai efek
samping dari bahan-bahan tersebut
j. Pengetahuan populasi dan lingkungan keterangan penduduk penting untuk
menetapkan “population at risk” . Persediaan bahan makanan juga penting diketahui
apakah ada hubungan kekurangan gizi, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kependudukan, dan lingkungan ini perlu selalu dipikirkan dalam rangka analisis
epidemiologis. Data atau keterangan mengenai kependudukan dan lingkungan itu
tentu harus didapat di lembaga-lemabaga nonkesehatan

Selain itu untuk surveilans, data dapat juga diperoleh dari :

a. Statistik rumah sakit dan tempat perawatan lainnya


b. Pencatatan dokter-dokter

9
c. Laporan laboratorium kesehatan masyarakat
d. Daftar absen kerja atau sekolah (bahan kuliah, Surveilans epidemiologi).

Sistem Surveilans untuk indikator penyakit

a. Populasi Hewan
b. Data lingkungan
c. Obat/ penggunaan biologi
d. Data Siswa dan pekerja

Sumber informasi kesehatan

Sumber informasi kesehatan dapat terdiri dari satu program atau juga berupa
masalah masalah kesehatan komunitas, atau informasi data perawatan kesehatan.

Analisis data

Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk membantu dalam
penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi, dan dalam upaya pencegahan
serta penanggulangan penyakit.

Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan dianalisa.
Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu umumnya lebih mudah
dipahami. Beberapa cara berikut biasanya dilakukan untuk memahami data dengan
baik, antara lain:

1. Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup dengan mempelajari
tabel saja; dan
2. Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi dengan peta dan
gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk mempermudah pemahaman akan trend,
variasi, dan perbandingan.

Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa data surveilans, seperti:

10
a. Analisis univariat, yaitu teknik analisis terhadap satu variable saja dengan
menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan deskripsi penyakit secara
statistik (mean, modus, standar deviasi);
b. Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang melibatkan dua
variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa digunakan tools seperti Tabel
(menghitung proporsi dan distribusi frekuensi), Grafik (menganalisis kecenderungan),
dan Peta (menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu); dan
c. Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis statistik lanjutan terhadap
lebih dari dua variable, untuk mengetahui determinan suatu kejadian penyakit.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Surveilans kesehatan merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian atau masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
penanggulan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,pengolahan
data,analisis data dan diseminasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan.
Surveilans ada dua jenis, yaitu surveilans pasif dan surveilans aktif. Surveilans
pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus
dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.
Sedangkan surveillance aktif menggunakan petugas khusus surveillance untuk
mengumpulkan data untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik
pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit.
3.2. Saran
Sebagai manusia yang biasa membutuhkan bantuan orang lain, penulis
mengharapkan dukungan baik dari pembaca baik dalam bentuk kritik dan saran. Semoga
dengan itu semua dapat membuat makalah ini semakin baik dan bermanfaat bagi
pembaca.

12
Daftar Pustaka

Samuel L, David L. Public Health Surveillance System : Recent Advances in Their Use and
Evaluation, Office of Public Health Preparedness and Response, Annu. Rev. Public
Health. 2017. 38:57-79

Celentano D, Szklo M. Gordis Epidemiology. Sixth edition. Canada; Elsevier, 2019; Hlm 41-44

13

Anda mungkin juga menyukai