Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN DALAM


MENINGKATKAN KESADARAN REMAJA PUTRI AKAN PERSONAL
HYGIENE SAAT MENTRUASI

SARI NADHIFA AFDHAL


1811312007

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja (Adolescence) menurut World Health Organization (WHO)
adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 Tahun 2014 menjelaskan remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10 sampai 18 tahun.
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium), yang di
sertai dengan perdarahan dan terjadi setiap bulannya. Saat menstruasi, tentunya
seorang wanita harus tetap bersih dan sehat, untuk menghindari pembusukan dan
berkembangnya jamur yang bisa menimbulkan keputihan dan sebagainya.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5% remaja di
dunia terjangkit penyakit menular seksual atau infeksi saluran reproduksi dengan
gejala keputihan setiap tahunnya, dan sebesar 75% wanita di seluruh dunia
setidaknya mengalami keputihan sebanyak satu kali dalam seumur hidupnya,
(Politeknik Kesehatan Depertemen Kesehatan, 2010). Data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2017 menyatakan bahwa secara
nasional remaja yang melakukan prilaku personal. Kelompok remaja menjadi
perhatian karena jumlah mereka yang besar dan rentar serta mempunyai resiko
gangguan terhadap kesehatan reproduksi. Salah satu strategi untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang personal Hygiene saat menstruasi
adalah melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan akan mempunyai
efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun media
yang baik. Salah satu metode penyuluhan kesehatan adalah ceramah tanya
jawab. Ceramah ini disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok
pendengar, dengan metode yang baik untuk sarana yang berpendidikan tinggi
maupun pendidikan rendah.
Karena masih tingginya persentase lingkungan tidak bersih serta
penggunaan pembalut yang kurang sehat ketika menstruasi pada remaja putri
dan akibat kurangnya kesadaran hygiene saat menstruasi peneliti tertarik untuk
meneliti tingkat kesadaran remaja putri pada saat menstruasi di Parak Karakah
Padang Timur.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah “Pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap remaja putri saat
menstruasi di kelas X di Parak Karakah”.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri mengenai
personal hygiene saat menstruasi.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dan dapat menambah
ilmu bagi para pembaca sebagai tambahan pengetahuan atau bahan
perbandingan untuk menyusun karya ilmiah khususnya pengaruh
personal hygiene saat menstruasi.
1.4.2. Manfaat praktis
a. Bagi Responden
Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman
remaja putri mengenai Personal Hygiene saat menstruasi sehingga
diharapkan remaja putri memiliki pengetahun yang konfrehensif tentang
Personal Hygiene saat menstruasi, serta mampu bersikap positif sebagai
upaya mencegah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan penelitian
tentang penyuluhan personal hygiene saat menstruasi.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada pihak institusi agar dapat
meningkatkan informasi yang memadai tentang Personal Hygiene saat
menstruasi terutama pada remaja putri.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Kharisma Maharani (2017) dalam skipsinya yang berjudul Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Personal Hygine Genitalia Terhadap Perilaku
Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VII SMP Negeri 3 Tempel Sleman
Tahun 2017. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perilaku Hygiene saat
menstruasi pada saat dilakukan posttes terdapat katogori perialku kurang
sebanyak 2 responden (4.5%), perilaku cukup sebanyak 21 responden (47.7%)
dan perilaku baik sebanyak 21 responden (47.7%),artinya pendidikan kesehatan
tentang personal Hygiene genetalia berdampak baik dan dapat berubah perilaku
Hygiene yang kurang pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Tempel yang semula
terdapat responden dengan perilaku kurang sebanyak 11 orang kemudian turun
menjadi 2 responden.
2.2. Remaja
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi Remaja
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10 sampai 18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang
usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun serta belum menikah. Dengan
demikian remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada
masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat
pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa.
2.1.2. Karakteristik remaja pada umurnya
1. Pertumbuhan Fisik : Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai
puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14 tahun)
karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan
payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis pada remaja

1
laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis.
Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap
remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja akhir
(17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir
komplit dan remaja telah matang secara fisik.
2. Kemampuan berpikir : Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai
dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman
sebaya. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu
memandang masalah secara komprehensif dengan identitas
intelektual sudah terbentuk.
3. Identitas : Pada tahap awal remaja ketertarikan terhadap teman
sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau penolakan. Remaja
mencoba berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri
sendri meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis.
4. Hubungan dengan orang tua : Pada tahap awal remaja, keinginan
yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua. Dalam tahap ini,
tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada
tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian
dan kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi
dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari
orangtua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.
5. Hubungan dengan sebaya : Remaja pada tahap awal dan
pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk
menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang
cepat, pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin yang sama,
namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik
lawan jenis. Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam
kelompok; standar perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya
sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting.
Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang
dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan individu.

1
Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap
kemungkinan hubungan yang permanen.
2.1.3. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Hurlock, 2006 : 211. Perubahan fisik masih jauh dari
sempurna pada masa puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya
sempurna pada akhir masa awal remaja. Terdapat penurunan dalam laju
pertumbuhan dan perkembangan internal lebih menonjol daripada
perkembangan eksternal.
1. Perubahan eksternal
a. Tinggi : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang
matang antara usia 17 dan 18 tahun, dan rata-rata anak laki-laki
kira-kira setahun sesudahnya.
b. Berat : Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama
dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar
kebagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung
sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.
c. Porsi tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai
perbandingan tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan
memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu
panjang.
d. Organ seks : Baik organ seks pria maupun organ seks wanita
mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi
fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
e. Ciri-ciri seks sekunder : Ciri-ciri seks sekunder yang utama
berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir
masa remaja.
2. Perubahan internal
a. Sistem pencernaan : Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi
terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan
bertambah besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus
menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan
kerongkongan bertambah panjang.

1
b. Sistem peredaran darah : Jantung tumbuh pesat selama masa
remaja, usia 17 atau 18 tahun beratnya dua belas kali berat
pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah
meningkat dan mencapai tingkat kematangan bila mana
jantung sudah matang.
c. Sistem pernafasan : Kapasitas paru-paru anak perempuan
hampir matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai
tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.
d. Sistem endokrin : Kegiatan gonad yang meningkat pada masa
puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh
sistem endokrin pada awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks
berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai
ukuran matang sampai akhir masa remaja atau awal masa
dewasa.
e. Jaringan tubuh : Perkembangan kerangka berhenti rata-rata
usia 18 tahun. Jaringan selain tulang terus berkembang sampai
tulang mencapai ukuran matang. Khususnya bagi
perkembangan jaringan otot.
2.3. Menstruasi
2.3.1. Definisi
Menurut dr. Marianti (2018) Menstruasi adalah proses keluarnya
darah dari vagina yang terjadi diakibatkan siklus bulanan alami pada
tubuh wanita. Siklus ini merupakan proses organ reproduksi wanita untuk
bersiap jika terjadi kehamilan. Persiapan ini ditandai dengan penebalan
dinding rahim (endometrium) yang berisi pembuluh darah. Jika tidak
terjadi kehamilan, endometrium akan mengalami peluruhan dan keluar
bersama darah melalui vagina. Siklus ini berjalan sekitar 4 minggu,
dimulai sejak hari pertama menstruasi, hingga hari pertama menstruasi
berikutnya tiba. Siklus menstruasi pada seorang wanita diatur oleh
berbagai hormon, baik yang dihasilkan oleh organ reproduksi maupun
kelenjar lain. Beberapa hormon yang terlibat adalah GnRH

1
(gonadotropin relasing hormone), FSH (folicle stimulating hormone), LH
(luteinizing hormone), estrogen, dan progesteron.
2.3.2. Fisiologi siklus menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon
yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan
implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari
siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus
berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan
salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter. Siklus menstruasi
normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya
darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan
wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita
dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche
dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau
siklus yang tidak mengandung sel telur. (tim redaksi klikdokter)
2.3.3. Fase menstruasi
Menurut dr. Tania (2019), fase menstruasi terbagi menjadi empat
tahapan. Berikut urutannya:
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi adalah tahap pertama dari siklus haid setiap
bulannya. Fase ini dimulai ketika sel telur yang dikeluarkan ovarium
dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Hal ini membuat kadar estrogen
dan progesteron turun. Pada fase ini, akan mengalami berbagai gejala
yang dapat dirasakan berbeda orang, diantaranya kram perut, nyeri pada
payudara, perut terasa kembung, nyeri pada pinggul, perubahan suasana
hati atau mood, sakit kepala, mudah lelah dan lemas.
Dalam satu siklus, menstruasi rata-rata berlangsung selama 3-7
hari. Namun, sebagian wanita juga bisa mengalami haid lebih dari 7
hari.
2. Fase folikuler (pra-ovulasi)
Fase folikuler atau pra-ovulasi dimulai di hari pertama haid. Di
hari pertama Anda haid, di saat itu pula hormon perangsang folikel

1
(FSH) mulai meningkat. Kondisi ini dimulai ketika hipotalamus
mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari dan melepas zat kimia yang
disebut dengan  hormon pelepas gonadotropin (GnRH). Hormon ini
mendorong kelenjar hipofisis untuk menghasilkan peningkatan kadar
hormon lutein (LH) dan FSH. FSH bertugas merangsang indung telur
menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut folikel. Setiap folikel
mengandung sel telur yang belum matang. Dalam prosesnya, hanya sel
telur yang paling sehatlah yang akhirnya akan matang. Sementara sisa
folikel yang lainnya akan diserap kembali ke dalam tubuh. Folikel yang
matang akan memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan
rahim. Lapisan rahim menebal dikondisikan untuk menciptakan
lingkungan kaya nutrisi bagi embrio (bakal janin) untuk tumbuh. Fase
ini berlangsung sekitar 11-27 hari, tergantung pada siklus bulanan Anda.
Namun umumnya wanita mengalami fase folikuler selama 16 hari.
3. Fase ovulasi
Meningkatkan kadar estrogen selama fase folikel atau pra ovulasi
memicu kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon luteinizing (LH).
Di fase inilah proses ovulasi dimulai. Ovulasi biasanya terjadi di
pertengahan siklus, yaitu sekitar 2 minggu atau lebih sebelum mulai
menstruasi. Ovulasi adalah proses ketika ovarium melepaskan satu sel
telur yang matang. Telur ini kemudian bergerak ke tuba falopi menuju
rahim untuk dibuahi oleh sperma. Masa hidup sel telur biasanya hanya
sekitar 24 jam untuk sampai bertemu sperma.
4. Fase luteal
Saat folikel melepaskan telurnya, bentuknya berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum melepaskan hormon progesteron dan
estrogen. Peningkatan hormon di fase ke-empat menstruasi ini berfungsi
menjaga lapisan rahim tebal dan siap untuk ditanamkan telur yang telah
dibuahi.
2.3.4. Tanda dan gejala awal menstruasi
Tanda dan gejala awal menstruasi wanita berbeda-beda, menurut
dr. Merry Dame (2019) adalah :

1
1. Kram pada perut
2. Bercak atau flek darah
3. Nyeri pada payudara dan pinggang
4. Nafsu makan meningkat
5. Perubahan suasana hati dan mudah tersinggung
6. Mudah lelah dan lemas
2.3.5. Gangguan menstruasi atau haid
Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam:
1. Kelainan siklus menstruasi
a. Amenorrhea : Tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea
primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami
menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang
terjadi setelah menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea
adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau selama
tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus menstruasi
sebelumnya. Berdasarkan penelitian, amenorrhea adalah
apabila tidak ada menstruasi dalam rentang 90 hari.
Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui,
tergantung frekuensi menyusui dan status mutrisi dari wanita
tersebut (Kusmiran, 2016).
b. Oligomenorrhea : Tidak adanya menstruasi untuk jarak interval
yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi
yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari (Kusmiran, 2016).
c. Polymenorrhea : Sering menstruasi yaitu jarak siklus
menstruasi yang pendek kurang dari 21-hari.
2. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi
a. Menorrahgia : kondisi perdarahan yang terjadi reguler dalam
interval yang normal, durasi dan aliran darah lebih banyak.
b. Metrorraghia : kondisi perdarahan dalam interval irreguler,
durasi dan aliran darah berlebihan/banyak.

1
c. Polymenorrhea : kondisi perdarahan dalam interval kurang dari
21 hari.
3. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi
a. Premenstruasi Syndrome (PMS) : gejala premenstruasi, dapat
menyertai sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan malas
bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah lelah. Nafsu
makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya
asam. Emosi menjadi labil. Biasanya wanita mudah marah,
sensitif, danperasaan negatif lainnya. Saat PMS, gejala yang
sering timbul adalah mengalami kram perut, nyeri kepala,
pingsan, berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air
dalam jumlah yang banyak serta pinggang terasa pegal
(Kusmiran,2016).
b. Dysmenorrhea : Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai
dari ringan hingga yang berat, diantaranya nyeri abdomen,
kram, dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal seperti mual
dan diare dapat terjadi sebagai gejala menstruasi (Kusmiran,
2016).
2.4. Personal Hygiene Dan Personal Hygiene Saat Menstruasi
2.4.1. Definisi
Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik aupun
psisikologis. Bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang. Hygiene adalah ilmu kesehatan dan pengetahuan tentang dan
pemeliharaan kesehatan. Hygiene personal adalah perawatan diri dengan
cara melakukan beberapa fungsi seperti mandi, toileting, Hygiene tubuh
umum, dan berhias. Hygiene meliputi perawatan kulit, rambut, kuku,
gigi, rongga mulut dan hidung, mata, telinga dan area perenium geneta.
Menurut Patricia (2005) personal hygiene menstruasi merupakan
peningkatan kesehatan melalui implementasi tindakan hygiene yang
dapat dilakukan saat menstruasi. Tujuan dari perawatan selama
menstruasi untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang

1
dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan
fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesejahteraan (Patricia,
2005).
2.4.2. Tanda dan gejala personal hygiene
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000). Tanda dan gejala
individu dengan kurang perawatan diri adalah:
1. Fisik : Badan bau dan pakain kotor, rambut dan kulit kotor, kuku
panjang dan kotor, gigi yang kotor serta mulut bau, dan penampilan
tidak rapi
2. Psikologis : Malas dan tidak ada inisiatif, menarik diri atau isolasi
diri, dan merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial : Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku
sesuai norma, cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang
air kecil di sembarangan. tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
2.4.3. Pemeliharan dalam personal hygiene
Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk kenyaman
individu, keamanan dan kesehatan (perry, 2005). Personal hygiene
meliputi:
a. Kebersihan kulit : Menggunakan barang-barang keperluan sehari-
hari milik sendiri, mandi minimal 2 kali sehari, mandi memakai
sabun, menjaga kebesihan pakaian, makanan yang bergizi terutama
banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
b. Kebersihan rambut : Kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurang-kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai
shampo atau bahan pencuci rambut lainnya, dan sebaiknya
menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
c. Kebersihan gigi : Menggosok gigi secara benar dan teratur
dianjurkan setiap sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri,
menghindari makan-makanan yang merusak gigi, membiasakan
makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan memeriksa gigi
secara teratur.

1
d. Kebersihan telinga : Membersihkan telinga secara teratur, dan tidak
menggorek-ngorek telingan dengan benda tajam.
e. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku : Seperti halnya kulit, tangan
kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari
kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari
tangan kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari
berbagai penyakit.
2.4.4. Indikator personal hygiene menstruasi
Indikator personal hygiene menstruasi menurut Kusmiran (2012),
sebagai berikut :
a. Saat menstruasi wanita lebih berkeringat dibanding dengan hari-
hari biasanya. Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas
dari bau badan harus rajin merawat tubuh dengan mandi yang
bersih dan mencuci rambut minimal dua hari sekali.
b. Membersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin
secara teratur dengan air bersih, lebih baik menggunakan air
hangat, dan sabun lembut dengan kadar soda rendah terutama
setelah buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Cara
membasuh alat kelamin perempuan yang benar adalah dari arah
depan (vagina) ke belakang (anus), tidak terbalik karena bakteri
yang ada disekitar anus bisa terbawa kedalam vagina dan berisiko
menimbulkan infeksi.
c. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina.
d. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering
mengganti celana dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga
vagina dari kelembapan yang berlebihan, bahan celana dalam yang
baik harus menyerap keringat seperti katun.
e. Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah
kotor pemakain pembalut tidak boleh lebih dari 6 jam diganti
sesering mungkin bila sudah oleh darah. Hal ini dikarenakan
pembalut juga menyimpan bakteri jika lama tidak diganti.

1
Cara membersihkan daerah kewanitaan adalah :
a. Membasuh tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
memegang daerah kewanitaan.
b. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih.
c. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah BAK atau
BAB untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus.
d. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
e. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi
2.4.5. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene menstruasi
Notoadmodjo (2010), mengemukakan bahwa faktor-faktor
mempengaruhi personal hygiene menstruasi yaitu :
a. faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat bawaan, misalhnya tingkat pendidikan, tingkat emosional,
konsep diri dan jenis kelamin.
b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik. Faktor lingkungan ini merupakan faktor
dominan yang mewarnai perilaku sesorang dalam menjaga
kesehatan organ reproduksi, karena seseorang akan cenderung
menyesuaikan dan mengikuti perilaku hygiene organ reproduksi
sesuai dengan kebiasaan yang ada di lingkungannya.
2.4.6. Dampak yang sering timbul dari pada masalah personal hygiene
Dampak yang akan timbul jika personal hygiene kurang adalah
(Wartonah, 2010)
a. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, adalah
gangguan yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telingan
dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang
berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

1
2.5. Pengetahuan
2.5.1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah orang mengadakan
pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi
melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga
2.5.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behavior).
Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
I. Tahu (Know) : Mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termaksud kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
II. Memahami (Comprehension) : Suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek dan materi harusdapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
III. Aplikasi (Application) : Kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya
(Real). Aplikasi lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam
perhitungan hasil penelitian.
IV. Analisis (Analysis) : Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

1
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
V. Sintesis (Syntesis) : Suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam satu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalh suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, merencanakan, meyesesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan yang telah ada.
VI. Evaluasi (Evaluation) : Kemampuan untuk melakukan penilaian
terhdap suatu meteri atau objek. Penilaian-penilaian tersebut
didasarkan pada suatu kriteria yang telah ada.
Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awarnes (Kesadaran)
b. Interset (Merasa tertarik)
c. Evaluation (Menimbang-nimbang, terhadap baik atau tidaknya,
stimulus tersebut bagi dirinya)
d. Trial (Mulai mencoba)
e. Adaptation (Berperilaku baru)
2.5.3. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara
atau angket yang yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subjek penelitian atau responden. Dalam pengukuran pengetahuan harus
diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-
angka yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan
peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai
konsekuensinya setiap cetakan pada kolom jawaban menunjukkan nilai
tertentu.

1
Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka
atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori reponden perskalaan.
Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengategorikan
jenjang atau peringkat dalam dalam penelitian ini biasanya dituliskan
dalam persentase. Misalnya, pengetahuan: baik (76-100%), cukup (56-
75%), Kurang (<56%).
Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013), pengukuran
tingkat pengetahaun dilakukan bila seseorang mampu menjawab
mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka
dikatakan seseorang mengetahui bidang tersebut. Oleh karena itu,
sekumpulan jawaban yang diberikan disebut pengetahaun.

1
DAFTAR PUSTAKA
WHO. World Health Statistics 2017: Monitoring Health For The SDGs,.
2017;
Maryam S. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan Jakarta;
EGC. 2017.
Pythagoras K. Personal Hygiene Remaja Putri Ketika Menstruasi. 2018;
S. N. ilmu perilaku kesehatan jakarta : Rineka Cipta. 2010;
Fitri I. Lebih Dekat Dengan Sistem Reproduksi Wanita Yogyakarta.
2017.
Wardiah A. sistem reproduksi jakarta ; salemba medica ; 2016.
Emawati S. Manajemen Kesehatan Menstruasi Jakarta; 2017.
Kumalasari l. dkk. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan
Dan Keperawatan Jakarta: Selemba Medika. 2012.
Setiyaningrum E. Pelayanan Keluargan Berencana Kesehatan
Reproduksi Jakarta ; TIM. 2015.
Dhamayanti M. Remaja; Kesehatan Dan Permasalahannya. 2017.
Yuni N E. Buku Saku Personal Hygiene Yogyakarta. 2015.
Priyoto. Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan Yogjakarta. 2015.
Agus R dan B. Kapital Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika. 2016.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan No Title.
Jakarta: Rineka Cipta. 2016.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. Keluarga
Berencana dan Kesehatan. Jakarta : BKKBN
Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi VI. Jakarta : penerbit
Buku Kedokteran EGC
Dr.Pribakti, 2010, Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Jakarta
Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan
Praktikum, ALFABETA : Bandung
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

1
Patricia, A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Consep Edisi 4. Jakarta:
EGC
Perry & Potter, 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4. Alih Bahasa Renata Komalasari, Jakarta :EGC
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung ; PT
Remaja Rosdakarya
Riskesdas, 2016. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Diakses 13 April 2018.
Santrock, 2003, Adolescence : Perkembangan Remaja (edisi keenam). Jakarta :
Erlangga
Khatib, A., Adnani, S. S., & Sahputra, R. E. (2019). Hubungan Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Personal Hygiene Dengan Gejala Vaginitis Pada Siswi
Smpn 1 Kota Padang Dan Smpn 23 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1), 19-
27
Batubara, S. K. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja
Terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smp Negeri 2 Batang
Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Maksitek, 5(3), 167-187.
Ety, D. (2019). Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri Suku Nuaulu Dalam
Tradisi Pinamu Di Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 14(1), 31-35.
Puspitaningrum, W., Agusyahbana, F., Mawarni, A., & Nugroho, D. (2017).
Pengaruh Media Booklet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terkait
Kebersihan Dalam Menstruasi Di Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak Triwulan
Ii Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(4), 274-281.
Suryani, L. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Remaja Putri
Tentang Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi Di Smp Negeri 12 Kota
Pekanbaru. Jomis (Journal Of Midwifery Science), 3(2), 68-79.
Bujawati, E., Raodhah, S., & Indriyanti, I. (2017). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi Pada
Santriwati Di Pesantren Babul Khaer Kabupaten Bulukumba, Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2016. Higiene: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 3(1), 1-9.

1
Maharani, K. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Personal
Hygiene Saat Menstruasi Pada Santriuwati Di Mts Pondok Pesantren
Dar El Hikma Kota Pekan Baru, Vol.1,No 1,Januari-Sampai Juni.
2018;

Anda mungkin juga menyukai