Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA


DI PUSKESMAS SEKIP

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada


Remaja dan Pra Nikah

Disusun Oleh:

Lisdawati
NIM. PO7124422006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
“Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja Di Puskesmas Sekip”

Disusun Oleh
LISDAWATI
NIM. PO7124422006

Menyetujuhi,

Pembimbing Klink Pembimbing Institusi

Dwi Astuti, S.S.T, M.Kes Asri Noviyanti, S.S.T, M, Keb


NIP. 197104161991032001 NIP.199111042019022001

Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Kebidanan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP.197305191993012001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Pendahuluan “Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja dan Pra Nikah Di
Puskesmas Sekip”. Penulisan Laporan Komprehensif ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pra Nikah
Program Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang dan pembimbing Institusi
3. Elita Vasra, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang dan Pembimbing Akademik.
4. Ibu dr. RA Emiria Umi Kalsum, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sekip
5. Asri noviyanti, S.S.T, M. Keb selaku pembimbing lahan di Puskemas
Sekip
6. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya laporan
ini
Akhir kata penulis sebagai penyusun berharap, agar laporan ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu. Aamiin.

Palembang, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................16
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB 1 TINJAUAN TEORI..................................................................................
A. Definisi.........................................................................................................
B. Etiogologi.....................................................................................................
C. Patosisiologi.................................................................................................
D. Implikasi Untuk Praktek dan Strategi Pengajaran (Implications For
Practice And Teaching Strategies) .............................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. Manajeman Asuhan Kebidanan.................................................................
B. Data Pengkajian.........................................................................................
C. Diagnosa Masalah.....................................................................................
D. Penatalaksanaan.........................................................................................
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti tumbuh ka arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis. Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dan khusus
dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut merupakan masa transisi
dari anak-anak menjadi dewasa. Remaja merupakan masa periode
pertumbuhan dan perkembanganyang cukup bermakna baik secara
fisik, biologis, psikologis maupun intelektual 1. Remaja menunjukkan
masa dari awal pubertas sampai terjadinya kematangan. Terdapat tiga hal
yang membedakan remaja dari kelompok usia lainnya, yaitu awal mula
kemunculan pubertas, berkembangnya kemampuan berpikir, pergeseran
menuju peran baru dalam masyarakat 2.
Masa remaja adalah masa di mana seorang individu berkembang
dan menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder pertama hingga saat ia
mencapai kematangan seksual. Individu mengalami pola perkembangan
dan identifikasi psikologis dari anak-anak ke dewasa, dan terjadi transisi
dari ketergantungan sosial ekonomi yang lengkap kekeadaan yang relatif
mandiri3
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau (WHO) mendefinisikan
remaja rentan usia yang berusia antara 10 tahun sampai 19 tahun.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentan waktu 10-18 Tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) renatan usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah 4. Usia remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas, tidak termasuk golongan anak, tetapi juga
tidak termasuk golongan usia dewasa atau usia tua. Remaja berada
dalam situasi yang sangat peka terhadap pengaruh nilai baru, terutama
bagi mereka yang tidak mempunyai daya tangkal 1.
2. Perkembangan Remaja
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Masa
remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-
anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Berdasarkan masa
tersebut ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah pertama, hal yang bersifat
eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang
bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat
remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan
lainnya (storm andstress period).Pada masa remaja terjadi perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang yang ditandai dengan
pencapain lima hal, yaitu :
a) Minat menunjukkan kematangan terhadap fungsi-fungsi intelek,
b) Ego lebih mengarah pada mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang lain dalam mencari pengalaman baru
c) Terbentuk identitas seksual yang permanen atau tidak akan berubah
lagi
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain
e) Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadinya (Private Self)
dengan masyarakat umum5
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
a) Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan
Meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja
awal (11-14 tahun) karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti
penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis pada
remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis.
Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap
remaja pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja akhir
(17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit
dan remaja telah matang secara fisik.
b) Kemampuan berpikir
Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta
membandingkan normalitas dengan teman sebaya yang jenis
kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah
mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas
intelektual sudah terbentuk.
c) Identitas
Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan
dengan penerimaan atau penolakan. Remaja mencoba berbagai peran,
mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri meningkat,
mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri
dan definisi terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap
pada remaja di tahap akhir
d) Hubungan dengan orang tua
Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah ciri
yang dimiliki oleh remaja pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak
terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap
pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan
kontrol. Pada tahap ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan
pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua dapat
dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.
e) Hubungan dengan sebaya
Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan
teman sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan
oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis
kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi
kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang untuk
mengambil tempat di dalam kelompok; standar perilaku dibentuk oleh
kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang
sangat penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya mulai
berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan
individu. Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita
terhadap kemungkinan hubungan yang permanen6.
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-
kesulitan yang membutuhkan suatu ketrampilan untuk mengatasinya. Pada
masa remaja, mereka dihadapkan kepada dua tugas utama, yaitu :
a) Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara
remaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi
berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari
orang tua, misalnya dalam hal memilih teman ataupun melakukan
aktifitas. Sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional
sementara orangtua yang masih ingin mengawasi dan melindungi
anaknya dapat menimbulkan konflik diantara mereka. Pada usia
pertengahan, ikatan dengan orangtua semakin longgar dan mereka
lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Pada
akhir masa remaja, mereka akan berusaha mengurangi kegelisahannya
dan meningkatkan integritas pribadinya, identitas diri lebih kuat,
mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk menyatakan pendapat
menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu membuat keputusan
dan mengadakan kompromi. Akhir masa remaja adalah tahap terakhir
perjuangan remaja dalam mencapai identitas diri. Bila tahap awal dan
pertengahan dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya keluarga dan
kelompok sebaya yang suportif maka remaja akan mempunyai
kesiapan untuk mampu mengatasi tugas dan tanggungjawab sebagai
orang dewasa.
b) Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan
pribadi.
Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang panjang dan
kompleks, yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang
dan yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini akan
membentuk kerangka berfikir untuk mengorganisasikan dan
mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan1.
Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja (adolescent) dibagi
dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent
a) Remaja awal atau dini (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini, usia 10 hingga 12 tahun, menjadi
seseorang yang masih takjub dengan perubahan yang terjadi pada
tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan tersebut.
Mengembangkan pemikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang). Hanya dipeluk oleh lawan jenis, sudah berfantasi
tentang erotisme. Hipersensitivitas ini berjalan seiring dengan
penurunan kendali atas "ego". Hal ini membuat sulit bagi orang
dewasa muda untuk memahami
b) Remaja madya (Middle Adolescent)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini, remaja sangat
membutuhkan teman. Ia senang banyak teman yang menyukai mereka
Ada kecenderungan "narsis" untuk mencintai diri sendiri dengan
menyukai teman yang memiliki kualitas yang sama. Juga, bingung
karena tidak tahu harus memilih yang mana: sensitif atau acuh tak
acuh, ramai atau sepi, optimis atau pesimis, idealis atau materialistis,
dan lain-lain). Remaja laki-laki harus membebaskan diri dari Oedipus
complex (perasaan cinta pada ibu sendiri di masa kanak-kanak)
dengan memperdalam hubungan dengan geng lawan jenis
c) Remaja akhir (Late Adolescent)
Pada tahap ini remaja yang memiliki usia 17-20 Tahun. Tahap ini
adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain
dan dalam pengalamanm-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum 5.
Tugas Perkembangan Remaja
a) Tahap pertama adalah, ketika tugas perkembangan yang harus
dilakukan sebagai remaja pada tahap awal adalah menerima
kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara lebih efektif. Hal ini
dikarenakan remaja pada usia ini mengalami perubahan fisik yang
sangat drastis, seperti pertumbuhan remaja putri, pembesaran
panggul, pertumbuhan jakun, pertumbuhan tinggi badan dan berat
badan dan lain sebagainya
b) Tahap kedua adalah pertengahan masa remaja, dimana tugas
perkembangan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah
memperoleh kemandirian dan otonomi dari orang tua,
mengembangkan hubungan dengan kelompok yang lebih besar,
dan memperoleh kemampuan untuk menjalin persahabatan yang
akrab, serta belajar tentang berbagai hal. hubungan, iklan, dan
seksualitas
c) Fase ketiga adalah masa remaja akhir, di mana tugas
perkembangan individu yang paling penting adalah untuk
mencapai kemandirian seperti pada masa remaja pertengahan,
tetapi untuk mempersiapkan pemisahan total dari orang tua,
pembentukan kepribadian yang bertanggung jawab, persiapan
untuk karir ekonomi dan pendidikan itu berfokus pada ideologi
pribadi yang menyiratkan penerimaan nilai dan sistem etika3.
Perkembangan remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat
pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
a) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi
anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma
dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga
b) Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa
ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan
baik.
c) Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang
utuh dalam keluarga anak itu. "ia anak siapa". Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial
anak akan senantiasa "menjaga" status sosial dan ekonomi
keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial
keluarganya" itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih
jauh, yaitu anak menjadi "terisolasi" dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri.
d) Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan
anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara
sengaja di berikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik bukan
saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma
kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e) Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional
secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan
kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama
dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai
oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi. Jika
komunikasi antar keluarga kurang maka akan muncul hal-hal
negatif yaitu, tidak adanya kejujuran anak, adanya kenakalan
remaja, dan kurangnya percaya diri.
f) Kurangnya percaya diri
Hal ini terjadi karena orang tua kurang memotivasi anak untuk
menyalurkan apa yang dia minati. Sehingga anak merasa tidak
percaya diri. Seperti kurangnya komunikasi dari keluarga dan
beberapa hal lain yang dapat menjerumuskan remaja ke jalan yang
salah3.
3. Status Gizi Remaja
Kebutuhan gizi sangat erat kaitannya dengan masa pertumbuhan,
jika asupan gizi dapat terpenuhi maka pertumbuhan juga akan optimal7.
Status gizi berhubungan dengan adanya lemak di dalam tubuh. Hal
tersebut mempengaruhi jumlah insulin dan leptin. Dalam sistem
reproduksi hormon tersebut berpengaruh terhadap GnRH (Gonadotropin
Releasing Hormone). Sekresi GnRH akan berpengaruh terhadap
pengeluaran FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) yang akan merangsang ovarium untuk terjadi folikulogenesis
(berakhir dengan ovulasi) dan steroidogenesis (menghasilkan estrogen
dan progesteron). Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh kelainan
hipotalamus atau pituitari, estrogen yang rendah terus atau tinggi terus
dan kelainan pada ovarium. Seperti pada remaja yang mempunyai kadar
lemak tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi produksi hormon estrogen
karena selain dari ovarium estrogen juga akan diproduksi oleh jaringan
adiposa sehingga estrogen menjadi tidak normal, cenderung tinggi.
Produksi hormon yang tidak seimbang inilah yang dapat menyebabkan
gangguan menstruasi8.
Upaya perbaikan gizi sangat erat kaitannya dengan pemenuhan
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan masyarakat. Acuan untuk
merencanakan dan menilai pemenuhan konsumsi gizi seseorang disebut
kebutuhan gizi (nutrient requirement), sedangkan acuan untuk
merencanakan dan menilai konsumsi pangan kelompok orang atau
masyarakat di suatu daerah/wilayah disebut kecukupan gizi (nutrient
allowances atau Recommended Dietary Allowances/RDA). Di Indonesia,
recommended dietary allowances disebut juga dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG). AKG yang pertama terdiri dari energi, protein, 5 vitamin dan
2 mineral. AKG tahun 2018 mencakup energi, semua zat gizi makro - 16 -
(protein, lemak dan karbohidrat serta air), 14 vitamin, dan 14 mineral
termasuk elektrolit. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik, mental dan aktivitas sehingga kebutuhan
makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi lebih besar. Kebutuhan
gizi remaja putri dan remaja pria sangat berbeda. Remaja putri lebih
banyak membutuhkan zat besi, vitamin daripada remaja putra, karena
untuk mengganti besi yang hilang bersamaan dengan darah haid9.
Kebutuhan Zat besi pada remaja putri umur 10-12 tahun 9 mg, 12-15
tahun 15 mg, dan 15-18 tahun 15 mg9.
4. Mensturasi
Menstruasi merupakan tanda seksual primer yang dialami oleh
remaja perempuan. Menstruasi menjadi tanda kematangan fungsisistem
reproduksi10. Perubahan fisik pada remaja putri ditandai dengan salah
satunya adalah menstruasi. Menstruasi merupakan perdarahan yang
teratur setiap bulan sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah berfungsi
secara matang yang terjadi secara alamiah pada wanita. Menstruasi
merupakan salah satu perubahan vital yang terjadi pada semua wanita
selama masa remaja 10.
Pada masa pubertas akan terjadi kematangan kerangka dan seksual
secara pesat, tanda-tanda kelamin primer muncul dengan adanya
perkembangan rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan dan
Klitoris. Kematangan sel telur dan produksi hormon esterogen akan
menyebabkan munculnya menstruasi pada periode pertama yang disebut
menarche. Hal tersebut menandakan bahwa mekanisme reproduksi pada
anak perempuan telah berfungsi matang. Masa ini merupakan masa yang
sangat penting sebagai proses persiapan untuk menjadi calon ibu.
Menstruasi merupakan perdarahan dari rahim yang berlangsung secara
periodik dan siklik. Hal tersebut akibat dari pelepasan (deskuamasi)
endometrium akibat hormon ovarium (estrogen dan progesteron) yang
mengalami perubahan kadar pada akhir siklus ovarium, biasanya dimulai
pada hari ke-14 setelah ovulasi7.
Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi (menarche).
Menarche bukan hanya proses fisiologis tetapi merupakan transisi
psikologis, sosial, dan perilaku dari masa remaja ke masa kewanitaan10.
5. Dismenore
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, dimana “dys”
berarti sulit, nyeri, abnormal, “meno” yang berarti bulan, dan “orrhea”
yang berarti yang berarti aliran. Kesehatan reproduksi remaja tidak
hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek
tentang reproduksi mereka. Pemahaman tentang menstruasi sangat
diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mereka alami dan
ketidaknyamaan yang dihubungkan dengan yang disebut dismenore11.
Dysmenorrhea adalah gangguan aliran darah haid atau nyeri haid yang
menjadi masalah umum pada hampir seluruh wanita usia reproduksi12.
Dismenore adalah adalah satu keluhan yang paling umum pada
perempuan muda yang datang ke pelayanan kesehatan atau ke bidan.
Gejala - gejala dismenore adalah kram dan sakit perut bagian bawah, sakit
pada punggung belakang bagian bawah, mual, diare, muntah, kelelahan,
pingsan, kelemahan dan sakit kepala.
Rata-rata wanita mengalami rasa tidak nyaman pada saat menstruasi,
seperti keram dan biasanya juga dengan mual dan pusing,
terkadang pingsan. Dismenore diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
dismenore primer dan dismenore sekunder.
a) Dismenore primer adalah nyeri haid yang tidak berhubungan dengan
patologi pelvis makroskopis (ketiadaan penyakit pada pelvis).
Umumnya terjadi pada tahun-tahun pertama setelah menarche
(menstruasi pertama).
b) Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid sebagai akibat
dari anatomi atau patologi pelvis makroskopis, seperti yang
dialami oleh perempuan dengan endometriosisatau radang pelvis
kronis. Kondisi ini paling sering dialami oleh perempuan berumur
30-45 tahun11.
Tanpa disadari, dysmenorrhea membawa dampak yang cukup besar
pada remaja. Masalah yang paling sering muncul adalah menurunnya
konsentrasi dan motivasi belajar pada individu, sehingga para remaja
tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajarannya dengan maksimal
bahkan tidak jarang menyebabkan ketidakhadiran di sekolah12.
Umur menarche yang dini merupakan salah satu faktor terjadinya
dismenore, pada dasarnya umur menarche <12 tahun hormon
gonadotropin diproduksi sebelum waktunya. Menarche yang terjadi
pada umur sebelum waktunya mengalami perubahan dan masih
terjadi penyempitan pada leher rahim , maka akan timbul rasa
nyeri pada saat haid11.
B. Etiologi
1. Gangguan Reproduksi Remaja Putri
a. Pengertian
Masa pubertas merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan terutama fungsi reproduksi6. Problem kesehatan
reproduksi yang dialami para perempuan biasanya dikarenakan
banyak faktor. Faktor yang bersifat internal terkait dengan persoalan
pemahaman mengenai kesehatan reproduksi. Faktor yang bersifat
ekternal bisanya merupakan faktor yang berhubungan dengan hal
yang berada di luar kemampuan diri seperti lingkungan, pergaulanan,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain11.
Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya
adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan
sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi,
masalah struktur reproduksi, keganasan pada alat reproduksi wanita,
infertilitas, dan lain–lain13.
b. Etiologi
Gangguan reproduksi disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.
Gangguan reproduksi yang biasanya terjadi, misal kista endometrium
yang banyak dialami wanita yang memiliki kadar FSH dan LH.
Kelebihan dan kekurangan gizi secara umum berdampak pada
penurunan fungsi hipotalamus memberikan ransangan impuls ke
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Kedua hormon ini berperan penting dalam mengatur siklus
menstruasi14.
c. Jenis-jenis gangguan Menstruasi
Gangguan mentruasi dapat menjadi pertanda adanya penyakit ataupun
adanya sistem hormon yang tidak normal. Hal ini berarti fungsi
reproduksi terganggu yang dapat berpengaruh terhadap masa
reproduksi pada saat dewasa
Gangguan menstruasi dapat berupa gangguan lama dan jumlah darah
haid, gangguan siklus haid, gangguan perdarahan di luar siklus haid
dan gangguan lain yang berhubungan dengan haid
1) Gangguan jumlah darah dan lama haid
a) Hipermenorea yaitu merupakan kondisi pendarahan
menstruasi lebih banyak dari volume normal. dan lebih dari 8
atau durasi yang lebih panjang daripada interval haid yang
normal
b) Hipomenorea yaitu jumlah darah yang keluar sedikit dsn
menstruasi terjadi kurang dari 4 hari
2) Gangguan siklus menstruasi
a) Polimenorea yaitu menstruasi yang sering terjadi yaitu < 21
hari.
b) Oligomenorea yaitu siklus menstruasi melebihi 35 hari.
c) Amenorea yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari 3
bulan berturut - turut.
3) Gangguan menstruasi / perdarahan di luar haid
Perdarahan di luar haid disebut juga metroragia, yaitu perdarahan
disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan
anatomis.
4) Nyeri Abdomen dan Panggul
Nyeri abdomen dan panggul terbagi menjadi 2 yaitu :
a) Nyeri akut
Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri
abdomen akut secara akurat merupakan keahlian penting
dalam perawatan kesehatan wanita.
b) Nyeri kronis
Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang
yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan
dalam jangka waktu yang lama.
5) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi dapat berupa
a) Dismenorea adalah rasa sakit atau tidak enak pada perut bagian
bawah yang terjadi pada saat menstruasi sampai dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari
b) Premenstrual syndrome (PMS) muncul pada sebelum
menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dengan gejala
dapat berupa fisik, psikologis dan emosional 7.
2. Menstruasi
a) Pengertian
Menstruasi merupakan tanda seksual primer yang dialami oleh remaja
perempuan. Menstruasi menjadi tanda kematangan fungsi sistem
reproduksi10. Perubahan fisik pada remaja putri ditandai dengan salah
satunya adalah menstruasi. Menstruasi merupakan perdarahan yang
teratur setiap bulan sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah
berfungsi secara matang yang terjadi secara alamiah pada wanita.
Menstruasi merupakan salah satu perubahan vital yang terjadi pada
semua wanita selama masa remaja 10.
b) Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu :
1) Fase proliferasi/fase folikuler (hari ke-5 sampai hari ke-14)
Fase ini ditandai dengan menurunnya hormon progesteron
sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan
merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon
estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi
folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen
yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat
menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding
endometrium yang robek.
2) Fase ovulasi/luteal (hari ke-14 sampai hari ke-28)
Fase ini ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel
ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi. Sel ovum yang matang
akan meningggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan
berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk
menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk
mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh
darah.
3) Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang
tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek.
Dapat diakibatkan jugakarena berhentinya sekresi hormon
estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah
menjadi tidak ada.
4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan
menghilang, dan berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi
untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron
sehingga hipofise aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan
terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding
endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium
mengering dan robek15.
C. Patofisiologi
1. Gangguan menstruasi/Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam
jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa perdarahan
banyak, sedikit, siklus haid memanjang, atau tidak beraturan. Perdarahan
uterus abnormal biasanya merupakan gejala dari penyakit lain. Perdarahan
uterus abnormal adalah alasan paling umum dari wanita yang datang ke
dokter ginekologi 16.
a) Menorhagia (hipermenorhea)
Menorhagia adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan
memanjang. Lamanya >7 hari dan darah yang hilang >80 ml .
Penyebab yang paling sering adalah fibroid uterus, adenomyosis, polip
endometrium, hyperplasia, dan kanker16.
b) Metroragia (instramenstrual bleeding)
Metroragia adalah perdarahan yang terjadi pada waktu-waktu diantara
periode menstruasi, atau perdarahan uterus yang irregular tapi sering,
dan jumlahnya bervariasi, tapi biasanya lebih sedikit atau sama dengan
haid Penyebab utamanya terdiridari lesi cervical polip, eversi,
karsinoma), dan polip endometrium serta karsinoma16.
c) Menometroragia
Perdarahan uterus memanjangpada saat interval ireguler, jumlah
perdarahan banyak (>80 ml). Penyebab yang paling sering terdiri dari
fibroid uterus, adenomyosis, polip endometrium dan jarang disebabkan
oleh hyperplasia, dan kanker endometrium16.
d) Hipomenore
Perdarahan uterus yang sesuai waktu tapi dengan jumlah yang sedikit.
Biasanya disebabkan oleh hypogonadotropic hypogonadism pada
anorexics dan atlet17
e) Oligomenorhea
Periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari penyebab nya sama
dengan amenore yaitu adanya gangguan pada hypothalamic-pituitary-
gonadal axis atau penyebab sistemik seperti hiperprolaktinemia dan
penyakit tiroid. Peyebab yang paling sering adalah Polycistic
Ovarian Syndrome (PCOS), anovulasi kronis, dan kehamilan
f) Polimenore
Perdarahan uterus yang terjadi pada interval yang regular kurang dari
21 hari
1) Epidemiologi
Perdarahan uterus abnormal merupakan keluhan ginekologi paling
sering yang dapat mengenai wanita pada semua usia. 1030% terjadi
pada wanita usia reproduktif dan 50% terjadi pada wanita
perimenopause. Perdarahan uterus abnormal jarang terjadi pada
wanita usia prepubertas dan menopause.
2) Faktor Resiko : Usia dan Status Reproduksi16.
3) Diagnosis
(a) Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk membantu
menentukan penyebab dari PUA dan untuk menetukan pilihan
terapi. Tentukan jumlah, frekuensi dan regularitas perdarahan,
ada atau tidaknya postcoital atau IMB, serta ada atau tidaknya
gejala dismenorhea dan gejala premenstrual untuk mebantu
membedakan perdarahan anovulatory atau ovulatory.
Ovulatory AUB biasanya regular, serta berhubungan dengan
premenstrual syndrome dan dysmenorhea. Anovulatory AUB
biasanya terjadi pada sesaat sebelum menarche dan
perimenopause. Perdarahan biasanya iregular, berat, dan
memanjang, berhubungan hiperplasia endometrium dan
kanker. Sumber perdarahan lain seperti saluran pencernaan dan
urinasi harus diekslusi. Wanita pada usia reproduksi harus
dicurigai hamil18.
(b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum dilakuakan untuk memastikan
bahwa kondisi hemodinamik dari pasien stabil, serta mencari
bukti kondisi sistemik yang menyebabkan AUB. Jika pasien
tidak membutuhkan intevensi resusitasi, arahkan perhatian
pada bagian abdomen dan pelvic. Inspeksi bagian vagina untuk
menentukan derajat perdarahan, discharge dari infeksi, atau
bukti adanya trauma, lesi, polip, jaringan atau massa.
Pemeriksaan bimanual harus dilakukan untuk evaluasi dari
internal os, ada atau tidaknya cervical motion tenderness,
ukuran dan kontur dari uterus dan adnexa, dan ada atau
tidaknya masa yang terpalpasi, lesi, atau nyeri tekan18.
(c) Pemeriksaan Laboraturium
Untuk menentukan keakutan dan keparahan dari perdarahan
pervaginam. Kadar HB dan Ht pasien harus diperiksa. Pasien
dalam usia reproduksi harus diasumsikan hamil sampai
terdapat bukti lain, oleh karena itu perlu diperiksa beta-HCG
urin. Test lain yang dilakukan yaitu pap smear (jika perdarahan
tidak aktif) untuk mengevaluasi ada atau tidaknya servikal
displasia, biopsi pada lesi yang dianggap mencurigakan, kultur
serviks jika dicuriga IMS, WBC untuk menentukan ada atu
tidaknya infeksi, paltelete count, prothrombin time, dan partial
thromboplastin time untuk menyingkirkan diagnosis kelainan
koagulasi, ristocetin cofactor activity assays jika dicurigai
vWF disease, tes fungsi liver untuk memeriksa kelainan
hepatik, dan tes fungsi tiroid (TSH dan thyroxine) untuk
mengetahui kemungkinan adanya kelainan tiroid, jika pasien
mengalami galaktore maka diperiksa kadar prolaktin. Jika
dicurigai PCOS pemeriksaan lab lain yang dibutuhkan adalah
(FSH, LH, testosterone, dyhydroepiandrosterone-sulfate levels,
dan 17-hydroxyprogesterone)16.
2. Gangguan
Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi dapat berupa
a) Dismenorea
Dismenorea adalah rasa sakit atau tidak enak pada perut bagian
bawah yang terjadi pada saat menstruasi sampai dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari.
Pada dismenore primer, terdapat peningkatan sekresi prostanoid
yang menimbulkan kontraksi dan iskemia uterus. Peningkatan sekresi
prostanoid merupakan etiologi utama dismenore primer yang
didukung oleh fakta berikut:
1) Adanya persamaan yang menonjol antara gejala klinis dismenore
primer dan kontraksi uterus pada persalinan serta abortus yang
diinduksi prostaglandin;
2) Jumlah prostanoid pada perempuan dismenore primer lebih tinggi
dibandingkan perempuan eumenore;
3) Uji klinis menunjukkan efikasi cyclooxygenase (COX) inhibitor
untuk mengurangi nyeri melalui penekanan prostaglandin.
Prostaglandin merupakan substansi intrasel disintesis dari asam
arakhidonat yang berasal dari fosfolipid membran sel. Asam
arakhidonat berasal dari hidrolisis fosfolipid oleh enzim lisosom
fosfolipase A2. Stabilitas aktivitas lisosom dipengaruhi oleh sejumlah
faktor terutama kadar progesteron; kadar progesteron rendah akan
mengganggu kestabilan aktivitas lisosom. Penurunan progesteron
akibat regresi korpus luteum pada fase luteal siklus menstruasi
menyebabkan gangguan stabilitas lisosom, pelepasan fosfolipase A2,
mulainya aliran menstruasi, dan hidrolisis fosfolipid membran sel
menjadi asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersamaan
dengan destruksi intrasel dan trauma jaringan selama menstruasi
merangsang produksi prostaglandin.
Terdapat sembilan kelas prostaglandin dari PGA hingga PGI;
hanya dua tipe prostaglandin yang berperan penting pada
patofisiologi dismenore primer, yaitu PGF2 α dan PGE2 . 13 Baik
PGF2 α maupun PGE2 berperan dalam menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah uterus dan kontraksi miometrium.13 PGF2 α juga
terbukti menurunkan ambang persepsi nyeri ujung saraf sensorik.13
Peningkatan kadar prostaglandin ini menyebabkan hiperkontraktilitas
uterus yang selanjutnya menimbulkan hipoksia dan iskemia
miometrium. Kontraksi uterus yang iskemik ini merupakan penyebab
nyeri dismenore19.
Dismenore primer biasanya timbul 6 sampai 12 bulan setelah
menarke sesuai onset siklus ovarium.14,15 Dismenore primer
dirasakan spasmodik, paling berat di abdomen bawah, dan dapat
menyebar ke punggung dan paha. Nyeri biasanya dimulai beberapa
jam sebelum permulaaan terlihat keluarnya darah vagina serta paling
berat pada hari pertama menstruasi.12 Dismenore primer berlangsung
8-72 jam sejak onset aliran menstruasi. Keluhan lain yang sering
meliputi nyeri punggung dan paha, nyeri kepala, diare, mual, dan
muntah.
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah menarke,
biasanya timbul pertama kali sebagai gejala baru saat perempuan
berusia 30 atau 40 tahun akibat adanya patologi penyakit yang
mendasari. Dismenore sekunder dihubungkan dengan gejala
ginekologi lain, seperti dispareunia, menoragia, perdarahan
intermenstruasi, dan perdarahan pasca-senggama, sesuai penyakit
yang mendasarinya. Kondisi-kondisi berikut meningkatkan
kecurigaan ke arah dismenore sekunder:
1) Dismenore selama satu atau dua siklus pertama setelah menarke
2) Terjadi pertama kali setelah berusia 25 tahun;
3) Onset lambat dismenore tanpa riwayat nyeri saat menstruasi;
4) Abnormalitas pelvis pada pemeriksaan fisik;
5) Infertilitas
6) Dispareunia
7) Sedikit atau tidak berespons dengan obat antiinflamasi non-
steroid (OAINS), kontrasepsi oral, atau keduanya. Selain itu,
adanya riwayat penyakit keluarga (misalnya, endometriosis pada
keturunan tingkat pertama) dapat membantu membedakan
dismenore sekunder dari dismenore primer19
8) Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun –
tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin
dapat berperan pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang
menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, di antaranya termasuk
endometriosis (kejadian di mana jaringan endometrium berada di luar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis (bentuk
endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD
(intrauterine contraceptive device). Hampir semua proses apapun yang
memengaruhi pelvic viscera (bagian organ panggul yang lunak) dapat
mengakibatkan nyeri pelvis siklik12
b) Premenstrual syndrome (PMS)
PMS muncul pada sebelum menstruasi dan menghilang ketika
menstruasi dengan gejala dapat berupa fisik, psikologis dan
emosional 7. Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu keadaan
dimana seorang wanita merasakan beberapa perubahan pada tubuh
baik secara fisik, emosi, maupun perilaku yang terjadi sebelum
menstruasi,sehingga akan mengganggu aktivitas harian dan
selanjutnya akan menghilang bersamaan dengan selesainya fase
menstruasi20.
Premenstrual syndrome sangat dipengaruhi oleh hormon kelamin,
termasuk dalam hal ini metabolit dan interaksinya terhadap sistem
neurotransmitter dan neurohormonal misalnya serotonin, GABA,
cholecystokinin, dan rennin-angiotensin aldosteron12.
Beberapa mekanisme premenstrual syndrome yang diduga menjadi
faktor yang member andil besar terhadap perubahan psikologis dan
fisiologis wanita pada saat mengalami premenstrual syndrome antara
lain Axis Hypotalamic pituitary adrenal (HPA) Ketidakseimbangan
regulasi HPA axis berhubungan dengan timbulnya sindrom depresi.
Cairan basal dan urin yang diuji tidak terdapat kandungan kortisol
yang membedakan wanita dengan premenstrual syndrome. Kortisol
ini akan memicu terjadinya stress. Wanita dengan premenstrual
syndrome akan menunjukkan adanya ketidakseimbangan HPA axis
yang menyebabkan timbulnya depresi. Sistem GABA Hal ini
disebabkan oleh adanya allopregnanolone yang merupakan metabolit
aktif dari progesterone yang memiliki efek anastesi dan anxiolitik
namun pada saat setengah siklus menstruasi yang metabolit aktif
terikat pada reseptor GABA-A turun dan menyebabkan timbulnya
depresi dan perubahan pola makan. Pada wanita dengan premenstrual
syndrome konsentrasi GABA korteks mengalami penurunan. Hal ini
diduga akibat adanya pengarutan hormon estradiol dan progesterone.
Sistem Serotonegik Sistem serotonin merupakan salah satu sistem
yang dianggap mempunyai andil yang cukup besar dalam
patofisiologi premenstrual syndrome. Inhibisi dari aktifitas serotonin
oleh penurunan kadar triptofan akan menyebabkan premenstrual
syndrome semakin parah. Selanjutnya metergoline yang merupakan
antagonis selektif dari serotonin akan memblok reseptor serotonin
sehingga akan menimbulkan premenstrual syndrome, memiliki B-
endorfin yang rendah sehingga wanita tersebut akan lebih mudah
terserang premenstrual syndrome. Opioid endogen Wanita dengan
premenstrual syndrome memiliki toleransi yang rendah terhadap rasa
sakit atau dapat dikatakan bahwa ambang rasa sakit wanita tersebut
rendah. Hal ini akan lebih terasa pada saat wanita tersebut berada
dalam siklus menstruasi dan khususnya menjelang hari-hari siklus
tersebut akan dimulai lagi. Pada penelitian yang dilakukan pada tahun
2002 menyatakan bahwa wanita dengan premenstrual syndrome
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami premenstrual
syndrome. Klasifikasi Premenstrual berbagai keluhan atau gejala
PMS dalam lima tipe menurut keluhan mayor penderita sebagai
berikut : 1. PMS – A (anxiety) : sulit tidur, perasaan tegang, mudah
tersinggung, ceroboh, labilitas efek. 2. PMS – C (craving) : nyeri
kepala, keinginan kuat makan makanan/ minuman manis dan jenis
makanan lainnya. PMS – D (depression) : depresi, perasaan marah
tanpa alasan, mudah menjadi marah, hilangnya konsentrasi dan daya
ingat, perasaan rendah diri, perasaan ingin melakukan kekerasan. 4.
PMS – H (hydration) : kenaikan berat badan, perut kembung, nyeri
payudara, bengkak ekstremitas. 5. PMS – O (other) : Dismenorea,
perubahan kebiasaan buang air besar, sering berkemih, semburat
panas, keringat dingin, nyeri seluruh tubuh, mual, jerawat, timbul
reaksi alergi12.
D. Implikasi Untuk Praktek dan Strategi Pengajaran (Implications For Practice
And Teaching Strategies)
Dalam memberikan pelayanan kepada remaja agar dapat memberikan
pelayanan yang bermutu maka bidan harus dapat mengetahui dan
memahami beberapasa aspek pada remaja yaitu tentang pemenuhan
kebutuhan fisik, kebutuhan emosional, sosiokutural dan kebutuhan
kognitif.
1. Menenuhi kebutuhan fisik

Pada masa remaja pemenuhan kebutuhan fisik saat ini sangat di


perlukan khususnya pada masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan
diantaranya perubahan fisik, menyangkut pertumbuhan dan kematangan
organ reproduksi. Pemberian informasi pemenuhan kebutuhan fisik pada
remaja dapat dilakukan oleh bidan dengan cara pemebrian konseling saat
anak-anak akan tumbuh ke masa remaja1

Pendidikan yang diberikan bidan pada remaja untuk pemenuhan


kebutuhan fisik remaja lebih banyak melalui konseling agar lebih mudah
tersampaikan dan mudah dilakukan.Pemberian konseling ini juga harus
dilakukan juga kepada keluarga agar dapat mendukung pemenuhan
kebutuhan fisik pada remaja dengan baik.Bidan harus dapat memberikan
konseling dengan penyampaian yang baik dan mudah dimengeti oleh
remaja sehingga memberikan dorongan semangat kepada remaja3.
2. Memenuhi Kebutuhan Emosional
Pengalaman saat proses menjadi remaja tidaklah selalu merupakan
suatu hal yang menyenangkan bagi setiap remaja. Remaja rentan terhadap
gangguan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi
beberapa faktor yang berpotensi menimbulkan gangguan, sering kali
menimbulkan konflik dalam diri seorang remaja dan merupakan faktor
pemicu munculnya emosi. Pada masa pubertas perubahan emosi sangat
sering terjadi pada remaja. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan
kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul
berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu
pubertas , hal tersebut apabila tidak dapat di manejemen dengan baik maka
dapat menyebabkan gangguan emosi yang parah pada remaja
Pada masa pubertas Bidan harus sudah memberikan bekal dan
pengetahuan yang cukup kepada remaja sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan dapat segera di atasi. Kemampuan cara memanajen emosional
pada masa pubertas dapat dilakukan mulai dari anak tersebut akan
memasuki masa pubertas yaitu pada saat kelas VI sekolah dasar, Bidan
memberikan materi mengenai hal apa saja yang harus disiap kan ketika
memasuki fese remaja sehingga dapat menambah pengetahuan dan
kesiapan remaja. Dukungan keluarga juga sangat diperlukan pada saat
masa pubertas oleh karna itu keterlibatan keluarga juga sangat dibutuhkan
dalam memenuhi kebutuhan emosional remaja.
3. Kebutuhan pertemuan sosiokultural
Perubahan peran sebagai seorang remaja memerlukan adaptasi
yang harus dijalani dan meneyebabkan perubahan peran social remaja
di dalam keluarga dan dalam masyarakat. Perubahan peran social pada
saat masa pubertas membuat Bidan harus menyiapkan akan perubahan
yang terjadi dengan cara pemberian pengetahuan tentang perubahan
peran dikeluarga pada saat masa pubertas. Ketika penyuluhan kelas
remaja dapat belajar tentang periode masa pubertas,merekadapat
didorong untuk mengidentifikasi cara-cara mengatasi transisi peran
mereka sebagai remaja agar lebih mudah dijalani dengan cara paling
efektif.
Sebagai salah satu metode pada saat kelas remaja juga dapat
dibagi perkelompok untuk berbagi peran agar dapat merasakan dan
mencoba bagaimana hal yang akan ia alami ketika menjadi remaja.
Misalnya ada yang menjadi ayah, ibu, masyarakat dan sebagai nya nanti
disana mereka akan melakukan peran mereka masing-masing dan
mereka dapat menyadari bahwa semua peran itu harus saling
mendukung dan semua nya terlibat.

4. Memenuhi Kebutuhan Kognitif


Bidan harus memenuhi semua kebutuhan remaja termasuk
kebutuhan kognitif. Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan remaja tentag
pengetahuan yang ia butuhkan ketika masa pubertas. Pemberian kebutuhan
kognitif ini dapat dilakukan oleh bidan dengan cara pada saat kelas atau di
berikan nya konseling mandiri. Pada saat kelas remaja bidan dapat
memeberikan pengetahuan kepada remaja dengan berbagai metode yang
menyenangkan dan mudah dipahami oleh remaja. Beberapa metode yang
dapat digunakan oleh bidan yaitu meallui metode demostrasi, pemberian
leaflet, video, lembar balik, dan metode lain. Pemberian KIE juga dapat di
berikan kepada remaja secara langsung oleh bidan untuk lebih menguatkan
dan menambah pengetahuan remaja. Diakhir kelas bidan dapat melakukan
penilaian dengan cara menyuruh remaja untuk menyampaikan kembali hal
yang telah disampaikan sebagai evaluasi Bidan.
Pada masa pubertas remaja diberikan kembali pengetahuan
mengenai bagaimana cara perubahan pada tubuh remaja, orientasi gaya
hidup bahkan untuk memenuhi kebutuhan remaja sendiri pada masa
pubertas. Pemberian KIE pada masa pubertas sangat diperlukan agar
semua proses masa pubertas berjalan baik dan menyenangkan.
E. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO Tahun 2016 untuk
rekomendasi kebijakan kesehatan, terdapat beberapa implikasi yang dapat
digunakan untuk pedoman peningkatan dalam asuhan kebidanan khususnya
pelayanan asuhan pada remaja. Kelanjutan penelitian dari pedoman WHO
terkait pemberian suplemen zat besiharian pada wanita dewasa dan gadis
remaja diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan secara menyeluruh pada
kemungkinan dampak yang dipertimbangkan dalam penyusunan
rekomendasi.Pemberian suplementasi zat besi merupakan intervensi yang
biasa dilakukan untuk mengatasi anemia. Intervensi untuk mengurangi
defisiensi besi atau anemia defisiensi besi harus mencakup konseling gizi
yang mempromosikan keragaman diet dan kombinasi makanan yang
meningkatkan penyerapan zat besi; program pengendalian malaria, termasuk
pengobatan pencegahan intermiten malaria pada kehamilan dan anak-anak.
Menurut penelitian terbaru Tahun 2016 Oleh Michael Sze Yuan Low,
Joanna Speddy, Claire E Styles, Lus Maria DE- Ragil yang berjudul Daily
Iron Supplementation For Improving Anemia, Iron Status and Health I
Menstruating Women dari Cochrane Library. Penelitian menggunakan
Random Control Design (RCT) menggunakan 2 kelompok control dan
intervensi. Pemberian Zat besi dilakukan selama 5 hari selama menstruasi
kemuadia dilakukan pengukuran. Hasil dari penelitian ini bahwa
Suplementasi zat besi harian efektif mengurangi pravelensi anemia dan
kekurangan zat besi, meningkatkan hemoglobin dan simpanan zat besi,
meningkatkan kinerja olahraga dan mengurangi kelelahan simptomatik.
Penelitian selanjutnya dari Pubmed tentang suplementasi zat besi untuk
meningkatkan kadar hemoglobin yang berjudul Effects Of Iron
Supplementation Versus Dietary Iron on the Nutritional Iron Status :
Systematic Review with Meta Analisys of Randomized Control Trial.
Penelitian ini dilakukan oleh Luiz Gongaza Ribeiro Silva Tahun 2019.
Penelitian ini menggunakan Random Control Trials penelitian ini dilakukan
selama 12 minggu. Hasil dari penelitian ini yaitu Suplementasi zat besi efektif
pada pemulihaan hemoglobin Remaja yang kekurangan zat besi, sementara
tidak ada perbedaan antara pengobatan anemia pada remaja dan dewasa.
Penelitian yag berjudul Body image perception and eating disorders in
adolescents dilakukan oleh Mohamad Yulianto Kurniawan, Dodik Briawan1,
Rezzy Eko Caraka Tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan persepsi tubuh dengan gangguan makan pada remaja. Metode
penelitian ini menggunakan desain cross sesctional study. Subjek dalam
penelitian ini adalah 120 orang. Metode Multidimentional Body Self-
Relations Questionnaire- Appearance Scale (MBSRQ-AS) digunakan untuk
menilai persepsi tubuh dan Eating Attitute Test 40 (EAT-40) untuk menilai
gangguan makan. Hasil Pengkategorian ukuran tubuh (71,7%) tergolong
memiliki kecemasan menjadi gemuk sehingga mengalami gangguan makan
dengan risiko lebih. Kesimpulan secara statistik dengan menggunakan taraf
signifikansi (α=5%) diperoleh hubungan signifikan antara persepsi tubuh
pada subskala kecemasan menjadi gemuk dengan gangguan makan.
Penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet Dan
Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Pada Siswa Sekolah Menengah Atas
dilakukan oleh Fuadi Raja Baja, Cerika Rismayanthi Tahun 2019. Penelitian
ini dilatar belakangi oleh banyaknya remaja yang belum mengetahui
pemilihan nutrisi yang baik dan menganggap konsep diet hanya untuk
menurunkan berat badan serta kebiasaan pola aktivitas fisik pasif atau
sedentari pada remaja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
adalah 45 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan
diet adalah dengan tes tingkat pengetahuan yang telah tervalidasi, aktivitas
fisik dengan menggunakan Global Physical Activity Questonnaire(GPAQ)
dan status gizi dengan indeks massa tubuh. Status gizi digolongkan menjadi
status gizi baik dan tidak baik. Pengolahan data dianalisis secara deskriptif.
Hubungan pengetahuan diet dan aktivitas fisik terhadap status gizi dengan
metode Chi Square dan Goodman Kruskall - Gamma Statistic. Hasil
penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan diet terhadap
status gizi pada siswa SMAN 1 Yogyakarta (r=0,62 : p=0,01) serta ada
hubungan antara aktivitas fisik terhadap status gizi pada siswa SMAN 1
Yogyakarta (r=0,85 ; p=0,000). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semakin
tinggi tingkat pengetahuan diet dan aktivitas fisik siswa maka akan semakin
baik status gizinya.
Penelitian yang berjudul Penurunan Berat Badan pada Obesitas Melalui
Pengaturan Diri yang dilakukan oleh Dhody Munandaris Arywibowo, Nanik
Prihartanti, dan Nisa Rahmah N.A. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran pengaturan diri pada obesitas yang berhasil
menurunkan berat badan minimal 10% dari berat badan semula dalam waktu
maksimal 6 bulan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Partisipan dalam penelitian ini adalah wanita berusia 23 sampai 58 tahun
yang berjumlah 3 orang yang mengalami obesitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketiga partisipan penelitian memiliki komponen yang
berkaitan dengan pengaturan diri, yaitu observasi diri, evaluasi diri, dan
reaksi diri. Observasi diri yang dilakukan oleh ketiga partisipan adalah
mengatur asupan makan 1.000-1500 kalori per hari, olah raga 2-3 kali per
minggu, minum obat penurun nafsu makan setiap hari, timbang berat badan 1
kali per minggu dan akupunktur 1 kali per minggu. Evaluasi diri yang
dilakukan oleh ketiga partisipan berupa membandingkan berat badan yang
diperoleh dengan berat badan sebelumnya, membandingkan asupan makan
yang dikonsumsi dengan asupan makan yang seharusnya. Adapun reaksi diri
yang dilakukan yaitu berupa reaksi diri yang positif apabila berat badan turun,
dan modifikasi reaksi negatif bila berat badan tidak turun atau naik.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pengaturan-diri
efektif menurunkan menurunkan berat badan.
Menurut penelitian yang berjudul Effect of Accupresure on dyshminorrhea
among adolescents Tahun 2019 oleh Sahar Mohammed Othman, Safaa Gaber
ayu, dan Maha Mohammed yang menggunakan 2 grup intervensi dan control
secara random. Hasil penelitian ini dapat menurunkan nyeri menstruasi pada
remaja. Kesimpulannya Accupresure effektif untuk mengurangi nyeri
menstruasi remaja.
BAB III
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
A. Manajemen Kebidanan
Pendokumentasian asuhan kebidanan komunitas remaja dengan SOAP
disajikan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi.
B. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif
a. Data Subyektif
1) Identitas untuk mengetahui status pasien secara lengkap meliputi
nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Keluhan utama untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang dirasakan saat pemeriksaan
3) Riwayat menstruasi untuk mengetahui menarche perlu ditanyakan
karena disminorea biasanya terjadi beberapa waktu setelah
menarche, wanita Indonesia pada umumnya mengalami menarche
sekitar 12 sampai 16 tahun, siklus haid perlu ditanyakan untuk
mengetahui apakah siklus haid teratur atau normal karena siklus
haid setiap wanita berbeda-beda biasanya sekitar 23 sampai 32 hari,
lama haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari
klien normal (3-7 hari) karena lama haid berbeda-beda dan
banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah
pembalut yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan
pembalut kurang dari 2 perhari berarti jumlah darah sedikit, 2-4
perhari berarti normal dan lebih dari 5 perharinya banyaknya
normalnya yaitu 30 ml
4) Riwayat kesehatan terdiri dari riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit keluarga. Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan
keluarga terutama penyakit keturunan atau ada keluarga yang juga
menderita dismenore. Data ini juga diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya
5) Pola kebiasaan sehari-hari untuk mengetahui bagaimana kebiasaan
pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana
pola makanan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau terdiri dari
pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, personal hygiene,
aktivitas.
6) Data psikologis, ekonomi, dan spritual untuk memperkuat data dari
pasien terutama secara psikologis.
b. Data Objetif
1) Pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum untuk mengetahui
keadaan pasien
a) Pemeriksaan tanda vital
(1) Tekanan darah (vital sign) untuk mengetahui faktor resiko
hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuannya mmHg.
Keadaan normal antara 100/80 mmHg sampai 130/90
mmHg.
(2) Pengukuran suhu untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu
badan normal adalah 36˚C sampai 37
(3) Nadi memberikan gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi
normal 70 x/menit sampi 88 x/menit.
(4) Pernafasan mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas
dalam satu menit. Pernafasan normal 22x/menit sampai 24
x/menit.
b) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala : menilai keadaan kulit dan rambut kepala bersih atau
tidak, adanya nyeri tekan atau benjolan.
(2) Wajah : keadaan wajah pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema.
(3) Mata : konjungtiva berwarna merah muda atau tidak, sklera
berwarna putih atau tidak.
(4) Hidung: untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak.
(5) Telinga : bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga
apakah ada kelainan atau tidak dan ada serumen atau tidak.
(6) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada caries
atau tidak dan ada karang gigi atau tidak.
(7) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid,
limfe, dan vena junggularis.
(8) Dada : apakah simetris kanan kiri dan apakah ada benjolan
pada payudara atau tidak.
(9) Abdomen : apakah ada benjolan atau pembesaran
(10) Ekstermitas atas dan bawah: ada cacat atau tidak, oedema
atau tidak, terdapat varises atau tidak.
(11) Genitalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-
tanda infeksi, varises, pembesaran kelenjar bartholini dan
perdarahan.
(12) Anus : Apakah ada hemoroid atau tidak.
2) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Golongan - A, AB, B, O
Darah
Hemoglobin - L : 14 – 18 g/dL
P : 12 – 16

C. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan


Perumusan diagnosa disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti
Nn. A usia …tahun dengan menoragia anemia ringan. Perumusan masalah
disesuaikan dengan kondisi.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan remaja dan komunitas disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada remaja dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan
asuhan kebidanan remaja dan komunitas, adalah:
1) Menjelaskan kondisi yang sedang dialami ya
2) Memberitahu sebab-sebab terjadinya
3) Menganjurkan melakukan relaksasi atau melakukan kompres hangat
pada bagian yang nyeri
4) Menganjurkan untuk makan seimbang dengan banyak mengkonsumsi
makanan tinggi protein
5) Pemberian suplemen zat besi
6) Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaan
7) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologi
8) Anjurkan klien untuk istirahat cukup
9) Anjurkan klien untuk kompres dingin dan hangat didaerah perut
10) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi minuman hangat yang
mengandung kalsium tinggi
11) Anjurkan klien untuk menggosok-gosok perut atau pinggang yang
sakit
12) Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam-dalam secara perlahan
13) Anjurkan klien untuk menghirup aromaterapi
14) Anjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan
sayuran hijau
1. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang
tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
Subjek adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
Objektif adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap
klien.
Analisis adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
Penatalaksanann adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan
dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secarakomprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi dan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rifai, Achmad GS. Kesehatan Reproduksi Remaja. Kekuatan Huk Lemb
Jaminan Fidusia Sebagai Hak Kebendaan. 2020;21(2):1-7.
http://eprints.ums.ac.id/47853/6/BAB I.pdf
2. Winurini S. Hubungan Religiusitas dan Kesehatan Mental pada Remaja
Pesantren di Tabanan. Aspir J Masal Sos. 2019;10(2):139-153.
doi:10.46807/aspirasi.v10i2.1428
3. Pratama D, Sari YP. Karakteristik perkembangan remaja. Edukasimu.org.
2021;1(3):1-9.
4. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Implement Sci. 2014;39(1):1-
24. http://dx.doi.org/10.1016/j.biochi.2015.03.025%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1038/nature10402%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/
nature21059%0Ahttp://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/
article/view/1268/1127%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/
nrmicro2577%0Ahttp://
5. Rais MR. Kepercayaan Diri (Self Confidence) Dan Perkembangannya Pada
Remaja. 2022;12(1):40-47. doi:10.30829/alirsyad.v12i1.
6. Ade W. Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja Dan
Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan Dan Keperawatannya. J
Keperawatan Anak. 2014;2(1):39-43.
http://103.97.100.145/index.php/JKA/article/view/3954
7. Novita R. Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada
Remaja Putri di SMA Al-Azhar Surabaya. Amerta Nutr. 2018;2(2):172.
doi:10.20473/amnt.v2i2.2018.172-181
8. Engin M. STUDY LITERATURE REVIEW FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI.
2021;23(4):1-16.
9. Permenkes RI. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2019 TENTANG ANGKA
KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK MASYARAKAT
INDONESIA. 2018;2:89.
10. Susanti D, Lutfiyati A. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Dengan
Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi. J Kesehat Samodra Ilmu.
2020;11(2):166-172. doi:10.55426/jksi.v11i2.119
11. Syafriani S. Hubungan Status Gizi Dan Umur Menarche Dengan Kejadian
Dismenore Pada Remaja Putri Di Sman 2 Bangkinang Kota 2020. J Ners.
2021;5(1):32-37. doi:10.31004/jn.v5i1.1676
12. Rebecca Mutia A, Ani LS, Sucipta WC wulan. Prevalensi Dysmenorrhea
Dan Karakteristiknya Pada Remaja Putri Di Denpasar. J Med Udayana.
2019;8(11):1-6.
13. Armini NKA. Editorial: Menilik Kesehatan dan Gangguan Reproduksi
Pada Perempuan. Pediomaternal Nurs J. 2019;5(1).
doi:10.20473/pmnj.v5i1.21215
14. Wahyuni Y, Dewi R. Gangguan siklus menstruasi kaitannya dengan asupan
zat gizi pada remaja vegetarian. J Gizi Indones (The Indones J Nutr.
2018;6(2):76-81. doi:10.14710/jgi.6.2.76-81
15. Silalahi V. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiswi Tingkat Akhir. J Kesehat Mercusuar. 2021;4(2):1-10.
doi:10.36984/jkm.v4i2.213
16. Cunningham, Leveno, Bloon, Hauth, Spong. Obstetri Williams Edisi 23
Volume 1.; 2013.
17. Paramita Widya. PENGARUH KONSUMSI KAFEIN TERHADAP
PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA.
2022. http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/5163
18. SOGC (Society of obstetrics & gynecologist of canada). Diagnosis,
Evaluation, and Management of the Hypertensive Disorders of Pregnancy:
Executive Summary. Published online 2014:2014.
19. Anggraini MA, Lasiaprillianty IW, Danianto A. Diagnosis dan Tata
Laksana Dismenore Primer. Cermin Dunia Kedokt. 2022;49(4):201.
doi:10.55175/cdk.v49i4.1821
20. Mau RA, Kurniawan H, Dewajanti AM. Artikel Penelitian The
Relationship between Menstrual Cycle Interval and Menstrual Duration. J
Kedokt Meditek. 2020;26(3):139-145.

Anda mungkin juga menyukai