Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KELUARGA BERENCANA (KB) DAN


KESEHATAN REPRODUKSI PADA NY. SM UMUR 35 TAHUN P2A0
AKSEPTOR KB IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I KABUPATEN SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Holistik Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi

Disusun Oleh :

ENY NUR FADHILLAH

NIM P07124521152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

YOGYAKARTA

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif

“Asuhan Kebidanan Holistik Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi pada Ny. SM Umur 35 Tahun P2A0 Akseptor KB IUD Di
Puskesmas Tempel I Kabupaten Sleman”

Oleh :

ENY NUR FADHILLAH

NIM P07124521152

Menyetujui,

Pembimbing Klinik

Faridatun Nafia, S.Tr.Keb.


NIP. 198501182017042001 (…………………….)

Pembimbing Akademik

Dr. Yuni Kusmiyati, S.ST., MPH.


NIP. 197606202002122001 (……………………..)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih, S.ST., M.Keb.

NIP. 197910072005012004

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif ini.
Penulisan Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :

1. Joko Susilo, SKM., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Yogyakarta.
2. Dr. Yuni Kusmiyati, S.SiT., MPH., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta atas dukungan yang diberikan
kepada penulis.
3. Hesty Widyasih, S.ST., M.Keb., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta atas dukungan yang
diberikan kepada penulis.
4. Dr. Yuni Kusmiyati, S.SiT., MPH., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
5. Faridatun Nafia, S.Tr.Keb., selaku Pembimbing Klinik yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis.
6. Seluruh staf Puskesmas Tempel I yang telah membantu penulis dalam
penyusunan laporan ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta, 18 Januari 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Masalah Kasus........................................................................... 4
B. Kajian Teori.......................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................................. 15
B. Analisis................................................................................................. 16
C. Penatalaksanaan.................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
Lampiran Laporan Komprehensif............................................................... 21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dilihat dari Rencana
Pemerintah Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014
sebesar 1,14% maka laju pertumbuhan saat ini masih 0,35% lebih tinggi.
Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara (BKKBN, 2014).1
Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan dalam rangka
membatasi laju pertumbuhan penduduk sehingga angka fertilitas dapat
terkendali dengan adanya program ini, diharapkan Indonesia dapat
menerapkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKBS), yang mana dapat
diterapkan setiap penduduk di Indonesia, dikarenakan dengan mengatu laju
pertumbuhan penduduk ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan negara.
Cakupan penggunaan Kontrasepsi aktif di Indonesia menunjukan
adanya penurunan penggunaan KB aktif di antara PUS pada tahun 2019
sebesar 62,5%, dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,27%. Sementara
target RPJMN yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun
2017 juga menunjukan angka yang lebih tinggi pada KB aktif yaitu sebesar
63,6%. Menurut hasil penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia yang berasal
dari profil kesehatan Indonesia ditemukan cakupan penggunaan alat
kontrasepsi yang diminati adalah suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi
bahkan sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan
(63,7%) dan pil (17,0%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode
kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam
pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi
lainnya.2 Data pengguna kontrasepsi di Provinsi DIY menurut Badan Pusat
Statistik menunjukan bahwa cakupan KB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah 63,2% pada tahun 2019.

1
Kabupaten Sleman sendiri pada tahun 2018 cakupan pengguna
kontrasepsi Cakupan KB Aktif pada Tahun 2019 adalah sebesar 80.59%.
Cakupan ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian pada
Tahun 2018 yaitu sebesar 78.84%. Hal ini didukung adanya kerjasama yang
baik antara Programer KB dengan Dinas Kesehatan, Dinas P3AP2KB, PKK
dan Kader. Walaupun ada peningkatan tetapi masih di bawah target Renstra
(Rencana Strategis) tahun 2019 yaitu 82.5 %.3
IUD merupakan salah satu metode kontra sepsi modern yang sangat
efektif, reversible dan berjangka panjang yaitu 8-10 tahun, dapat digunakan
oleh semua wanita usia reproduksi kecuali wanita dengan penyakit menular
seksual atau penyakit radang panggul.4

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi menggunakan
pola pikir manajemen kebidanan secara varney serta mendokumentasikan
hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. SM umur 35
tahun P2A0 6 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan obyektif pada Ny. SM umur 35 tahun
P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
pada Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada kasus Ny. SM
umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I

2
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk memberikan asuhan
kepada Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk memberikan asuhan
kepada Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian pada Ny. SM umur
35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan
manajemen kasus dan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai teori dan
melaksanakan asuhan sesuai dengan standar yang telah ada.
b. Bagi Bidan di Puskesmas
Dapat memberikan informasi tambahan dan masukan pada
penatalaksanaan ibu akseptor KB IUD.
c. Bagi Ibu
Dapat menambah informasi mengenai asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD.

3
BAB II

KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus

Kasus yang didapatkan adalah pada tanggal 18 Januari 2022, Ny. SM


umur 35 tahun, datang ke Poli KIA Puskesmas Tempel I, mengatakan ingin
bongkar IUD. Dari hasil anamnesa, ibu mengatakan ingin bongkar pasang
IUD, pemasangan IUD tanggal 14 Februari 2014 dan sudah waktunya
dilepas. Ibu mengatakan memiliki siklus menstruasi yang normal yaitu 28
hari, lamanya 5-6 hari, tidak ada keluhan yang berarti saat menstruasi,
HPHT : 10 Januari 2022. Ibu mengatakan sudah melahirkan 2 kali. Tanggal
lahir anak pertama 5 Januari 2007, melahirkan normal, kondisi sekarang
sehat. Tanggal lahir anak ke dua 14 Februari 2014, melahirkan secara section
caesarea atas indikasi KPD dan cairan sudah habis. Riwayat KB ibu
mengatakan setelah kelahiran anak pertama ibu menyatakan menggunakan
KB IUD dan setelah kelahiran anak ke dua ibu juga menggunakan KB IUD.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus dan asma. Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit radang
panggul, infeksi menular seksual dan keputihan Makan terakhir jam 07.00
WIB porsi sedang, minum terakhir jam 07.15 WIB, tidak ada keluhan. Ibu
menyatakan sedikit takut tentang proses pencabutan dan pemasangan KB
IUD karena dulu pemasangan IUD dilakukan pada setelah proses operasi
sectio caesarea.

Dari hasil pemeriksaan ibu didapatkan hasil keadaan umum baik,


kesadaran compos mentis, tekanan darah :110/80 mmHg, N:80x/menit,
S:36oC, RR:20x/menit., berat badan terakhir : 48 Kg, tinggi badan : 155 cm,
Lila : 24 cm, indeks masa tubuh :20. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil
dalam batas normal. Pemeriksaan ginekologi : genetalia eksternal tampak
normal,bersih, tidak ada luka, tidak ada bekas jahitan, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini, tidak ada vulvitis. Pada pemeriksaan spekulum didapatkan

4
hasil warna merah jambu, permukaan licin, tidak ada erosi porsio, tidak ada
polip.

Pukul 08.30 WIB tanggal 18 Januari 2022 dilakukan pencabutan dan


dilanjutkan pemasangan IUD. Hasil : IUD terpasang baik, dan ibu dianjurkan
kontrol 1 minggu setelah pemasangan yaitu tanggal 25 Januari 2022.

B. Kajian Teori
1. Definisi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program KB adalah bagian yang
terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional (Depkes,1999).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial. Bukan semata-mata
terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan
reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental, sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan
sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata
ketiadaan penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi dan proses.4

5
2. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor
yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi.
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil).
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain, dsb).
c. Faktor psikologis (dampak keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita
pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dsb)

3. Hak-hak Reproduksi
Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan
menyepakati hal-hal reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan
kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan rohani dan jasmani.
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
d. Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
f. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya

6
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan
seksual
h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga
dan kehidupan kesehatan reproduksi
l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi

4. Organ Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian, yaitu organ
reproduksi bagian dalam dan organ reproduksi bagian luar. Organ
reproduksi bagian dalam terdiri dari indung telur (ovarium), saluran telur
(tuba falopii), rahim (uterus), leher rahim (servix), dan liang kemaluan
(vagina). Organ reproduksi bagian luar terdiri dari mulut vagina, klentit
(clitoris), dan anus.5

5. Pengertian, Tujuan dan Sasaran Program Keluarga Berencana


a. Pengertian Program KB
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program KB
adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai

7
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes,1999). Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi
gerakan KB nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan
mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Sarwono,
1999).4
b. Tujuan
Tujuan umum untuk lima tahun ke depan mewujudkan visi dan
misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan
pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang
untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan
program KB secara filosofis adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia. 2. Terciptanya penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga.4
c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera.4

6. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana


Ruang lingkup program KB meliputi:

8
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan seks (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan
9. Adopsi.
Dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran:
a. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya:
1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek
2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya
b. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
1) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya
dalam keadaan sehat
2) Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan, dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan
c. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
1) Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya
lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup
dari sumber yang tersedia dalam keluarga
2) Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak

9
3) Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena
sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata
d. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat:
1) Memperbaiki kesehatan fisiknya
2) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan
berkurang serta lebih banyak waktu luang untuk keluarganya
e. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya: Kesehatan fisik, mental, dan
sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh
keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih
banyak untuk memperoleh pendidikan.4

7. Intra Uterin Devices (IUD/AKDR CuT 380A)


a. Profil
1) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat digunakan
sampai 10 tahun untuk Cu T)
2) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
3) Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif
5) Tidak boleh dipakai oleh semua perempuan yang terpapar infeksi
menular seksual (IMS).
b. Cara Kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
3) AKDR CuT 380A bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi ovum dalam uterus
c. Keuntungan
1) Sangat efektif : 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
2) Dapat efektif segera setelah pemasangan.

10
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T-380A dan
tidak perlu diganti)
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak khawatir hamil
7) Sedikit efek samping hormonal dengan Cu T-380A
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9) Dapat dipasang setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila
terjadi infeksi)
10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir
11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12) Membantu mencegah kehamilan.
d. Kekurangan
Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit.6
e. Macam-macam efek samping
1) Amenorea
2) Kram
3) Pendarahan vagina yang tidak teratur dan banyak
4) Benang hilang
5) Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul.
f. Penanganan efek samping
1) Amenorea
Penanganan: pastikan hamil atau tidak, bila klien tidak hamil,
AKDR tidak perlu dicabut, cukup konseling saja. Jika klien tetap
saja menganggap amenorea yang terjadi sebagai masalah maka

11
rujuk klien, jika terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan
benang AKDR terlihat cabut AKDR. Catatan: jangan mencabut
AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilan >13 minggu.
Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannya tanpa
mencabut AKDRnya, jelaskan kepadanya tentang meningkatnya
resiko keguguran, kehamilan prematur, infeksi.
2) Kram
Penanganan: jika kram terjadi cukup analgesik saja. Jika kram
berat cabut AKDR kemudian diganti dengan AKDR baru atau
cari metode kontrasepsi yang lain.
3) Pendarahan dan tidak teratur
Penanganan: sering ditemukan terutama pada 3–6 bulan pertama.
Singkirkan infeksi panggul atau kehamilan ektopik, rujuk klien
bila dianggap perlu, bila tidak ditemukan kelainan patologik dan
pendarahan masih terjadi dapat diberikan ibuprofen 3x800mg
untuk satu minggu atau pil kombinasi satu siklus saja, bila
perdarahan banyak gizi 2 tablet pil kombinasi untuk 3–7 hari saja,
atau boleh diberi 1,25mg estrogen equin konyugasi selama 4–21
hari. Bila perdarahan berlanjut sampai klien anemia cabut AKDR
dan bantu klien memilih metode lain.
4) Benang hilang
Penanganannya: apakah klien hamil, bila tidak hamil dan AKDR
masih di tempat tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Bila
tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim dan klien tidak
hamil maka klien dirujuk untuk USG/rontgen. Bila tidak
ditemukan pasang kembali AKDR sewaktu datang haid.
5) Dugaan penyakit radang panggul
Penanganannya: bila penyebab, kuman gonokokus dan klamidia
cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai. Penyakit
radang panggul yang lain cukup diobati dan AKDR tidak perlu
dicabut, bila tidak ingin memakai AKDR lagi beri antibiotika

12
selama 2 hari kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk
memilih metode kontrasepsi lain

8. Kewenangan Bidan terhadap Kasus


Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017
bagian kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyelenggaraan
praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan
kesehatan reproduksi serta keluarga berencana. Pasal 19 ayat (2) dan (3)
Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 menjelaskan bahwa kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diberikan pada masa sebelum
hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan
masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi:
a. Konseling pada masa sebelum hamil.
b. Antenatal pada kehamilan normal
c. Persalinan normal
d. Pelayanan kesehatan ibu nifas normal
e. Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.7
Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi hal-hal
antara lain:
a. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien
b. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar
pelayanan
c. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
d. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
e. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang
tersedia
f. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan
fasilitas kesehatan dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
g. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan

13
h. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman
bagi klien
i. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
j. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka
membantu menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam
pelayanan.
k. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien.4

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. SM didapatkan data

bahwa ibu berusia 35 tahun, dimana usia 35 tahun termasuk dalam usia

reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat terletak pada usia antara 20 sampai

dengan 35 tahun.8 Menurut Windyastuti (2017), usia > 30 tahun merupakan

kurun reproduksi tua sehingga dianjurkan untuk tidak hamil karena jika

terjadi kehamilan dapat mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan

kehamilan beresiko tinggi. Dengan kehamilan beresiko tinggi dapat

menyebabkan meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.9

Berdasarkan hasil anamnesa diketahui bahwa selama ibu

menggunakan KB IUD ibu mengatakan tidak ada keluhan yang berarti selama

haid serta tidak mengganggu siklus menstruasi. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Varney (2007), yang menyatakan bahwa efek pemakaian

kontrasepsi pada beberapa wanita mengalami keluhan seperti siklus

menstruasi dan perdarahan tidak teratur terjadi pada 3 bulan pertama

pemakaian, dan sebagian besar wanita mengalami siklus menstruasi teratur

kembali setelah 3 bulan pemasangan.9

15
Berdasarkan pernyataan ibu, ibu mengatakan bahwa ibu mengatakan

sedikit takut dengan proses pencabutan dan pemasangan IUD. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh ketidak tahuan atau kurangnya pengetahuan ibu

tentang KB IUD, karena pada proses pemasangan IUD sebelumnya dilakukan

sesaat setelah proses persalinan secara sesar. Dalam hal ini, konseling

mengenai KB IUD tetap harus diberikan pada ibu untuk meningkatkan

pengetahuan tentang IUD serta mengurangi kecemasan ibu terhadap proses

pencabutan dan pemasangan IUD. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Saidah (2019), menunjukkan ada pengaruh konseling

terhadap tingkat kecemasan akseptor KB IUD post plasental di RSUD Kota

Madiun 2019, dengan p value 0,000 < 0,05.10

Berdasarkan hasil pemeriksaan ibu, didapatkan hasil KU baik,

kesadaran composmentis, TD 110/80 mmHg, suhu 36oC, nadi 80x/menit,

pernafasan 20x/menit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemeriksaan tanda-

tanda vital Ny. SM adalah normal.11 pada pemeriksaan ginekologi,

didapatkan hasil normal dan tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan speculum

didapatkan hasil warna merah jambu, permukaan licin, tidak ada erosi porsio

dan tidak ada polip. Berdasarkan hasil tersebut berarti tidak ada kontra

indikasi bagi ibu untuk dilakukan pemasangan IUD.12

B. Analisis

16
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan diagnosa

kebidanan Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD. Pada Ny. SM

tidak ditemukan adanya kelainan pada hasil pemeriksaan.

Permasalahan kebidanan yang timbul yaitu ibu sedikit takut dan

cemas tentang proses pencabutan dan pemasangan KB IUD. Hal tersebut

dikarenakan ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan ibu tentang KB IUD,

sehingga penting bagi bidan untuk memberikan konseling bagi ibu tentang

KB IUD untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu.

C. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan memberitahu ibu setiap hasil


pemeriksaan ibu, berdasarkan Undang–Undang no 36 th 2009 pasal 8.
Dimana setiap orang berhak mendapatkan informasi tentang data
kesehatan diri, tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien.13

2. Memberikan KIE kepada ibu mengenai KB IUD berupa manfaat, efek


samping, dan prosedur tindakan. Menurut Priyanti (2017), pemberian

konseling bertujuan untuk meningkatkan penerimaan informasi,

menjamin pilihan yang cocok, penggunaan efektif, menjamin

kelangsungan yang lebih lama.4

3. Memberikan informed consent kepada ibu sebagai bukti bahwa pasien


setuju atas tindakan yang diberikan oleh bidan kepada pasien.

4. Melakukan tindakan pencabutan IUD dan dilanjutkan dengan pemasangan


IUD copper T 380A. Pencabutan dan pemasangan sudah dilakukan sesuai

dengan prosedur.

17
5. Menganjurkan kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.

6. Mendokumentasikan tindakan dalam simpus dan buku register.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. SM berdasarkan data hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik.

18
2. Diagnosis yang didapatkan dari pengkajian data dan hasil pemeriksaan
adalah Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD.
3. Memberikan asuhan pada Ny. SM yaitu dengan memberikan KIE tentang
KB IUD kepada ibu, memberikan informed consent kepada ibu,
melakukan tindakan pencabutan dan pemasangan IUD, dan menganjurkan
ibu kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
5. Dokumentasi asuhan kebidanan SOAP.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan masa nifas sesuai
kebijakan program nasional masa nifas.
2. Bagi Bidan di Klinik Widuri
a. Diharapkan Bidan dapat mempertahankan asuhan kebidanan ibu nifas
dan menyusui sesuai SOP, kewenangan bidan.
b. Diharapkan bidan dapat memperbarui ilmu dengan menerapkan
metode terbaru sesuai dengan hasil penelitian yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Saad R. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implant di Puskesmas Batulappa kab. Pinrang tahun 2018. J

19
Ilm Kesehat Iqra. 2018;6(1):70–6.

2. Kementerian Kesehatan RI. Indikator Program Kesehatan Masyarakat


dalam RPJMN dan Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2020-2024.
2020;

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Profil Kesehatan Sleman Tahun 2020.


2020;

4. Priyanti S, Syalfina AD. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. E-b Penerbit STIKes Majapahit. 2017;

5. Putri UF, Ratu M, Sri S. Akses Pasangan Usia Subur (PUS) Miskin
terhadap Informasi Keluarga Berencana (KB) di Kota Yogyakarta.
Populasi. 2020;28(1):63–77.

6. Rahayu S, Prijatni I. Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. 2016;

7. Nuryuniarti R, Nurmahmudah E. Regulasi Hukum Bagi Bidan Dalam


Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Balita Di Bidan Praktik Mandiri
Menurut Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. J Ilm Galuh Justisi. 2019;7(2):1–24.

8. Suryaningsih M. Kesehatan Reproduksi (Maternal Neonatal) Ibu Menikah


Usia Muda dan Ibu Usia Reproduksi Sehat di Desa hapesong Lama
Kecamatan Batang Toru Tahun 2018. 2018;

9. Windyastuti LP, Wulandari P. HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN


KONTRASEPSI IUD DENGAN PERUBAHAN SIKLUS MENSTRUASI
PADA AKSEPTOR KB IUD DI PUSKESMAS TAMBAKAJI KOTA
SEMARANG. J Ners Widya Husada. 2018;2(2).

10. Sari DK. PENGARUH KONSELING TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN AKSEPTOR KB IUD POST PLASENTA DI RSUD
KOTA MADIUN TAHUN 2019. J Kebidanan. 2019;8(1):22–9.

20
11. Mansyur N. Buku ajar: Asuhan kebidanan masa nifas. Selaksa Media;
2014.

12. Ida Prijatni SR. Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Cetakan
Pertama I Jakarta Selatan Badan Pengemb dan Pemberdauyaan Sumber
Daya Mns Kesehat. 2016;203.

13. Handayani L, Tilly AA, Rampen H. Kajian Undang-Undang No. 36 Tahun


2009 Terkait Program KB Berkualitas Dalam Mewujudkan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera. 2011;

Lampiran Laporan Komprehensif

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274)374331

21
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. SM
UMUR 35 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I
KABUPATEN SLEMAN

NO Register : 108008

TANGGAL/ JAM : 18 Januari 2021, jam 08.30 WIB

IDENTITAS

Istri Suami
Nama : Ny. SM Tn. TB
Umur : 35 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Sedogan, Lumbungrejo, Sedogan, Lumbungrejo,
Tempel Tempel

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan mau bongkar pasang IUD. Pemasangan IUD dilakukan tanggal
14 Februari 2014 dan sudah waktunya dilepas. Ibu mengatakan memiliki siklus
menstruasi yang normal yaitu 28 hari, lamanya 5-6 hari, tidak ada keluhan yang
berarti saat menstruasi, HPHT : 10 Januari 2022. Ibu mengatakan sudah
melahirkan 2 kali. Tanggal lahir anak pertama 5 Januari 2007, melahirkan normal,
kondisi sekarang sehat. Tanggal lahir anak ke dua 14 Februari 2014, melahirkan
secara section caesarea atas indikasi KPD dan cairan sudah habis. Riwayat KB ibu
mengatakan setelah kelahiran anak pertama ibu menyatakan menggunakan KB
IUD dan setelah kelahiran anak ke dua ibu juga menggunakan KB IUD. Ibu
mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus dan
asma. Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit radang panggul, infeksi menular
seksual dan keputihan Makan terakhir jam 07.00 WIB porsi sedang, minum

22
terakhir jam 07.15 WIB, tidak ada keluhan. Ibu menyatakan sedikit takut tentang
proses pencabutan dan pemasangan KB IUD karena dulu pemasangan IUD
dilakukan pada setelah proses operasi sectio caesarea.

OBYEKTIF

KU baik, kesadaran compos mentis, TD:110/80 mmHg, N:80x/menit, S:36oC,


RR:20x/menit, berat badan terakhir : 48 Kg, tinggi badan : 155 cm, Lila : 24 cm,
indeks masa tubuh :20. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil dalam batas normal.
Pemeriksaan ginekologi : genetalia eksternal tampak normal,bersih, tidak ada
luka, tidak ada bekas jahitan, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak ada
vulvitis. Pada pemeriksaan spekulum didapatkan hasil warna merah jambu,
permukaan licin, tidak ada erosi porsio, tidak ada polip.

ASSESMENT

Ny. SM umur 35 tahun P2A0 6 akseptor KB IUD.

PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu yaitu TD : 110/80


mmHg, N: 80x/menit, S:36oC.
Hasil : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan, dan ibu
mengatakan merasa senang.
2. Memberikan KIE dan dukungan emosional kepada ibu dengan cara
memberikan informasi mengenai KB IUD berupa manfaat, efek samping,
serta prosedur pencabutan dan pemasangannya.
Hasil : ibu mengatakan mengerti penjelasan bidan.
3. Memberikan informed consent kepada ibu sebagai bukti persetujuan
tindakan medis yang akan dilakukan.
Hasil : informed consent sudah diisi dan ditanda tangani oleh ibu.
4. Melakukan tindakan pencabutan dan pemasangan IUD.
Hasil : IUD sudah terpasang dengan baik.
5. Mendokumentasikan tindakan.
Hasil : tindakan sudah didokumentasikan.

23
24

Anda mungkin juga menyukai