Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Holistik Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi
Disusun Oleh :
NIM P07124521152
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Komprehensif
Oleh :
NIM P07124521152
Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
NIP. 197910072005012004
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif ini.
Penulisan Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memenuhi tugas praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan ini terwujud atas
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Masalah Kasus........................................................................... 4
B. Kajian Teori.......................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................................. 15
B. Analisis................................................................................................. 16
C. Penatalaksanaan.................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 19
Lampiran Laporan Komprehensif............................................................... 21
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dilihat dari Rencana
Pemerintah Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014
sebesar 1,14% maka laju pertumbuhan saat ini masih 0,35% lebih tinggi.
Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara (BKKBN, 2014).1
Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan dalam rangka
membatasi laju pertumbuhan penduduk sehingga angka fertilitas dapat
terkendali dengan adanya program ini, diharapkan Indonesia dapat
menerapkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKBS), yang mana dapat
diterapkan setiap penduduk di Indonesia, dikarenakan dengan mengatu laju
pertumbuhan penduduk ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan negara.
Cakupan penggunaan Kontrasepsi aktif di Indonesia menunjukan
adanya penurunan penggunaan KB aktif di antara PUS pada tahun 2019
sebesar 62,5%, dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,27%. Sementara
target RPJMN yang ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun
2017 juga menunjukan angka yang lebih tinggi pada KB aktif yaitu sebesar
63,6%. Menurut hasil penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia yang berasal
dari profil kesehatan Indonesia ditemukan cakupan penggunaan alat
kontrasepsi yang diminati adalah suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi
bahkan sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan
(63,7%) dan pil (17,0%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode
kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam
pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi
lainnya.2 Data pengguna kontrasepsi di Provinsi DIY menurut Badan Pusat
Statistik menunjukan bahwa cakupan KB pada Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah 63,2% pada tahun 2019.
1
Kabupaten Sleman sendiri pada tahun 2018 cakupan pengguna
kontrasepsi Cakupan KB Aktif pada Tahun 2019 adalah sebesar 80.59%.
Cakupan ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian pada
Tahun 2018 yaitu sebesar 78.84%. Hal ini didukung adanya kerjasama yang
baik antara Programer KB dengan Dinas Kesehatan, Dinas P3AP2KB, PKK
dan Kader. Walaupun ada peningkatan tetapi masih di bawah target Renstra
(Rencana Strategis) tahun 2019 yaitu 82.5 %.3
IUD merupakan salah satu metode kontra sepsi modern yang sangat
efektif, reversible dan berjangka panjang yaitu 8-10 tahun, dapat digunakan
oleh semua wanita usia reproduksi kecuali wanita dengan penyakit menular
seksual atau penyakit radang panggul.4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi menggunakan
pola pikir manajemen kebidanan secara varney serta mendokumentasikan
hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. SM umur 35
tahun P2A0 6 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan obyektif pada Ny. SM umur 35 tahun
P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
pada Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada kasus Ny. SM
umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I
2
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk memberikan asuhan
kepada Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk memberikan asuhan
kepada Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas
Tempel I
h. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian pada Ny. SM umur
35 tahun P2A0 akseptor KB IUD di Puskesmas Tempel I.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan
manajemen kasus dan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai teori dan
melaksanakan asuhan sesuai dengan standar yang telah ada.
b. Bagi Bidan di Puskesmas
Dapat memberikan informasi tambahan dan masukan pada
penatalaksanaan ibu akseptor KB IUD.
c. Bagi Ibu
Dapat menambah informasi mengenai asuhan kebidanan pada
akseptor KB IUD.
3
BAB II
4
hasil warna merah jambu, permukaan licin, tidak ada erosi porsio, tidak ada
polip.
B. Kajian Teori
1. Definisi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10
tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Program KB adalah bagian yang
terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional (Depkes,1999).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial. Bukan semata-mata
terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan
reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental, sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan
sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata
ketiadaan penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, fungsi dan proses.4
5
2. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor
yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi.
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil).
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain, dsb).
c. Faktor psikologis (dampak keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita
pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dsb)
3. Hak-hak Reproduksi
Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan
menyepakati hal-hal reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan
kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan rohani dan jasmani.
a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
d. Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
f. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
6
g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan
seksual
h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
i. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
j. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga
dan kehidupan kesehatan reproduksi
l. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
7
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes,1999). Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi
gerakan KB nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan
mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Sarwono,
1999).4
b. Tujuan
Tujuan umum untuk lima tahun ke depan mewujudkan visi dan
misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan
pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang
untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan
program KB secara filosofis adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia. 2. Terciptanya penduduk yang
berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga.4
c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran
tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera.4
8
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan seks (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan
9. Adopsi.
Dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran:
a. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya:
1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek
2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya
b. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
1) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya
dalam keadaan sehat
2) Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan, dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan
c. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
1) Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya
lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup
dari sumber yang tersedia dalam keluarga
2) Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak
9
3) Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena
sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata
d. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat:
1) Memperbaiki kesehatan fisiknya
2) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan
berkurang serta lebih banyak waktu luang untuk keluarganya
e. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya: Kesehatan fisik, mental, dan
sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh
keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih
banyak untuk memperoleh pendidikan.4
10
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T-380A dan
tidak perlu diganti)
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak khawatir hamil
7) Sedikit efek samping hormonal dengan Cu T-380A
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9) Dapat dipasang setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila
terjadi infeksi)
10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir
11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12) Membantu mencegah kehamilan.
d. Kekurangan
Efek samping yang umum terjadi:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit.6
e. Macam-macam efek samping
1) Amenorea
2) Kram
3) Pendarahan vagina yang tidak teratur dan banyak
4) Benang hilang
5) Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul.
f. Penanganan efek samping
1) Amenorea
Penanganan: pastikan hamil atau tidak, bila klien tidak hamil,
AKDR tidak perlu dicabut, cukup konseling saja. Jika klien tetap
saja menganggap amenorea yang terjadi sebagai masalah maka
11
rujuk klien, jika terjadi kehamilan kurang dari 13 minggu dan
benang AKDR terlihat cabut AKDR. Catatan: jangan mencabut
AKDR jika benang tidak kelihatan dan kehamilan >13 minggu.
Jika klien hamil dan ingin meneruskan kehamilannya tanpa
mencabut AKDRnya, jelaskan kepadanya tentang meningkatnya
resiko keguguran, kehamilan prematur, infeksi.
2) Kram
Penanganan: jika kram terjadi cukup analgesik saja. Jika kram
berat cabut AKDR kemudian diganti dengan AKDR baru atau
cari metode kontrasepsi yang lain.
3) Pendarahan dan tidak teratur
Penanganan: sering ditemukan terutama pada 3–6 bulan pertama.
Singkirkan infeksi panggul atau kehamilan ektopik, rujuk klien
bila dianggap perlu, bila tidak ditemukan kelainan patologik dan
pendarahan masih terjadi dapat diberikan ibuprofen 3x800mg
untuk satu minggu atau pil kombinasi satu siklus saja, bila
perdarahan banyak gizi 2 tablet pil kombinasi untuk 3–7 hari saja,
atau boleh diberi 1,25mg estrogen equin konyugasi selama 4–21
hari. Bila perdarahan berlanjut sampai klien anemia cabut AKDR
dan bantu klien memilih metode lain.
4) Benang hilang
Penanganannya: apakah klien hamil, bila tidak hamil dan AKDR
masih di tempat tidak ada tindakan yang perlu dilakukan. Bila
tidak yakin AKDR masih berada di dalam rahim dan klien tidak
hamil maka klien dirujuk untuk USG/rontgen. Bila tidak
ditemukan pasang kembali AKDR sewaktu datang haid.
5) Dugaan penyakit radang panggul
Penanganannya: bila penyebab, kuman gonokokus dan klamidia
cabut AKDR dan berikan pengobatan yang sesuai. Penyakit
radang panggul yang lain cukup diobati dan AKDR tidak perlu
dicabut, bila tidak ingin memakai AKDR lagi beri antibiotika
12
selama 2 hari kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk
memilih metode kontrasepsi lain
13
h. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman
bagi klien
i. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
j. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka
membantu menyelesaikan masalah yang mungkin timbul dalam
pelayanan.
k. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien.4
14
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. SM didapatkan data
bahwa ibu berusia 35 tahun, dimana usia 35 tahun termasuk dalam usia
reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat terletak pada usia antara 20 sampai
kurun reproduksi tua sehingga dianjurkan untuk tidak hamil karena jika
menggunakan KB IUD ibu mengatakan tidak ada keluhan yang berarti selama
haid serta tidak mengganggu siklus menstruasi. Hal tersebut sesuai dengan
15
Berdasarkan pernyataan ibu, ibu mengatakan bahwa ibu mengatakan
sedikit takut dengan proses pencabutan dan pemasangan IUD. Hal tersebut
sesaat setelah proses persalinan secara sesar. Dalam hal ini, konseling
pencabutan dan pemasangan IUD. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
didapatkan hasil normal dan tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan speculum
didapatkan hasil warna merah jambu, permukaan licin, tidak ada erosi porsio
dan tidak ada polip. Berdasarkan hasil tersebut berarti tidak ada kontra
B. Analisis
16
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan diagnosa
sehingga penting bagi bidan untuk memberikan konseling bagi ibu tentang
C. Penatalaksanaan
dengan prosedur.
17
5. Menganjurkan kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada
keluhan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. SM berdasarkan data hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik.
18
2. Diagnosis yang didapatkan dari pengkajian data dan hasil pemeriksaan
adalah Ny. SM umur 35 tahun P2A0 akseptor KB IUD.
3. Memberikan asuhan pada Ny. SM yaitu dengan memberikan KIE tentang
KB IUD kepada ibu, memberikan informed consent kepada ibu,
melakukan tindakan pencabutan dan pemasangan IUD, dan menganjurkan
ibu kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
5. Dokumentasi asuhan kebidanan SOAP.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan masa nifas sesuai
kebijakan program nasional masa nifas.
2. Bagi Bidan di Klinik Widuri
a. Diharapkan Bidan dapat mempertahankan asuhan kebidanan ibu nifas
dan menyusui sesuai SOP, kewenangan bidan.
b. Diharapkan bidan dapat memperbarui ilmu dengan menerapkan
metode terbaru sesuai dengan hasil penelitian yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
19
Ilm Kesehat Iqra. 2018;6(1):70–6.
5. Putri UF, Ratu M, Sri S. Akses Pasangan Usia Subur (PUS) Miskin
terhadap Informasi Keluarga Berencana (KB) di Kota Yogyakarta.
Populasi. 2020;28(1):63–77.
20
11. Mansyur N. Buku ajar: Asuhan kebidanan masa nifas. Selaksa Media;
2014.
12. Ida Prijatni SR. Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Cetakan
Pertama I Jakarta Selatan Badan Pengemb dan Pemberdauyaan Sumber
Daya Mns Kesehat. 2016;203.
21
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. SM
UMUR 35 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IUD DI PUSKESMAS TEMPEL I
KABUPATEN SLEMAN
NO Register : 108008
IDENTITAS
Istri Suami
Nama : Ny. SM Tn. TB
Umur : 35 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Sedogan, Lumbungrejo, Sedogan, Lumbungrejo,
Tempel Tempel
SUBYEKTIF
Ibu mengatakan mau bongkar pasang IUD. Pemasangan IUD dilakukan tanggal
14 Februari 2014 dan sudah waktunya dilepas. Ibu mengatakan memiliki siklus
menstruasi yang normal yaitu 28 hari, lamanya 5-6 hari, tidak ada keluhan yang
berarti saat menstruasi, HPHT : 10 Januari 2022. Ibu mengatakan sudah
melahirkan 2 kali. Tanggal lahir anak pertama 5 Januari 2007, melahirkan normal,
kondisi sekarang sehat. Tanggal lahir anak ke dua 14 Februari 2014, melahirkan
secara section caesarea atas indikasi KPD dan cairan sudah habis. Riwayat KB ibu
mengatakan setelah kelahiran anak pertama ibu menyatakan menggunakan KB
IUD dan setelah kelahiran anak ke dua ibu juga menggunakan KB IUD. Ibu
mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus dan
asma. Ibu menyatakan tidak ada riwayat penyakit radang panggul, infeksi menular
seksual dan keputihan Makan terakhir jam 07.00 WIB porsi sedang, minum
22
terakhir jam 07.15 WIB, tidak ada keluhan. Ibu menyatakan sedikit takut tentang
proses pencabutan dan pemasangan KB IUD karena dulu pemasangan IUD
dilakukan pada setelah proses operasi sectio caesarea.
OBYEKTIF
ASSESMENT
PLANNING
23
24