Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A”

UMUR 20 TAHUN DENGAN MASTITIS DI PMB SHANTY ANUGRAH

Laporan Kasus Individu Stase 5 Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal dan Neonatal

Disusun oleh:

VINI ANDINA
220703051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus Individu Stase 5 Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A UMUR 20
TAHUN DENGAN MASTITIS DI PMB SHANTY ANUGRAH”. Laporan ini
dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bdn. Fajar Sari Tanberika, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
2. Bdn. Meirita Herawati, M.Tr.Keb selaku Pembimbing Klinik S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
3. Winda Lusiana, S.Tr. Keb selaku Pembimbing Lapangan S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
4. Komaria Susanti, S.ST,M.Kes selaku Pembimbing Akademik S1 Profesi
Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru
5. Teman sejawat Profesi Kebidanan STIKes Al Insyirah Pekanbaru.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Didalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari adanya kekurangan


baik dari segi isi, penyusunan kalimat dan tata bahasa. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik.

Tanjung Balai Karimun, Maret 2023

Vini Andina

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A”


UMUR 20 TAHUN DENGAN MASTITIS DI PMB SHANTY ANUGRAH

Laporan Kasus Individu Stase 5 Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Telah Disetujui dan Disahkan

Disusun oleh:

VINI ANDINA
220703051

Disetujui Oleh
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(Winda Lusiana, S.Tr. Keb) (Komaria Susanti, SST., M.Kes )

Ketua Prodi Profesi Bidan

(Bdn. Fajar Sari Tanberika, SST., M.Kes)

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas disebut juga masa postpartum adalah masa atau waktu
sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari Rahim sampai 6 minggu
berikutnya, serta pulihnya Kembali organ-organ kandungan (Suherni, 2009).
Salah satu diantara macam infeksi pada ibu nifas adalah infeksi payudara.
Infeksi ini terjadi akibat kurang perawatan sewaktu hamil dan kurangnya
perhatian tenaga medis tentang perawatan payudara yang dapat berakibat
terjadi mastitis.

Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada


primipara yang infeksi terjadi melalui luka pada putting susu. Biasanya
muncul gejala pada ibu nifas dengan demam tinggi, payudara bengkak,
kemerahan dan terasa nyeri (Winkjosastro, 2006).

Apabila Mastitis tidak segera diobati akan menyebabkan abses


payudara yang bisa pecag kepermukaan kulit dan bisa menimbulkan borok
yang besar, maka luka pada putting payudara harus segera di obati karena
dapat menghambat prodeksi ASI. Peran yang sangat penting yaitu untuk bayi
bisa memberi kekebalan tubuh, serta sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta peran untuk ibu bisa mencegah terjadinya infeksi
payudara (Suherni, 2009).

Menurut Varney (2007), penanganan mastitis dilakukan dengan


seseringnya menyusui dan mengosongkan kedua payudara, memakai bra
dengan penyangga tapi tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan
kawat dibawahnya, perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat
payudara, pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat
menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.

1
Mengingat pentingnya pemberian ASI, maka perlu adanya perhatian
dalam proses laktasi agar terlaksana dengan benar. Sehubungan dengan hal
tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI. No. 450/MENKES/IV/2004
tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia (Eny, 2004).

Berdasarkan pendahuluan yang dilakukan di PMB Shanty Anugrah,


terdapat ibu nifas Ny. A P1A0 usia 20 tahun dengan mastitis. Mengingat
angka kejadian ibu nifas dengan mastitis masih cukup tinggi, jika mastitis
tidak segera ditangani akan terjadi abses payudara, maka penulis mengetahui
penanganan mastitis dengan mengambil judul “Asuhan Kebidanan Maternal
dan Neonatal Ibu Nifas pada Ny. A P1A0 usia 20 tahun dengan Mastitis di
PMB Shanty Anugrah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di ambil


perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah penatalaksanaan Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. A P1A0 umur 20 tahun di PMB Shanty
Anugrah Tanjung Balai Karimun”.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan Mastitis dengan menggunakan manajemen kebidanan.

Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetian mastitis dan penyebab terjadinya mastitis
2. Mengetahui bagaimana penanganan agar tidak terjadinya mastitis pada
ibu nifas
3. Mampu melakukan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada kasus ibu
nifas
4. Mampu melakukan Tindakan perencanaan pencegahan mastitis

2
5. Mampu menganalisa adanya kesenjangan antara teori dan praktek di
lahan.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis.
b. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman secara langsung
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis.
2. Bagi Profesi
Meningkatkan wawasan bagi profesi atau tenaga Kesehatan lainnya dalam
menangani kasus ibu nifas dengan mastitis sesuai dengan standar asuhan
kebidanan menurut amanjemen Varney.
3. Bagi Institusi
a. BPM untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kualitas kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis
b. Pendidikan untuk menambah bahan bacaan atau referensi dalam
penatalaksanaan kasus nifas pada mastitis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Masa Nifas
a. Pengertian Nifas
Msa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar lepas dari rahim
sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,
2008).
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

b. Klasifikasi Masa Nifas


Menurut Suhermi (2008), tahapan masa nifas (Post Partum atau
Puerperium) adalah :
1) Puerperium dini masa kepulihan, yakni saat ibu dibolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial, masa kepulihan menyeluruh daro organ-
organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi.

Tahap masa nifas menurut Winkjosastro (2007), meliputi :

1) Periode Immediete postpartum


Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terjadi banyak masalah, misalnya perdarahan karena

4
atonia uteri. Oleh karena itu bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokea, tekanan darah dan
memeriksa suhu badan klien.
2) Periode early postpartum (24 jam – 1 minggu)
Pada masa ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk tidak dema,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dpat
menyusui bayinya dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hariu serta konseling KB (keluarga berencana).

c. Fisiologi Nifas
1) Uterus

Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site)
sehingga jaringan perlekatan plasenta dan dinding uterus mengalami
nekrosis dan lepas (Suherni, 2009).

Tabel Perubahan yang normal di dalam uterus selama post partum

Bobot Diameter Palpasi Uterus


Uterus Uterus
Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/Lunak
Pada akhir minggu ke – 1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Pada akhir minggu ke- 2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2,5 cm Menyempit
Sumber : Pusdiknakes, 2003

5
2) Bekas Implantasi

Bagian implantasi plasenta merupakan sesuatu luka yang kasar dsn


menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan
tersebut, dengan diameter 7,5 cm, sering di sangka sebagai suatu
bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm
(Winkjosastro, 2006).

3) Luka-luka Perineum

Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan


tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat (Suherni, 2009).

4) After Pains

After pains adalah rasa sakit yang mencengkeram (kram) pada


abdomen bagian bawah yang sering dijumpai pada hari ke – 7 hingga
ke – 10 postnatal.

5) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas. Lochea mempunyai


reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal (Pusdiklat,
2003).

Menurut Syherni (2008), macam-macam lochea antara lain :

a) Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Sel-sel desidua,
vernix caseosa atas palit atau semacam noda dan sel epite yang
menyelimuti, lanugo dan mekonium atas getah kelenjar usus dan air
ketuban, berwarna hijau kehitaman, selama 2 hari pasca persalinan.

6
b) Lochea Sanguinilenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini sudah tidak berdarah lagi pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea Alba
Lochea alba adalah cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2
minggu pasca persalinan.
e) Lochea Purulenta
Lochea purulenta ini terjadi karena ada infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f) Lochiotosis
Lochiotosis adalaha lochea yang tidsk lsncsr keluarnya.

6) Servik

Perubahan-perubhan yang terdapat pada serviks ialah serviks agak


menganga atau terbuka seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan korpus dan
serviks terbentuk semacam cincin (Winkjosastro, 2005).

7) Ligamen – ligamen

Ligamen facia dan diafragma pelvis serta facia yang meregang


sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur
mengecil kembali seperti semula. Tidak jarang ligamentum rotomdum
menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang
(Winkjosastro, 2006).

d. Perubahan Sistem Tubuh Lainnya

Menurut Suherni (2009), perubahan sistem tubuh lainnya, yaitu :

7
1) Perubahan pada sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu nifas setelah melahirkan. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan yang ibu konsumsi kurang
mengandung serat selama persalinan. Di samping itu rasa takut
untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum.
2) Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu
tergantung pada :
 Keadaan atau status sebelum persalinan
 Lamanya partus kalau dilalui
 Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

Di samping itu dari hasil pemeriksaan sistocopic (sistoskopik)


segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan
Hyperemia dinding Vesica urinaria, akan tetapi sering terjadi
Ektravasari.

3) Laktasi
Proses ini dikenal dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimana
ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta
mengandung hormonn penghambat prolaktinn(hormon plasenta)
yang menghambat pembentulan ASI. Setelah plasenta lepas,
hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga air susu
ibu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan
(Saleha, 2009).
Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama masa nifas adalah :
 Genetalia interna dan eksterna alat-alat genetalia interna dan
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang disebut dengan involusi.
 Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5°C dari
keadaan normal tapi tidak lebih dari 39°C. Sesudah 12 jam

8
pertama melahirkan umumnya suhu badan kembali normal.
Bila lebih dari 38°C mungkin ada infeksi.
 Keadaan serviks, uterus dan adneksia bila ada perdarahan
biasanya karena involusi uteri, dapat diberikan tablet
Ergometrin dan tirah baring untuk menghentikan perdarahan.
 Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri. Bila kandung kemih
penuh maka akan dilakukan katerisasi. Bila perlu akan dipasang
dower catheter atau indwelling catheter untuk mengistirahatkan
otot-otot kandung kencing.
 Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan. Bila terjadi
obstipasi dan timbul koprotase hingga skibala tertimbun di
rektum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan
laksan per oral.
 Perawatan Payudara. Perawatan payudara telah dimulai sejal
wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras da kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, kemudian
dilanjutkan selama masa nifas.
 Perawatan vulva atau vulva hygiene. Setiap penderita pada
masa nifas haru dilakukan vulva hygiene dengan tujuan
mencegah terjadinya infeksi pada daerah vulva dan perineum
meliputi dalam uterus. Untuk perawatan daerah kelamin dengan
sabun dan air bersih, pastikan bahwa klien membersihkan
daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke arah belakang, baru
kemudian membersihkan sekitaran anus (Saifyuddin, 2002).
2. Mastitis
a. Pengertian Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara terutama pada


primigravida, infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi
mmungkin juga melalui peredaran darah (Winkjosastro, 2005).

9
Mastitis adalah radang pada payudara yang disebabkan
payudara menjadi bengkak yang tidak disusukan adekuat (Bahiyatun,
2008).

b. Patofisiologi Mastistis
Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mamstitis yaitu
puting susu yang luka atau lecet dan kuman tersebut berkelanjutan
menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus sehingga mengakibatkan
radang pada mammae. Radang duktulus-duktulus menjadi edematus
dan akibatnya air susu tersebut terbendung (Ambarwati, 2008).
c. Penyebab Mastitis

Penyebab terjadinya mastitis menurut Saleha (2009) adalah sebagai


berikut :

 Payudara bengkak yag tidak disusui secara adekuat akhirnya


menjadi mastitis.
 Puting susu yang kecet akan memudahkan masuknya kuma-kuman
dan terjadinya payudara bengkak.
 Bra yang terlalu ketat juga dapat mengakibatkan segmetal
engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi
mastitis.
 Ibu yang dietnya buruk, kurang cukup istirahat dan anemia akan
memudahkan terkenany infeksi dimasa nifas.
d. Tanda dan Gejala Mastitis
Menurut Bahiyatun (2008), tanda mastitis adalah bengkak, nyeri
seluruh payudara atau nyeri lokal saja, kemerahan pada seluruh
payudara atau hanya local, payudara terasa keras, tegang dan
berbenjol-benjol, terasapanas badan dan rasa sakit umum.
e. Komplikasi dalam Mastitis
Bila penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara tidak
sempurna, maka infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses

10
dengan tanda-tanda payudara berwarna merah mengkilat dari
sebelumnya saar baru terjadi radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan
lebih lunak karena berisi nanah (Suhermi, 2009).
f. Penatalaksanaan Mastitis
Menurut Varney (2007), penatalaksanaan mastitis adalah sebagai
berikut :
 Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah
mastitis.
 Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit, jangan
menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
 Perhatian yang cermat untuk selalu mencuci tangan saat sebelum
dan sesudah menyusui bayinya dan merawat payudara.
 Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat
menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.
 Meningkatkan cairan dan nutrisi serta makan makanan yang bergizi.
 Istirahat yang cukup.
 Membantu kebutuhan proritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupan.
 Antibiotik, penisilin jenis penicillinase resisten atau cephalosporin.
Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.
 Memberi dukungan moril dan motivasi pada ibu.

g. Pencegahan Mastitis
Menurut Bahiyatun (2008), pencegahan mastitis meliputi :
 Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk
menghindari terjadinya statis aliran air susu ibu (ASI).
 Posisi menyusui yang bergantian agar todak hanya yang
payudara sebelahnya saja yang seri g disusukan.
 Menggunakn bra/BH yang menyangga dan terbuka bra tersebut
ketika terlalu menekan payudaranya.

11
 Susukan dengan adekuat dan sesering mungkin secara on
demand atau tidak menjadwalkan kapan akan menyusui
bayinya.

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masaah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penmuan ketrampilan dalam rangka atau
tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2007).

2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney


a. Langkah Pertama : Pengkajian Data
Adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Langkah ini menentukan proses interpretasi data tahap selanjutnya,
sehingga harus komprehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan
kondisi atau masukan klien yang sebenarnya atau yang valid (Varney,
2007).
1) Data Subyektif
Adalah data yang didapatkan dariklien sebagai suatu pendapat
terhadp suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).
a) Biodata
Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran (Nursalam, 2009). Adapun data subyektif
menurut Retna (2008), meliputi :
 Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru

12
dalam memberikan penanganan.

 Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui


adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
 Suku bangsa : Berpengaruh paa adat – istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
 Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
 Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan
dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
inteletuanya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
 Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
 Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan.

b) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang dan
ingin berobat, pada mastitis ibu ingin memeriksakan
payudaranya (Retna, 2008).
c) Keluhan Utama
Pada keluhan utama adalah untuk mengetahui apa yang
dirasakan pasien tersebut bisa memperberat keadaan pasien

13
atau tidak, misalnya pada kasus mastitis ibu mengatakan
payudarnya terasa nyeri, berat dan badan terasa panas dingin.
d) Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Data-dat ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
 Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Retna, 2008).
e) Riwayat Perkawinan
Perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah, syah
atau tidak, karena bila tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses
selama masa nifas (Retna, 2008).
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah
menggunakan KB tau tidak, jika pernah lamanya berapa tahun,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan saat itu (Varney, 2004).
g) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid
terakhir dan pengalaman haid sebelumnya.
h) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Menurut Retna (2008), yaitu :

14
 Riwayat kehamilan : Berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak,cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, dan keadaan nifas yang lalu.
 Riwayat persalinan : Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas.
 Riwayat nifas : Pada masa nifas yang lalu apakah terdapat
kelainan pada payudara yang terjadi kaku payudara atau
tidak, puting susu apakah lecet atau tidak, kemerahan atau
tidak, dan bila ada terjadi pada hari keberapa.
i) Riwayat Kehamilan ini
 Hari pertama haid terakhir serta kapan tafsiran
persalinannya.
 Keluhan-keluhan pada triwulan I, II, dan III.
 Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan
berapa minggu.
 Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
 Sejak hamil berapa bulan sekali ibu periksa.
 Sudah berapa kali ibu periksa
 Kapan ibu periksa hamil yang terakhir kali.
 Sudah berapa kali ibu imunisasi TT.
j) Kebiasaan Selama Nifas
 Nutrisi dan cairan
Nutrisi, dikaji tentang nafsu makan, jeni makanan yang
dikonsumsi sehari-hari harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori dan tinggi protein, porsi makan,dan ada pantangan
atau tidak, bagi ibu nifas dengan mastitis500 – 1.800 kalori,
minum 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan 1
liternya didapat dari kuah sayur dan tambahan minum

15
vitamin A, untuk mempercepat pemulihan mastitis dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI (Bahiyatun, 2008).
 Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari postpartum
BAK harus dilakukan setiap 6 jam postpartum.
 Pola Istirahat
Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Bagi ibu nifas denga mastitis diperlukan istirahat, 1 – 2 jam
dalam 2 jam/harinya ditempat tidur untuk mempercepat
pemulihan kondisi ibu (Varney, 2007).
 Personal Hygiene
Digunakan untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan perorangan sangat penting supaya tidak terjadi
infeksi kulit pada ibu nifas dengan mastitis diperlukan
menjaga kebersihan pada daerah payudaranya dan
mengganti bra 2 kali sehari (Mufdillah, 2009).
 Keadaan Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi atau
psikologis selama masa nifas sementara yang menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu. Keadaan mental ibu nifas dengan
mastitis adalah cemas, sulit tidur, merasa bersalah, mudah
tersinggung, pikiran negatif terhadap bayinya.
 Sosial Budaya
Terdiri dari bagaimana dukungan keluarga, status rumah
tinggal, pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat yang
dilakukan.
 Penggunaan Obat-obatan atau Rokok
Dikaji apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan selama
hamil atau tidak.

16
2) Data Obyektif

Data obyektif merupakan data yang dapat diobservasi dan dapat di


ukur termasuk informasi yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan diagnostik (Nursalam, 2009).

a) Pemeriksaan Fisik
Keterampilan pengkajian fisik meliputi :
 Keadaan Umum
Ditunjuk untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya. Pada ibu nifas dengan mastitis
keadaan umum ibu adalah cukup. Kesadaran untuk
mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis,
somnolen atau koma. Pada ibu dengan mastitis kesadaran
adalah composmentis (Saifuddin, 2002).
 Tekanan Darah (TD)
Untuk mengetahui faktor hipertensi, TD normal 120/80
mmHg.
 Suhu
Suhu badan wanita setelah partus dapat terjafdi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 37,2°C dan pada ibu nifas
dengan mastitis akan meningkat sampai 39°C
 Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit, nadi berkisar umumnya antara 60- 80 denyutan per
menit. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis nadi mengalami
kenaikan denyut 90 – 110 kali/menit.
 Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien yang dihitung
dalam 1 menit. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis yaitu
respirasinya lebih dari 30 kali/menit. Normalnya 16 – 20
x/menit.

17
 Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan llie kurang dari 145 cm atau
tidak termasuk resiko tinggi atau tidak.
 Berat Badan
Menurut Hidayat (2007), untuk memonitor kelainan berat
badan yaitu penambahan berat badan rata-rata selama
kehamilan 10 kg dan antara sebelum dan setelah melahirkan
kelebihan atau kurang.

b) Pemeriksaan Sistematis
 Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistenatik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan
indera penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nyrsalem,
2008).
- Kepala
Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit
kepala, kelebatan rambut, distribusi dan karakteristik
lainnya.
- Muka
Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak, ada
oedema atai tidak dan closma gravidarum atau tidak.
- Mata
Conjungtiva pucat atau tidsk, seklera kuning atau tidak
mata cekung atau tidak.
- Hidung
Kebersihan hidung, ada polip atau tidak.
- Telinga
Bagaimana kebersihan telinga serumen ada atau tidak.
- Mulut, gigi dan gusi

18
Bersih atau kotor, ada stomatitis atau tidak, ada karang
gigi atau tidak ada caries gigi atau tidak dan gusi berdarah
atau tidak.
- Kelenjar thyroid
Untuk mengetahui ada pembesaran atau tidak.
- Payudara
Benjolan pada payudara nyeri tekan ada atau tidak, ada
kelainan bentuk pada payudara atau tidak, bengkak ada
atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak. Pada kasus ibu
nifas dengan mastitis terjadi perubahan berupa
pembesaran payudara, memerah, dan tampak jelas
gambaran pembuluh darah dipermukaan kulit payudara
bertambah dan terdapat luka atau lecet pada puting susu
ibu.
- Abdomen
Ada bekas luka atau operasi atau tidak, ada striae atau
tidak adan ada linea atau tidak.
- Vulva
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum atau tidak,
ada heacting atau pengeluaran pervaginam atau tidak,
lochea sesuai dengan hari nifas atau tidak.
- Anus
Ada haemoroid atau tidak.
- Ekstremitas
Ada terdapat oedema atau tidak, ada varices atau tidak
dan ada reflek patella atau tidak.
- Lochea
Warnanya bagaimana berbau atau tidak (Retna, 2008).

19
 Palpasi
Adalah tehnik pemeriksaan menggunakan indera peraba.
Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif. Adapun
beberapa yang perlu dilakukan palpasi adalah :
- Leher : Ada pembesaran kelenjar thyroid atau
kelenjar getah bening.
- Payudara : Benjolan pada payudara nyeri tekan ada
atau tidak, ada kelainan bentuk ada atau
tidak, bengkak ada atau tidak, terdapat nyeri
tekan pada payudara. Pada kasus ibu nifas
dengan mastitis dada pada payudara terasa
kencang, terasa lebih padat dan keras
terdapat gumpalan yang cukup besar, ASI
sudah keluar.
- Abdomen : Untuk mengetahui adanya sub involusi,
kontraksi uterus keras
- Genital : Oedema atau tidak, eritema atau tidak dan
mengeluarkan secret atau tidak.
- Ekstremitas : Ada terdapat oedema atau tidak, adakah
varices atau tidak dan reflek ada atau tidak
(Winkjosastro, 2005).

3) Data Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan
rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium atau rontgen (Winkjosastro, 2005).

20
b. Langkah Kedua : Interpretasi Data

Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencakup


diagnosa masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan,
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah
spesifik (Varney, 2007).

Berdasarkan tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan yang


telah dilakukan maka dapat ditentukan dengan diagnosa kebidanan.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktek kebidanan (Varney, 2004).

Diagnosa : Ny. X P...., A...., umur ...., nifas hari ke ...., dengan mastitis.

Data dasar :

1) Dasar Subyektif
Payudara ibu terasa nyeri, berat dan badan ibu terasa panas dingin.
2) Dasar Obyektif

(1) Keadaan ibu cukup

(2) Pemeriksaan vital sign :

 Tekanan darah : Normal


 Nadi : Dengan mastitis nadi bisa naik menjadi 90-
110 x/menit
 Suhu : Dengan mastitis suhu bisa naik menjadi
39°C
 Respirasi : Dengan mastitis respirasi bisa naik lebih
dari 30 x/menit

(c) Pemeriksaan Payudara

21
 Inspeksi : Payudara membesar, memerah dan gambarab di
permukaan kulit bertambah dan ada luka atau ada lecet pada
puting susu (Retna, 2008).
 Palpasi : Payudara kencang, terasa lebih padat, keras dan
terdapat gumpalan yang cukup besar dan ASI sudah keluar
(Varney, 2007).

3) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan sudut pandang klien dengan keadaan
yang eliputi apakah menimbulkan masalah atau tidak. Masalah bagi
ibu nifas dengan mastitis adalah ibu merasa cemas, sulit tidur,
merasa bersalah karna tidak bisa menyusui bayinya, mudah merasa
tersinggung dan pikiran negatif terhadap bayinya.

4) Kebutuhan
Memberikan dukungan dan motivasi, informasi dan support mental
terhadap ibu (Varney, 2007).

c. Langkah ke Tiga : Diagnosa Potensial


Diagnosa potensial adalah suatu pertanyaan yang timbul
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasikan.
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila bersiap-siap diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
Diagnosa potensial yang sering terjadi pada ibu nifas dengan
mastitis adalah terjadi abses pada payudara.

22
d. Langkah ke Empat : Antisipasi

Antisipasi masalah mencerminkan kesinambungan dari proses


manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengidentifikasi
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa bayi. Pada langkah ini dilaksanakan
tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan melibatkan
seorang dokter serta memberikan antibiotik, penisillin jenis
Penicillinase resisten atau cephatosporin. Erythromicin dapat
digunakan jika wanita alergi terhadap penisilin (Varney, 2007).

e. Langkah ke Lima : Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini seorang bidan merumuskan rencana tindakan


yang sebelumnya telah didiskusikan dengan pasien dan kemudian
membuat kesepakatan bersama. Sebelum melaksanakannya semua
keputusan dilakukan berdasarkan pengetahuan dan prosedur yang telah
di tetapkan dengan pertimbangan apakah itu perlu atau tidak.

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis


menurut Varney (2007), tindakan yang diambil sebagai berikut :

 Anjurkan ibu menyusui agar mengososngkan payudaranya untuk


mencegah dari terjadinya mastitis.
 Anjurkan ibu menyusui memakai bra dengan penyangga tetapi tidak
terlalu sempit, jangan menggunakan bra denga kawat dibawahnya.
 Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui serta
merawat payudaranya.
 Anjurkan ibu memngompres dengan air hangat pada area yang
efektif pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.
 Anjurkan ibu untuk meningkatkan asupan cairan.
 Anjurkan ibu untuk cukup istirahat, satu atau dua kali ditempat
tidur.

23
 Bantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupannya.
 Beri terapi antibiotik, penisillin, jenis penicillinase resisten atau
cephalosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi
terhadap penisillin.
 Beri dukungan psikologis pada ibu.

f. Langkah ke Enam : Pelaksanaan


Pelaksanaan merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini direncanakan
seluruhnya oleh bidan atau sebagaimana lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggung jawab (Varney, 2007). Pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.

g. Langkah ke Tujuh : Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari


rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan masalah dan diagnosa (Varnet, 2007).

Evaluasi pada ibu nifas dengan mastitis, yaitu :

 Keadaan umum baik


 Tanda-tanda vital normal
 ASI sudah keluar
 Tidak terjadi abses pada payudara
 Ibu sudah merasa nyaman dan tidak cemas

24
C. Data Perkembangan

Data perkembangan alam studi kasus ini menggunakan SOAP


menurut Varney (2007) adalah sebagai berikut :

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui ananesa.

O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesment.

A : Asessment

Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan


interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi, yang meliputi :
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi
atau kolaborasi atau rujukan.
P : Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi perencanaan berdasarkan Asessment (Varney,
2007).

25
BAB III

LAPORAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. XX USIA XX TAHUN


Hari/Tanggal :
Waktu :

A. DATA SUBYEKTIF
1. Data Pasien
Identitas Istri Identitas Suami
Nama : Ny. A Nama : Tn. S
Umur : 20 Tahun Umur : 28 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kary. Swasta
Alamat : Tg. Balai Karimun Alamat : Tg. Balai Karimun

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan payudara sebelah kanan terasa panas nyeri, bengkak,
lecet, terasa berat dan panas dingin sejak 3 hari yang lalu dan ibu
mengatakan tidak menggunakan BH yang menyangga.

3. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : Ibu mengatakan haid pertamanya umur 14 tahun
2) Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 28 hari
3) Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 7 hari
4) Banyaknya : Ibu mengatakan dalam sehari ganti 3x pembalut
5) Teratur/tidak : Ibu mengatakan hainya teratur
6) Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya bertekstur encer
warna merah ada sedikit gumpalan
7) Dismenorhoe : Ibu mengatakan kadang merasa nyeri perut saat
haid

4. Riwayat Keturunan Kembar


Ibu mengatakan dalam keluarganya baik dari pihak kedua orang tuanya
maupun pihak suaminya tidak ada yang mempunyai keturunan kembar.

5. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi atau Tindakan bedah
apapun

26
6. Riwayat Laktasi
Ibu mengatakan belum pernah menyusui karena ini adalah anak
pertamanya. Ibu menyusui bayinya selama 4 hari tanpa ada keluhan,
pada hari ke 5 ibu mengatakan payudara sakit dan pada hari ke 6 - 7
ibu memberikan ASI dengan dot (ASI pompa), karena ibu merasa
cemas untuk menyusui bayinya.

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sedang tidak menggunakan dan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi.

8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan tidak memiliki peyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS. Penyakit menurun seperti hipertensi, DM, dan
penyakit menahun seperti ginjal, jantung dan asma.

b. Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki peyakit
menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS. Penyakit menurun
seperti hipertensi, DM, dan penyakit menahun seperti ginjal,
jantung dan asma serta tidak ada keturunan kembar.

9. Riwayat Pola Kehidupan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi dan Cairan
Ibu mengatakan makan 2-3 kali/hari (nasi, tahu, tempe, lauk pauk
dan sayuran). Minum air putih 6-7 gelas per hari.

b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAK ±5-7 x/hari, BAB ± 1x/hari, dan tidak ada
keluhan.

c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan selalu menjaga kebersihan dirinya, ibu mandi 2x
sehari.

d. Pola Aktivitas
Ibu mengatakan hanya melakukan aktifitas rumah tangga
seperti menyapu, mengepel, memasak, dan mencuci.

27
e. Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ± 7-8 jam dan jarang tidur siang.

f. Status Pernikahan
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan pertamanya dan status
perkawinannya syah,

g. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

N Tgl/thn Tempa Umur Jenis Pen JK B Keadaa Keadaa


o partus t kehamila partu o Ana B n n anak
n s long k Nifas
1. Sekaran - - - - - - - -
g 2023

h. Riwayat Hamil
 HPHT :
 HPL :
 Keluhan pada : TM I : Mual dan muntah dipagi hari
TM II : Tidak ada keluhan
TM III : Pinggang terasa pegal

 ANC : 10 kali teratur kebidan


TM I : 3 kali pada umur kehamilan 1,2,dan 3
bulan
TM II : 3 kali pada umur kehamilan 4,5 dan 6
bulan
TM III : 4 kali pada umur kehamilan 7,8 dan 9
bulan

 Pergerakan janin
Ibu mengatakan mulai merasakan Gerakan janin pada umur
kehamilan 5 bulan

i. Riwayat Persalinan ini


 Tempat persalinan : PMB Shanty Anugrah
 Penolong : Bidan
 Tanggal/jam persalinan :
 Jenis persalinan : Spontan

28
 Komplikasi/kelainan persalinan : Tidak ada
 Placenta : Berat 500 gram, Panjang tali
pusat 45 cm, insersi tali pusat
sentralis, tidak ada infrak dan
tidak ada kelainan.

 Perineum : Tidak ada ruptur dan tidak


dijahit
 Perdarahan
Kala I :-
Kala II : 200 ml
Kala III : 100 ML
Kala IV : 50 ml
 Lama persalinan : 11 jam 15 menit
Kala I : 10 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 15 menit
 Keadaan bayi
BB : 2.900 GRAM
PB : 44 cm
Apgar score : 8-9-10
Cacat bawaan : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital
a) Tekanan dara : 110/80 mmHg
b) Nadi : 90x/menit
c) Pernafasan : 22x/menit
d) Suhu : 39°C

Antropometri
a) BB Sekarang : 62 kg
b) Tinggi badan : 157 cm
c) LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Bersih, rambut tidak rontok warna hitam, tidak
ada ketombe

29
 Wajah : Tidak oedeme dan tidak pucat.

 Mata : Konjungtiva tidak anemis dan sklera putih.

 Hidung : Bersih tidak ada polip

 Telinga : Bersih, tidak ada serumen

 Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi dan

mulut lembab.

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe.

 Payudara : Payudara sebelah kanan terlihat membesar,

memerah, dan terdapat luka atau lecet diputing

susu.

 Perut : Terdapat linea nigra, terdapat striae albican dan

tidak ada kelainan

 Pinggang : Tidak ada nyeri tekan pada daerah ginjal.

 Genetalia : Vulva bersih, tidak keputihan, tidak ada varices

dan lochea serosa.

 Anus : Bersih, tidak ada hemoroid.

 Ekstremitas : Atas : Jari kuku bersih, tidak ada oedema, tidak

varises dan turgor cepat kembali

Bawah : Tidak ada nyeri tekan, tidak oedema, tidak

varises pada lipat paha, turgor cepat kembali.

3. Pemeriksaan Obstetri
a. Palpasi

a) Leher

30
 Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar

 Tumor : tidak ada teraba benjolan

 Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar linfe

b) Dada dan Axilla

 Mammae : Payudara kiri membesar dalam keadaan

normal sedangkan payudara sebelah kanan

ada pembengkakan dan memerah serta ada

nyeri tekan.

 Tumor : tidak teraba benjolan

 Simetris : tidak simetris dan ada pembengkakan di

payudara kanan.

c) Areolla : Bersih, hyperpigmentasi

d) Putting susu : Menonjol dan sebelah kanan lecet

e) Kolostrum : Sudah keluar, berwarna kuning

f) TFU : Pertengahan sympisis dan pusat, kontraksi

keras

4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

C. ASSESMENT
Ny. A usia 20 tahun G1P0A0 postpartum hari ke 7 dengan Mastitis

D. PERENCANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksan
Implementasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam
keadaan baik.

31
2. Memberitahu ibu dan keluarga keadaan yang sedang dialami ibu saat
ini yaitu payudara sebelah kanan ibu yang membengkak dan memerah
serta nyeri ini disebut dengan mastitis.
Implementasi : Ibu sudah mengetahui keadaan dirinya saat ini dan
menegerti.

3. Menganjurkan ibu untuk merawat payudaranya dengan baik seperti


mengompres dengan air hangat sebelum menysyui dan kompres air
dingin jika sudah menyusui.
Implementasi : Ibu sudah mengerti dan ingin melakukanya,

4. Memberikan penyuluhan dan menjelaskan tentang cara menyusui yang


benar dengan memposisikan bayi yang benar dan nyaman dan pada
saat bayi menghisap putting susu ibu seluruh putting ibu dan areolla
masuk ke dalam mulut bayi.
Implementasi : Ibu sudah mengerti dan dapat mengulangi penjelasan
bidan.

5. Menganjurkan ibu untuk massase punggung agar merangsang


pengeluaran hormon oksitosin sehingga ASI keluar.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya.

6. Menganjurkan ibu agar mau menggunakan BH yang menyokong


payudaranya agar tetap sehat.
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukan anjuran bidan

7. Memberikan ibu terapi oral seperti :


Amoxillin 500 mg :3x1
Paracetamol 500 mg :3x1
CTM 500 mg :3x1
Dexamethasone :3x1
Implementasi : Ibu mengerti dan akan meminumnya sesuai saran
bidan

8. Menganjurkan ibu makan makanan yang bergizi seimbang dan istirahat


cukup
Implementasi : Ibu mengerti dan akan melakukan saran bidan

9. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang atau jika ada keluhan sewaktu-
waktu
Implementasi : Ibu mengerti dan akan kotrol ulang sesuai anjuran
bidan

10. Mencatat hasil pemeriksaan dan mendokumentasikan tindakan yang


dilakukan.
Implementasi : Sudah mencatat dan mendokumentasikan tindakan.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membahas anatara teori dan praktek
dilapangan pada asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada
Ny. A usia 20 tahun dengan Mastitis di PMB Shanty Anugrah.

Menurut Bahiyatun (2008), tanda mastitis adalah bengkak nyeri seluruh


payudara atau nyeri local, payudara keras dan berbenjol-benjol, terasa panas
dingin dan rasa sakit umum biasanya ada pada peningkatan suhu tubuh 39,5C,
respirasi 30x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg dan nadi 100x/menit, ada luka
lecet pada putting susu sebelah kanan.

Pengkajian merupakan Langkah awal untuk menilai keadaan pasien Ny. A


P1A0 umur 20 tahun masa nifas dengan mastitis. Data subyektif ibu mengatakan
keluhan ibu payudara sebelah kanan terasa sakit, bengkak, kemerahan dan badan
terasa panas dingin. Ibu mengatakan khawatir tentang keadaanya. Data obyektif :
Suhu : 39C, Nadi : 90x/menit, R : 24x/menit, Tekanan darah : 120/80 mmHg dan
pemeriksaan payudara yaitu pada saat dilakukan inspeksi : payudara kanan terlihat
membengkak, memerah, dan terdapat luka atau lecet pada putting susu ibi. Pada
pemeriksaan palpasi : payudara teraba kencang, keras, terasa lebih padat dan ASI
sudah keluar. Sehingga pada lang pengkajian ini terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek lapangan yaitu menurut teori ada peningkatan respiratori 30x/menit
sedangkan pada kasus respirasinya 24x/menit.

Menurut Varney (2004), doagnosa potensial yang sering terjadi pada ibi
nifas dengan mastitis adalah terjadi abses payudara. Pada kasus ini penanganan
yang intensif terhadap ibu dan diagnose potensial tidak muncul. Pada Langkah ini
tidak ditemukan diagnose potensial yaitu abses pada payudara. Sehingga tidak ada
kesenjangan.

Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan melibatkan


seorang dokter serta memberikan penicillin jenis Penicillinase resisten atau

33
cephatosporin. Erythromycin dapat digunakan jika Wanita alergi terhadap
penisilin (Varney, 2004) sedangkan dalam kasus antisipasi ini yang dilakukan
yaitu : pemberian terapi oral seperti Amoxillin 500 mg 3 x 1, Paracetamol 500 mg
3 x 1, CTM 500 mg 3 x 1, DExametasone 3 x 1 untuk menurangi keluhan yang
ibu rasakan.

Berdasarkan data diatas dapat dsimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan


antara teori dan kasus.

Perencanaan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal


pada ibu nifas dengan mastitis menurut Varney (2004), sebagai berikut : anjurkan
ibu menyusi dan mengosongkan payudara untuk mencegah statis, anjurkan ibu
memakai BH dengan penyangga tetapi tidak perlu terlalu sempit, jangan
menggunakan bra denga nada kawat dibawahnya, anjurkan ibu mencuci tangan
dan merawat payudara, anjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area
yang efektif pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu, anjurkan ibu
meningkatkan memasukkan cairan, anjurkan ibu untuk istirahat, satu atau dua kali
ditempat tidur, bantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupannya. Memberikan terapi obat oral pada ibu, dan beri
dukungan psikologis pada ibu.

Pada kasus perencanaan yang diberikan pada Ny. A P1A0 umur 20 tahun
ibu nifas dengan mastitis yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, memberitahu ibu
keadaan yang sedang dialaminya, memnganjurkan ibu untuk mengompres
payudaranya, anjurkan ibu untuk mengosongkan dan menyusi bayinya sesering
mungkin dengan posisi menyusui yang benar dan nyaman, anjurkan ibu untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayinya, mengingatkan ibu untuk
cukup istirahat dan makan makanan yang bergizi. Anjurkan ibu untuk
menggunakan bra yang menyangga payudaranya dan jangan memakai bra yang
ada kawat dibawahnhya, Memberikan ibu terapi oral untuk meredakan keluhan
yang dialami ibu. Sehingga dalam Langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek di lahan.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan


maternal dan neonatal pada Ny. A P1A0 usia 20 tahun di PMB Shanty
Anugrah maka dapat tertarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada PMB Shanty Anugrah ditemukan ibu nifas dengan mastitis


dengan keluhan payudara sebelah kanan sakit yang nyeri, bengkak,
memerah terasa keras.
2. Penulis menganjurkan ibu beberapa anjuran dan saran sesuai
perencanaan penanganan agar dapat mengatasi masalah ibu.
3. Terdapat kesenjangan yaitu pada langkah pengkajian data obyektif
pada A P1A0 usia 20 tahun didapatkan respiratori 24x/menit.
4. Dikarenakan respirasi Ny. A P1A0 usia 20 tahun termasuk normal
sehingga tidak diperlukan penanganan alternatif,
5. Ny. A P1A0 usia 20 tahun post partum hari ke 7 dengan mastitis pada
palpasi payudara kanan hangat, terlihat kemerahan, [ada putting susu
lecet, payudara kiri dan kanan tidak rata dan tidak simetris. Sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan di kasus lahan.
6. Pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

B. Saran

1. Bagi Pasien dan Keluarga


Hendaknya ibu nifas memberikan ASI Eklusif dan menyusui bayinya
dengan teratur. Bagi keluarga diharapkan untuk tetap memberikan
dukungan moril pada ibu agar ibu nifas menjaga kebersihan dan
merawat payudara sehingga tidak terjadi infeksi.

2. Bagi Profesi
Lebih memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus ibu nifas dengan mastitis sesuai dengan standar
asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan mastitis yaitu

35
dengan memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara dan tehnik
menyusui yang benar dan nyaman pada ibu nifas.

3. Bagi Institusi
a. Kesehatan
Diharapkan lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
khususnya pada ibu nifas dengan cara melakukan kunjungan rumah
ibu nifas.

b. Pendidikan
Agar lebih menambah bahan bacaan atau referensi dalam
penatalaksanaan kusus nifas dengan mastitis.

36

Anda mungkin juga menyukai