Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK KOMUNITAS


PADA KELUARGA Ny. “K” TAWANGANOM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDIREJO MAGETAN

Oleh:

HENY DWI JAYANTI


NIM. P27824622041

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Keluarga ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan


praktik Blok 13 yang telah dilaksanakan di RW 5 dan 6 Kelurahan Tawanganom
Wilayah Kerja Puskesmas Candirejo Magetan periode praktik tanggal 03 April s.d
12 Mei 2023.
Nama : Heny Dwi Jayanti
NIM : P27824622041

Surabaya, Mei 2023

Pembimbing Lahan Kepala Kelurahan Tawanganom

Ima Mekawati, A.Md. Keb Safaat Setia Romandon, S.STP


NIP. 198708292017042005 NIP. 198407072006021001

Pembimbing Pendidikan

Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Ayesha Hendriana N, SST, M.Keb Domas Nurchandra P, SST., M.Keb


NIP. 198409282008122003 NIP. 198902232020012005

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Candirejo Ketua Program Studi

dr. Diana Etikawati Uswatun Khasanah, SST., M.Keb.


NIP. 197101202002122001 NIP. 197905242002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik
Asuhan Kebidanan Holistik Komunitas Pada Keluarga Ny. “K” di Kelurahan
Tawanganom Wilayah Kerja Puskesmas Candirejo Magetan”. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 13 (keluarga) pada Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Diana Etikawati selaku Kepala Puskesmas Candirejo
2. Bapak Safaat Setia Romandon, S.STP selaku Kepala Kelurahan
Tawanganom
3. Ibu Ima Mekawati, A.Md. Keb, selaku Pembimbing lahan Puskesmas
Candirejo
4. Ibu Uswatun Khasanah, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
5. Ibu Ayesha Hendriana N, SST.,M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 1
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
6. Ibu Domas Nurchandra P, SST, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan
balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis padakhususnya.
Surabaya, Mei 2023
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik ................................................................................................2
1.3 Sistematika Penulisan .....................................................................................2
1.4 Pelaksanaan.....................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Konsep Keluarga ............................................................................................3
2.2 Konsep Lingkungan ......................................................................................12
2.3 Konsep Dasar Remaja...................................................................................20
2.4 Konsep Dysmenorrhoe .................................................................................26
BAB 3 TINJAUAN KASUS.................................................................................35
3.1 Pengkajian.....................................................................................................35
3.2 Analisa Data..................................................................................................51
3.3 Diagnosa Kebidanan .....................................................................................51
3.4 Perencanaan ..................................................................................................52
3.5 Pelaksanaan...................................................................................................54
BAB 4 PEMBAHASAN .......................................................................................59
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................61
5.1 Simpulan ......................................................................................................61
5.2 Saran .............................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................62
LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas di Kelurahan Tawanganom wilayah
kerja UPTD Puskesmas Candirejo Magetan mulai 03 April sampai dengan 12 Mei
2023 yang dilaksanakan oleh mahasiswa program studi pendidikan profesi bidan.
Berdasarkan hasil pengkajian data dan analisis yang dilakukan dapat ditemukan
beberapa masalah pada tingkat masalah pada tingkat keluarga yang telah juga
ditindak lanjuti selama kegiatan praktik kerja lapangan tersebut.
Tindak lanjut yang dilakukan berupa asuhan kebidanan pada keluarga yang
telah dilaksanakan oleh masing masing mahasiswa pada keluarga sasaran
berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan pada keluarga tersebut. Melalui
asuhan kebidanan pada keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat sehingga dapat menciptakan perilaku kesehatan dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Remaja menurut WHO adalah penduduk dalam rentang usi 10-19 tahun
(WHO, 2014). Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Kementerian Kesehatan
RI, 2017) dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja 10-24 tahun dan belum menikah (BKKBN, 2015). Masa
remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
baik secara fisik, psikologis maupun intelektual (Kemenkes RI, 2017). Dalam
perkembangannya terdapat beberapa masalah dan gangguan yang terjadi pada
remaja salah satunya dysmenorrhoea. Dysmenorrhea merupakan rasa nyeri pada
uterus terjadi selama menstruasi dan termasuk salah satu penyebab paling umum
dari nyeri panggul serta gangguan menstruasi pada wanita (Riris Rahmatanti, Siti
Fatimah Pradigdo, 2020).
Dalam mengatasi nyeri yang terjadi ada 2 metode yaitu dengan
farmakologi/medis dan non-farmakologi/non medis. Pada saat ini sering

1
2

menggunakan metode non farmakologi karena tidak menggunakan bahan kimia


yang mempunyai efek samping (Awaliah et al., (2018)).
Oleh karena itu, konseling mengenai Keluarga Berencana dapat
memberikan pengetahuan wanita tentang jenis kontrasepsi sehingga ibu tidak
bingung dan dapat memilih kontrasepsi yang ia ingin gunakan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mampu melaksanakan asuhan kebidanan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan serta dapat melaksanakan
asuhan kebidanan komunitas.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data
2. Mengidentifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan kebidanan
3. Mengidentifikasi masalahpotensial
4. Mengantisipasi masalah atau tindakan segera
5. Menyusun dan mengembangkan rencana dan asuhan kebidananmenyeluruh
6. Melakukan asuhan kebidanan sesuairencana
7. Melakukan evaluasi terkait asuhan yang sudah diberikan.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kumpulan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
BAB 1 : Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
pelaksanaan, dan sistematika penulisan
BAB 2 : Tinjauan Teori
BAB 3 : Tinjauan Kasus
BAB 4 : Penutup berisi kesimpulan
1.4 Pelaksanaan
Praktik dilaksanakan di Kelurahan tawanganom wilayah kerja UPTD
Puskesmas Candirejo Magetan pada tanggal 03 April sampai dengan 12 Mei
2023.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


3.1.1 Pengertian
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria,
2017) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya. Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga
sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau
hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri
mereka sebagai suatu keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat
oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang
memiliki tujuan mempertahankan budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu
keluarga.
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang
tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan
suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu
rumah.

3
4

2) The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan


terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti
nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota
yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal
dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga
pada saat akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur,
televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone),
yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.
5

i. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak


ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua
dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak
tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya
sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak
menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga
inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber,
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti
pasangan tanpa melakukan pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai
persamaan seks hidup bersama sebagaimana „marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
6

i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan


keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan
mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3 Struktur Keluarga


Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada
juga yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural.
Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari
individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga.
Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak. .
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua
adalah seseorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
7

d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang


akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta
kasih, misalnya hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan
kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada
peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga,
seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran
masing-masing. Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi
seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau
kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah
8

tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai


pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat
atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai
pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial
dan spiritual.
b. Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak
tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan
emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor
lain.
2.1.4 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018)
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya
dengan melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga
dan kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
9

2.1.5 Tugas Keluarga


Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) dalam
Nadirawati (2018) :
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan perubahan
yang dialami anggota keluarga. Dan sejauh mana keluarga mengenal dan
mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta
persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan
luasnya masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan,
menyerah terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan
akibat penyakit, adalah sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan
keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan apakah keluarga mendapat
informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi masalah
kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat
dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap
keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi
lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumber-
sumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan memelihara
lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi,
upaya pencegahan penyakit.
10

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat


Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke
fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga dan adanya pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada terjangkau oleh
keluarga.
2.1.6 Tahapan Keluarga Sejahtera
Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017)
adalah :
1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan.
Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah satu atau lebih indikator
keluarga sejahtera tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi
belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, seperti pendidikan,
KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi. Indikator
keluarga tahap I yaitu melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-
masing, makan dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk berbagai
keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB
dibawa keperawatan pelayanan kesehatan).
3. Keluarga Sejahtera Tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar
minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan
memperoleh informasi. Indikator keluarga tahap II adalah seluruh
indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan kegiatan agama secara
teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal satu tahun
terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2 , kondisi anggota keluarga sehat
11

dalam 3 bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas memiliki


penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu membaca
dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak atau
lebih PUS menggunakan Alkon.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah
memenuhi keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan
perkembangan, tetapi belum bisa memberikan sumbangan secara
maksimal pada masyarakat dalam bentuk material dan keuangan dan
belum berperan serta dalam lembaga kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya
keluarga menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama
minimal satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi
sekurangnya dalam enam bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak
maupun media elektronik, anggota keluarga mampu menggunakan sarana
transportasi.
2.1.7 Teori Perkembangan Keluarga
Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari
waktu-kewaktu dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017).
Paradigma siklus kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan
anak paling tua sebagai tonggak untuk interval siklus kehidupan (Duvall dan
Miller, 1987 dalam Zakaria, 2017).
12

Tabel 2.1 Tahap Siklus Kehidupan Keluarga


Tahap I Keluarga pemula (Keluarga baru menikah - hamil)
Tahap II Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi - umur 30 bulan)
Tahap III Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia
2 - 6 tahun)
Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6 –
13 tahun)
Tahap V Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13 –
20 tahun)
Tahap VI Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai dengan anak terakhir meninggalkan rumah)
Tahap VII Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension)
Tahap VIII Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga pasangan
meninggal dunia)
Sumber: Duval dan Miller, 1985 dalam Zakaria, 2017
2.2 Konsep Lingkungan
2.2.1 Definisi
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energy surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di Dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaiman menggunakan lingkungan
fisik tersebut.lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotic dan biotik. Komponen abiotic
adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara,
air,kelembaban,cahaya,bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu
yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme {virus
dan bakteri}.
2.2.2 Fisik Rumah
Rumah merupakan salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusa
disamping sandang, pangan dan papan. Selain itu rumah yang ditempati juga
13

harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif. Konstruksi rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko
sebagai sumber penularan berbagai penyakit.
Selain persyaratan kontruksi rumah dan lingkungan rumah yang sehat juga
harus memenuhi kebutuhan fisisologis,mencegah penularan penyakit, dan
mencegah terjadinya kecelakaan. Kebutuhan suhu dalam rumah yang optimal,
pencahayaan yang optimal perlindungan terhadap kebersihan, dan terjadinya
ruang yang optimal untuk bermain anak merupakan kebutuhan fisiologis yang
sangat diperlukan untuk memenuhi kriteria rumah yang sehat.
Menurut permenkes RI 1077/menkes/per/V/2011 kualtas fisik rumah
adalah nilai parameter yang mengindisikan kondisi fisik dalam rumah seperti
pencahayaan suhu dan kelembaban.
1. Pencahayaan
Pencahayaan adalah intentitas penerangan yang terukur dalam rumah yang
diukur dengan lux meter. Pencahyaan yang di perlukan untuk suatu
ruangan didalam rumah terbentuk cahaya alami ( sinar matahari ) dan
cahaya buatan (sinar lampu ). Cahaya yang di perlukan di dalam rumah
harus memenuhi syarat sesuai dengan fungsi dari masing-masing ruangan.
Ditinjau dari segi sumber cahaya, ada dua jenis pencahayaan yaitu
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
a. Penerangan alami
Idealnya setiap ruangan harus mendapatkan cahaya alami setiap pagi
hari, untuk membunuh kuman yang ada di ruangan /lantai atau untuk
menghindari kelembaban udara. Namun tidak mudah medapatkan
lahan agar posisi setiap ruangan tersinari oleh sinar matahari pagi.
Paling tidak jendela untuk setiap kamar harus ada agar cahaya alam (
baik langsung maupun tidak langsung ) masuk. Pada prinsipnya
cahaya yang diperlukan suatu ruangan harus mempunyai intensitas
sesuai dengan peruntukanya, disamping tidak menimbulkan silauatau
menimbulkan bayangan yang tidak diinginkan karena tidak benar
14

peletakan sumber atau arah penvahayaanya luas jendela untuk


pencahayaan alami minimal 20 % luas lantai.
b. Penerangan buatan
Cahaya diukur dengan satuan ( fe ) atau lux meter, pencahayaan
dalam ruang rumah di usahakan agar sesuai dengan kebutuhan untuk
melihat benda sekitar dan membaca berdasarkan persyaratan
minimal 60 lux.(permenkes RI 1077/menkes/per/V/2011 ) Yang
perlu diperhatikan dalam merancang letak lampu adalah jangan
sampai menyilaukan mata. kelisauan ini disebabkan beberapa hal
yaitu karena pantulan sinar yang datang, kontras antara gelap dan
terang dan sinar yang langsung ke mata. Disamping itu penyinaran
tidak tertutup oleh bayangan baik cahaya yang bergerak atau
berkedip akan menyebabkan mata tidak nyaman. Warna cahaya
untuk membaca atau menulis adalah putih atau tidak berwarna
sedangkan untuk ruang tidur dan ruang tamu dapat dipilih sesuai
selera warna yang lembut misalnya hijau atau biru.
2. Suhu
Suhu adalah derajat panas/dingin dalam ruangan yang di hitug dengan
perubahan suhu udara dalam rumah di pengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
a. penggunaaan bahan bakar biomassa
b. ventilasi yang tidak memenuhi syarat
c. kepadatan hunian
d. bahan dan struktur bangunan
e. kondisi geografis
f. Kondisi topografi
Suhu udara yang nyaman adalah antara 18°C – 30°C. Bila suhu udara di
atas 30°C diturunkan dengan cara meningkatkansirkulasi udara dengan
menamnbahkan ventilasi mekanik/buatan dan bila suhu kurang dari 18°C,
maka perlu menggunakan pemanas ruangan dengan menggunakan sumber
15

energi yang aman bagi lingkungan dan kesehatan. (Permenkes RI


No.1077/MenKes/Per/V/2011).
3. Kelembaban
Kandungan uap air dalamudara dinyatakan dengan kelembaban relatif
dengan sistem peran kelembaban yang terlalutinggi maupun rendah dapat
menyebabkan suhunya pertumbuhan mikroorganisme, konstruksi rumah
yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai dan dinding rumah yang
tidak kedap air,serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.
Kelembaban udara yangbaikadalah 40%-60%. Bila kelembaban udara
kurang dari 40% maka dapat dilakukan upaya penyehatan antara lain
menggunakan alat untuk meningkatkan kelembaban seperti :
a. Humudifier ( alat pengatur kelembaban udara )
b. Membuka jendela
c. Menambah jumlah dan luas jendela rumah
d. Memodifikasi fisik bangunan (meningkatkan pencahayaan dan
sirkulasi udara)
Bila kelembaban udara lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya
penyehatan anatara lain :
a. Memasang genteng kaca
b. Menggunakan alat untuk menurunkan kelembaban seperti humidifier
( alat untuk mengatur kelembaban).
2.2.3 Saluran Air
Secara umum, saluran air ( drainase ) didefinisikan sebagai serangkaian
banguanair yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan,sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
(Suripin, 2011).
Menurut Suhardjono (2008) Sasluran Air (drainase) juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Saluran Air yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulakan oleh
kelebihan air tersebut.
16

1. Jenis Saluran Air


Dari pengertian saluran air pada subbab diatas drainasi juga dibedakan
berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut :
a. Saluran Air Alamiah
Saluran air yang terbetuk secara alami dan tidak terdapat bangunan
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,pasangan
batu/beton,gorong-gorong danlain-lain. Saluran ini terbentuk oleh
gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun
membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
b. Saluran Air Buatan
Saluran air yang dibuat dengan maksud dan tujuantertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan
batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan lain sebagainya.
2. Menurut letak bangunan
Letak bangunan drainase yaitu sebagai berikut :
a. Saluran air permukaan tanah
Saluran air yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan.
b. Saluran air bawah permukaan tanah
Saluran air yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melaluipermukaan dibawahpermukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan
alasan alasan tertentu. Alasan itu anatara lain : Tuntutan artistik,
tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya
saluran dipermukaan tanah seperti lapangan sepak bola,lapangan
terbang, taman dan lain-lain
3. Menurut Fungsi
Berikut drainase menurut fungsinya :
a. Single Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan
misalnya airhujan saja atau air jenis buangan yang lain seperti limbah
domestik,air limbah industri dan lain-lain.
17

b. Multi Purpose
Yaitu saluran yang berfungsimengalirkan beberapa jenis air buangan
baik secara bercampur maupun bergantian.
4. Menurut Konstruksi
Menurut konstruksi drainase sebagai berikut :
a. Saluran terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase aie hujan yang terletak
didaerah yang mempunyai luasan cukup, ataupun untuk saluran air
non- hujan yang tidak membahayakan kesehatan / menganggu
lingkungan.
b. Saluran tertutup
Yaitu saluran yang pada umunya sering di pakai untuk aliran air kotor
( air yang menganggu kesehatan/lingkungan ) atau untuk saluran yang
terletak di tengah kota.
2.2.4 Jamban Keluarga
1. Definisi
Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak
mengotori permukaan ( fauzia 2010 ).
Pengertian lainya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran
manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang
ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009 )
sementara menurut kementrian kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit
(kepmenkes, 2008).
Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah yang di maksud dengan
jamban adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran
manusia yang tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi
penyebab suatu penyakit atau mengotori permukaan bumi.
18

Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan


bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah
berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang di sebabkan
oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik.
2. Jenis
Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan.
Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan
memiliki kebutuhan air yang tercukupi dan berada di dalam rumah.
a. Jamban cemplung adalah jamban yang tempat penampungan
tinjanya di bangun di bawah tempat injakan dan di bawah bangunan
jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan penyebab baktteri secara langsung ke
pejamu yang baru .jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke
jamban dan tidak terlalu blama karena tidak terlalu dalam karena
akan mengotori air tanah kedalamanya 1,5-3 meter.
b. Jamban empang adalah jamban yang di atas empang ,sungai ataupun
rawa jamban model ini ada yang kotoranya tersebar begitu saja, yang
ybiasanya di pakai untuk, ikan, ayam.
c. Jamban kimia. Jamban model ini biasanya di bangun pada tempat
rekreasi pada transportasi seperti kereta api, pesawat terbang dan
lain-lain disini tinja disenfaksi dengan zat-zat kimia seperti caustic
soda dan pembersihnya di pakai kertas tissue ,jamban kimia sifatnya
sementara, karena kotoran yang telah terkumpul pada di buang lagi.
d. Jamban leher angsa adalah jamban leher closet berbentuk bokong
dengan demikian terisi air gunanya sebagai sumbat dapat mencegah
bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model
ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan
lingkungan.
3. Syarat Jamban Sehat
Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut ( Depkes RI 2009 ). Tidak mencemari sumber air
19

minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air
minum.

a. Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun
tikus.
b. Cukup luas dan landau/miring kea rah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah sekitar
c. Mudah di bersihkan dan aman penggunaanya
d. Di lengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna
e. Cukup penerang
f. Lantai kedap air
g. Ventilasi cukup baik
h. Tersedia air dan alat pembersih
4. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga
Manfaat dan fungsi jamban keluarga Jamban berfungsi sebagai
pengisolasi tinja dari lingkungan jamban yang baik dan memenuhi syarat
kesehatan dan akan menjamin beberapa hal yaitu :
a. Melindungi kesehatan masyrakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman.
c. Bukan tempat berkembangntya serangga sebagai vector penyakit.
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

5. Pemeliharaan Jamban
Pemeliharaan jamban Jamban hendaklah selalu di jaga dan di
pelihara dengan pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2009 adalah
sebagai berikut :
a. Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering
b. Di sekeliling jamban tidak tergenang air
c. Tidak ada sampah berserakan
d. Rumah jamban dlm keadaan baik
e. Lantai selalu bersih tidak ada kotoran yang terlihat
20

f. Lalat tikus dan kecoa tidak ada


g. Tersedia alat pembersih
h. Bila ada yang rusak segra perbaiki.
2.2.5 Saluran pembuangan Air Limbah
SPAL ( saluran pembuangan air limbah ) adalah perlengkapan
pengelolaan air limbah yang berupa pipa atau selain yang di pergunakan
untuk membantu air beragan dari sumbernya sampai ke tempat pegelolaan
atau ke tempat pembuangan (yasrin 2011). Saluran pembuangan air limbah
dari sekitar sumur menurut entjang (2000) di buat dari tembok yang kedap
air dan panjangnya sekurang- kurangnya 10 m (putra, 2011).
2.2.6 Pembuangan sampah
Pengelolaan sampah meliputi sampah organic,anorganik,serta
bahan berbahaya, memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan
pengangkutan sampah serta pemusnahan dan pengelolaan sampah.
Pengelolaan limbah ditunjukan untuk menghindarkan pencemar air dan
tanah sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidak
berbahaya syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik
bakteriologis dan kimia.
2.3 Konsep Dasar Remaja
2.3.1 Definisi Remaja
Remaja menurut WHO adalah penduduk dalam rentang usi 10-19 tahun
(WHO, 2014). Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Kementerian Kesehatan
RI, 2017) dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja 10-24 tahun dan belum menikah (BKKBN, 2015).
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat
khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan
dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa
didahului oleh pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2017).
21

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah


tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali
dikenal dengan fase “ mencari jati diri” atau fase “ topan dan badai “. Remaja
masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik
maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase
remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat
potensial, baik dilihat dari aspek konigtif, emosi, maupun fisik.
2.3.2 Tahapan Masa Perkembangan Remaja
Neil J. Salkind (2006) dalam Mariyati tahun 2021 mengemukakan masa
perkembangan remaja dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Remaja awal usia 10-14 tahun
Pada masa ini, mayoritas remaja akan mulai mengalami pertumbuhan fisik
yang pesat dan kematangan seksual sehingga keseluruhan aspek pada
remaja akan mengalami perubahan secara signifikan.
2. Remaja tengah usia 14-17 tahun
Terjadi peningkatan secara terus-menerus pada kemampuan fisik individu
khususnya pada keterampilan-keterampilan seperti motorik kasar, massa
pada otot, kekuatan tubuh, dan daya tahan cardiopulmonary. Dalam hal
ini, perasaan canggung mungkin akan dialami remaja sebagai akibat dari
pesatnya pertumbuhan pada dirinya, bahkan bisa saja perasaan prihatin
yang tidak wajar muncul pada remaja akibat pertambahan berat dan ukuran
tubuh mereka.
3. Remaja akhir usia 17-21 tahun
Individu akan mencapai kemampuan fisik, kognitif, sosial, serta
kematangan emosional, serta sebagian besar permasalahan kebebasan akan
terselesaikan. Pada aspek fisik, keahlian motorik kasar, serta kapasitas
aerobik akan terus berkembang
2.3.3 Karateristik Masa Remaja
22

Pada masa remaja terdapat karakteristik khusus yang membedakan masa


ini dengan masa sebelum maupun sesudahnya (Mariyati, 2021). Karakteristik
tersebut adalah:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang hidup
manusia, sebab dampaknya akan langsung terihat pada perilaku serta sikap
yang akan berpengaruh pada jangka panjangnya. Terdapat periode yang
penting karena fisik serta terdapat penyebab akibat psikologis.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada setiap periode peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap yang
lebih tinggi, individu akan mengalami keraguan peran yang harus
dilakukan. Pada masa remaja, individu bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa. Dalam hal ini, remaja yang menampakkan perilaku
kekanakan harus dididik untuk “berperan sesuai dengan usianya”. Namun
jika remaja berupaya berperilaku layaknya orang dewasa, ia kerapkali
dituduh serta dimarahi sebab berupaya berperan seperti orang dewasa.
Disisi lain, status remaja yang merupakan periode peralihan merupakan
keadaan yang menguntungkan sebab status remaja memberikan
kesempatan dan waktu kepada remaha untuk mencoba hal-hal yang
baruyang berbeda serta memastikan nilai perilaku dan watak yang sesuai
untuk dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Pada masa remaja awal individu akan mengalami perubahan yang sangat
cepat pada dirinya baik yang bersifat fisik atau sikap dan perilaku.
Terdapat 4 perubahan yang sama dan hampir bersifat umum, diantaranya:
a. Perubahan fisik dan psikologis akan berdampak pada intensitas
emosi remaja
b. Timbulnya masalah baru terkait perubahan fisik, minat dan peran
c. Berubahnya nilai-nilai yang diyakini seiring dengan peruabahn minat
dan pola perilaku pada masa remaja
d. Mayoritas remaja akan bersikap labil ketika menghadapi perubahan
yang terjadi padanya.
23

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah


Masa remaja adalah masa dimana permasalahan baru bermunculan dan
seringkali anak laki-laki dan perempuan kesulitan untuk mengatasinya.
Ada 2 penyebab terkait permasalahan tersebut, yaitu:
a. Jika pada masa sebelumnya penyelesaian masalah masih dibantu
oleh orang tua dan tenaga pendidik, pada masa remaja individu akan
ditutut untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri
b. Pada masa remaja, individu cenderung merasa dirinya mampu
mengatasi masalahnya, sehingga mereka enggan dan tidak mau
menerima bantuan dari orang tua maupun tenaga pendidik Pada
masa remaja, individu akan menjumpai kegagalan yang disertai
akibat buruk. Hal tersebut bukan karena ketidakmampuan remaja,
namun dikarenakan oleh tuntutan realitas yang akan membuat
individu berusaha menyelesaikan permasalahan pokok yang
disebabkan oleh tugas perkembangan serta pertumbuhan seksual
yang wajar.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada akhir masa anak-anak hingga awal remaja, individu akan mulai
menyesuaikan diri dengan tuntutan kelompok dan sedikit demi sedikit
meninggalkan individualitas. Namun lambat laun remaja akan
menginginkan identitas khusus serta tidak tidak puas dengan identitas yang
sama dengan teman sebaya seperti sebelumnya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Di kalangan masyarakat, terdapat stereotip bahwa remaja adalah individu
yang sulit diatur, tidak dapat dipercaya, serta masih membutuhkan banyak
bimbingan orang tua. Stereotip tersebut secara tidak langsung akan dapat
memberi pengaruh pada konsep dan sikap diri remaja terhadap diri mereka
sendiri. Anthony menjelaskan bahwa “stereotip berfungsi sebagai cermin
yang ditegakkan masyarakat bagi remaja yang menggambarkan citra diri
remaja sendiri sehingga lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli
dan remaja membentuk perilakunya sesuai gambaran ini
24

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik


Sejalan dengan semakin kompleksnya pengalaman dan keahlian berfikir
rasional pada remaja, individu umumnya akan berfikir lebih realistik
terkait dirinya sendiri, keluarga, sahabat serta kehidupanya. Hal tersebut
menyebabkan remaja bisa menerima kenyataan terkait kehidupannya.
Ketika masa remaja akan berakhir dan mulai menginjak masa dewasa,
individu akan merasa terganggu oleh pemikiran berlebihan karena berpikir
bahwa masa remaja merupakan masa yang bebas dan penuh kesenangan
akan tergantikan dengan masa dewasa yang penuh tanggung jawab.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin dekat remaja pada masa dewasa, ia akan mulai memfokuskan
dirinya pada perilaku yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa seperti
merokok, minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Mereka
beranggapan bahwa melakukan perilaku tersebut akan membuat mereka
mendapatkan citra yang diinginkan oleh mereka.
2.3.4 Ciri - Ciri Perubahan Fisik Pada Remaja
Terdapat perbedaan secara individual pada perubahan dan perkembangan
fisik yang dialami remaja sehingga antara remaja satu dengan lainnya tidaklah
sama. Santrock (1983) dalam Mariyati, dkk tahun 2021 mengatakan bahwa
terdapat 4 perubahan yang menonjol pada remaja perempuan dan laki- laki. Pada
remaja perempuan yaitu:
1. Pesatnya pertambahan berat dan tinggi badan
2. Terjadinya haid atau menstruasi
3. Bertumbuhnya payudara atau buah dada
4. Bertumbuhnya rambut di area kemaluan
Sedangkan 4 perubahan yang menonjol pada remaja laki-laki yaitu:
1. Pesatnya pertumbuhan berat dan tinggi badan
2. Organ kemaluan atau penis yang mengalami pertumbuhan
3. Bertumbuhnya Testis
4. Bertumbuhnya rambut pada area kemaluan
25

Tabel Perubahan Internal dan Eksternal pada Remaja


Perubahan Internal Perubahan Ekternal
 Tinggi badan. Perempuan  Sistem Percernaan. Ukuran perut
umumnya mencapai tinggi menjadi lebih panjang dan terlihat lebih
yang matang antara usia 17- 18 berisi. Penebalan dan penguatan akan
tahun, sedangkan laki-laki terjadi pada otot-otot pada perut dan
mencaai tinggi yang matang dinding usus. panjang kerongkongan dan
sesudahnya. Pemberian berat dari hati bertambah
imunisasi meruakan salahsatu  Sistem Peredaran Darah. Pada masa
indictor yang mempengaruhi remaja usia 17-18 tahun pertumbuhan
pertumbuhan tinggi badan. jantung akan melaju dengan pesat.
Dalam hal ini, anak yang tidak Beratnya dapat mencapaidua belas kali
diberikan imunisasi akan lebih berat jika dibandingkan ketika
sering terserang openyakit dan waktu lahir. Peningkatan pada panjang
cendrung memperlambat dan tebal dinding pembuluh darah dan
pertumbuhan tercapainya kematangan apabila jantung
 Berat badan. Perubahan sudah matang.
berat badan memiliki  Sistem Pemapasan. kapasitas dari
waktu yang sama dengan paru-paru pada remaja perempuan
perubahan tinggi badan. akan mencapai kematangan ketika
Perubahan beratbadan berumur 17tahun, sedangkan
yang tersebar pada remaja laki-laki akan mencapai
bagian-bagian tubuh yang kematangannya pada beberapa
mengandung sedikit tahun kemudian
kandungan lemak atau  Sistem Endokrin. seluruh sistem
tidak sama sekali sebagai endokrin pada masa awal puber
menyebarnya jaringan akan menjadi tidak seimbang
lemak selama sementara sebagai dampak
 Proporsi tubuh. dari kegiatan gonad yang
proposionalitas tubuh meningkat selama masa pubertas.
akan lambat laun dapat berfungsi dan
tercapai pada berbagai berkembangnya kelenjar- kelenjar
anggota tubuh. Misalnya seks meskipun belum tercapainya
badan akan melebar dan ukuran yang matang hingga akhir
memanjang sehingga tahap masa remaja atau awal tahap
anggota badan tidak masa dewasa
terlihat terlalu panjang  Jaringan tubuh.
dan lebih proposional secara umum pada usia 18 tahun,
 Organ Seks. ukuran kerangkaakan terhenti untuk
yang matang pada organ berkembang, sedangkan jaringan
seks pria dan wanita akan yang lain akan terus berkembang
tercapaipada akhir masa hingga mencapai kematanagan
remaja namun akan khususnya untuk berkembangnya
matang secara fungsional jaringan otot
beberapa tahun
setelahnya

2.4 Konsep Dysmenorrhea


2.4.1 Definisi dysmenorrhea
Secara etimologi, dysmenorrhea berasal dari kata dys yang berarti sulit,
menyakitkan atau tidak normal meno yang berarti bulan dan rrhea yang berarti
26

aliran. Jika diartikan secara keseluruhan dysmenorrhea adalah aliran bulanan yang
menyakitkan atau tidak normal (Laila, 2011). Dysmenorrhea adalah kondisi nyeri
yang terjadi sewaktu menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari–hari
(Fauziah, 2012).
Dysmenorrhea merupakan rasa nyeri pada uterus terjadi selama menstruasi
dan termasuk salah satu penyebab paling umum dari nyeri panggul serta gangguan
menstruasi pada wanita (Riris Rahmatanti, Siti Fatimah Pradigdo, 2020).
2.4.2 Klasifikasi dysmenorrhea
Klasifikasi dysmenorrhea secara klinis dibagi menjadi dua jenis menurut
Laila (2011) antara lain:
1. Dysmenorrhea primer adalah nyeri menstruasi yang dirasakan tanpa
adanya kelainan pada alat reproduksi. Dengan kata lain, ini adalah rasa
nyeri yang biasa dirasakan oleh perempuan saat mengalami haid. Rasa
nyeri ini biasanya terjadi setelah 12 bulan atau lebih, dimulai sejak haid
pertama. Bahkan ada sebagian perempuan yang selalu merasakan nyeri
setiap menstruasi datang. Untuk mengatasi dysmenorrhea primer ini
salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan sesuatu yang hangat
pada bagian perut yang mengalaminyeri.
2. Dysmenorrhea sekunder adalah dysmenorrhea yang biasanya ditemukan
jika terdapat penyakit atau kelainan pada alat reproduksi. Nyeri dapat
terasa sebelum, selama, dan sesudah haid. Kondisi ini paling sering
ditemukan pada wanita usia 30 - 45 tahun.
2.4.3 Faktor penyebab dysmenorrhea
Faktor penyebab dari dysmenorrhea menurut (Hayati et al., 2020) antara
lainsebagai berikut:
1. Pola menstruasi
Menstruasi yang lama pada seorang wanita meningkatkan produksi
hormon prostaglandin sehingga berlebih yang akhirnya menimbulkan
nyeri ketika menstruasi. Berlebihnya produksi prostaglandin disebabkan
kontraksi otot uterus yang berlebihan selama menstruasi. Lama menstruasi
dapat disebabkan oleh faktor psikologis, biasanya berkaitan dengan tingkat
27

emosional remaja putri yang labil ketika baru mengalami menstruasi.


Sementara secara fisiologi, terjadi pada kontraksi otot uterus yang
berlebihan atau dapat dikatakan mereka sangat sensitif terhadap hormon ini
akibat endimentrium dalam fase sekresi memproduksi hormon
prostaglandin. Hal ini menyebabkan kontraksi otot polos yang akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.
2. Umur saat menarche
Dalam jurnal penelitian Aditiara (2013) disebutkan bahwa, umur
menarche yang terlalu dini (<12 tahun) mengakibatkan ketidaksiapan
maupun masalah bagi remaja yaitu merasakan nyeri saat menstruasi
dikarenakan organ-organ reproduksi yang belum berkembang secara
maksimal dan adanya penyempitan pada leher rahim atau pematangan
organ reproduksi. Pada wanita usia 20-22 tahun kemungkinan masih
terjadinya dysmenorrhea primer karena statusnya yang belum menikah dan
juga belum melakukan hubungan seksual. Semakin bertambahnya usia
maka semakin melebar leher rahim sehingga sekresi hormon prostaglandin
akan berkurang. Menurunnya fungsi saraf rahim karena penuaan akan
menghilangkan dysmenorrhea primer nantinya.
3. Aktivitas
Kejadian dysmenorrhea primer akan meningkat dengan kurangnya
aktifitas selama menstruasi dan kurangnya olahraga, hal ini dapat
menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus
adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan
menyebabkan nyeri (Hayati et al., 2020).
4. Status gizi
Dalam penelitian Hayati et al (2020) menyatakan bahwa status gizi
merupakan hal yang penting dari kesehatan manusia. Status gizi manusia
dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh salah satunya adalah fungsi
reproduksi. Remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik
dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang. Asupan gizi yang baik
akan mempengaruhi pembentukan hormon - hormon yang terlibat dalam
28

menstruasi yaitu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH


(Luteinizing Hormone), estrogen dan juga progesteron. Hormon FSH,
LH dan estrogen bersama-sama akan terlibat dalam siklus menstruasi,
sedangkan hormon progesteron mempengaruhi uterus yaitu dapat
mengurangi kontraksi selama siklus haid. Hasil penelitian yang dilakukan
Hayati et al (2020) dysmenorrhea sebagian besar terjadi pada remaja yang
memiliki status nutrisi underweight, hal ini terjadi disebabkan oleh
kekurangan nutrisi dan zat besi sehingga berpengaruh terhadap hormon
reproduksi pada remaja tersebut, sehingga ketahanan terhadap nyeri
menjadi berkurang.
5. Psikologis
Hasil penelitian dari Tia Martha Pundati, Colti Sistiarani (2016)
menyatakan bahwa adanya hubungan antara depresi, ansietas, dan stres
dengan kejadian dysmenorrhea. Saat seseorang mengalami depresi,
ansietas, dan stres terjadi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan
Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) maka terjadi sekresi
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan meningkatkan
sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon tersebut menyebabkan sekresi
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini
menyebabkan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang
rendah meningkatkan sintesis prostaglandin. Ketidak seimbangan antara
prostaglandin menyebabkan ischemia pada sel-sel miometrium dan
peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan
menyebabkan dysmenorrhea.
2.4.4 Tingkatan dysmenorrhea
Tingkatan dysmenorrhea dapat dibagi menjadi tiga jenis menurut
Manuaba (2010) antara lain:
1. Dysmenorrhea ringan adalah jika nyeri berlangsung beberapa saat dan
hanya memerlukan istirahat sejenak serta dapat melanjutkan aktivitas
sehari hari sehingga tidak perlu menggunakan obat-obatan. Pada
29

dysmenorrhea ringan disertai dengan tanda dan gejala seperti:


a. Dapat melakukan aktivitas
b. Dapat berkonsentrasi belajar
2. Dysmenorrhea sedang adalah diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa
perlu meninggalkan aktivitasnya. Pada dysmenorrhea sedang disertai
dengan tanda dan gejala seperti :
a. Terasa mual muntah
b. Badan menjadi lemas
c. Aktivitas menjadi terganggu
3. Dysmenorrhea berat adalah pada dysmenorrhea ini diperlukan istirahat
dalam beberapa hari, memerlukan obat dengan intensitas tinggi, dan
diperlukan tindakan operasi karena dapat mengganggu menstruasi. Pada
dysmenorrhea berat disertai dengan tanda dan gejala seperti:
a. Nyeri perut bagian bawah
b. Nyeri pada punggung
c. Tidak nafsu makan
d. Pusing
e. Tidak dapat melakukan aktivitas sama sekali
f. Pingsan
2.4.5 Dampak dysmenorrhea
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Fitri & Ariesthi, 2020)
menunjukkan bahwa dysmenorrhea mempunyai dampak terhadap aktivitas belajar
remaja. Remaja putri yang mengalami dysmenorrhea pada saat menstruasi akan
merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar di sekolah.
Remaja putri yang sedang mengalami dysmenorrhea sekaligus mengikuti kegiatan
pembelajaran, dapat menyebabkan aktivitas pembelajaran menjadi terganggu, tidak
bersemangat, konsentrasi menjadi menurun bahkan sulit berkonsentrasi sehingga
materi yang disampaikan selama pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik
bahkan sampai ada yang tidak masuk sekolah.
2.4.6 Pencegahan dan penanganan dysmenorrhea
Pencegahan dysmenorrhea dalam penelitian yang dilakukan oleh Arista
30

(2017) antara lain :


1. Latihan relaksasi atau yoga yang dapat membantu mengurangi sakit.
2. Menggunakan obat untuk meredakan nyeri seperti asam mefenamat,
parasetamol atau obat pereda nyeri lainya.
3. Jika nyeri yang dirasa sangat menggangu sebaiknya dibuat untuk istirahat.
4. Juga dapat menggunakan kompres hangat tepat pada bagian yang terasa
kram (bisa diperut atau pinggang bagian belakang) untuk mengurangi
nyeri.
5. Mandi dengan air hangat boleh juga menggunakan aromaterapi untuk
menenangkan diri.
Sedangkan penanganan untuk dysmenorrhea bisa dilakukan secara medis
dan non medis. Beberapa penanganan medis untuk mengatasi dysmenorrhea antara
laindiberikan terapi:
1. Pemberian NSAID
NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dysmenorrhea.
NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat
sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar. Seperti
diketahui sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform cyclooksigenase
(COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar NSAID
bekerja menghambat COX-2. Obat antiinflamasi nonsteroid / NSAID
bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan sehingga
mengurangi jumlah darah haid dan sekresi prostaglandin serta kram uterus
(Saifuddin A.B, 2018).
2. Pemeriksaan Laparoskopic
Pemeriksaan laparoskopic merupakan prosedur tunggal yang paling
bermanfaat. Ini meliputi survei diagnostik yang lengkap pada pelvis dan
organ reproduktif untuk memastikan adanya proses patologi apapun yang
secara klinis atau menimbulkan gejala-gejala klinis. Untuk penanganan
berbagai jenis obat antinyeri haid akan diberikan oleh dokter yang paling
tinggi efektivitasnya untuk mengatasi dysmenorrhea, sesuai dengan kondisi
masing-masing penderita (Anurogo et al., 2011).
31

Sedangkan penanganan non medis untuk mengatasi keluhan


dysmenorrhea sebagaimana dikemukanan oleh Awaliah et al., (2018) dapat
dilakukan dengan terapi Hipnoterapi, akupuntur, relaksasi, aroma terapi dan terapi
herbal.
1. Hipnoterapi
Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari yang
negatif ke positif. Caranya adalah sebelum haid datang, rilekskan tubuh
dalam posisi terlentang di tempat tidur dengan kedua tangan berada di
samping tubuh. Bebaskan pikiran yang membebani. Dengan mata yang
terpejam, yakinkan dan ikhlaskan diri untuk terbebas dari rasa sakit nyeri
haid. Bebaskan pikiran hingga benar-benar rileks. Setelah pikiran benar-
benar rileks dan nyaman, pelan-pelan instruksikan pada diri sendiri sebuah
perintah yang bunyinya “Haid yang normal dan wajar, serta tetap mudah
beraktivitas”. Ucapkan kalimat itu berulang-ulang dalam hati. Instruksi itu
dengan sendirinya menunjukkan pola pikir kita telah berubah. Haid tidak
harus sakit, selama ini pikiran kita terpola bahwa haid itu sakit (Anurogo et
al., 2011).
2. Akupuntur
Akupuntur juga sangat efektif untuk mengatasi nyeri menstruasi dan
permasalahan seputar haid. Akupuntur adalah teknik sederhana yang
hanya menekan titik-titik tertentu yang diyakini sebagai penyebab sakit
pada meredian energi dengan jarum dan tidak memiliki efek secara
langsung (Anurogo et al., 2011).
3. Relaksasi
Relaksasi yang dapat digunakan dalam membantu mengurangi
dysmenorrhea yaitu kompres panas, massase, distraksi, istirahat dan senam
(Suaib, 2019). Salah satu cara untuk mengatasi dysmenorrhea adalah
dengan melakukan senam khusus yaitu senam dysmenorrhea (Suaib,
2019).
4. Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi dengan menggunakan berbagai jenis bunga,
32

tumbuhan, minyak wangi dan wangi-wangi. Holistik aroma menggunakan


masase dan bau-bauan (Ariningtyas et al., 2017).
5. Terapi herbal
Dalam penelitian (Hamdiyah & Sukarta, 2019) yang berjudul Pengaruh
pemberian teh daun kelor (moringa oleifera leaves) terhadap penurunan
dysmenorrhea pada remaja putri anemia di panti asuhan sejahtera aisyah
kabupaten Sidrap menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian teh
daun kelor dan senam dysmenorrhea terhadap penurunan nyeri
dysmenorrhea pada remaja remaja putri anemia di panti asuhan sejahtera
aisyah kabupaten Sidrap.
2.4.7 Alat ukur dysmenorrhea
Intensitas dan penentuan tipe nyeri sangat penting karena menyangkut
jenis pengobatan yang sesuai yang sebaiknya diberikan terutama terapi
farmakologis. Beberapa alat ukur yang sudah umum dipakai untuk mengukur
intensitas nyeri adalah:
1. Numerical Rating Scale (NRS)

Gambar 2.1 Skala Nyeri Numerical Rating Scale (NRS)


Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Suwondo 2017

Skala ini ini sudah biasa di pergunakan dan telah di validasi. Berat
ringannya rasa sakit atau nyeri di buat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari nol
hingga 10, dibawah ini, 0 meruapakan keadaan tanpa atau bebas
nyeri sedangkan 1 sampai 3 adalah nyeri ringan, 4 sampai 6 adalah
nyeri sedang, 7 sampai 9 adalah nyeri berat terkontrol, dan 10 adalah
nyeriberat tidak terkontrol.
2. Skala Analog Visual (VAS)
33

Tidak nyeri Nyeri yang tidak tertahan


Gambar 2.2 Skala Nyeri Visual Analog Scale (VAS)
Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Suwondo 2017

VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala
ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
3. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Gambar 2.3 Skala Nyeri Wong-Baker FACES Pain Rating Scale


Sumber Wong-Baker dalam Suwondo 2017
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik)
4-6 :Nyeri sedang (secara obyektif klien terlihat meringis,
mengeletukkan gigi, mengernyitkan dahi, dan dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terlihat meringis,
mengernyitkan dahi, menutup mata atau mulut dengan rapat,
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan)
34

10 : Nyeri berat (Nyeri sangat berat : secara obyektif klien terlihat


merintih, mendengkur, menangis, menggigit bibir, menutup mata
atau mulut dan klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi dan
memukul-mukul bagian yang sakit).
Pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah,
pengukuran skala nyeri terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang
tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk
“nyeri berat”.
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA Ny. “K”
KELURAHAN TAWANGANOM WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
CANDIREJO MAGETAN

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 06 April 2023
Tempat Pengkajian : Rumah Klien
Pukul : 10.00 WIB
Oleh : Heny Dwi Jayanti
3.1.1 Data Umum

1. Daftar nama anggota rumah tangga

No Nama Hub Sex Umu Pend. Pekerjaan


ART ART r
1 Ny. K Janda P 42 th DIV PNS
(cerai mati)
2 An. A Anak P 20 th S1 Mahasiswa

3 An. F Anak P 15 SMP Pelajar


t
h
2. Genogram

Isilah sesuai genogram keluarga yang anda asuh

Keterangan :

35
36

3. Tipe keluarga :

Keluarga Inti

Keluarga besar

Single adult

Ayah+ibu tanpa nikah

Keluarga dyad (suami+istri tanpa anak)

Single parent

Keluarga lansia

Comunity family (tanpa pertalian darah)

4. Status sosial ekonomi √

Miskin (penghasilan < Rp.600.000)/bulan

Menengah (penghasilan Rp.600.000-1.500.000)/bulan


Kaya (penghasilan >Rp.1.500.000)/bulan

5. Aktivitas rekreasi keluarga


Tidak pernah


Pernah

3.1.2 Data Khusus

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Pasangan baru (keluarga baru)



Keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child bearing)

Keluarga dengan anak Balita

Keluarga dengan anak prasekolah


37

Keluarga dengan anak sekolah

Keluarga dengan anak remaja (reproduksi remaja)



Keluarga dengan lansia (Menopause)

Keluarga dengan ibu hamil

Keluarga dengan ibu nifas

b. Riwayat kesehatan saat ini

Keluarga dengan riwayat penyakit kronik

Keluarga dengan penyakit menular

Keluarga dengan penyakit khusus (RM, kusta, HIV/AIDS)

Keluarga dengan penyakit keturunan

3.1.3 Sanitasi Lingkungan

a. Karakteristik rumah, kebersihan, penerangan, air minum, SPAL, sampah


Permanen, bersih, cukup

Permanen, tidak bersih, tidak cukup

Tidak permanen, bersih, cukup,

Tidak permanen, tidak bersih, tidak cukup

b. Karakteristik tetangga yang diasuh

Pedesaan dan teratur

Pedesaan dan kumuh

Perkotaan dan teratur



Perkotaan dan kumuh
38

c. Interaksi keluarga dengan tetangga dekat

√ Harmonis

Tidak harmonis

3.1.4 Fungsi keluarga

a. Struktur peran masing-masing ART

√ Sesuai

Tidak sesuai

b. Pola komunikasi keluarga untuk masing-masing ART


Terbuka

Tertutup

c. Pola keputusan dalam keluarga (ART) tergantung pada :

Suami/ bapak

Istri/ ibu

Orang tua/ Mertua/ dari Bapak/ Ibu

Anak

d. Fungsi reproduksi berkaitan dengan pernah melahirkan (paritas)

Jumlah anak 1 (P-1)

Jumlah anak 2 (P-2)


Jumlah anak lebih dari 2 (P>2)

e. Family planning (Perencanaan keluarga berencana)

Ya, sekarang menggunakan alat kontrasepsi

√ Pernah, sekarang tidak menggunakan alat kontrasepsi


39

Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

f. Jenis alat kontrasepsi

Berkala

Pil

Suntik

MOW

Implant

AKDR

Kondom

MOP

g. Strategi koping yang dipakai keluarga bila ada masalah/krisis

Konfrontasi, menyangkal dan marah

Mencari dukungan sosial


Problem solving; mengatasi masalah dengan diskusi keluarga

Kontrol diri; bicara seperlunya, penyelesaian lama/perlu waktu

Bikin jarak; komunikasi terputus

Menghindar; tidak merasa ada masalah

Bertanggungjawab; merasa ada masalah dan mengatasinya

Bersikap positif; selalu menerima masalah dan mengatasinya

h. Stress dan koping keluarga, yang dipilih keluarga sesuai pin (Q)

Adaptif

Maladaptive
40

3.1.5 Data Subyektif Remaja

1. Biodata
Nama : Nn. “F” Nama Ortu : Alm.Tn “J”/Ny.”K”
Umur : 15 Tahun Umur : -/45 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP Pendidikan : DIV
Pekerjaan : Siswa Pekerjaan : PNS
Alamat : Tawanganom Rt.10/Rw.05
Keluhan Utama : Perut terasa nyeri setiap kali menstruasi hari 1-3
2. Riwayat Menstruasi
HPHT : 05/04/2023
Menarche : 12 tahun
Siklus : teratur (28 hari)
Lama : 7 hari
Volume : normal ganti pembalut (3-4 x/hari)
Warna Darah : Kecoklatan
Sifat darah : encer dan sedikit gumpalan
Keluhan : Nyeri perut berat pada hari ke 1-3 ±4 bulan terakhir
Fluor Albus : tidak ada
3. Status dalam keluarga : anak kandung
Jumlah saudara dalam keluarga : 2 ( anak kedua dari 2 bersaudara)
Riwayat pernikahan orangtua : anak dari pernikaan ke-1
Lama pernikahan : 22 tahun
4. Riwayat Kesehatan sekarang dan yang lalu
Tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC, PMS,
HIV/AIDS, hepatitis), penyakit menurun (asma , hipertensi, kencing manis),
penyakit menahun (TBC, kencing manis). Tidak ada riwayat gangguan jiwa
dan tidak pernah mendapatkan transfusi darah.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
41

Keluarga tidak pernah menderita penyakit asma, hipertensi, jantung, diabetes


melitus, ginjal, hepatitis, HIV, TBC, maupun IMS. Tidak ada riwayat
gangguan jiwa, tidak ada riwayat keturunan kembar.
6. Pola Aktivitas sehari-hari
Nutrisi : Nn.”F” makan 1-2x sehari, dengan lauk-pauk seperti,
ayam, daging, juga mengonsumsi buah dan sayur. Nn.”F”
minum sebotol susu setiap pagi, juga sudah minum air putih
± 1,5 liter. Nn.”F” sering telat untuk makan karena
kesibukannya sebagai pelajar SMP kelas 3
Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 7-8 kali sehari, tidak ada keluhan
Aktivitas : Setiap hari Nn.”F” berangkat sekolah senin-jumat hingga
pukul 14.00 WIB kemudian lanjut kursus pelajaran pukul
16.00 sd selesai. Pada hari libur dihabiskan untuk bersantai
dirumah dan sesekali jalan-jalan bersama keluarga
Istirahat : Nn.”F” tidak pernah istirahat siang karena mengikuti
kursus pelajaran tambahan dan tidur malam 5-7 jam.
Personal Hygiene : Mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari, saat haid
ganti pembalut 3-4x sehari.
7. Riwayat Ketergantungan
Tidak memiliki kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan NAPZA, tidak
sedang dalam masa penyembuhan dan pengobatan penyakit apapun dan tidak
mengonsumsi obat-obatan
8. Keadaan Psikologi Sosial Budaya
Nn.”F” adalah pelajar SMP sering stress karena tidak dapat menyelesaikan
tugasnya yang biasa dibantu oleh ayahnya. Nn.”F” kadang masih merasa
kehilangan sosok seorang ayah karena sudah meninggal ± 3 tahun yang lalu.
Semua kegiatan diantar jemput oleh ibunya yang bekerja sebagai PNS.
3.1.6 Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik, terlihat menahan sakit
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
42

Tekanan darah : 100/70 mmHg


Suhu : 36,7 oC
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
4. Antropometri
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 56 kg
IMT : 21,875 (normal)
LILA : 26 cm
Lp : 72,5 cm
5. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Bentuk normal, persebaran rambut merata,
bersih dan tidak ada benjolan abnormal. Warna
hitam, rambut rontok ringan
2. Muka : Tidak pucat, mata simetris, kadang terlihat
menahan sakit
3. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih. Mata
terlihat sayu
4. Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering.
5. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
serta tidak ada pembendungan vena jugularis.
6. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik
7. Dada : Tidak ada wheezing atau ronchi, bunyi jantung
normal, tidak ada penarikan intrakosta
payudara simetris, puting menonjol, bersih.
8. Abdomen : Tidak ada lipatan lemak, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesarah uterus.
43

9. Ekstermitas : Simetris, tidak ada varises dan tidak odema,


tidak ada cacat bawaan baik atas maupun
bawah.
3.1.7 Data Khusus Remaja

Nilai Total = 15+4+2=21


44

Nilai total = 2+6+9+4=21


45

Nilai total=12+20=32
46

Nilai Total=4+12+12=28
47

Nilai Total=4+15+8=27
48

Nilai Total=9+24=33
49

Nilai Total=10+12=22
50

Nilai Total = 1+12+6=19


51

Kecerdasan kinestik = 21
Kecerdasan music = 21
Kecerdasan interpersonal = 32
Kecerdasan intrapersonal = 28
Kecerdasan linguistic = 27
Kecerdasan logika matematika = 33 (paling tinggi)
Kecerdasan spasial = 22
Kecerdasan natural = 19
3.2 ANALISIS DATA
1. Data mayor : Single parent, remaja dengan dysmenorhoe.
2. Data minor : Status ekonomi kaya, selalu menerima masalah dengan
positif, hubungan keluarga harmonis, keputusan ada di ibu, keadaan
rumah permanen dan bersih.
3.3 DIAGNOSA KEBIDANAN KELUARGA (mengacu pada 5 tugas
perkembangan keluarga; mengenal, memutuskan, merawat, peran,
memberdayakan)
Perubahan peran dalam pengambilan keputusan dalam keluarga ibu “K”
terhadap remaja “F” remaja dengan dysmenorhoe.
1) Prioritas diagnose kebidanan keluarga ditetapkan berdasarkan kriteria :

sifat masalah :

Actual (terjadi gangguan/ deficit kesehatan)

Resiko tinggi (sudah ada ancaman kesehatan)

Resiko (kemungkinan adanya ancaman kesehatan)


2) Kemungkinan masalah dapat diubah

Mudah

Sebagian saja

Tidak dapat

3) Kemungkinan masalah tersebut dapat dicegah


52

Tinggi

Cukup

Rendah

4) Keberadaan masalah dalam keluarga

Masalah dirasakan berat, perlu penanganan segera



Ada masalah tetapi tidak perlu penanganan segera

Keluarga tidak merasakan adanya masalah

Rasional diagnose :

Data Mayor Data Minor (dari data lainnya)


(dari tugas perkembangan dan
pemeriksaan fisik)
Single parent, remaja dengan Status ekonomi kaya, selalu
dysmenorhoe. menerima masalah dengan positif,
hubungan keluarga harmonis,
keputusan ada di ibu, keadaan
rumah permanen dan bersih.

3.4 PERENCANAAN
Perubahan sikap dalam keluarga Ny. K yang mempunyai remaja dengan
masalah dysmenorhoe.
Indikator
NO Perencanaan Sasaran Waktu
keberhasilan
1. 1.Menjalin komunikasi Ny.”K” Kamis, 06 1. Nn. “F”
interpersonal dengan dan April kooperatif dan
Nn.”F” Nn.”F” 2023 mengetahui
2.Melakukan pemeriksaan maksud serta
pada remaja tujuan dari
3.Menjelaskan tentang pengkajian yang
dysmenorhoe, penyebab, dilakukan
dan cara mengatasi 2. Nn.”F” mengerti
4.Menjelaskan hasil dan memahami
kuesioner kecerdasan yang terjadi pada
majemuk pada Nn.”F” dirinya
dan keluarganya 3. Nn.”F” dapat
53

5.Menjelaskan tentang mengatasi


Ketrampilan Hidup Sehat nyeri
(PKHS) di Rumah dysmenorhoe
6.Menjelaskan kebutuhan yang
dasar pada remaja mengganggu
7.Mengarahkan Nn.”F” 4. Nn.”F”
untuk menggunakan mengerti
metode aromaterapi tentangan
lavender atau kompres kebutuhan
hangat untuk meredakan dasar pada
nyeri remaja dan
melaksanakan
PHKS di
rumah
2. 1. Melakukan pemeriksaan Ny. “K” Jumat, 07 April 1. Nn.”F” dapat
pada remaja dan 2023 melakukan metode
2. Menjelaskan cara Nn.”F” aromaterapi lavender
menggunakan dan kompres air
aromaterapi dan kompres hangat dengan baik
air hangat untuk 2. Nn.”F” dapat
meredakan nyeri mengatasi rasa nyeri
3. Memberikan KIE
tentang PKHS di rumah
4. KIE tentang kebutuhan
dasar remaja
3. 1. Melakukan pemeriksaan Ny. “K” Jumat, 14 April 1. Rasa nyeri teratasi
pada remaja dan 2023
2. Memberikan KIE Nn.”F”
penggunaan metode
aromaterapi lavender
dan kompres air hangat
untuk meredakan nyeri
3. Memberikan
penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi
remaja
54

4. 1. Melakukan Ny. “K” Kamis, 04 Mei 1. Masalah nyeri


pemeriksaan pada dan 2023 teratasi
remaja Nn.”F”
2. Mengulang cara
penggunaan metode
aromaterapi lavender
dan kompres air
hangat
3. Memberikan KIE
tentang penyuluhan
kesehatan reproduksi
yang telah dijelaskan
sebelumnya
4. Menganjurkan Nn”F”
untuk tetap
melaksanakan PHKS di
rumah dan
memperhatikan
kebutuhan dasar remaja

3.5 PELAKSANAAN

Waktu SOAP Hasil Tindakan


Kamis, 06 April Subjek (S) Nn. “F” mengatakan sudah menstruasi sejak usia 12
2023 tahun tidak pernah merasakan keluhan, tetapi sejak
± 4 bulan yang lalu perut terasa nyeri saat haid pada
hari 1-3. Bila terasa sakit, Nn.”F” ijin tidak masuk
sekolah. Saat ini Nn.”F” haid hari ke 2 dan terasa
nyeri
Objektif (O) TD = 90/70 mmHg, N = 80x/mnt, RR = 21 x/mnt, S =
36,4OC, wajah meringis menahan sakit, tangan
memegangi perut, haid belum lancar
Assesment Nn.”F” usia 15 tahun remaja dengan dysmenorhoe
(A)
Planning (P) 1. Menjalin komunikasi interpersonal dengan Nn.”F”
E/ Nn. “F” kooperatif dan mengetahui maksud serta
tujuan dari pengkajian yang dilakukan
2. Melakukan pemeriksaan pada remaja
E/ Nn.”F” bersedia dilakukan pemeriksaan
3. Menjelaskan tentang dysmenorhoe, penyebab, dan
cara mengatasi
E/ Nn.”F” menegrti dan memahami yang terjadi
padanya saat ini
4. Menjelaskan hasil kuesioner kecerdasan majemuk
pada Nn.”F” dan keluarganya
E/ Nn. “F” dan keluarga mengetahui jenis kecerdasan
55

yang menjadi potensi utama adalah kecerdasan logika


matematika
5. Menjelaskan tentang Ketrampilan Hidup Sehat
(PKHS) di Rumah
E/ Nn. “F” berjanji akan melaksanakannya
6. Menjelaskan kebutuhan dasar pada remaja
E/ Nn.”F” dan keluarga paham dan mengerti
7. Mengarahkan Nn.”F” untuk menggunakan metode
aromaterapi lavender atau kompres hangat untuk
meredakan nyeri
E/ Nn.”F” dan keluarga tertarik untuk mencoba
Jumat, 07 April Subjek (S) Nn.”F” mengatakan hari ini nyeri sudah berkurang,
2023 haid sudah lancar. Melakukan PKHS di rumah dan
mulai memenuhi kebutuhan remaja
Objektif (O) KU baik, kesadaran composmentis TD = 100/70
mmHg, N = 80x/mnt, RR = 20 x/mnt, S =
36,5OC, an.(-/-) darah haid sudah satu pembalut
penuh
Assesment Nn.”F” usia 15 tahun remaja dengan dysmenorhoe
(A)
Planning (P) 1. Melakukan pemeriksaan pada remaja
E/ Nn.”F” bersedia dilakukan pemeriksaan
2. Menjelaskan cara menggunakan aromaterapi dan
kompres air hangat untuk meredakan nyeri
E/ Nn.”F” dan keluarga mengerti dan dapat
mengulang kembali
3. Memberikan KIE tentang PKHS di rumah
E/ Nn.”F” berjanji akan terus melaksankannya di
rumah maupun di lingkungan
4. KIE tentang kebutuhan dasar remaja
E/ Nn.”F” dan keluarga mampu untuk mengulangi
penjelasan yang telah diberikan
Jumat, 14 April Subjek (S) Nn.”F” mengatakan haid sudah berhenti, badan terasa
2023 lebih ringan dan sudah siap beraktifitas lagi
Objektif (O) Ku baik, an.(-/-) TD = 100/70 mmHg, N = 82x/mnt,
RR = 20x/mnt, S = 36,7°C. wajah tampak ceria
Assesment Nn.”F” usia 15 tahun remaja dengan dysmenorhoe
(A) sudah teratasi
Planning (P) 1. Melakukan pemeriksaan pada remaja
E/ Nn.”F” bersedia dilakukan pemeriksaan
2. Memberikan KIE penggunaan metode aromaterapi
lavender dan kompres air hangat untuk meredakan
nyeri
E/ Nn.”F” sudah mempersiapkan aromaterapi
lavender berupa lilin
3. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan
56

reproduksi remaja
E/ Nn.”F” dan keluarga paham dan mengerti
tentang organ reproduksi remaja dan
perkembangannya
Subjek (S) Nn. “F” mengatakan sudah persiapan untuk haid
Kamis, 04 bulan ini bila terjadi nyeri, Nn.”F” ingin mengatasi
Mei 2023 rasa nyeri yang timbul agar tidak mengganggu
aktifitas, badan terasa berat seperti tanda-tanda
datangnya haid
Objektif (O) TD = 100/70 mmHg, N = 83x/mnt, RR = 19 x/mnt, S
= 36,4°C, payudara mulai terasa berisi dan bengkak
Assesment Nn.”F” usia 15 tahun remaja dengan dysmenorhoe
(A) sudah teratasi
Planning (P) 1. Melakukan pemeriksaan pada remaja
E/ Nn.”F” bersedia dilakukan pemeriksaan
2. Mengulang cara penggunaan metode aromaterapi
lavender dan kompres air hangat
E/ Nn.”F” dan keluarga sudah paham dan mengerti
dan dapat mengulang kembali
3. Memberikan KIE tentang penyuluhan kesehatan
reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya
E/ Nn.”F” mampu menjelaskan kembali
4. Menganjurkan Nn”F” untuk tetap melaksanakan
PHKS di rumah dan memperhatikan kebutuhan
dasar remaja
E/ Nn.”F” dan keluarga berjanji akan
melaksanakannya
57

Tanggal
No Kegiatan
06/04/23 07/04/23 14/04/23 04/5/23
1. Menyampaikan hasil
pengkajian bersama
menetapkan masalah
(diagnosa kebidanan
keluarga) melakukan
pemeriksaan dan
melakukan tindakan,
merencanakan kegiatan
selanjutnya
2. Kunjungan rumah kedua
untuk melaksanakan
tindakan
 Melakukan
pemeriksaan pada
remaja
 Menjelaskan cara
menggunakan
aromaterapi dan
kompres air hangat
untuk meredakan
nyeri
 Memberikan KIE
tentang PKHS di
rumah
 KIE tentang
kebutuhan dasar
remaja
58

3 Kunjungan rumah ketiga


untuk melaksanakan
tindakan
 Melakukan
pemeriksaan
pada remaja
 Memberikan
KIE
penggunaan
metode
aromaterapi
lavender dan
kompres air
hangat untuk
meredakan
nyeri
 Memberikan
penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi
remaja
4. Evaluasi terhadap capaian
kegiatan
 Melakukan
pemeriksaan pada
remaja
 Mengulang cara
penggunaan metode
aromaterapi
lavender dan
kompres air hangat
 Memberikan KIE
tentang penyuluhan
kesehatan
reproduksi yang
telah dijelaskan
sebelumnya
 Menganjurkan
Nn”F” untuk tetap
melaksanakan
PHKS di rumah dan
memperhatikan
kebutuhan dasar
remaja
BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan remaja pada Nn. ”F” dengan dysmenorhoe dilakukan 4


kali meliputi kunjungan pertama pada haid hari ke-2, hari ke-3, haid berhenti dan
menjelang haid kembali.
Kunjungan pertama dilakukan pengkajian dan pemeriksaan, dalam
pengkajian ditemukan bahwa Nn.”F” adalah seorang pelajar SMP sering stress
karena tidak dapat menyelesaikan tugasnya yang biasa dibantu oleh ayahnya yang
sudah meninggal ± 3 tahun yang lalu. Sekarang semua kegiatan diantara jemput
oleh ibunya yang bekerja sebagai PNS. Dalam pemenuhan nutrisinya, Nn.”F” juga
sering telat makan karena tidak sempat. Sebagai pelajar SMP kelas 3, Nn.”F”
masih mengikuti palajaran tambahan setelah selesai jam sekolah. Selain itu,
kebutuhan istirahatnya pun berkurang. Nn.”F” menarche di usia 12 tahun dan
tidak pernah ada keluhan. Tetapi sejak ±4 bulan ini merasa nyeri perut bila haid
hari ke 1-3. Nyeri perut ini sangat mengganggu sehingga aktifitas pun berhenti.
Tata laksana yang diberikan adalah penjelasan tentang yang terjadi pada Nn.”F”
yaitu dysmenorrhoe. Dysmenorrhea merupakan rasa nyeri pada uterus terjadi
selama menstruasi dan termasuk salah satu penyebab paling umum dari nyeri
panggul serta gangguan menstruasi pada wanita (Riris Rahmatanti, Siti Fatimah
Pradigdo, 2020). Kemudian menjelaskan tentang Ketrampilan Hidup Sehat
(PKHS) di Rumah dan apasaja kebutuhan dasar remaja. Dalam mengatasi nyeri
bisa menggunakan farmakologi dan non-farmakologi. Penggunaan farmakologi
sering dikesampingkan karena menggunakan bahan kimia yang mempunyai efek
samping. Untuk itu sering digunakan metode non-farmakologi/ non medis. Dalam
kasus ini penulis menggunakan teknis relaksasi (kompres air hangat) (Suaib,
2019) dan metode aromaterapi lilin lavender (Ariningtyas et al., 2017).
Pada kunjungan kedua haid hari ke-3, tata laksana berupa evaluasi metode
yang telah diberikan didapatkan nyeri sudah berkurang dan haid pun lancar.
Nn.”F” dan keluarga mampu mengulangi penjelasan tentang PHKS secara singkat
dan mampu memahami kebutuhan dasar remaja terutama pada nutrisi dan istirahat

59
60

sehingga tidak menyebabkan stres yang berakibat kejang otot. Pada kunjungan
ketiga adalah setelah haid berhenti. Wajah Nn.‟F” tampak berseri dan sudah siap
untuk menjalani aktifitas seperti biasa. Tata laksana mengevaluasi pemberian
aromaterapi lavender, Nn.”F” merasa nyaman dan tenang. Pada saat ini diberikan
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi agar Nn.”F” dan keluarga paham bahwa
Nn.”F” organ reproduksi sedang berkembang dan perlu untuk diperhatikan.
Pada kunjungan ke-4 merupakan hari menjelang haid. Menurut Nn.”F”
badan sudah mulai terasa berat dan payudara mulai berisi. Ini merupakan tanda-
tanda menjelang haid. Nn.”F” sudah mempersiapkan aromaterapi lilin lavender.
Karena aromaterapi ini mudah didapat dan harganya pun terjangkau untuk
seorang remaja. Nn.”F” berjanji akan mengingat dan memperhatikan tentang
PHKS dan kebutuhan dasar remaja.
Dari seluruh rangkaian kegiatan dan asuhan yang telah diberikan, Nn.”F”
dan keluaraga sangat kooperatif, keluarga berusaha melakukan anjuran yang telah
diberikan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik.

.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Asuhan kebidanan pada keluarga di komunitas yang telah dilaksanakan
pada keluarga oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Bidan, yang merupakan
sarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas derajat kesehatan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Dalam pelaksanaannya berjalan
lancar walaupun ada sedikit faktor yang menghambat tetapi warga cukup antusias
dan kooperatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada keluarga yaitu bagian dari
pelaksanaan Program Praktik Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Di Komunitas
Kelurahan Tawanganom Magetan tanggal 03 April s.d 12 Mei 2023.
5.2 Saran
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dibutuhkan
kerja sama yang baik antara petugas kesehatan wilayah puskesmas setempat,
tokoh masyarakat dan masyarakat. Petugas kesehatan sebaiknya lebih banyak
memberikan KIE (komunikasi informasi dan edukasi) pada masyarakat sehingga
masyarakat lebih aktif serta antusias dalam kegiatan yang dilakukan oleh
puskesmas setempat.

61
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Handayani, Sri. 2014.

Anurogo, Dito, & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu mengatasi Nyeri Haid.
Penerbit Andi

Ariningtyas, N., Uluwiyatun, & Adhisty, Y. (2017). Pengaruh Aromaterapi


Lavender Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dysmenorrea Pada Siswi
SMK Negeri 2 Sewon Bantul Tahun 2017. Jurnal Keehatan “Samodra
Ilmu,” 10(2), 204–215.

Awaliah, N., Rahmadani, A., Rahmawati, D., & Fadraersada, J. (2018). Studi
Pemberian Minuman Rempah Jahe Merah ( Zingiber Officinale VAR
Rubrum Rhizoma) dan Kunyit (Curcuma Domestica VAL) terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dismeore. Proceeding of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences, 8(November), 246–253.
https://doi.org/10.25026/mpc.v8i1.330

BKKBN. 2015. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan
Fauziah. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika
Fitri, H. N., & Ariesthi, K. D. (2020). Pengaruh Dismenore Terhadap Aktivitas
Belajar Mahasiswa Di Program Studi DIII Kebidanan. CHMK Midwivery
Scientific Journal, 3(2), 159–164.

Hamdiyah, & Sukarta, A. (2019). … Pemberian Teh Daun Kelor (Moringa


Oleifera Leaves) Terhadap Penurunan Dismenore Pada Remaja Putri
Anemia Di Panti …. Jurnal Antara Kebidanan, 2(4), 283–292

Hayati, S., Agustin, S., & Maidartati. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Dismenore Pada Remaja Di SMA Pemuda Banjaran Bandung.
Jurnal Keperawatan BSI, VIII(1), 132–142.
http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan Sebelum Hamil. Jakarta:


Kemenkes RI.
Laila, N. N. (2011). Buku Pintar Menstruasi. Buku Biru

62
63

Mariyati, L.I. (2021). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Manusia I. Sidoarjo:


UMSIDA Press

Mulyani, Nina Siti dan Mega Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nadirawati (2018) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. 1st edn. Edited by
Anna. Bandung: PT Refika Aditama
Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info
Medika WHO. 2013. Maternal Mortality.
http://www.who.int/mediacentre/.

Rahmatanti, R., Pradigdo, S. F., & Pangestuti, D. R. (2020). Hubungan Tingkat


Stres dan Status Anemia dengan Dismenorea Primer Pada Siswi Kelas
XII di SMAN 1 Nganjuk. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,
19(4), 246–254.https://doi.org/10.14710/mkmi.19.4.246-254
Saifuddin. (2018). Ilmu Kebidanan (T. Rachimhadhi & G. H. Wiknjosastro
(eds.)). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suaib, N. (2019). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri Di Man Insan Cendekia
Halmahera Barat. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 6(2),
193–202. https://doi.org/10.36743/medikes.v6i2.183
Sukawati, AB. (2014) Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Dalam
Tanya Jawab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sulistyawati, A. (2012) Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika.

WHO. 2014. Health for the World‟s Adolescents: A Second Chance in the Second
Decade. Geneva, World Health Organization Departemen of
Noncommunicable disease surveillance. (2014)

Zakaria, A. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Pendekatan Teori danKonsep.


Purwokerto: CV IRDH.
64

Lampiran
65
66

Anda mungkin juga menyukai