Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MENOPAUSE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Dr. SOETOMO SURABAYA

MELISA PUTRI PERMATASARI


NIM. P27824621033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PENDERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Menopause ini dilaksanakan sebagai

dokumen/laporan praktik Blok 8 di Puskesmas Dr.Soetomo Surabaya periode

praktik tanggal 6 s/d 18 Desember 2021

Surabaya, 14 Desember 2021

Melisa Putri Permatasari

NIM. P27824621033

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

dr. Murtiningrum Evi Yunita,S.ST.,M.Keb Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,


NIP. 196404261988012002 NIP. 198006212002122001 M.Kes
NIP. 196702061990032003

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

dr. Murtiningrum Evi Pratami, S.ST., M.Keb.


NIP.197206212002122002 NIP. 197905242002122001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Pada Menopause di Puskesmas Dr.Soetomo Surabaya”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 8 pada
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Evi Pratami, S.ST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. dr. Murtiningrum, selaku Kepala Puskesmas Dr. Soetomo dan pembimbing
praktik lapangan.
3. Ibu Evi Yunita, S.ST., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
4. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp.,S.ST.,M.Kes., selaku pembimbing pendidikan 2
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun
laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan
balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 14 Desember 2021


Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum................................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus...............................................................................................2
1.3. Pelaksanaan.......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Menopause.........................................................................................................4
2.2 Hipetensi..........................................................................................................10
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan ...................................................................16
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................24
3.1 Pengkajian Data Subyektif...............................................................................25
3.2 Data Obyektif...................................................................................................26
3.3 Analisa Data.....................................................................................................26
3.4 Penatalaksanaan...............................................................................................27
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................28
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................29
5.1 Kesimpulan......................................................................................................29
5.2 Saran.................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
LAMPIRAN...........................................................................................................31
DOKUMENTASI..................................................................................................32
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi
mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 59 tahun
(Harlow, 2012). Pada masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena akan
mengalami perubahan kesehatan fisik yang akan mempengaruhi kesehatan
psikologisnya. Namun banyak wanita yang menganggap bahwa menopause
merupakan suatu hal yang menakutkan. Menurut WHO menopause berarti
berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita disebabkan oleh
jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia
lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan
disebabkan oleh keadaan patologis (Saifuddin, 2014). Hal ini terjadi karena
indung telur mengalami penuaan. Penuaan ovarium ini menyebabkan produksi
hormon estrogen menurun sehingga terjadi kenaikan hormon FSH dan LH.
Peningkatan hormon FSH ini menyebabkan fase folikular dari siklus
menstruasi memendek sampai menstruasi tidak terjadi lagi.
Perubahan hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik maupun
psikologis bagi wanita. Pada masa ini sangat kompleks bagi wanita karena
berkaitan dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain wanita mengalami
stress fisik dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi
keadaan emosi dalam menghadapi hal normal sebagaimana yang dialami
semua wanita. Perubahan fisik ini dapat berupa hot flushes, insomnia, vagina
menjadi kering, gangguan pada tulang, linu dan nyeri sendi, kulit keriput dan
tipis, ketidaknyamanan pada jantung (Kusmiran, 2012).
Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan
didalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari
hari ke hari akan terus berjalan dan setiap orang seiringdengan bertambahnya
usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh
mengalami suatu perubahan. Perubahan-perubahan inilah yang membuat

1
wanita khawatir tentang menopause karena beranggapan akan kehilangan daya
tarik serta khawatir orang-orang yang dicintainya akan meninggalkannya.
(Margareth, 2013).
Untuk itu, bidan berperan membantu mengatasi masalah-masalah yang
terjadi saat menopause agar wanita bisa melewati masa menopause dengan
nyaman. Bidan melakukan asuhan kebidanan dan melakukan
pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada menopause dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian
2) Menganalisa data untuk menentukan diagnosis
3) Merencanakan Asuhan Kebidanan yang menyeluruh
4) Melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
5) Melakukan evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan
6) Melakukan pendokumentasian hasil Asuhan Kebidanan dengan SOAP

1.3 Lama Praktik

Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Seotomo Surabaya,


pada tanggal 6 s/d 18 Desember 2021.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Menopause


2.1.1 Pengertian Menopause
Menurut Irfana (2021) menopause adalah suatu fase dari kehidupan
wanita yang ditandai dengan berhentinya menstruasi minimal selama 12
bulan dan berhentinya fungsi reproduksi. Secara normal wanita akan
mengalami menopause antara usia 50 tahun sampai 70 tahun. Kumalasari
(2012) yang menyatakan bahwa menopause adalah keadaan wanita yang
mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormon
estrogen berkurang yang berakibat terhentinya menstruasi untuk selamanya.
2.1.2 Jenis-Jenis Menopause
1. Menopause Prematur (Menopause Dini)
Menopause Dini adalah menopause yang terjadi dibawah usia 40 tahun.
Gejala ini sering dijumpai, menimbulkan distres, dan menyebabkan
banyak wanita yang sebelumnya sehat mencari anjuran medis. Penelitian
Gold menyatakan bahwa wanita yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi
akan mengalami usia menopause yang lebih cepat (Gold et, al, 2013).
Aktivitas fisik yang tinggi dapat mempengaruhi ovarium menjadi terbatas
dengan mengurangi serum estrogen dan meningkatkan hormon seks
globulin yang dapat menyebabkan terjadi menopause lebih cepat
(Schoenaker, 2014).
2. Menopause Normal
Menopause normal terjadi pada usia 45-52 tahun tetapi ada sebagian buku
45- 55 tahun. Menopause harus dialami setiap wanita seiring dengan
siklus hidupnya dengan perubahan fisik yang dirasakan oleh wanita
menopause akibat penurunan hormon estrogen dan progesteron adalah
perubahan pola menstruasi dimana perdarahan akan terlihat beberapa
bulan dan akhirnya akan berhenti sama sekali, rasa panas (Hot flushes),
gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai ke seluruh tubuh, rasa

3
panas disertai warna kemerahan pada kulit dan berkeringat, rasa panas ini
akan mempengaruhi pola tidur wanita menopause yang akhirnya akan
membuat wanita menopause kekurangan tidur dan mengalami kelelahan.
Hot flush dialami oleh sekitar 75% wanita menopause dan akan dialami
selama 1 tahun dan 25-50% wanita akan mengalami hot flush selama 5
tahun. Hot flush juga dapat mempengaruhi wanita menopause mengalami
keluar keringat malam yang akan membuat wanita menopause merasa
tidak nyaman (Widyastuti, dkk, 2010).
3. Menopause terlambat
Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia ≥ 55
tahun. Faktor yang memungkinkan wanita akan mengalami keterlambatan
menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan, usia
menarche, paritas, pemakaian kontrasepsi. Kemungkinan dari seorang
wanita menopause lambat umur 55-65 tahun yaitu konstitusional,
fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen,
karsinoma endometrium (Fox-Spencer dan Brown, 2007). Dampak dari
menopause terlambat meningkatkan risiko kanker payudara wanita.
Seorang wanita yang mengalami menopause setelah usia 55 tahun
memiliki risiko 30% terkena kanker dibanding wanita menopause normal
(Surakasula dkk, 2014).
2.1.3 Etiologi Menopause
Menopause disebabkan oleh penuaan ovarium yang mengakibatkan
penurunan reproduksi estrogen, gonadotropin ovarium, dan progesteron
akibat dari pertambahan usia. Selain faktor usia, terjadinya menopause juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti keturunan, kesehatan umum,
pola hidup, status sosial-ekonomi, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh,
etnis, keseimbangan, siklus menstruasi, dan penggunaan kontrasepsis.
Merokok juga berhubungan dengan muculanya menopause lebih awal (Lubis,
2016).
2.1.4 Fase – Fase Menopause
Fase - Fase Menopause Menurut menurut (Manuaba, 2012) meliputi :
1. Pramenopause
Pramenopause adalah suatu masa menjelang menopause yang terjadi
pada umur rata-rata 40-50 tahun. Ketika perempuan mencapai umur 40-
an, anovulasi menjadi lebih menonjol, panjang siklus haid meningkat.
Durasi fase folikuler adalah penentu utama panjang siklus. Perubahan
siklus haid sebelum menopause ditandai oleh peningkatan kadar hormon
penstimulasi folikel (FSH) dan penurunan inhibin, tetapi dengan kadar
hormon luteinisasi (LH) yang normal dan kadar estradiol yang sedikit
meninggi (Anwar, 2011).
2. Menopause
Masa menopause yaitu masa berhentinya menstruasi, pada masa
menopause tidak ada volikel ovarium yan tersisa. Terjadi peningkatan
FSH 10 – 20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dan kadar
maksimal dicapai 1 – 3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadi
penurunan ovarium yang bertahap.
3. Pasca menopause
Pasca menopause dapat diidentifiksi bila perempuan telah mengalami
menopause 12 bulan. Segera setelah menopause tidak ada volikel
ovarium yang tersisa, tejadi peningkata hormon FSH dan LH pada saat
kehidupan merupakan bukti pasti terjadinya kegagalan ovarium. Namun
kadar estrogen tetap ada karena konversi ekstraglandular dari
androstenedion dan testosteron menjadi estrogen.
2.1.5 Tanda dan Gejala Menopause
Menurut Putri (2019), tanda dan Gejaia menopause dibedakan menjadi
dua yaitu, secara fisiologis dan secara psikologis.
1. Secara fisiologis
Gejala secara fisiologis akan dapat di amati berdasarkan
perubahan-perubahan yang terjadi pada organ organ reproduksi,
anggota tubuh lainnya, susunan ekstragenital, dan adanya gejala
klinis.
2. Secara Psikologis Menurut Smart (2010), selain tanda- tanda fisik,
menopause juga mempunyai berbagai macam gejala psikologis
sebagai berikut:
a. Ingatan menurun
Sebelum menopause seorang wanita akan mengingat dengan
mudah, tetapi setelah mengalami menopause kecepatan
mengingatnya menurun, sehingga sering lupa dalam hal- hal
sederhana.
b. Perubahan emosianal
Wanita menopause biasanya mengalami perubahan emosional,
gejala ini bervariasi pada setiap individu diantaranya keleiahan
mental, masafah daya ingat, lekas marah, dan perubahan mood
yang beriangsung cepat.
c. Depresi
Beberapa wanita yang mengalami menopause tidak sekedar
mengalami perubahan mood yang sangat drastis bahkan ada
yang mengalami depresi.
2.1.6 Ciri-ciri Menopause secara Fisik
Menjelang menopause atau ketika memasuki fase premenopause
wanita banyak mengalami tanda-gejala yang menimbulkan perubahan baik
perubahan fisik maupun psikologi yang akan dialami.
1. Ketidakteraturan siklus haid
Ketidakteraturan siklus haid merupakan tanda gejala utama dan umum
yaitu terjadi fluktuasi dalam siklus haid. Ketidakteraturan ini sering
disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti
volume pendarahan haid yang normal. 
2. Rasa panas (hot flushes) 
Rasa panas terjadi sekitar 75% pada wanita premenopause. Semburan
panas ini bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 1 jam dan
merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Sebagian besar wanita
merasakan sensasi tekanan pada kepala yang diikuti rasa panas atau
terbakar. Sensasi ini dimulai daerah kepala, leher, dan meluas ke
seluruh tubuh disertai dengan keringat banyak. Hot flushes nocturnal
menyebabkan gangguan tidur berat atau insomnia. Munculnya
keluhan ini dapat diperberat dengan adanya strees, alkohol, konsumsi
kopi, dan makanan – minuman yang panas.
3. Sakit Kepala 
Sakit kepala terjadi sekitar 70% pada wanita premenopause dapat
dipengaruhi oleh gangguan tidur dan gangguan fisik lain yang
mengganggu pikiran sehingga menurunkan kenyamanan.
4. Berat badan bertambah
Naiknya berat badan terjadi sekitar 60% pada wanita premenopause
Banyak wanita menjadi gemuk dalam menopause. Rasa letih yang
dialami pada masa menopause, diperburuk dengan 11 perilaku makan
yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya
pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan dan
kurang olahraga.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur terjadi sekitar 50 % pada wanita premenopause
dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi dan menjadi tanda gejala
pasti wanita premenopause. Insomnia (sulit tidur terjadi pada waktu
menopause, hal ini berkaitan dengan rasa tegang akibat berkeringat
malam hari.
6. Nyeri tulang dan otot
Keadaan ini terjadi sekitar 50% pada wanita premenopause. Hilangnya
masa tulang pada wanita dimulai pada usia 30 tahun dan keadaan ini
terjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan masa tulang paling
cepat terjadi dalam 3-4 tahun menopause dan terjadi lebih cepat pada
wanita menopause perokok serta memicu terjadinya osteoporosis.
Osteoporosis yang disebabkan oleh defisiensi esterogen berkepanjangan
meliputi penurunan kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi
kimianya.
7. Jantung berdebar-debar
Keadaan ini terjadi sekitar 40% pada wanita premenopause yang
disebabkan oleh perubahan hormon dan diperberat dengan adanya
stress, alkohol dan konsumsi kopi yang berlebihan.
8. Gangguan Libido
Keadaan ini terjadi sekitar 30% pada wanita premenopause,
menurunnya gairah seks ini adalah hal yang umum dan sering
disebabkan oleh kondisi sementara seperti kelelahan. Menurunnya
gairah seks pada wanita premenopause disebabkan oleh menurunnya
tingkat esterogen, faktor strees, dan depresi.
9. Kekeringan vagina 
Keadaan ini terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan
liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat
kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing
(Baziad, 2013).
2.1.7 Ciri-Ciri Menopause Awal Secara Psikologi
1. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
Kurangnya alirah darah ke otak menyebabkan susah berkonsentrasi, yaitu
keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, pikiran kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif,
merasa tidak berdaya.
2. Sikap mudah tersinggung
Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormone esterogen sehingga
wanita akan lebih mudah marah dan tertekan.
3. Kecemasan yang berlebihan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekawatiran
pada wanita menjelang menopause yang bersifat relatif, artinya ada orang
yang kembali cemas dan dapat kembali tenang, setelah mendapat
semangat atau dukungan dari orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga
wanita mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang
tidak berarti dalam kehidupannya
4. Suasana hati 
Keadaan ini yang menunjukkan ketidak tenangan pikiran seperti mudah
marah dan tidak dapat mengontrol emosi.
5. Perilaku gelisah
Keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologi yang tidak
terkendali.
6. Stres
Ketegangan perasaanyang dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga sehingga dapat menyebabkan
gangguan tidur.
7. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering mengalamikesedihan, karena
beranggapan kehilangan kemampuan untuk bereproduksi,merasa tua,
kehilangan daya tarik, merasa tertekan karena kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita, rasa kesepian, dan harus menghadapi masa
tuanya yang menyebabkan ketakutan yang berlebihan (Baziad, 2013).
2.1.8 Perubahan Fisik Menopause
Perubahan Internal, Menurut Suparmi dan Astutik (2016) terjadi pada :
1. Sistem Pencernaan 
Menurunnya esterogen dapat menimbulkan perubahan kerja halus.
Kemampuan meabsorbsi sari makanan berkurang, kerja usus halus dan
besar yang lambat menimbulkan gangguan BAB berupa konstipasi
(Suparmi & Astutik, 2016). Selain itu perubahan pencernaan yang
dialami wanita menopause antara lain:
a. Kehilangan gigi: penyebab utamanya adalah periodontal disease
yang biasanya terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lainnya
adalah kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun: adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap, hilangnya sensitivitas dari saraf
pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam dan pahit.
c. Esophagus melebar.
d. Lambung: rasa lapan menurun (sensitivitas lapar menurun) asam
lambung menurun dan waktu pengosongan menurun.
e. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absobrsi melemah atau daya absorbs menurun dan
terganggu.
g. Liver (hati): makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan serta berkurangnya aliran darah
2. Peredaran Darah
Penyakit jantung dan pembuluh darah penurunan kadar esterogen
menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol. Masalah di peredaran
darah pada jantung dan otak. Kedua organ tersebut akan mengalami
adaptasi secara fisiologis melalui reaksi respon tubuh yang dapat
diketahui melalui pengukuran tekanan darah dan nadi. Perubahan fisik
yang terjadi pada sistem peredaran darah pada jantung dan otak dapat
mengakibatkan risiko penyakit degeneratif yang sering terjadi usia
lanjut yang mencakup perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik
sehingga berpengaruh pada tekanan darah, baik tekanan darah sistolik
maupun tekanan darah diastolic (Tahapary et al., 2019).
3. Pernafasan.
Pada sistem pernafasan tidak adekuatnya respons motorik dan sistem
sensorik sehingga ketidakmampuan untuk mencium aroma tertentu,
hilangnya lapang pandang, ketidakmampuan merasakan. Mengenai
keluhan sesak napas (napas yang terasa tidak lega), keluhan ini juga
dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti pneumonia,
tuberkulosis, efusi pleura, gangguan kecemasan, gangguan fungsi
jantung, gangguan fungsi ginjal, dan lainnya.
4. Endokrin.
Sistem endokrin adalah sistem yang mengatur semua zat penting di
dalam tubuh yang dikenal sebagai hormone. Dua hormone peting yang
dihasilkan adalah esterogen dan progesterone. Pada wanita menopause
terjadi penurunan kadar esterogen yang relatife cepat. Kelenjar pituitari
yakni kelenjar endokrin yang mengatur seluruh kelenjar-kelenjar
endokrin tubuh lainnya kemudian mengeluarkan LH. LH merangsang
ovarium untuk memproduksi lebih banyak lagi esterogen. LH inilah
yang menimbulkan gangguan-gangguan khas pada wanita menopause
seperti wajah atau badan panas, keringat berlebih, gangguan
emosional. (Suparmi & Astutik, 2016).
5. Jaringan Tubuh
Tulang adalah organ yang sangat aktif suatu proses yang terus
menerus melibatkan proporsi kosntan. Ketuaan dan kehilangan
esterogen keduanya menyebabkan aktivitas osteoklas yang sangat
banyak. Suatu penurunan konsumsi kalsium atau absorpsi
menurunkan kadar kalsium. Merangsang hormone paratiroid (PTH)
untuk memobilisasi kalsium dari tulang melalui stimulasi langsung
dari aktivitas. Perubahan yang jelas pada sistem ini adalah
berkurangnya masa otot. Penurunan ini disebabkan karena atropi dan
kehilangan serabut otot akibat dari laju metabolikbasal dan laju
oksigen kurang maksimal sehingga otot menjadi mudah lelah
kecepatan laju konteksi melambat dan jaringan lemak berkurang.
Selain pada perubahan internal Menopause juga mempengaruhi pada
perubahan Eksternal. Perubahan tersebut sebgai berikut :
1. Tinggi Badan
Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti ketika lempeng
pertumbuhan (lempeng efifisis) di ujung tulang menutup.
Berkurangnya hormon esterogen mengakibatkan perempuan
memiliki resiko lebih tinggi terkena osteoporosis terutama pada
masa menopause karena hormon esterogen menurun
mengakibatkan kecepatan penurunan masa tulang (Manuaba,
2012). Sehingga pada wanita menopause mengalami penurunan
fungsi tubuh sehingga tidak ada kemampuan tubuh untuk merespon
peningkatan tinggi badan, namun berakibat sebaliknya terjadinya
penetapan maupun penyusutan pada wanita menopause.
2. Penambahan Berat Badan 
Penambahan berat badan adalah banyak wanita yang menjadi
gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami
padamasa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang
sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada
masa menopause, hal ini disebabkan oleh factor makanan ditambah
lagi karena kurang berolahraga (Fintari, 2016).
2.2 Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari
140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012). Menurut Price
(dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupunyang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
2. Etiologi
Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2
golongan (Ardiansyah M., 2012) :
A. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
1) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang
telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi
3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi garam
yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang
tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi. d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi
berat badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan konsumsi
alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi karena
reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
B. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
3) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara
oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate
volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali
normal setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal
dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk
sementara waktu.
8) Kehamilan
9) Luka bakar
10) Peningkatan tekanan vaskuler

3. Klasifikasi Hipertensi
a Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),
klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis
b Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016)
klasifikasi hipertensi adalah :
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.
4. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
a Faktor yang tidak dapat diubah adalah :
1) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih
berisiko untuk terkena hipertensi.

2) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
3) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
4) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
b Faktor yang dapat diubah antara lain yaitu :
1) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas
fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan
secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara
global (Iswahyuni, S., 2017).
2) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida,
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih
kental dan jantung dipaksa memompadarah lebih kuat lagi agar darah
sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar,
D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah.
3) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi
mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat
yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon
adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam
(Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
4) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan
tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,
Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.
Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
5) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I,
2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan
kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak
hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi
bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.
5. Komplikasi Hipertensi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
a Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area
tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
b Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik
tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan
okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.
c Gagal ginjal
Ginjal Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada
kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah
mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan
protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma
berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
d Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi
yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
2.2 Konsep Teori Asuhan Kebidanan Menopause
1. Data Subjektif
1) Identitas
a. Umur
Menurut Farisin (2019), secara normal wanita akan mengalami
menopause antara usia 50 tahun sampai 70 tahun. Menopause
premature terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Menopause yang alami
dan umumnya terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawal 50 tahun.
Menopause terlambat terjadi pada usia 52 tahun (Mulyani, 2013).
b. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka akan mudah
menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan
masalah masalah baru. Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah bagi
orang itu menerima informasi (Tarigan et al., 2019).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien untuk berdoa.
d. Suku/bangsa
Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut pasien yang
berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
e. Pekerjaan
Pekerjaan menentukan pendapatan seseorang yang berpengaruh
pada tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu seperti media informasi untuk menambah pengetahuan.
Penghasilan yang rendah berkaitan dengan kualitas hidup
perempuan menopause. Keadaan sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan pada
seseorang, apabila faktor-faktor tersebut cukup baik maka akan
dapat mengurangi beban fisiologis dan psikologis (Tarigan et al.,
2019).
f. Penghasilan
Tingkat sosial ekonomi sangat berkaitan dengan
penghasilan/pendapatan yang akan diterima, sehingga dengan
pendapatan yang tetap dan cukup akan menunjang kehidupan baik
untuk masalah kesehatan maupun kebutuhan lainnya (Suparmi &
Yuli, 2016).
g. Status Perkawinan
Status perkawinan adalah status seorang wanita dalam perkawinan
yaitu belum menikah atau sudah menikah. Keadaan seorang wanita
yang tidak menikah diduga mempengaruhi perkembangan psikis
wanita tersebut. Mereka akan mengalami masa menopause lebih muda
atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang telah menikah.
Selain fisik, perubahan psikis juga sempat mempengaruhi kualitas
hidup seorang wanita menjalani masa menopause, termasuk
pengetahuan tentang menopause (Ginting & Brahmana, 2019). Faktor
lingkungan juga mendukung terjadinya stressor psikososial salah satu
diantaranya adalah kematian atau perceraian (Kementrian Kesehatan
RI, 2010).
2) Keluhan utama
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 229/Menkes/SK/11/2020
menimbulkan gejala seperti berikut :
a. Keluhan vasomotor : gejolak panas (hot flushes) terasa panas
diwajah, berkeringat, dan merasa terbakar, sering disertai dengan
palpitasi dan kecemasan atau kadang-kadang disertasi rasa dingin.
Hot flushes yang berat menimbulkan gangguan tidur. Gangguan tidur
ini sering disertai dengan menurunnya semangat, perasaan riang,
kehilangan tenaga, gangguan nafsu makan, meningkatnya keluhan
somatik dan masalah psikis karena deperesi (Kementrian Kesehatan
RI, 2010).
b. Psikologis : perasaaan takut, gelisah, mudah tersinggung, lekas
marah, tidak konsentrasi, depresi, gangguan libido (Kementrian
Kesehatan RI, 2010).
c. Urogenital : nyeri sanggama, vagina kering, keputihan/infeksi,
perdarahan paska sanggama, gatal pada vagina, iritasi, nyeri
berkemih, ngompol (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
d. Kulit : kering/menipis, gatal-gatal, keriput, kuku raouh, berwarna
kuning.
e. Tulang : nyeri tulang/otot
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Mengetahui kemungkinan adanya hot flushes, gangguan
psikologi, kelainan kulit, rambut, gigi dan keluhan sendi tulang,
gangguan mata, gangguan saliran kemih dan alat kelamin
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
b) Riwayat penyakit terdahulu
Diabetes merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat
menyebabkan menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi
yang terbentuk akan menyerang FSH (Mulyani, 2013).
c) Riwayat Penyakit keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit hipertensi, jantung, asma, kencing manis manis (DM),
ginjal, gonorea, syphilis, TBC, hepatitis, maupun HIV/AIDS.
4) Riwayatmenstruasi sekarang:
Menopause alami dikenali setelah 12 bulan berturut-turut seorang
wanita tidak haid. Transisi Menopause (perimenopause) adalah masa
sebelum periode menstruasi terakhir yang ditandai dengan perubahan
siklus haid, pada usia 40 tahun-an siklus haid menjadi memanjang
(Tjokroprawiro et al., 2020).
Pola menstruasi menjadi jarang, jumlahnya sedikit, spoting, dan
kemudian berhenti. Pada beberapa perempuan pola menstruasi
menjadi lebih sering dan lebih banyak. Perdarahan yang terjadi
setelah lebih dari satu tahun amenorhe kemungkingan adanya
penyakit organik yang perlu dicari penyebabnya (Kementrian
Kesehatan RI, 2010).
5) Riwayat menstruasi dahulu
Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun
akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang
menstruasi lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai
pada usia mencapai 50 tahun (Mulyani, 2013).
6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Menurut penelitian Beth Israel Deaconess Medcal Center in Boston,
ketika seorang wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun
akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini
disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat
sistem kerja organ reproduksi bahkan memperlambat sistem penuaan
tubuh (Mulyani, 2013).
7) Riwayat kontrasepsi
Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan
lebih lama atau tua memasuki masa menopause (Mulyani, 2013).
Kontrasepsi hormonal adalah semua obat atau alat untuk
mencegah terjadinya kehamilan, umumnya mengandung
komponen estrogen dan progesterone atau hanya progesterone
saja. Setelah usia 35 tahun, terjadi penurunan dari berat dan
ukuran ovarium serta jumlah folikel primordial berkurang,
sehingga ovulasi tiap bulannya tidak teratur. Ini merupakan salah
satu penyebab menurunya fertilitas. Meskipun fertilitas menurun
pada masa ini tetapi kemungkinan untuk terjadi kehamilan masih
tinggi bila tanpa menggunakan kontrasepsi. Manfaat yang bisa
diambil dari hormone estrogen dan progesterone yang terdapat
pada kontrasepsi hormonal yaitu sebagai pengganti hormon yang
mulai menurun jumlahnya sehingga berdampak pada keluhan
yang dihadapi akibat menurunnya hormone estrogen dan
progesteron. Penggunaan pil kombinasi dapat menurunkan risiko
keluhan vasomotor, osteoporosis, keluhan insomnia, keluhn
traktus urogenital dan meningkatkan kepuasan seksual (Suparmi
& Yuli, 2016).
8) Pola Hubungan Seksual
Terjadi penurunan aktifitas seksual pada menopause, tetapi sebagian
pasangan masa tua menambah keinginan untuk melakukan aktifitas
seksual. Jadi kesenangna dalam aktifitas ini sangat beragam alasan;
perasaan feminim, tidak adanya ketegangan, meningkatnya kualitas
tidur, tidak ada emosi, dapat eminmbulkan keintiman, namun
beberapa perempuan merasakan ketidaknyamanan, tidak enak,
disparineunia dan kekeringan (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
9) Pola Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Perempuan yang mengalami menopause mebutuhkan zat
esensial dari beberapa jenis vitamin dan mineral. Ada 4 alasan
vitamin dan mineral dibuthkan yaitu : memperlambat proses
penuaan, sering mengalami masalah pencernaan, berkurangnya
cadangan dan simpanan vitamin dan mineral dalam tubuh
dengan semakin meningkatnya usia, dapat menolong
perempuan menopause dalam menghadapi sindrom
menopause. Pentingnya asupan estrogen pada perempuan
menopause membuat kita harus tahu makanan yang
merupakan sumber estrogen. Manfaat utama asupan estrogen
alamiah mengurangi resiko kanker payudara, mencegah
osteoporosis, dan meringankan sindrom menopause. Sumber
estrogen alam yang berasal dari makanan yang mengandung
fitoestrogen dan boron (mengandung kedelai) harus
diusahakan tersaji dalam menu hidangan setiap hari.
Begitupula buah dan sayuran harus ada dalam menu sehari-
hari. Konsumsi lemak dibatasi, dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan protein nabati dan hewani denga perandingan 3:1.
Penurunan fungsi gigi-geligi yang berdampak pada gangguan
mengunyah (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
b) Aktivitas kendali spinkter dandestrussor menghilang sehingga
menyebabkan sering kencing tanpa disadari. Kadar hormon
estrogen yang rendah menyebabkan penipisan jaringan kandung
kemih dan saluran kemih yang berakibat penurunan kontrol dari
kandung kemih atau mudah terjadinya kebocoran air seni akibat
lemahnya otot di sekitar kandun kemih (Mulyani, 2013). Menurut
Smart dalam Putri 2019 kekurangan hormon estrogen ini
menyebabkan gangguan sembelit. Penurunan motilitas usus
menyebabkan susah BAB yang dapat menyebabkan wasir
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
c) Kebersihan
Untuk menghindari terjadinya infeksi pada vagina, saluran
kencing dan kulit maka kebersihan harus dijaga. Terutama
keberihan kulit, vulva dan vagina. Hindarkan penggunaan
sabun yang mengeringkan kulit (Kementrian Kesehatan RI,
2010).
d) Gejala menopause dapat menyebabkan stres pada tubuh, sehingga
dapat menyebabkan insomnia maupun gangguan tidur (Mulyani,
2013).
e) Kebutuhan Aktifitas Fisik dan Olahraga
Latihan dan olahraga pada masa ini dapat memperlambat
terjadinya penurunan massa tulang dan kekuatan otot. Apabila
olahraga dilakukan teratur dapat mencegah berbagai penyakit
dan meningkatkan kebugaran (Kementrian Kesehatan RI,
2010).
10) Riwayat Psikologis
Pemikiran bahwa menopause berarti akhir dari masa reproduksi,
yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik menimbulkan
rasa takut dan cemas bagi perempuan. Perubahan emosi juga
disebabkan karena faktor sosial, sehingga merasa tidak
dibutuhkan, tidak menarik dan kurang percaya diri (Kementrian
Kesehatan RI, 2010).
11) Riwayat Sosial Budaya
Gejala masa menopause bukanlah fenomena biologis semata,
tetapi merupakan interaksi dari fenomena sosiologis, lingkungan
dan kultural. Hal tersebut terbukti dengan tingginya keluhan
psikologis masa menopause pada wanita eropa dan amerika
yang memiliki kebudayaan menonjolkan nilai kecantikan dan
daya tarik seksual, sedangkan pada wanita Arab dan Pakistan
yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat dan tidak
menonjolkan seksualitas keluhan psikologis masa menopause
jarang didapatkan. Di Indonesia wanita dinilai menurut
penampilan lahiriah lebih dari apapun, missal kecantikan fisik,
bentuk tubuh, mode berpakaian dan kemudaan. Selain itu
wanita seringkali dikaitkan dengan kesuburan dan dengan
berpedoman pada mitos “kesuburan baik = seks baik”,
lenyapnya kemampuan reproduksi akan diartikan sebagai
hilangnya kemampuan seksual sehingga memandang dirinya
wanita yang tidak diinginkan. Ini semua menyulitkan bagi
wanita untuk menilai diri sendiri setelah mereka mencapai usia
menopause (Suparmi & Yuli, 2016).
12) Pola ketergantungan
Menurut beberapa studi yang pernah dilakukan, wanita perokok
akan mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda
yaitu 43 hingga 50 tahun. Merokok akan mempengaruhi cara
tubuh dalam memproduksi atau membuang hormon estrogen.
Penelitian meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok
berpotensi membunuh sel telur (Mulyani, 2013). Kebiasaan
merokok pada wnaita meningkatkan risiko terjadinya penyakit
jantung coroner, stroke, osteoporosis, karsinoma paru, dan
gangguan kesehatan reproduksi. Gangguan tersebut antara lain
gangguan haid, sulit untuk hail hingga mempercepat terjadinya
menopause. Nikotin dalam rokok dapat mempengaruhi
metabolism estrogen (Suparmi & Yuli, 2016).
Alkohol mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada
tulang melalui regulasi mineral, seperti metabolit vitamin D,
dan hormon paratioid. Konsumsi alkohol pada wanita masa
menopause lebih dari 200ml/hari selama lebih dari 12 bulan
meningkatkan kehilangan massa tulang dan risiko terjadinya
fraktur (Suparmi & Yuli, 2016).
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaanumum pada menopause baik.
2) TTV:
Frekuensi normal nadi : 60-100x/menit
Frekuensi nafas normal : 12-20x/menit
Suhu : 360C – 37,50C
Tekanan Darah normal : sistole < 130 dan diastole < 85
Tekanan Darah normal tinggi : sistole 130-139 diastole 85-89
(Sulistyowati, 2016).
3) Antropometri
Untuk menilai status gizi seseorang perlu dilakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan, kemudiang dihitung IMT dengan cara sebagai
berikut :

Status Gizi Normal bila IMT 17-23


Status gizi kegemukan bila IMT 23-27
Status gizi obesitas bila IMT lebih dari 27
4) PemeriksaanFisik
a) Kepala : Kulit kepala dan rambut menipis, rambut berubah abu-
abu dan memutih (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
b) Mata : menopause mudah terjadi infeksi pada mata (Kementrian
Kesehatan RI, 2010)
c) Muka : kulit muka kering/menipis, keriput, tumbuh rambut
disekitar bibir, hidung dan telinga (Kementrian Kesehatan RI,
2010).
d) Mulut :Kehilangan gigi, penyebab utamanya adalah periodontal
disease yang biasanya terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab
lainnya adalah kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk
(Suparmi & Astutik, 2016).
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan thyroid, tidak
ada bendungan vena jugularis
f) Dada: Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang,
sehingga payudara menjadi mengendor dan mendatar (Mulyani,
2013).
g) Abdomen : Pada auskultasi motilitas usus menurun (Kementrian
Kesehatan RI, 2010).
h) Genetalia: Rambut pubis mulai berkurang, labia mayora dan
klitoris mengecil, introitus vagina menjadi sempit dan kering,
rugae menghilang, epitel vagina atrofi dan mudah cedera
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
i) Ekstremitas: Kuku pada ekstermitas tumbuh lambat, menjadi
keras dan rapuh. Tulang kaki Nampak menonjol serta jari-jari
menjadi bengkok (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
5) DataPenunjang : pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.
3. Diagnosa
Menurut Kemenkes RI (2011) perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat. Kriteria perumusan
diagnosa dan atau masalah adalah:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
c. Diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan mandiri, kolaborasi, dan
rujukan.
Diagnosa kebidanan yang disimpulkan oleh bidan (Jannah, 2012).
Diagnosa pada kasus ini yaitu Ny.x PxAx umur x tahun dengan
perimenopause/menopause. Prognosa baik.
Masalah :
a. Ketidak seimbangan asupan gizi
b. Perubahan pola menstruasi
c. Ketidaknyamanan karena hot flushes
d. Gangguan stabilitas emosi
e. Gangguan pola tidur
f. Perubahan kulit : kekeringan, gatal, bersisik, elastisitas
berkurang
g. Perubahan seksualitas
h. Perubahan keadaan payudara
i. Gangguan kardiovaskuler
j. Perubahan kesehatan tulang
k. Perubahan kesehatan pada mata
l. Gangguan indera pendengaran
m. Gangguan indera penciuman
n. Gangguan indera pengecap
4. Perencanaan
1) Beritahu Ibu tentang hasil pemeriksaan.
2) Jelaskan tentang masa perimenopause/menopause.
3) Jelskan tentang tanda gejala perimenopause/menopause.
4) Jelaskan kebutuhan pada masa perimenopause/menopause.
5) Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi pada masa
perimenopause/menopause.
6) Anjurkan ibu untuk rajin menjaga kebersihan diri.
7) Beri KIE mengenai kegiatan sehari-hari agar tercapai
produktivitas pada masa perimenopause/menopause.
5. Penalaksanan
Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas adalah mencakup
rencana pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Pemberian asuhan dapat dilakukan oleh bidan, klien/ keluarga, atau tim
kesehatan lainnya namun tanggung jawab utama tetap pada bidan untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Asuhan yang dilakukan secara efisien
yaitu hemat waktu, hemat biaya, dan mutu meningkat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
(2011: 6), bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
6. Evaluasi
Pada langkah ini,Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi
keefektifan asuhan kebidana yang diberikan.Hasil evaluasi dapat
menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa dan rencana
selanjutnya.Yang di evaluasi adalah apakah diagnosa sesuai, rencana
asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah berkurang, timbul
masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi (Jannah Nurul, 2012: 185-
211).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
(2011: 7), bidan melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. Evaluasi ditulis
dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : Data Subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : Data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A : Analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up, dan
rujukan.
2.3
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Tinjauan Kasus


Tanggal/Jam : 12 Desember 2021 Pukul: 09.00 WIB
Tempat :Rumah Kader Desa Carikan
1. Data Subjektif
1) Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. S Tn. K
Umur : 50 tahun 53 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa, Indonesia Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMK SMK
Pekerjaan : IRT Swasta
Status Perkawinan : Menikah Menikah
Jumlah Pernikahan : 1x 1x
Lama Menikah : 31 Tahun 31 Tahun
Alamat : Wonorejo
2) Keluhan utama
Ibu merasa nyeri di bagian lutut dan telapak kaki.
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit dan tidak sedang mengalami
penyakit menular, menahun, dan menurun.
b) Riwayat Penyakit keluarga
Keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun,
dan menurun.
4) Riwayat kebidanan
a. Haid
Ibu Menarche usia 14 tahun, siklus teratur 28-30 hari, lama

24
menstruasi 5-7 hari, konsistensi encer, warna merah segar. Siklus
haid tidak teratur saat berusia 49 tahun, Saat ini ibu sudah tidak haid,
menstruasi terakhir 1 tahun yang lalu yaitu tahun 2020.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Ibu melahirkan 2 kali, spontan ditolong bidan, tidak ada kelainan,
selama hamil, bersalin, nifas normal, anak pertama laki-laki usia 31
tahun, anak kedua perempuan usia 24 tahun.
c. Riwayat kontrasepsi
Setelah persalinanya pertama, ibu tidak menggunakan KB. Setelah
persalinan kedua ibu menggunakan KB Suntik 3 bulan selama 8
tahun. Ibu terakhir menggunakan KB suntik 3 bulan tahun 2019.
Tidak ada keluhan.
5) Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu mengkonsumsi makanan porsi sedang, komposisi nasi, sayur,
lauk pauk tempe, tahu, telur, daging. Minum air mineral 12
gelas/hari, tidak ada keluhan mengunyah makanan.
b. Istirahat dan tidur
Ibu tidur malam 6-7 jam nyenyak, tidak ada keluhan.
c. Eliminasi
BAB 1 kali sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan. BAK
hari 5-6 kali/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan.
d. Personal hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari, ganti pakaian, keramas 2 kali seminggu,
genetalia dibersihkan/cebok dengan air dan sabun sehabis BAB dan
BAK.
e. Aktivitas dan olah raga
Ibu beraktifitas rumah tangga seperti biasa. Ibu jalan-jalan di pagi
hari selama 30 menit.
f. Seksual
Ibu melakukan hubungan seksual 1 minggu sekali, tidak ada
keluhan.
6) Riwayat psikologis
Ibu merasa mudah marah dan cemas terhadap kondisinya.
2. Data Obyektif
1) PemeriksaanUmum
Kesadaran :Composmentis
Keadaanumum :Baik
2) TTV:
TD: 150/80 mmHg R: 24x/menit
S: 36,6 0C N : 84x/menit
3) Antropometri
BB: 70kg TB: 162 cm
LP: 90 cm IMT: 26,7 ( kategori gemuk).
4) PemeriksaanFisik
a. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, mata
rabun jauh.
b. Muka : tidak pucat, tidak oedema
c. Mulut : Bibir tidak pucat, tidak stomatitis, gigi utuh belum lepas,
tidak memakai gigi pasangan.
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan thyroid, tidak
ada bendungan vena jugularis
e. Dada : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat lipatan lemak.
g. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
h. Ekstremitas : Tangan dan kaki tidak ada oedem, tidak ada
gangguan cara jalan.
5) Data Penunjang : pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.
3. Assasment
P2002, usia 50 tahun menopause dengan hipertensi. Prognosa baik.
4. Penatalaksanaan
Tanggal 12 Desember 2021
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa saat ini dalam
keadaan sehat.
Evaluasi: Ibu merasa bersyukur.
2) Menjelaskan mengenai pengertian menopause.
Evaluasi: Ibu mengerti tentang menopause.
3) Menjelaskan penyebab nyeri yang dirasakan ibu.
Evaluasi: Ibu paham dan dapat menjelaskan kembali.
4) Menganjurkan ibu olah raga secara rutin dan tidak bekerja terlalu berat.
Evaluasi: Ibu bersedia melakukannya.
5) Memberikan KIE tentang gizi seimbang.
Evaluasi: Ibu bersedia makan makanan yang bergizi seimbang.
6) Memberikan KIE pola hidup sehat.
Evaluasi: Ibu paham dan dapat menjelaskan kembali.
7) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika ada keluhan. Ibu bersedia
kunjungan ulang.
8) Mendokumentasikan tindakan.
Petugas
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan konsep asuhan kebidanan dengan
tinjauan kasus yang meliputi data subjektif, data objektif, analisa dan
penatalaksanaan pada Ny. S usia 50 tahun pada asuhan kebidanan Menopause.
Berdasarkan hasil pengkajian pada kunjungan pertama tanggal 12 desember
2021 pukul 10.00 WIB di Puskesmas Dr. Soetomo, Ny. S mulai berhenti haid usia
50 tahun. Menurut Widyastuti, dkk (2010) termasuk dalam menopause normal.
Ny. S mempunyai keluhan pegal-pegal di lutut dan telapak kaki. Sedangkan hasil
pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak ada kelainan, dengan TB 162 cm dan
BB 70 Kg diperoleh IMT yaitu 26,7 kg/m2 (kategori lebih), serta tidak terdapat
masalah psikologis.
Sehingga diperoleh diagnosa Ny. S usia 50 tahun menopause normal.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan,
menjelaskan mengenai menopause, penyebab masalah pada masa menopause, dan
cara mengatasi masalah meliputi: aktivitas, serta pemenuhan gizi yang baik pada
masa menopause. Berdasarkan pernyataan diatas tidak terdapat kesenjangan
antara fakta dan teori.

28
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap
wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap
sebagai suatu bagian dari perubahan yang berkaiatan dengan umur. Dari uraian
diatas dapat penulis simpulkan bahwa perlu melakukan asuhan kebidanan pada
wanita menopause, sehingga dapat memberikan asuhan secara komprehensif,
sehingga dapat mengurangi masalah pada masa menopause, baik fisik maupun
psikologis.
5.2 Saran
Pelayanan kebidanan pada menopause terlaksana dengan baik. Selanjutnya
perlu dilakukan pemantauan berkala terhadap kondisi kesehatan menopause agar
dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aprilyana Endah N, Elvika Fitria. “Pengetahuan Ibu Tentang Aktivitas Hubungan


Seksual Pada Masa Menopause”

Baziad, A. (2013). Endokrinologi Ginekologi. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI.

Farisin, Syaiful (2018). Pengaruh Latihan Senam Bugar Lansia Terhadap


Menopause Rating Scale (MRS) Pada Wanita Madya Lansia Panti Werdha
Surya Surabaya. Surabaya: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Surabaya.

Fintari, M. (2016). Hubungan Antara Perubahan Fisik dan Perubahan Psikologis


dengan Kualitas Hidup pada Wanita Menopause di Desa Panawaren
Kecamatan Sigaluh Kabupaten Bajarnegara Tahun 2016. 10–27.
http://repository.ump.ac.id/1290/1/Meta FIntari Cover.pdf

Fox-Spencer, R, dan Brown, P, (2007). Osteoporosis.Erlangga. Jakarta. Gilly


Andrews, 2010; Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita ( Women’s Sexual
Health) Buku Kedokteran. EGC, Jakarta

Gold, E. B, (2013), The Timing of the Age at Which Natural Menopause Occurs.
Obstetrics and Gynecology Clinics of North America.

Putri, Risye triana. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Menopause di Klinik
Pratama Mutiara Bunda Kota Tasikmalaya Tahun 2016. Tasikmalaya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis

Lubis, Izabella. (2016). Tingkat Keparahan Penyakit Periodontal Pada


Perempuan Menopause Di PNP Kota Palopo

Manuaba IBG. (2008). llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Nining Istighosah “Kajian Asuhan Pada Menopause: Sebuah Strategi Untuk


Meningkatkan Kualitas Hidup Menopause”.

Nugroho, Taufan. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Gynekologi. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Purwoastuti, E. (2008). Menopause, Siapa Takut?.Yogyakarta : Kanisius.

Smart, A. (2010). Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta : A Plus Books.

30
Suparmi, I. E., & Astutik, Y. R. (2016). Menopause Masalah Dan
Penanangannya. CV Budi Utama.

Tahapary, P. A., Tallutondok, E. B., Ompusunggu, F., Ingrit, B. L., & Nugroho,
D. Y. (2019). Screening Kesehatan Sistem Reproduksi Perempuan
Menopause Di Satu Gereja, Di Tangerang. Prosiding Konferensi Nasional
Pengabdian Kepada Masyarakat Dan Corporate Social Responsibility
(PKM-CSR), 2, 475–482. https://doi.org/10.37695/pkmcsr.v2i0.326.

Trichopaulos, D., MacMahon, B., Cole, P., (1971). Menopause and Breast Cancer
Risk, Department of Epidemiology, Harvard School of Public Health, Boston,
Massachusetts 02115.

Anda mungkin juga menyukai