N 34 TAHUN
DENGAN RETENSIO PLASENTA
DI BPM BIDAN EKA
KOTA BOGOR
DISUSUN OLEH:
BELLA AMALIA PUTRI
NIM: P17324214088
DISUSUN OLEH:
BELLA AMALIA PUTRI
NIM: P17324214088
Disusun oleh :
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Bella Amalia Putri
NIM : P17324214088
iii
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Bella Amalia Putri
Tempat/tanggal lahir : Bogor, 19 Juni 1996
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Nama ayah : Jeni Sugianto
Namaibu : Alin Yulia
Alamatrumah : Jalan Malabar, Tegal Mangga RT/RW
006/003 Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan
Bogor Tengah, Kota Bogor
No. Telepon : 081284008640
B. RiwayatPendidikan
1. TK Negeri Mexindo Kota Bogor (2000-2002)
2. SD Negeri Pengadilan 3 Kota Bogor (2002-2008)
3. SMP Negeri 2 Kota Bogor (2008-2011)
4. SMA Negeri 9 Kota Bogor (2011-2014)
5. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Program Studi Kebidanan Bogor
(2014-2017)
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2017
Asuhan Kebidanan pada Ny. N 34 th dengan Retensio Plasenta di BPM Bidan Eka
Kota Bogor
ABSTRAK
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.10 Di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Bidan Eka
pada bulan Januari sampai bulan Desember 2016 terdapat 38 (10,6%) kasus Retensio
Plasenta dari 360 kelahiran hidup.
Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mempelajari dan
memahami serta mengaplikasikan asuhan kebidanan pada kasus Retensio
Plasenta. Metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
adalah studi kasus dengan pendokumentasian secara sistematis mulai dari data
Subjektif, Objektif, Analisa dan Penatalaksanaan (SOAP).
Pengkajian data subjektif, Ny. N 34 tahun melahirkan anak ketiganya dengan
baik, plasenta belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir, ibu tidak merasa
mulas. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 85x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 36,1°C. Tinggi Fundus Uterus
sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong. Terdapat pengeluaran darah
± 50 cc. Analisa yang didapat yaitu Ny. N usia 34 tahun P3A0 inpartu Kala III
dengan retensio plasenta.
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan melakukan manual plasenta
dengan prosedur Standar Operasional Prosedur (SOP) di tingkat pelayanan primer
dengan mengutamakan keamanan, kenyamanan dan keselamatan ibu. Serta
pemberian oksitosin, antibiotic terapi oral, antianemia. Evaluasi yang dicapai
yaitu plasenta telah berhasil dilahirkan seluruhnya tanpa adanya sisa, perdarahan
berhenti, kontraksi uterus baik, ibu tidak mengalami komplikasi dan ibu dapat
melalui masa nifas dengan sehat. Rencana USG pada hari Jumat, 10 Maret 2017
saat 4 hari post partum untuk memastikan apakah ada sisa plasenta di uterus, hasil
tidak terdapat sisa plasenta.
Kepustakaan : 28 (2004-2016)
Kata Kunci : Ibu bersalin, Manual Plasenta, Retensio Plasenta
v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
FINAL REPORT PROJECT, JUNE 2017
Midwifery Care of Mrs. N age 34 with Placental Retention in BPM Bidan Eka Kota
Bogor
ABSTRACT
Placental retention is the delayed of the placenta until or beyond 30 minutes after the
baby is born. In the Bidan Praktik Mandiri (BPM) Bidan Eka, from January to December
2016 there are 38 cases of the placental retention in the 360 live births.
The purpose of this final report is to study, understand and apply midwifery
care to placental retention. The method used is the preparation of this final project
is a case study with documentation systematically rangingf from subjective dan
objective data, analysis, and management (SOAP).
Subjective data assasment shown that Mrs. N, 34 years old gave birth to her
third child wll/smooth. The placenta hasn‟t appear 30 minutes after birth and
mother did not feel nausea. On physical examination, general condition was
shown a good sign, Blood Pressure 120/80mmHg, Pulse 85x/m, Respiration
24x/m, and temperature 36,1°C. Fundus Uteri has a centered height, uterus has
rubber-like texture, bladder was empty. There was a blood loss of approximately
500cc. The analysis obtained is that Mrs. N age 34 has P3A0 inpartu stage III with
placental retention.
Management is done according the placental manual with Standard
Operational Procedur (SOP) in primary service level by prioritizing mother‟s
security, comfort, and safety. Mothers were also given oxytocin, oral antibiotic
therapy, anti-anemia. The conclusion is that the placenta has been successfully
delivered entirely without any residual. Bleeding stopped, good uterine
contractions and the mother does not experience complications and was able to go
through the puerperium in healthy condition. The USG planned on Friday, March
10, 2017 at 4 days post partum to make sure whether there is any residual placenta
in the uterus, and the result is that there is no placenta.
Literature : 28 (2004-2016)
Keyword: Mother Maternity, Plasenta Manual, Placental Retention
vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME
1. Karya tulis saya atau penelitian ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas maupun di perguruan
tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan laporan tugas akhir saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan
masukan Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam penyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Kedua orang tua, adik dan semua anggota keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan, semangat, doa dan perhatian yang sangat besar
kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Keenam sahabat tercinta Dwi Jayanti Ramadhani, Gasha Aprilia, Mila
Meilina, Nadya Ayuning Farantina, Audika Triarti BP, Nur Mahaerani
Yuniar yang telah memberikan semangat, dukungan, dan masukan.
9. Sahabat seperjuangan angkatan XIV di Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi
Kebidanan Bogor yang memberikan dukungan, informasi, dan pendapat
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Seluruh pihak yang terlibat dalam memberikan dukungan, kritikan, dan saran
kepada penulis dalam Laporan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk
kedepannya.
Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
kepada pembaca umumnya. Aamiin.
Penulis
Bella Amalia Putri
ix
DAFTAR ISI
x
E. Kala IV ................................................................................................... 73
F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ............................................ 75
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 77
A. Kesimpulan ........................................................................................... 77
B. Saran ...................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) merumuskan suatu program kesehatan
masyarakat dunia yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) yang
bertujuan untuk mensejahterakan kesehatan masyarakat dunia. Salah satunya
yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara global pada tahun 2030
menjadi 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup.1 Kematian ibu menurut
definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan yang
terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi
bukan disebabkan kecelakaan/cidera.
Berdasarkan Survey Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 AKI di
Indonesia yaitu sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup.2 AKI menurut
Profil Kesehatan Jawa Barat pada tahun 2015 untuk wilayah Jawa Barat
sejumlah 823 kematian, selain itu dinyatakan juga bahwa penyumbang
terbesar kematian ibu di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor dimana terjadi
63 kasus pada tahun 2015.3 Penyebab kematian ibu di Indonesia terbesar
terjadi karena hipertensi dan pre eklamsi berat (PEB) (27,1%), infeksi
(7,3%), partus lama (1,8%), abortus (0,0%), perdarahan (30,3%) dan
penyebab lainnya (40,8%).4 Perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan
muda, kehamilan lanjut, persalinan maupun pasca persalinan. Perdarahan
pada saat persalinan dapat terjadi karena koagulopati (kegagalan pembekuan
darah) dan ruptur uteri. Pada pasca persalinan dapat terjadi karena atonia
uteri, robekan serviks, vagina, dan perineum, sisa plasenta, perdarahan pasca
persalinan tertunda (sekunder), dan juga dapat terjadi karena retensio
plasenta.10
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir.5 Retensio plasenta dapat
terjadi karena usia kehamilan yang kurang bulan, kontraksi rahim yang
1
2
lemah, dan tindakan manajemen aktif kala III yang tidak benar.6 Adapun
faktor penyebab lain terjadinya retensio plasenta yaitu usia ibu < 20 tahun dan
> 35 tahun, overdistensi rahim, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau
bayi besar, partus lama atau persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi, partus presipitatus, kotiledon
tertinggal, riwayat atonia uteri, plasenta akreta, inkreta dan perkreta,
gangguan koagulopati seperti anemia dan hipofibrinogenemi.7
Retensio plasenta juga dapat dipengaruhi oleh paritas ibu. Hasil penelitian
Khotijah dan Tri Anasari menunjukkan bahwa ibu bersalin yang paritasnya
berisiko (>4) sebagian besar berisiko retensio plasenta.8 Plasenta yang belum
lahir dapat menyebabkan komplikasi dalam persalinan yaitu syok neurogenik,
dapat terjadi plasenta inkarserata, infeksi karena sebagai benda mati, dan
perdarahan pasca partum yang dapat mengancam jiwa ibu serta perdarahan
yang hebat hingga memerlukan transfusi darah bahkan adanya kematian.9
Menurut data yang diperoleh dari Bidan Praktik Mandiri (BPM) Bidan
Eka pada bulan 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016 angka kejadian Retensio
Plasenta yaitu sebanyak 38 orang dari 360 kelahiran hidup atau sebesar
10,6%.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Retensio Plasenta serta penangannya melalui penyusunan Laporan
Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny.N usia 34 tahun
dengan Retensio Plasenta di BPM Bidan Eka Kota Bogor”.
3
2. Lingkup Masalah
Ruang lingkup dalam penulisan laporan tugas akhir ini ditujukan pada Ny.
N 34 tahun dengan retensio plasenta di ruang bersalin dan ruang nifas
BPM Bidan Eka pada tanggal 6 Maret 2017 sampai dengan 10 April 2017.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif dan
tepat baik pada masa intranatal maupun postnatal pada kasus Retensio
Plasenta.
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh data subjektif pada Ny. N dengan retensio plasenta di Ruang
Bersalin BPM Bidan Eka.
b. Diperoleh data objektif melalui pemeriksaan fisik pada Ny. N dengan
retensio plasenta di Ruang Bersalin BPM Bidan Eka.
c. Ditegakkan analisa pada Ny. N dengan retensio plasenta di Ruang
Bersalin BPM Bidan Eka.
d. Dibuatnya rencana asuhan yang sesuai dengan manajemen kebidanan
untuk memenuhi seluruh kebutuhan klien dan menatalaksanakan
tindakan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang diberikan dan
melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang tersebut.
e. Diketahuinya faktor pendukung dan faktor penghambat yang
didapatkan saat melakukan asuhan pada kasus retensio plasenta.
4
5
6
kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
d. Psikis (Psikologis)
Psikologis adalah keadaan emosi, jiwa pengalaman, adat istiadat
dan dukungan dari orang-orang terdekat dapat mempengaruhi proses
persalinan. Umumnya wanita normal dapat merasakan kegembiraan
disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayi.
e. Penolong
Proses persalinan tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong menghadapi persalinan.15
2) Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah,
ketakutan dan kesakitan seperti memberi dukungan dan
yakinkan dirinya, berikan informasi mengenai proses dan
kemajuan persalinan, dengarkan keluhannya dan cobalah
untuk lebih sesitif terhadap perasaannya.
10
b. Kala II
Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada
multi.10
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.14
Gejala-gejala Kala II adalah:
a) His, menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit.
b) Pasien mulai mengejan.
c) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai
di dasar panggul perineum menonjol, vulva menganga dan
rektum terbuka.11
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan pada ibu secara terus menerus dengan
mendampingi ibu agar terhindar dari infeksi, menawarkan
minum, mengipasi dan memijat ibu.
b) Membantu ibu memilih posisi yang nyaman seperti jongkok,
menungging, tidur miring, setengah duduk.
c) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu dengan cara memberikan penjelasan
tentang proses dan kemajuan persalinan.14
12
c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.10 Waktu yang
paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika
plasenta lahir dan segera setelah itu. Manajemen aktif kala III
mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau
mengurangi perdarahan postpartum. Pengkajian awal pada kala III
yaitu palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua
lalu melakukan manajemen aktif kala III.16
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)
membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan,
meliputi:
1) Pemberian oksitosin dengan segera
2) Pengendalian tali pusat terkendali
3) Masase uterus.14
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat plasenta lahir sampai dengan 2 jam
pertama post partum.10
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik
yang luar biasa. Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan
bayi dan memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil
dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.14
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk mengehentikan
13
b. Kelainan – Anatomik
1) Plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta
2) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
3) Plasenta sudah lepas, tetapi belum dilahirkan (disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala II)
4) Plasenta melekat erat pada dinding uterus karena villi korialis
menembus desidua sampai miometrium hingga di bawah
peritoneum (plasenta akreta-perkreta).17
b. Plasenta inkarserata
Gejalanya:
1) Konsistensi uterus keras
2) Tinggi fundus uterus 2 jari dibawah pusat
3) Bentuk uterus agak globuler
4) Perdarahan sedang
5) Tali pusat terjulur
6) Ostium uterus konstriksi
7) Separasi plasenta sudah lepas
8) Syok jarang terjadi
c. Plasenta akreta
Gejalanya:
1) Konsistensi uterus cukup
2) Tinggi fundus uterus sepusat
3) Bentuk uterus discoid
4) Perdarahan sedang, sedikit bahkan tidak ada
5) Tali pusat tidak terjulur
6) Ostium uteri terbuka
16
5. Patofisiologis
Proses kala III yang didahuluui dengan tahap pelepasan/separasi
plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan
Duncan) atau plasenta sudah lepas sebagian tetapi tidak keluar
pervaginam (cara pelepasan Schulze), sampai akhirnya tahap ekspilsi,
plasenta lahir.
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka
tidak akan menimbulkan perdarahan. Sebagian plasenta yang sudah
lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan
17
7. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi Retensio Plasenta yaitu:
a. Kelahiran prematur
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
b. Kontraksi uterus yang lemah
c. Tindakan manajemen aktif Kala III yang tidak benar.6
8. Diagnosa
a. Data subjektif
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan plasenta belum lahir.
b. Data objektif
Pemeriksaan fisik: Palpasi pada abdomen daerah perut didapatkan
uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang baik, TFU 1 jari
diatas pusat dan vesika urinaria teraba agak menonjol serta terjadi
perdarahan segera setelah anak lahir (postpartum primer).17
9. Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta apabila
plasenta belum lahir dalam satu setengah jam sampai satu jam setelah
bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan.17
Jika plasenta tetap melekat, tidak ada tindakan lain yang harus
dilakukan sebelum dokter diberi tahu. Kemungkinan pemisahan manual
dapat diindikasikan. Jika plasenta dapat di palpasi di dalam vagina,
kemungkinan pemisahan telah terjadi, dan jika uterus berkontraksi
dengan baik, upaya maternal (mengejan) dapat dianjurkan. Jika terjadi
keraguan, bidan harus memakai sarung tangan steril sebelum melakukan
pemeriksaan vagina untuk memastikan terjadinya pemisahan. Sebagai
upaya terakhir, jika ibu tidak mampu mengejan secara efektif, tekanan
fundus dapat dilakukan. Uterotonik harus diberikan sebelum tekanan
fundus dilakukan. Kecermatan yang tinggi harus dilakukan untuk
memastikan bahwa pemisahan plasenta sudah terjadi dan uterus
berkontraksi dengan baik. Ibu harus rileks saat bidan member tekanan ke
bawah dan ke belakang pada fundus yang sedang berkontraksi kuat.21
Metode ini dapat menyebabkan nyeri yang cukup berat dan disstres
pada ibu dan mengakibatkan peregangan dan memar pada ligament
uterus penopang. Jika dilakukan tanpa kontraksi uterus yang baik,
inverse akut dapat terjadi. Hal ini merupakan prosedur yang sangat
20
berbahaya jika dilakukan oleh tangan yang tidak trampil dan tidak
dianjurkan dalam praktik sehari-hari jika dapat dilakukan metode yang
lain yang lebih aman.21
Pelepasan plasenta secara manual. Hal ini harus dilakukan oleh
dokter. Infuse intravena dipasang dulu dan anestetik bekerja secara
efektif. Pilihan anesthesia yang digunakan bergantung pada kondisi
umum ibu. Jika anestetik epidural efektif sudah diberikan dan masih
bekerja, tambahannya dapat diberikan untuk menghindari anestesi
umum. Anestetik spinal merupakan alternatif lain, tetapi jika waktu
merupakan faktor yang sangat mendesak, anestetik umum dapat
dilakukan.21
Pelepasan manual dilakukan dengan tindakan aseptik penuh dan
kecuali jika terdapat kedaruratan yang memaksa, tindakan ini tidak boleh
dilakukan sebelum memastikan keadekuatan kerja analgesia pada ibu.
Dengan tangan kiri, tali pusat dipegang dan direntangkan, sedangkan
tangan kanan ditangkupkan dan dimasukan ke dalam vagina dan uterus
sesuai arah tali pusat. Setelah letak plasenta ditemukan, tali pusat
dilepaskan sehingga tangan kiri dapat digunakan untuk menopang
fundus pada abdomen, untuk mencegah rupture uterus bagian bawah.
Operator akan merasakan adanya pelepasan tepian plasenta. Jari-jari
tangan direntangkan dan tepi diselipkan tangan secara di antara plasenta
dan dinding uterus, dengan telapak tangan menghadap plasenta. Secara
perlahan, plasenta dilepaskan dari dinding uterus dengan gerakan
mengiris dari arah tepi. Setelah lepas sepenuhnya, tangan kiri
merangsang kontraksi dan tangan kanan dikeluarkan dengan plasenta
dalam genggaman. Plasenta harus segera diperiksa kelengkapannya
sehingga eksplorasi uterus lebih lanjut dapat dilakukan tanpa
keterlambatan. Obat uterotonik diberikan setelah plasenta terpisah
sepenuhnya.21
Pada situasi yang sangat khusus, yaitu ketika tidak ada dokter yang
dapat dipanggil, bidan diharapkan dapat melakukan pelepasan plasenta
21
kanan dan kiri sambil digeser ke atas (cranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
m. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
n. Memindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan
segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar
(hindari terjadinya percikan darah).
o. Melakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis)
uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan
tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.
p. Mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan
peralatan lain yang digunakan.
q. Melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
r. Mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir.
s. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
t. Memeriksa kembali tanda-tanda vital ibu.
f. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.
3. Klasifikasi
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
sahli. Dari hasil pemeriksaan sahli, kondisi Hb dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% = tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% = anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% = anemia sedang
d. Hb <7 gr% = anemia berat. 22
4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan, dapat
dilakukan anamnesis, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah yang lebih
hebat pada kehamilan muda.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian
besar ibu hamil mengalami anemia, perlu dilakukan preparat Fe
sebanyak 90 tablet pada setiap ibu hamil di Puskesmas. 22
27
5. Pengaruh anemia
Bahaya anemia terhadap kehamilan dapa digolongkan menjadi:
a. Pengaruh anemia terhadap persalinan
1) Bahaya selama kehamilan:
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan premature
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
f) Mola hidatidosa
g) Perdarahan antepartum
h) Ketuban pecah dini (KPD)
2) Bahaya saat persalinan
a) Gangguan his-kekuatan mengejan.
b) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus
terlantar
c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
d) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan
postpartum akibat atonia uteri.
e) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder
dan atonia uteri.
f. Penyimpanan tablet Fe
30
2. Objektif
Data objektif yang menunjang pada kasus retensio plasenta
(Pemeriksaan Fisik):
a. Nadi dan pernapasan cepat
b. Tekanan darah menurun
c. Suhu meningkat
d. Ekstremitas terasa dingin
e. Fundus teraba masih tinggi
f. Kontraksi yang lemah atau kurang baik
g. Tali pusat terjulur depan vulva.15
3. Assasment
Assasment yang dapat ditegakkan untuk kasus retensio plasenta
a. Diagnosa
Ny….., Usia….., P…..A….. inpartu kala III dengan retensio
plasenta.
b. Masalah
Plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.
31
c. Potensial masalah
Perdarahan, syok, infeksi, anemia, histerektomi.15
4. Planning
Planning pada kasus retensio plasenta disesuaikan dengan kebutuhan
klien, tindakan segera dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang
kemudian direncanakan dan dievaluasi. Penanganan retensio plasenta:
a. Memperhatikan keadaan klien.
b. Mengetahui keadaan plasenta
c. Memberikan infuse dan cairan pengganti.
d. Retensio plasenta dengan perdarahan (langsung dilakukan plasenta
manual)
e. Retensio plasenta tanpa perdarahan (merujuk klien ke rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik).12
BAB III
METODOLOGI
A. Metode
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, metode yang digunakan adalah
metode studi kasus. Metode yang dilakukan sebagai upaya pendekatan
manajemen kebidanan yaitu salah satu proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus dari klien.15 Studi
kasus adalah metode dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu
objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus.25
Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang bersifat mengumpulkan
suatu peristiwa atau gejala yang saat ini dialami pasien tertuju pada proses
pemecahan masalah melalui manajemen kebidanan yang meliputi tahap
pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah, tindakan segera atau
kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan dan evaluasi.26
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalm bentuk SOAP.
Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian berdasarkan
teori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya. Pendokumentasian
SOAP terdiri dari :
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh dari
hasil anamnesa (wawancara).
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang menjadi data
fokus untuk mendukung pemberian asuhan.
32
33
3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data objektif
yang didapat.
4. P (Penatalaksanan)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan analisa.
langsung yang ditujukan terhadap kondisi, reaksi dan tingkah laku pasien
yang ditangkap oleh panca indra.25
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis dengan cara
mencari informasi dan memelajari catatan medis pasien dengan mencatat data
yang ada dan sudah didokumentasikan dalam catatan medis pasien.28
Dilakukan dengan mecari informasi data yang ada dan mencatat data yang
berhubungan dengan gangguan kesehatan reproduksi melalui status pasien
maupun rekam medis.25
5. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi, baik berupa teori, generalisasi maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli.29
BAB IV
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. N Tn. I
Usia : 34 tahun 42 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMU
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Golongan darah : A -
Suku : Sunda Sunda
Alamat : Kp. Kukupu RT 04/ RW 07 Kelurahan
Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota
Bogor
35
36
Laki- Rumah
1. 15th Dokter Vacum 38 minggu 3000 gr
laki Sakit
Laki-
2. 7th BPM Bidan Spontan 39 minggu 2800 gr
laki
3. Hamil ini
5. Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah merasa menderita ataupun memiliki penyakit kronis
maupun menular sebelum atau selama kehamilan ini seperti hipertensi,
diabetes, malaria, HIV/AIDS, ginjal, asma, dan penyakit menular lainnya. Ibu
tidak memiliki keturunan kembar.
6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu memakai KB implant selama 3 tahun. Berhenti ber-KB karena ingin
memiliki anak lagi. Ibu hamil saat implant sudah dicabut selama 2 bulan.
37
8. Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan keluarga baik. Suami dan keluarga sangat
mendukung kehamilannya. Status ibu dan suami menikah sudah 16 tahun. Ini
merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu maupun suami. Ibu dan
keluarga senang atas kehamilannya yang ketiga ini. Ibu dan keluarga berharap
mendapatkan bayi perempuan. Hubungan ibu dengan keluarga baik dan
keluarga memberi dukungan emosional untuk ibu. Pengambilan keputusan
oleh suami, terkadang keputusan berdua. Ibu ingin bersalin di BPM ditolong
oleh bidan. Ibu memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ibu sudah menyiapkan
perlengkapan untuk bersalin.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Antropomentri
a. Lila : 25 cm
b. Berat badan sebelum hamil : 42 kg
c. Berat badan selama hamil : 54 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Penambahan berat badan : 12 kg
38
f. IMT : 21,6kg/m2
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 36,3
d. Pernapasan : 22x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tampak pucat, tidak odema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Mulut : Bibir pucat, gigi tidak terdapat karies, bersih.
d. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid
e. Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi
atau dimpling, tidak terdapat benjolan, tidak ada
nyeri tekan pada kedua payudara, sudah terdapat
pengeluaran kolostrum
f. Abdomen : Inspeksi: Tidak terdapat luka bekas operasi
Palpasi: TFU pertengahan pusat dan Prosesus
Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba bagian
keras, bulat, tidak melenting di fundus, teraba
bagian-bagian kecil di bagian kiri, teraba
punggung di bagian kanan (puka), bagian terendah
janin kepala, sudah tidak dapat digoyangkan,
divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit
lamanya 50 detik. Kandung kemih kosong.
Auskultasi: DJJ 140,/ menit, teratur dan kuat.
TBJ: (30-11)x155= 2945 gram.
g. Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri tidak pucat, warna kuku
39
C. ANALISA
Ny. N 34 tahun G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif
dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
hangat ± 200 cc, dan ibu makan nasi dengan lauk pauk.
Tidak menahan BAK maupun BAB. Ibu mengerti.
11.50 Membantu ibu memilih posisi yang nyaman. Ibu memilih posisi
miring kiri.
11.51 Memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit. Data
perkembangan terlampir pada partograf.
11.52 Menyiapkan dan memeriksa kembali kelengkapan partus set dan
resusitasi set.
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah keluar air-air dari kemaluannya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Suhu : 36,1⁰C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Papasi: perlimaan 1/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya
50 detik. Kandung kemih kosong.
Auskultasi: DJJ 136x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia : Inspeksi: Pengeluaran lendir darah semakin banyak,
ketuban berwarna jernih.
41
C. ANALISA
Inpartu kala I fase aktif dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi
kepala, keadaan janin baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk
meneran.
42
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Suhu : 36,1⁰C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Papasi: perlimaan 0/5. His 4 kali dalam 10 detik
lamanya 50 detik. Kandung kemih kosong.
Auskultasi: DJJ 137x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia : Inspeksi: Pengeluaran lendir darah semakin banyak,
perineum menonjol, vulva membuka, ketuban
berwarna jernih.
Vagina Toucher: Portio tidak teraba, pembukaan 10
cm, ketuban negative, Hodge-IV, ubun ubun kecil
depan, tidak ada moulage.
C. ANALISA
Inpartu Kala II, janin hidup.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Tidak ada janin kedua, TFU sepusat, uterus
teraba kenyal, kandung kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat
di depan vulva. Pengeluaran darah ±50cc.
C. ANALISA
Inpartu kala III.
D. PENATALAKSANAAN
14.16 Mengecek janin kedua. Tidak ada janin kedua.
14.17 Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oxytocin
untuk membantu pengeluaran plasenta. Menyuntikan
oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar.
14.18 Menjepit tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut bayi, menjepit umbilical klem 2 cm dari klem
pertama dan memotong tali pusat.
14.19 Meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu untuk
melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
14.19 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat lalu
memakaikan topi bayi.
45
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas, ibu khawatir karena ari-arinya belum
lahir.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
c. Keadaan Umum : Ibu tampak cemas
d. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung
kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat
di depan vulva. Pengeluaran darah ±50cc.
C. ANALISA
Inpartu kala III 15 menit.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak merasa mulas, ibu khawatir ari-arinya belum juga lahir.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak cemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung
kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur
sebagian. Pengeluaran darah ±30cc.
C. ANALISA
Inpartu kala III dengan retensio plasenta.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega ari-arinya sudah lahir dan ibu merasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
1. Mata : Tampak pucat
2. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat,
kandung kemih kosong.
3. Genetalia : Terdapat laserasi derajat II. Terdapat
pengeluaran darah dan jumlah perdarahan
±20cc.
C. ANALISA
Inpartu Kala IV.
49
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa keluar darah tetapi tidak banyak. Ibu sudah meminum 1 tablet Fe,
1 tablet paracetamol, 1 tablet ciprofolaxin, 1 tablet vitamin C setelah melahirkan.
Setelah melahirkan ibu sudah mengonsumsi nasi dengan lauk pauk, dan satu gelas
air putih 250 ml pukul 17.00 WIB. Ibu belum tidur setelah melahirkan. Bayinya
sudah menyusu 2x.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60mmHg
b. Nadi : 76x/menit
c. Suhu : 36⁰ C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol,
tidak ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan, sudah ada pengeluaran
kolostrum.
51
C. ANALISA
P3A0 post partum 2 jam dengan anemia ringan.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
18.10 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa pada saat ini ibu
dalam keadaan baik. Ibu mengerti.
18.11 Mengajarkan ibu cara mengecek kontraksi rahimnya. Ibu mengerti
dan dapat merabanya.
18.12 Memberitahukan kepada ibu untuk tidak takut saat BAK dan BAB.
Ibu mengerti,.
18.13 Menganjurkan ibu untuk:
Mobilisasi ringan dan ambulansi turun tempat tidur dan berjalan
kecil. Ibu ingin turun untuk BAK.
18.15 Mengantarkan ibu ke kamar mandi untuk BAK. Ibu sudah BAK.
18. 20 Menganjurkan ibu untuk:
Memenuhi nutrisi dan hidrasinya dan beristirahat yang cukup.
Ibu mengerti dan bersedia.
Segera menyusui bayinya dan mengajari cara menyusui yang
baik dan benar. Ibu mengerti dan melakukannya dengan baik.
18.25 Konseling perawatan luka perineum.
52
CATATAN PERKEMBANGAN
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih merasa sedikit mulas dan darah yang keluar terasa tidak banyak.
Ibu sudah makan cemilan biscuit dan 1 gelas teh manis hangat pukul 21.00 WIB
ibu sudah BAK 2 kali dan sudah BAB 1 kali. Ibu sudah ke kamar mandi untuk
BAK. Ibu sudah menyusui bayinya 3 kali.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 88x/menit
c. Pernapasan : 18x/menit
d. Suhu : 36,2⁰ C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara bersih, terdapat pengeluaran
kolosrum.
c. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.
53
C. ANALISA
P3A0 postpartum 6 jam dengan anemia ringan.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
CATATAN PERKEMBANGAN
A. DATA SUBJEKTIF
54
Ibu merasa tidak ada keluhan, dan ibu akan segera pulang. Ibu sudah
mengonsumsi nasi dengan lauk pauk, dan satu gelas air putih 250 ml pukul 07.00
WIB. Ibu istirahat cukup. Bayinya sudah menyusu 3x.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60mmHg
b. Nadi : 74x/menit
c. Suhu : 36⁰ C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada
retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, sudah ada pengeluaran kolostrum.
c. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong.
d. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah ± 20cc
e. Anus : Tidak terdapat haemoroid.
C. ANALISA
P3A0 post partum 16 jam dengan anemia ringan.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
08.10 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa pada saat ini ibu
55
CATATAN PERKEMBANGAN
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu datang ingin USG seperti yang sudah di jadwalkan sebelumnya, ibu tidak
mengalami salah satu dari tanda bahaya nifas. Ibu belum ke puskesmas atau ke
fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kadar Hb-nya.
56
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/60mmHg
b. Nadi : 78x/menit
c. Suhu : 35,8⁰ C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak
ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, terdapat pengeluaran ASI.
c. Abdomen : TFU 2 jari diatas sympisis, diastasis rekti 2/5. Kandung
kemih kosong.
d. Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea sanguelenta ± 20cc, luka
jahitan sudah mulai kering.
e. Anus : Tidak terdapat haemoroid.
C. ANALISA
P3A0 postpartum 4 hari keadaan ibu baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
CATATAN PERKEMBANGAN
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak ada keluhan dan ibu tidak mengalami salah satu dari tanda bahaya
nifas. Ibu sudah ke puskesmas untuk memeriksakan kadar Hb.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70mmHg
58
b. Nadi : 74x/menit
c. Suhu : 36⁰ C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu
menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
terdapat pengeluaran ASI.
c. Abdomen : TFU 2 jari diatas sympisis, diastasis rekti 2/5.
Kandung kemih kosong.
d. Ekstremitas : Kuku tidak pucat. Tanda homan: negatif.
e. Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea sanguelenta ±
20cc, luka jahitan sudah kering.
f. Anus : Tidak terdapat haemoroid.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 11 gr%
C. ANALISA
P3A0 postpartum 6 hari keadaan ibu baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
07.03 Memberitahu ibu asupan nutrisi yang baik dan sehat saat masa
nifas. Ibu mengerti.
07.05 Menjadwalkan kunjungan selanjutnya bahwa akan dilakukan
kunjungan rumah pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017.
CATATAN PERKEMBANGAN
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa bahwa ASInya sangat banyak dan ibu merasa senang, tidak ada
keluhan lain.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80mmHg
b. Nadi : 74x/menit
c. Suhu : 36⁰ C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak
ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, terdapat pengeluaran ASI.
60
C. ANALISA
P3A0 postpartum 14 hari keadaan ibu baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
CATATAN PERKEMBANGAN
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak ada keluhan dan ibu tidak mengalami salah satu dari tanda bahaya
nifas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70mmHg
b. Nadi : 74x/menit
c. Suhu : 36⁰ C
d. Pernapasan : 18x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol, tidak
ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, terdapat pengeluaran ASI.
c. Abdomen : TFU 2 jari diatas sympisis, diastasis rekti 2/5. Kandung
kemih kosong.
d. Ekstremitas : Kuku tidak pucat. Tanda homan: negatif.
e. Genetalia : Luka jahitan sudah kering
62
C. ANALISA
P3A0 postpartum 42 hari keadaan ibu baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
Pada bab ini penulis membahas mengenai apa saja yang dilakukan selama
melaksanakan asuhan kebidanan Intranatal Care (INC) dan Postnatal Care (PNC).
Kegiatan asuhan kebidanan ini dilakukan pada Ny. N 34 tahun dengan Retensio
Plasenta di BPM Bidan Eka Kota Bogor, yang dilaksanakan mulai tanggal 6 Maret
2017 sampai dengan 17 April 2017. Kesesuaian serta kesenjangan-kesenjangan pada
Ny. N akan penulis uraikan pada bab ini.
A. Kala I
1. Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh dari Ny. N pada
tanggal 06-03-2017, ibu mengaku hamil 9 bulan, HPHT: 15-06-2016. TP: 22-
03-2017. Dihitung dari pengakuan HPHT, usia kehamilan ibu sekarang 37
minggu 3 hari. Ibu mengatakan mulas sejak pukul 07.00 WIB, mulas
dirasakan semakin kuat dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah tetapi
belum keluar air-air dari kemaluannya.
Menurut teori bahwa usia kehamilan semakin besar dan mengalami
penurunan kadar progesterone yang menimbulkan relaksasi otot-otot rahim.
Berdasarkan teori oxytocin bahwa pada akhir kehamilan kadar oxytocin
bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. Mulas juga dapat
terjadi karena pengaruh janin, dan juga teori prostaglandin yang dihasilkan
oleh decidua, hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang
tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.11
Menurut teori, data subjektif yang didapatkan yaitu akan timbul rasa sakit
atau nyeri abdomen oleh adanya his yang bersifat intermiten datang lebih
kuat, sering, dan teratur, keluar lendir bercampur darah (bloody show).14 Pada
63
64
pengkajian yang diperoleh, ibu sudah ada tanda-tanda persalinan yang sesuai
dengan teori.
Pada riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu ditemukan ibu hamil
anak ketiga, tidak pernah keguguran dan riwayat persalinan lalu secara vacum
dan spontan ditolong oleh dokter di RS. Persalinan terakhir 7 tahun yang lalu
ditolong oleh bidan normal, tidak ada penyulit, tidak ada riwayat perdarahan.
Ibu periksa ke bidan di posyandu. Ibu jarang minum Fe yang diberikan oleh
bidan mulai trimester kedua. Ibu pernah periksa kadar Hb tanggal 24-10-16 =
11 gr%, tanggal 18-02-17 = 10,5 gr%, HbsAg negatif.
Teori yang ada bahwa pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan sahli. Dari hasil pemeriksaan sahli, kondisi Hb dapat
digolongkan sebagai berikut: Hb 11 gr% = tidak anemia, Hb 9-10 gr% =
anemia ringan, Hb 7-8 gr% = anemia sedang, Hb <7 gr% = anemia berat.
Pengaruh anemia pada saat persalinan salah satunya yaitu kala tiga dapat
diikuti retensio plasenta.22 Dari data yang didapatkan ibu dan teori yang ada
ibu termasuk mengalami anemia ringan.
Data perkembangan selanjutnya pukul 12.30 WIB ibu mengeluh sudah
keluar air-air dari kemaluannya. Menurut teori, kadang-kadang ketuban pecah
dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal terjadi pada kala I
persalinan. Hal ini terjadi pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan
memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam.13 Data yang didapat sudah
sesuai dengan teori yang ada.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. N pukul keadaan umum ibu tampak
kesakitan, kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital dan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik, wajah tampak sedikit pucat. Pada ibu hamil
dengan anemia, hasil pemeriksaan akan menunjukan kulit pucat.22
Berdasarkan data dan teori yang ada, ibu mengalami salah satu tanda gejala
65
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. N usia 34 tahun G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu
66
3 hari inpartu Kala I fase aktif dengan anemia ringan, janin tunggal hidup,
presentasi kepala, keadaan janin baik”.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama yaitu memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah memasuki proses persalinan.
Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk mengatur napas
diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk meneran. Memberikan ibu
dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses persalinan, menganjurkan
ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya, dan untuk tidak menahan BAK
maupun BAB. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman, memantau
kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit. Data perkembangan terlampir
pada partograf.
Menurut teori Bantulah ibu dalam persalinan jika ibu tampak gelisah,
ketakutan dan kesakitan seperti memberi dukungan dan yakinkan dirinya,
berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan, dengarkan
keluhannya dan cobalah untuk lebih sesitif terhadap perasaannya. Jika ibu
tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan seperti bantu ibu
memilih posisi yang diinginkan, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya
dianjurkan tidur miring kiri, selain itu ajarkan kepadanya teknik bernapas
seperti ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar
kemudian lepaskan dengan cara meniup udara ke luar sewaktu terasa
kontraksi.
Penolong menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin ibu. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi, berikan cukup minum. Sarankan ibu untuk berkemih
sesering mungkin.14 Penatalaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan
teori yang ada.
67
B. Kala II
1. Subjektif
Pada pukul 13.30 ibu memasuki kala II, ibu mengeluh mulasnya semakin
kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran. Menurut teori, data subjektif
yang didapatkan dari tanda gejala kala II yaitu his, menjadi lebih kuat, pasien
mulai mengejan.11 Data subjektif yang diperoleh dari ibu sudah sesuai dengan
teori bahwa ibu sudah memasuki kala II dan segera dipimpin persalinan.
Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15 WIB menangis kuat, tonus otot
aktif, warna kulit kemerahan. Kala II tidak ada penyulit, normal.
2. Objektif
Pukul 13.30 WIB dilakukan pemeriksaan kembali karena ibu mengatakan
mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran. Saat
dilakukan pemeriksaan didapatkan pengeluaran lendir darah semakin banyak,
perineum menonjol, vulva membuka, ketuban berwarna jernih, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, ketuban negatif, Hodge-IV, ubun ubun kecil depan,
tidak ada moulage, terdapat tekanan anus/anus terbuka. Sesuai teori yang ada
bahwa tanda gejala kala II yaitu memastikan pembukaan sudah lengkap atau
kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.13 His menjadi
lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit,
pasien mulai mengejan, pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah
sampai di dasar panggul perineum menonjol, vulva menganga dan rectum
terbuka.11 Ibu sudah ada tanda gejala yang ada. Selanjutnya ibu dipimpin
bersalin. Selanjutnya, bayi lahir spontan pukul 14.15 WIB menangis kuat,
tonus otot aktif, warna kulit kemerahan. Kala II tidak ada penyulit, normal.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. N usia 34 tahun inpartu kala II, janin hidup”.
68
4. Penatalaksanaan
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah
pembukaan lengkap dan akan dipimpin bersalin. Ibu sudah diperbolehkan
untuk meneran. Memeriksa DJJ untuk mengetahui keadaan janin baik atau
tidak, memberitahukan keadaan janin kepada ibu dan suami bahwa keadaan
janin saat ini dalam batas normal. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk
membantu proses meneran serta memberikan support emosional. Meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu, meletakkan kain segitiga di bawah bokong
ibu, dan mendekatkan partus set. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik
dan benar diantara kontraksi. Ibu dapat mengikuti dan meneran dengan baik
dan benar. Memimpin persalinan, bayi lahir spontan pukul 14.15 WIB,
menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin
perempuan. Mengeringkan bayi dan mengganti handuk yang basah dengan
yang kering. Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas kelahiran putrinya.
Selanjutnya mengecek janin kedua dan tidak ada janin kedua.
C. Kala III
1. Subjektif
Dari data yang didapatkan bahwa ibu tidak mengalami mulas. Ibu
mengeluh masih merasa mulas pada bagian perut. Hal ini tidak sesuai dengan
teori menurut Kenneth bahwa kontraksi yang dialami ibu adalah tidak normal,
seharusnya ibu mengalami mulas karena hal itu merupakan tanda akan segera
lahirnya plasenta.
2. Objektif
Dari data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yaitu dengan
melakukan palpasi apakah ada janin kedua atau tidak. Menurut teori,
pengkajian awal pada kala III yaitu palpasi uterus untuk menentukan apakah
ada bayi yang kedua lalu melakukan manajemen aktif kala III.16
69
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. N usia 34 tahun P3A0 inpartu kala III”.
4. Penatalaksanaan
Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oxytocin untuk
membantu pengeluaran plasenta. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM
pada 1/3 paha bagian luar 2 menit setelah bayi lahir, selanjutnya menjepit tali
pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut bayi, menjepit
umbilical klem 2 cm dari klem pertama dan memotong tali pusat. Meletakkan
bayi secara tengkurap di dada ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat lalu memakaikan topi
bayi. Menurut teori, penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan,
meliputi pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian tali pusat
terkendali dan masase uterus.14 Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
aktif kala III sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
D. Retensio Plasenta
1. Subjektif
Ibu merasa tidak mulas dan merasa takut karena ari-arinya belum lahir 30
menit. Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum
lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Salah satu gejalanya yang dirasakan oleh ibu yaitu uterus tidak
berkontraksi.10 Ibu merasa tidak mulas sama dengan uterus yang tidak
berkontraksi. Data yang didapatkan tidak ada kesenjangan antara teori yang
ada.
70
2. Objektif
Pukul 14.30 WIB, 15 menit oxytocin pertama sudah berikan 2 menit
setelah bayi lahir. Pukul 14.45 WIB, 30 menit plasenta belum juga lahir.
Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.9 Pada
pemeriksaan didapatkan bahwa keadaan umum ibu tampak cemas, kesadaran
composmentis, dan pada pemeriksaan fisik yaitu pada abdomen TFU sepusat,
uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong. Terdapat pengeluaran darah,
tali pusat menjulur sebagian di depan vulva. Pengeluaran darah ±50cc.
Menurut teori, TFU sepusat dan perdarahan sedang-banyak merupakan gejala
dari retensio plasenta akreta parsial.6 Pada kasus ini data objektif sudah sesuai
dengan teori.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. N usia 34 tahun P3A0 dengan retensio plasenta dan
anemia ringan”.
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta analisa yang
telah dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan klien. Penatalaksanaan pertama yang dilakukan adalah
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa plasenta belum
lahir. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin kedua karena
plasenta belum juga lahir. Menurut teori, Menurut Claire Banister, oksitosin
digunakan untuk menstimulasi kontraksi uterus, mengaugmentasi persalinan,
mempercepat pelahiran janin, mempercepat pelahiran plasenta dan
menghentikan hemoragi pascapartum. Oksitosin memiliki efek stimulasi pada
otot polos uterus, pada dosis rendah dapat menyebabkan kontraksi berirama
tetapi pada dosis tinggi dapat menyebabkan kontraksi hipertonik yang
kontinu.24
71
luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian
instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah), melakukan
penekanan (dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus kearah dorso-
kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah
yang telah disediakan, mendekontaminasi sarung tangan (sebelum
dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan, melepaskan dan rendam
sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit, mencuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir, mengeringkan
tangan dengan handuk bersih dan kering, memeriksa kembali tanda-tanda
vital ibu.23
Hasil asuhan kebidanan pada Ny. E, yaitu keadaan umum, perubahan
fisiologis dan perubahan psikologis mulai membaik karena proses
penanganan kasus ini sebagian besar sudah sesuai dengan teori yang ada dari
beberapa referensi.
E. Kala IV
1. Subjektif
Pada 2 jam pasca persalinan ibu masih merasa mulas pada bagian
perutnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Kenneth bahwa ibu akan
mengalami kontraksi setelah proses persalinan karena merupakan proses
pengecilan rahim ke bentuk semula dan salah satu untuk mencegah
perdarahan setelah persalinan.
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa.
Petugas atau bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dan memastikan
bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang
tepat untuk melakukan stabilisasi.14
74
2. Objektif
Data yang didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
82x/menit, pernapasan 20x/menit. Wajah ibu tampak pucat tetapi tidak ada
tanda-tanda syok. TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat, kandung
kemih kosong. Pada pemeriksaan genetalia terdapat laserasi derajat II yaitu
rupture pada bagian kulit perineum dan mukosa vagina. Jumlah perdarahan
20 cc. perdarahan dalam batas normal.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “Ny. N usia 34 tahun P3A0 inpartu kala IV”.
4. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan kepada ibu pada kala IV yaitu melakukan
penjahitan luka laserasi. Melakukan anastesi lokal dengan lidokain 2cc.
Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur. Mengajarkan ibu dan keluarga
masase uterus agar rahim tetap berkontraksi dengan baik. Menurut teori,
periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
mengehentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan pascapersalinan. Ajari ibu atau anggota keluarga
tentang bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-
tanda bahaya bagi ibu dan bayi.14
Membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibu memakai pembalut.
Membersihkan dan mendekontaminasi alat. Melakukan pemantauan
kontraksi, perdarahan, TTV Kala IV. Pemantauan 1 jam pertama setiap 15
menit sekali dan pemantauan 1 jam kedua setiap 30 menit sekali.
75
Dari data yang telah di dapatkan, tidak ada kesenjangan antara asuhan yang
diberikan dengan teori yang ada. Penanganan asuhan kebidanan dengan retensio
plasenta di BPM Bidan Eka sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang ada. Ny. N sudah mendapat asuhan yang cepat dan juga tepat, serta Ny.N
dapat melalui masa nifasnya dengan keadaan baik dan juga sehat.
1. Faktor Pendukung
a. Klien dan keluarga sangat terbuka dan kooperatif dalam menerima asuhan
yang diberikan
b. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan khususnya
bidan di BPM Bidan Eka dalam melakukan asuhan dan juga dalam
memberikan masukan sehingga berjalan dengan baik dan optimal dalam
pemberian asuhan pada Ny. N.
2. Faktor Penghambat
Selama memberikan asuhan pada Ny.N penulis tidak mengalami
hambatan yang berarti terjalinnya kerjasama yang baik antara penulis dengan
Ny,N dan keluarga serta kerjasama penulis dengan bidan yang ada di BPM
Bidan Eka.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dilakukannya asuhan kebidanan pada Ny. N usia 34 tahun G3P2A0
dengan retensio plasenta berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik
untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk mengetahui masalah
yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah diberikan. Asuhan
yang diberikan untuk masalah retensio plasenta telah sesuai dengan pelayanan di
tingkat pelayanan pimer berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1464. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data subjektif yang diperoleh dari Ny. N dapat dikaji dengan fokus dan
akurat. Tidak terdapat kesenjangan antara data yang diperoleh dengan teori.
2. Data objektif yang didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik, dan data
yang didapat terkait dengan retensio plasenta.
3. Analisa yang ditegakkan berdasarkan data subjektif yang lengkap serta data
objektif yang akurat.
4. Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan manajemen kebidanan untuk
mengutamakan keeamanan, kenyamanan dan juga keselamatan ibu. Evaluasi
yang didapat ibu tidak mengalami komplikasi dan juga ibu dapat melewati
masa nifasnya dalam keadaan sehat.
5. Faktor pendukung yang didapatkan yaitu klien dan keluarga sangat terbuka
dan kooperatif dalam menerima asuhan yang diberikan dan terjalinnya
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan khususnya bidan di BPM Bidan
Eka dalam melakukan asuhan dan juga dalam memberikan masukan sehingga
berjalan dengan baik dan optimal dalam pemberian asuhan pada Ny. N. dan
tidak ditemukannya faktor penghambat saat melakukan asuhan kebidanan
pada retensio plasenta.
77
78
B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk :
1. BPM (Bidan Praktik Mandiri)
Diharapkan BPM dapat meningkatkan pelayanan dan asuhan pada kasus
Retensio Plasenta dengan tepat, cepat dan juga aman.
2. Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga mendapatkan informasi seputar retensio
plasenta, kesehatan pada ibu nifas, maupun perawatan bayi baru lahir.
3. Profesi Bidan
Diharapkan bidan mampu dapat melaksanakan dan menerapkan penanganan
Retensio Plasenta sesuai standar yang telah ditetapkan dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoelman, B. Mickael, dkk. 2015. Panduan SDGs untuk Pemerintah Daerah
(Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah.
2. Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. Profil Kesehatan Jawa Barat. 2015.
4. Kementrian Kesehatan RI. Info DATIN. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi; 2014. [Diakses tanggal 14 Maret 2017]. Didapat dari
http://www.depkes.go.id
5. Saifudin, Abdul Bari dkk. 2013. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta: EGC.
7. Prof. Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC.
8. Khotijah, dkk. 2011. Jurnal Hubungan Usia dan Paritas dengan Retensio
Plasenta.
9. Manuaba, IGB. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
10.Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
11.Sastrawinata, S. 1983. Obstetri Fisiologi Bagian Obstetri & Ginekologi.
Bandung: FK UNPAD.
12. Manuaba, IGB. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
13. Varney, Helen, dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta:
EGC.
14. Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif
pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir Edisi 1. Yogyakarta: Deepubllish
15. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
16. Saifudin, Abdul Bari dkk. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
17. Maternity, Dainty. 2016. Asuhan Kebidanan Patologis. Tangerang
Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
18. Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.
19. Saifudin, Abdul Bari dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
20. Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
21. Myles. 2009. Buju Ajar Bidan Cetakan 1. Jakarta: EGC.
22. Manuaba, IGB. 2008.Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
23. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia: Jakarta.
24. Banister, Claire, dkk. 2007. Pedoman Obat Buku Saku Bidan. Jakarta:
EGC.
25. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.
Jakarta: EGC.
26. Swarjana, I Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
27. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
GadjahmadaUniversity.
28. Nawawi, Hadiri. 2007. Metode Penelitian Bidan Sosial. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
29. Baston, Helen. 2012. Midwifery Essentials Praktik Dasar Volume 1.
Jakarta: EGC.
30. Muchtadi, 2009
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 6 Maret 2017
Waktu Pengkajian : 15.50 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Bidan Eka Budiarti, STr. Keb
Nama Pengkaji : Bella Amalia Putri
A. DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. N sudah melakukan IMD setelah lahir tetapi tidak berhasil IMD.
Bayi sudah BAK 1x dan sudah BAB 1x.
B. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Menangis : Kuat
3. Tonus otot : Baik
4. Warna kulit : Kemerahan
B. Tanda-tanda Vital
1. Laju napas : 42x/menit
2. Laju jantung : 125x/menit
3. Suhu : 36,9⁰ C
C. Antropomentri
1. Berat badan : 2800 gram
2. Panjang badan : 49 cm
3. Lingkar kepala : 32 cm
4. Lingkar dada : 33 cm
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Fontanel datar, lembut, sutura tidak ada moulase, tidak
ada pembengkakan, tidak ada cekungan. Tidak ada
caput succedanum, tidak ada cepal hematoma
2. Mata : Simetris, tidak ada kelainan dan pus pada mata, mata
menutup ketika ada rangsangan oleh cahaya, tidak ada
kelainan, normal.
3. Telinga : Simetris, sejajar dengan mata. Elastisitas daun telinga
baik. Tidak ada pengeluaran cairan abnormal.
4. Hidung : Simetris, terdapat dua lubang hidung, terdapat septum.
5. Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada celah di bagian bibir dan
palatum, tidak ada labiopalatoskizis, lidah bersih.
6. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan, normal.
7. Dada : Kedua bahu simetris, pergerakan aktif, puting simetris,
areola kecoklatan, puting susu menonjol, tidak ada
tarikan dinding dada. Laju napas normal, laju jantung
normal.
8. Abdomen : Sedikit membuncit, teraba lembut, tali pusat segar dan
tidak ada perdarahan pada tali pusat.
9. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang. Tidak terdapat
cekungan, tidak terdapat cekungan atau spina bifida.
Tidak terdapat bercak mongol.
10. Ekstremitas : Tidak ada kelainan. Tangan: pergerakan aktif, jumlah
jari tangan 10, tidak ada polidaktili ataupun sindaktili.
Kuku kemerahan. Kaki: kedua kaki bergerak aktif,
jumlah jari kaki 10, tidak ada polidaktili ataupun
sindaktili, warna kuku kemerahan.
11. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora. Terdapat
uretra. Bayi sudah BAK.
12. Anus : Terdapat lubang anus. Bayi sudah BAB
13. Kulit : Kemerahan, tidak ada bercak, tidak terdapat tanda lahir.
14. Sistem syaraf : Refleks glabela positif, bayi menutup mata saat
disentuh di bagian dahi. Refleks rooting positif, bayi
mencari sentuhan ketika disentuh di bagian sudut bibir.
Refleks sucking positif, bayi menghisap kuat saat
menyusu pada ibu. Refleks swallowing positif, bayi
menelan air susu dan tidak dimuntahkan. Refleks moro
positif, bayi melakukan gerakan memeluk saat kain atas
digeser. Refleks palmar positif, jari-jari menggenggam
saat diberi sentuhan Refleks plantar dan babinski
positif, jari-jari fleksi ketika disentuh sepanjang tumit
hingga jari.
C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam keadaan bayi baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
I. DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. N sudah menyusu sebanyak 3 kali. Sudah BAK 2 kali dan BAB 1 kali.
Sudah tidur selama 2 jam, bayi tidak rewel.
III. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam dalam keadaan baik.
IV. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
I. DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. N belum imunisasi HB0. Menyusu lebih dari 12 kali sehari,
menyusu kuat. BAK 6-7 kali sehari dan BAB 3-4 kali sehari, konsistensi lunak.
Tali pusat belum puput. Tidur kurang lebih 12 jam sehari.
III. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 4 hari dengan kebutuhan
imunisasi HB0 dalam keadaan normal.
IV. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksaan
16.05 Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayinya
saat ini baik. Ibu mengerti.
16.06 Memberitahukan kepada ibu bahwa bayinya akan disuntikan
imunisasi HB0 dan menjelaskan manfaatnya. Ibu mengerti dan
bersedia.
16.07 Menyuntikkan HB0 0,5cc secara intramuskular di paha luar atas
kanan.
16.09 Memberitahu keluarga bahwa tidak ada efek demam pada
imunisasi HB0 ini. Ibu dan keluarga mengerti.
16.10 Memberitahu dan mengajarkan ibu cara dan teknik menyusui
yang benar dan tidak lupa menyendawakan bayi agar tidak
gumoh setelah menyusui. Ibu sudah tahu dan selalu
melakukannya.
16.15 Mengingatkan ibu untuk:
Memberikan ASI ekslusif untuk bayinya selama 6 bulan dan
tidak memberikan makanan tambahan lainnya seperti madu
atau pisang. Ibu mengerti.
Sering menyusui bayinya. Ibu mengerti.
Ibu untuk selalu menjaga kehangatan dan kebersihan
bayinya. Ibu mengerti.
Mengingatkan kembali pada ibu tanda-tanda bahaya pada
bayi. Ibu mengerti.
16.20 Memberitahukan ibu bahwa aka nada kunjungan rumah pada hari
Minggu, 12 Maret 2017.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
C. Materi
Terlampir.
D. Kegiatan
No Tahap Kegiatan
1 Pembukaan - Penyuluh memeperkenalkan diri
(6 menit) dan peserta mendengarkan.
- Penyuluh minta kontrak waktudan
peserta berdiskusi mengenai
kontrak waktu dan menyetujui.
- Penyuluh memperkenalkan topik
yang akan dibahas, tujuan kegiatan
dan mengapa penting bagi peserta.
Peserta mendengarkan.
- Penyuluh melakukan review
kepada peserta mengenai
penjelasan dua tanda bahaya.
- Penyuluh melakukan review
kepada peserta mengenai tindakan
segera apa yang harus dilakukan.
2 Isi - Penyuluh menjelaskan materi
(10 enit) mengenai : pengertian tanda
bahaya ibu nifas, menegnali
macam tanda bahaya ibu nifas,
menjelaskan dua bahaya tanda
nifas, tindakan segera bila tanda-
tanda bahaya ibu nifas terjadi.
Peserta mendengarkan.
- Penyuluh memberi kesempatan
peserta untuk bertanya.
- Penyuluh memberi kesempatan
peserta untuk menjawab
pertanyaan. Dan peserta menjawab
peratanyaan.
- Penyuluh mengevaluasi peserta
dengan menanyakan kembali apa
yang telah di bahas. Peserta
menjawab pertanyaan penyuluh.
3 Penutup - Penyuluh memberi kesempatan
(4 menit) peserta menyimpulkan materi yang
telah disampaikan. Dan peserta
menyimpulakan materi.
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
F. Evaluasi
1. Sebutkan pengertian tanda bahaya ibu nifas ?
2. Sebutkan tanda-tanda bahaya pada ibu nifas ?
3. Jelaskan dua tanda bahaya nifas !
4. Jelaskan apa yang harus segera dilakukan jika terjadi tanda-tanda bahaya pada
ibu nifas ?
G. Daftar pustaka
Gunawan, Nardho. 1994. Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan
Nifas bagi Petugas Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
http://funnyfree.net/results03/tanda_bahaya_ibu_nifas.html
Bahiyatun.2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS
A. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alt-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
ibu terjadi setelah melahirkandan hampir 50% dari kematian pada masa nifas
terjadipada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal
pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Selama ini perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian mordibitas ibu.
B. Penyebab
Beberapa bakteri dapat meneyebabkan infeksi pascapersalinan. Misalnya
bakteri aerob dan anaerob, contohnya streptococcus haemolyyticus aerobicus,
stapylococcus aereus, escherichia coli, clostridium welchii. Kuman-kuman yang
sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemolyyticus aerobicus
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, dan sebagainya.
2. Stapylococcus aereus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas.
4. clostridium welchi
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolongdukun dari luar rumah sakit.
Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka
kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa
nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari payudara dan pemebedahan
merupakan penyebab terajdinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat
dilihat dari suhu pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya
berupa uterus lembek., kemerahan, rasa anyeri pada payudara, atau adanya
disuria.
C. Tanda-tanda bahaya nifas
Tanda-tanda bahaya nifas adalah tanda bahaya yang diperlihatkan oleh
ibu setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan komplikasi dan diwajibkan
ibu untuk segera dibawa oleh keluarga atau orang yang mengetahui kejadian
itu ke petugas kesehatan terdekat seperti ke bidan, perawat, dokter,
Puskesmas, dan Rumah Sakit.Tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu :
1. Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai peradrahan pascapersalinan.Perdarahan banyak dan
terus-menerusbiasanya terjadi dalam minggu kedua sesduah persalinan.
Perubahan darah ibu nifas atau lockhea yaitu:
a. Merah kehitaman ( hari ke 1-3 )
b. Putih kemerahan ( hari ke 3-7 )
c. Kuning kecoklatan ( hari ke 7-14 )
d. Putih ( lebih dari 14 hari )
Bila warna lochea tidak mengalami perubahan tetap.
2. Demam.Suhu meningkat lebih dari 38oC dalam 10 hari pertama setelah
persalinan.
3. Cairan vagina yang berbau busuk.
4. Kelelahan yang berlebih.
5. Nyeri pada payudara, bengkak payudara dan puting susu yang pecah-
pecah.
6. Nyeri atau panas ketika buang air kecil atau urin tidak keluar dengan
lancar.
7. Sembelit atau hemoroid.
Pencegahannya banyak makan buah-buahan yang banyak mengandung
serat seperti pepaya dan minum air yang banyak. Bila ibu tetap tidak dapat
buang air besar selma 3 hari. Maka segera bawa ibu ke petugas kesehatan
terdekat seperti bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
8. Sakit kepala terus-menerus.
9. Bengkak pada wajah dan tangan.
10. Nyeri pada abdomen.
11. Produksi ASI kurang karena kesukaran dalam menyusui.
12. Kesedihan.
13. Merasa kurang mampu merawat bayi.
14. Rabun senja.
D. Penanganan
1. Jagalah kebersihan alat kelamin.
2. Nutrisi ditingkatkan.
3. Segera rujuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengangan
SATUAN CARA PENYULUHAN
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu nifas dapat melakukan senam nifas
secara mandiri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran senam nifas, diharapkan ibu nifas dapat:
a. Ibu mengetahui pengertian tentang senam nifas.
b. Ibu mengetahui tujuan senam nifas
c. Ibu mengetahui macam-macam gerakan senam nifas hari pertama
d. Ibu mampu melakukan gerakan senam nifas
B. METODE PENYAMPAIAN
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
C. ALAT
1. Matras
2. Bantal
E. MATERI
Terlampir
G. EVALUASI
Ibu dapat mempraktekan gerakan senam nifas hari pertama
MATERI PENYULUHAN
SENAM NIFAS
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan,
guna mengembalikan kondisi kesehatan Ibu dan memperbaiki regangan pada
otot-otot setelah kehamilan.(Suherni,2009)
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ibu diharapkan mampu mengerti dan memahami tentang
pentingnya perawatan tali pusat.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan klien dapat :
1. Menyebutkan tujuan perawatan tali pusat
2. Menjelaskan cara perawatan tali pusat
3. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan tali pusat
4. Menyebutkantanda-tandainfeksipadatalipusat
C. Materi
Terlampir.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
E. Media danAlat
Kassa Steril dan leaflet
F. KegiatanPenyuluhan
No
Waktu KegiatanPenyuluhan KegiatanPeserta
.
1 Pembukaan Salam Pembuka Menjawabsal
(2menit) Memberikesempatankepadaklienuntukme am
njelaskan yang telahdiketahuiolehklien
2 Pengembanganm Menyebutkantujuanperawatantalipusat Mendengarka
ateri Menjelaskancaraperawatanpadatalipusat n
(5menit) Menyebutkanhal-hal yang Memperhatik
harusdiperhatikanpadaperawatantalipusat an
Menyebutkantanda-
tandainfeksipadatalipusat
3 Tanya jawab Memberikesempatanuntukbertanya Bertanya
(3menit)
G. Evaluasi
Contohkan bagaimana perawatan tali pusat yang baik dan benar !
H. DaftarPustaka
Jumiarni, Dra. 1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. EGC: Jakarta
Majalah Nakita. 2002. Bulan pertama Kehidupan, Persalinan dan Perawatan
Bayi Baru Lahir. Jakarta
MATERI PERAWATAN TALI PUSAT
1. Tujuanperawatantalipusat
a. Mencegah terjadi infeksi
b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat
c. Mempercepat terlepasnya tali pusat
2. Cara perawatantalipusat
a. Setelah tali pusat disabuni saat bayi dimandikan, tali pusat dikeringkan dengan kassa
steril.
b. Tali pusat dibungkus dengan kassa steril.
c. Seluruhpakaianbayidipakaikan.
d. Tali celana bayi, diikatkan di bawah tali pusat.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan tali pusat
a. Perawatan tali pusat harus dilakukan setiap hari sesudah mandi atau sewaktu-waktu
bila diperlukan
b. Daerah tali pusat harus selalu dalam keadaan bersih dan kering untuk mencegah
infeksi
c. Dilarang menggunakan plester sebagai penutup sebagai penutup tali pusat
4. Tanda-tanda infeksi pada tali pusat
a. Badan bayi panas.
b. Tali pusat basah, sekitar tali pusat merah dan berbau.
c. Bayi tidak mau menetek.
d. Bila berlanjut terjadi mulut mencucu, kaku kuduk, sampai kejang-kejang.
5. Penyebab infeksi pada tali pusat
Luka tali pusat dan tindakan yang tidak memenuhi syarat seperti pemotongan tali
pusat dengan menggunakan bambu atau gunting yang tidak steril dimana setelah
pemotongan, tali pusat dibubuhi dengan abu, tanah dan daun-daunan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. TujuanUmum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan memahami tanda
– tanda bahaya pada bayi baru lahir.
B. TujuanKhusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien mampu:
1. Mengetahui tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
2. Mengetahui cara mengatasi tanda – tanda bahaya pada bayi baru lahir
C. Materi
Terlampir
D. Metode
Diskusi
E. Media danalat
Leaflet
F. Kegiatanpenyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan Salam pembuka Menjawab salam
(2 Menit) Menjelaskan tujuan
2 Pembahasan Menjelaskan tanda –tanda Menyimak
materi bahaya pada bayi dan cara Bertanya dan
(10 Menit) mengatasinya menjawab
Memberikan kesempatan pertanyaan
kepada ibu untuk bertanya
3 Penutup Menyimpulkan Menjawabsalam
(3 Menit) Menutup dengan salam
G. Evaluasi
Mengajukanpertanyaan :
1. Sebutkan tanda – tanda bahaya pada bayi?
2. Apa yang harus dilakukan apabila ditemui salah satu tanda tersebut?
H. Daftarpustaka
Kosim, M. Sholeh.2003.Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar.Jakarta
Vivian, Nanny Lia Dewi.2011.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita.Jakarta:Salemba Medika.
MATERI PENYULUHAN
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
Tanda – tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir dan cara
mengatasinya:
1. Malas Menyusu
Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Kondisi ini
terjadi karena bayi mengalami gangguan yang tidak ringan atau infeksi berat.
Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
2. Gerak dan tangis lemah atau tidak ada
Keadaan umum bayi paling mudah dikenali dari gerakan dan tangisnya.
Bila gerakan melemah dan tangisan lemah atau tidak ada maka harus
diwaspadai kondisi bayi sedang dalam keadaan umum yang tidak baik.
Kondisi tubuh lemah, bayi bergerak saat hanya dipegang, hal ini menandai
bayi sakit berat. Cara mengatasinya dengan segera membawa ke tempat
pelayanan kesehatan.
3. Demam
Apabila suhu tubuh lebih dari 38oC, bayi dipastikan mengalami demam.
Kondisi ini dapat terjadi sebaliknya jika tubuhnya terasa dingin dengan suhu
tubuh kurang dari 36oC. Cara penanganan hipertermi yaitu, letakkan bayi di
ruangan dengan suhu lingkungan normal, lepaskan sebagian pakaian bayi,
periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal, bayi
dapat dikompres selama 10 – 15 menit dalam air yang suhunya 4oC lebih
rendah dari suhu tubuh bayi.
4. Merintih dan Sesak
Sesak napas dan terus menerus merintih ini menandakan bayi mengalami
sakit serius. Sesak napas dikenali dengan gerakan napas bayi yang cepat bila
dihitung dalam semenit gerakan napas di dada lebih dari 60 kali permenit.
Cara penanganannya yaitu lakukan segera rangsangan bayi untuk bernafas
dengan menggosok dada atau punggung dan segera bawa ke bidan atau
dokter.
5. Warna Kulit Kuning
Warna kuning ini terjadi akibat penumpukan zat kimia yang disebut
bilirubin. Kuning pada bayi akan berbahaya bila muncul kurang dari 24 jam
setelah lahir, pada umur lebih dari 14 hari, dan kuning sampai ke telapak
tangan atau kaki. Pada bayi terutama yang lahir kurang bulan, kadang terlihat
agak kuning pada beberapa hari setelah kelahiran. Hal ini disebabkan oleh
berbagai hal, mulai dari kurangnya asupan susu, golongan darah anak dan ibu
berbeda yang menyebabkan hemolisis, hingga infeksi.
Jika bayi menderita kuning dalam 24 jam pertama kelahiran, harus segera
dibawa ke rumah sakit. Jika kuning muncul pada hari ke-2 atau lebih,
sebaiknya diperiksakan dahulu ke dokter. Beberapa keadaan kuning pada bayi
dapat dilakukan terapi sinar dan yang lainnya dapat dilakukan rawat jalan.
Namun, semuanya setelah melewati pemeriksaan dokter. Terapi sinar
dilakukan bervariasi lamanya, setiap harinya bayi akan dilakukan pemeriksaan
bilirubin untuk mengetahui apakah kadar bilirubinnya sudah turun atau belum.
Rata-rata bayi diberikan terapi sinar antara 2-5 hari.
6. Infeksi Tali Pusat
Tali pusat kemerahan hingga ke dinding perut dan berbau tajam.
Kebersihan tali pusat yang masih basah perlu dijaga. Tali pusat tidak perlu
diberi alkohol, obat merah atau antiseptik. Yang perlu dilakukan adalah
membersihkannya dengan air matang dan sabun, keringkan dengan kain
bersih dan dapat ditutup longgar dengan kain kasa steril atau dibiarkan
terbuka. Jangan berikan bedak, abu gosok, atau lainnya karena hanya bisa
membuatnya terinfeksi. Umumnya, tali pusat puput dalam 1-2 minggu. Jika
tali pusat tidak puput juga, berbau, berlendir, atau berdarah, segera bawa ke
dokter terdekat. Dalam keadaan seperti itu dapat diberi alkohol atau betadine
sebelum dibawa ke dokter.
7. Infeksi mata
Mata bayi bernanah banyak apabila tidak segera diobati, bayi terancam
kebutaan. Cara mengatasinya yaitu, bersihkan kelopak mata bayi 4 kali sehari,
mulai dari tepi dalam mata sampai tepi luar. Gunakan air bersih (dimasak dan
didinginkan) dan gunakan kasa bersih yang berbeda untuk setiap mata.
8. Diare dan Dehidrasi
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran feses yang tidak
normal, baik dalam jumlah maupun bentuk. Neonatus dikatakan diare bila
sudah lebih dari 4 kali buang air besar. Jika kulit perut bayi dicubit kembali
dengan lambat, hal ini menandakan dia mengalami kekurangan cairan dalam
tahap kronis. Kadangkala menilai tanda kekurangan cairan pada bayi baru
lahir tidak mudah. Salah satu yang dapat dinilai adalah penurunan berat badan
dalam 1-7 hari menurun drastis kurang dari 10%. Jika bayi mengalami
dehidrasi, ASI diberikan lebih sering dan lebih lama.
Hari/Tanggal : Di sesuaikan
Waktu : 15 Menit
F. KegiatanPenyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan
1 Pembukaan - Memberi salam pembuka
(5 menit) - Menyampaikan tujuan pertemuan
- Review pengetahuan peserta
2 Pengembangan - Menjelaskan pengertian KB pasca
Materi bersalin
(15 menit) - Menyebutkan keuntungan KB pasca
persalinan
- Menyebutkan macam-macam metode
kontrasepsi pasca persalinan
- Menjelaskan indikasi, kontra indikasi
dari setiap metode kontrasepsi
3 Penutup - Melakukan evaluasi
- Menyampaikan kesimpulan
- Menutup dengan salam.
G. Evaluasi
1. Menjelaskan pengertian KB pasca bersalin
2. Menyebutkan keuntungan KB pasca persalinan
3. Menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi pasca persalinan
4. Menjelaskan indikasi, kontra indikasi dan efek samping dari setiap metode
kontrasepsi
H. DaftarPustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. IlmuKebidanan. Jakarta: PT
BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.
Affandi, Biran. 2011. BukuPanduanPraktisPelayananKontrasepsi. Jakarta:
PT BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.
Speroff, Leon dan Philip Darney. 2003. PedomanKlinisKontrasepsi. Jakarta:
EGC.
MATERI MACAM-MACAM METODE KONTRASEPSI PASCA
MELAHIRKAN
B. Keuntungan KB pascapersalinan
1. Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat (minimal 2
tahun setelah melahirkan)
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita
4. Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak dan
keluarga
C. Macam-macammetodekontrasepsipascapersalinan
1. Metode kontrasepsi jangka pendek
a. Suntik
1) 1 bulan
2) 3 bulan
b. Pil
c. Kondom
2. Metode jangka panjang
a. MOW
b. MOP
c. AKDR
d. IMPLAN
D. Menjelaskan indikasi, kontra indikasi dari setiap metode kontrasepsi
1. Metode kontrasepsi jangka pendek
a. Suntik
1) 3bulan
a) Indikasi
1. KB suntik diberikan kepada wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka pendek , atau wanita yang telah
mempunyai cukup anak tetapi dia engganatau tidak bisa
untuk dilakukan sterilisasi.
2. Bisa diberikan kepada ibu yang menyusui karena progesteron
tidak mengganggu laktasi.
3. Pada wanita yang medekati menopause, dan karena adanya
larangan menggunakan pil maka KB suntik lebih baik karena
ia tidak mengandung esterogen
b) Kontraindikasi
1. Tumor hati aktif.
2. penyakit kuning (ikterus).
3. hipertensi (> 160/90 mmHg).
4. kelainan tromboembolik.
5. penayakit kardiovaskuler.
6. perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya.
7. tummor (massa) payudara.
8. kanker genital.
9. Diabetes.
10. hiperlipidemia kongenital
c) efek samping
1. Siklus haid memanjang atau memendek.
2. Perdarahan banyak ataupun sedikit.
3. Perdarahan tidak teratur ataupun bercak.
4. Tidak haid sama sekali.
2) 1 bulan
a) Indikasi
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
4. Menyusui ASI pasca persalinan> 6 bulan.
5. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
6. Anemia.
7. Nyeri haid hebat.
8. Haid teratur.
9. Riwayat kehamilan ektopik.
10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
b) Kontraindikasi
1. Hamil atau di duga hamil.
2. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4. Penyakit hati akut.
5. Usia > 35 yang merokok.
6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi ( >180/110 mmHg).
7. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrain.
8. Keganasan pada payudara
c) Efek samping
a. Terjadi perubahan pola haid, seperti pola haid tidak teratur.
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan,
c. Penambahan berat badan.
d. Efek samping yang serius kemungkinan akan terjadi,
timbulnya tumor hati.
e. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
b. Pil
1) Indikasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kb
diperbolehkan, seperti:
a. Wanita dalam usia reproduksi.
b. Wanita yang telah atau belum memiliki anak.
c. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
d. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas
tinggi.
e. Wanita pasca keguguran/abortus.
f. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan
anemia.
g. Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
2) Kontraindikasi
a. Hamil atau di curigai hamil
b. Menyusui eksklusif
c. Perdarahan pervaginam
d. Penyakit hati akut
e. Perokok dengan usia >35 tahun
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah tinggi.
g. Riwayat kencing manis >20 tahun
h. Kanker payudara
i. Migrain
3) Efek samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil KB ini
antara lain:
a. Mual (terjadipada 3 bulanpertama).
b. Kembung.
c. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
d. Pusing.
e. Amenorea.
f. Nyeri payudara.
c. Kondom
1. Manfaat menggunakan alat kontrasepsi kondom
a. Efektif bila digunakan secara benar
b. Tidak mengganggu produksi ASI
c. Tidak mengganggu kesehatan klien
d. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
e. Murah dan dapat dibeli secara umum
f. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan secara
khusus.
g. Dapat mencegah penularan IMS
2. Keterbatasan
a. Efektivitas tidak terlalu tinggi
b. Cara menggunakan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
c. Agak mengganggu hubungan seksual
d. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
2) Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil .
b) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e) Belum memberikan persetujuan tertulis.
3) Efek samping
a) Terjadinya infeksi luka
b) Demam pascaoprasi
c) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
d) Perdarahan superfisial
a. MOP
1) Indikasi
a) Dari semua usia reproduksi ( biasanya < 50 tahun)
b) Keyakinan tidak ingin mempunyai anak lagi, dan ingin
menggunakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan
permanen.
c) Yang istrinya mempunyai masalah dengan usia, paritas atau
kesehatan dimana kehamilan dapat menimbulkan risiko.
d) Yang merasa yakin bahwa sudah memiliki jumlah keluarga yang
diinginkannya.
2) Kontraindikasi
a) Riwayat atau menderita hernia inguinalis.
b) Riwayat bedah skrotum atau testis sebelumnya.
c) Infeksi akut saluran kemih atau genital.
d) Infeksi kulit di tempat insisi atau area pembedahan
c. AKDR
1) Indikasi
a) AKDR diberikan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi
efektif yang berjangka panjang tetapi belum menginginkan atau
masih takut menggunakan metode strelisasi
b) AKDR juga diberikan pada wanita yang tidak mau repot minum
pil setiap hari
c) AKDR sangat cocok untuk wanita menyususi, karena AKDR
sama sekali tidak mengganggu produksi ASI
d) AKDR cocok utnuk wanita yang usianya lebih dari 35 tahun
2) Kontraindikasi
a) AKDR tidak boleh dipasang pada wanita hamil atau ada
kecurigaan hamil karena dapat mengakibatkan keguguran dan
infeksi yang sangat serius.
b) Wanita dengan penyakit radang panggul (PRP) akut atau berulang,
atau mengeluarkan discharge yang perulent tidak boleh
menggunakan AKDR karena akan memperberat infeksinya.
c) Pada wanita dengan mempunyai riwayat endometritis postpartum
sebaiknya ditunda setelah tiga bulan sebelum mereka boleh
menggunkan AKDR.
d) Adanya perdarahan vaginal yang belum diketahui juga merupakan
kontraindikasi karena AKDR sendiri dapat menyebabkan
perdarahan intermesntrual, sehingga adanya kelainan yang
sebenarnya menjadi sulit dikenal.
e) Wanita yang mempunyai penyakit kanker serviks.
f) Wanita yang mempunyai penyakit mioma, karena mioma sering
menyebabkan distorsi rongga rahim sehingga pemasangan AKDR
tidak bisa tepat pada tempatnya.
g) Wanita yang berisiko tinggi terhadap penyakit menular seksual
(PMS) seperti wanita penghibur dll, sebaiknya tidak menggunakan
AKDR karena kemungkinan terkena PRP sangat besar
3) Efek samping
a) Perubahan siklus haid pada 3 bulan pertama.
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Saat haid lebih sakit
d. IMPLAN
1) Indikasi
a) Implant diberikan kepada wanita yang menginginkan kontrasepsi
jangka panjang, atau wanita yang telah mempunyai cukup anak
tetapi ia enggan untuk menerima sterilisasi dan enggan
menggunakan KB suntik karena harus suntik tiga bulan.
b) Implant diberikan kepada wanita yang mempunyai kontraindikasi
terhadap estrogen, atau enggan minum pil setiap hari.
c) Implant juga diberikan kepada ibu yang menyusui yang
menginginkan KB karena progesteron tidak mengganggu laktasi.
d) Pada wanita yang mendekati menopause, dan karena adanya
larangan menggunakan pil maka implant ataupun KB suntik dalam
hal ini lebih baik karena ia tidak mengandung estrogen
2) kontraindikasi