Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.S UMUR 21 TAHUN


DENGAN AMENORE SEKUNDER DI RUANG OBGYN RS.USU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan pada Remaja

Oleh:
MAHLIZA LINI
NIM : P07524719012

PEMBIMBING INSTITUSI
Arihta Sembiring, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2019/2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPHERENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.S UMUR 21 TAHUN


DENGAN AMENORE SEKUNDER DI RUANG OBGYN

Oleh:
MAHLIZA LINI
NIM : P07524719012

Menyetujui,

Nama Pembimbing Tanda Tangan


1. Annisa Singkuan, SST
NIP:

2. Arihta Sembiring, SST, M.Kes


NIP: 197002131998032001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST, M.Keb


NIP: 196605231986012001

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Nn.S umur 21 tahun
dengan Amenore Sekunder di ruang Obgyn”.
Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Arihta Sembiring, SST,
M.Kes yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan
kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini
dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan. Amin.

Tim Penyusun

3
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul ..............................................................................................


Halaman Pengesahan .................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 5
B. Tujuan................................................................................................. 7
C. Ruang Lingkup................................................................................... 7
D. Manfaat............................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Kajian Masalah Kasus........................................................................ 10
B. Kajian Teori........................................................................................ 10

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pengkajian ......................................................................................... 17
B. Analisis ............................................................................................. 23
C. Penatalaksanaan ................................................................................ 23

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 25
B. Saran.................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 26


LAMPIRAN

4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah


upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut
WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011). Wanita rentan
terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya. Kebanyakan wanita,
sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara langsung mengenai
kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya untuk pemeriksaan ke
dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak mempedulikan gejala yang
muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan memerlukan penanganan yang
ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir (Revina dan Susanti, 2014).
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi
normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan
atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan
bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi
yang teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan
menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus
atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan
klimakterium (Sari, 2014.)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada
populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus
menstruasinya. Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering mengalami
gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010).

5
Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche dan
pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang
lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), Menstruasi
yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu
dihubungkan dengan keadaan abnormal (Sari, 2014).
Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah
dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan
hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),
perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan
dengan haid (premenstrualtension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).
Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat
gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi),
amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk,
2011). Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5% (Proverawati
dan Misaroh, 2009). Penyebab amenore dapat dikategorikan sebagai berikut
yaitu cacat fungsional atau anatomi hipotalamus atau hipofisis,cacat anatomis
atau fungsional dari uterus atau ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2012).
Amenore sekunder umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih
sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-
kelainan genetik. Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang
timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme,
tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan fisik
yang melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan rendah untuk tinggi
badan (IMT kurang) (Sari, 2014).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu
melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut
pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan
seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang,

6
mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan
konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga
harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan
reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan
generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2011).
Beberapa penyebab menstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya
perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi
dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda
bahwa seseorang kurang subur (infertil) (Arwini, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di ruang Obgyn
RS.USU, ditemukan 1 remaja umur 21 tahun yang mengalami gangguan
reproduksi dengan Amenore Sekunder . Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk mengambil judul mengenai “Asuhan Kebidanan pada
Remaja Nn. S umur 21 tahun dengan Amenore Sekunder di ruang Obgyn
RS.USU”.

B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Remaja Nn.S umur 21
tahun dengan Amenore Sekunder di ruang Obgyn RS.USU”. melalui
pendekatan manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

B.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui ciri-ciri Gangguan reproduksi dengan amenore
sekunder pada remaja.
2. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada Remaja Nn.S umur 21 tahun
dengan Amenore Sekunder di ruang Obgyn RS.USU” dengan manajemen
kebidanan dan pendokumentasian SOAP.

C. Ruang Lingkup

7
1. Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan
Komprehensif ini adalah di RS USU, sedangkan waktu dan penyusunan
Laporan Komprehensif tanggal 10 Maret 2020.

2. Subjek Laporan Kasus :


Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah
Remaja Nn.S umur 21 Tahun.
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik
wawancara dan observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis
dengan pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan pasien
yang akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data
yang akurat. Wawancara dalam laporan ini yaitu melakukan anamnesa
pada pasien.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada Remaja Nn.S dengan cara
memeriksa fisik.
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun
jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan
kasus yang diambil. Studi kepustakaan dalam laporan ini diambil dari
buku-buku sumber dan jurnal.

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan

8
Hasil laporan kompherensif ini dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik agar
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program
study Profesi Kebidanan di Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Medan.

3. Bagi Penulis
Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan,
memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika
menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi
penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada remaja.

9
10
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Kajian Masalah Kasus


Asuhan Kebidanan pada Nn.S umur 21 tahun denganAmenore
Sekunder di Ruang Obgyn RS. USU.

B. Kajian Teori

Pengertian Amenore
Haid (Menstruasi) adalah perdarahansecara periodik dan siklik dari uterus,
disertaipelepasan (deskuamasi) endometrium. PanjangsiklusMenstruasi ialah jarak
antara tanggalmulainya Menstruasi yang lalu dan mulainyaMenstruasi berikutnya.
Hari mulainya perdarahandinamakan hari pertama siklus. Panjang
siklusMenstruasi yang normal atau dianggapsebagai siklusMenstruasi yang klasik
ialah 28hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan sajaantara beberapa wanita tetapi
juga pada wanitayang sama. Juga pada kakak beradik bahkansaudara kembar,
siklusMenstruasi tidak terlalusama. Dari pengamatan Hartman yang dikutipdari
Wiknjosastro (2012).
Panjang siklus yangbiasa dijumpai ialah 25 – 32 hari.LamaMenstruasi
biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1– 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
kemudian,ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanitabiasanya lama
Menstruasi itu tetap. Jumlah darahyang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita
yanglebih tua biasanya darah yang keluar lebihbanyak. Jumlah darah Menstruasi
yang lebih dari80 cc di anggap patologik(Wiknjosastro, 2012).
Amenore Merupakan gangguan menstruasi yang terjadi pada beberapa
titik sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa dalam keadaan tidak datang
menstruasi selama tiga bulan berturut-turut (Varney, 2007). Amenorrhea tidak
ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang diiringi penurunan berat

11
badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan tidak sehebat pada
anoreksia nervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala, 2005).
Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan
selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Amenore sekunder
atau Jing-Bi adalah keadaan tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
(Fansia, 2011). Amenore sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai
tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-
turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi (Merin dkk,
2012).

A. Etiologi
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit.
a. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan
berat badan
b. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
c. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
d. Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar dan ginjal.

Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik,


endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan. Amenore
dalam ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut sebagai Jing-Bi
disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional (stress), perubahan
lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi lainnya Sedangkan

12
menurut Manuaba (2007), penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan
metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau terdapat
penyakit menahun. Menurut Syafrudin dkk (2011), penyebab amenore
diakibatkan oleh beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau
kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh stres
psikologis.

B. Klasifikasi
Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :
1. Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang
berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah
menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi
sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorrhea sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6
bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya disebabkan
oleh gangguan emosional minor yang berhubungan dengan berada jauh
dari rumah, masuk ke perguruan tinggi, ketegangan akibat tugas-tugas.
Penyebab kedua yang paling umum adalah kehamilan, sehingga
pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.

C. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu.Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan
pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat
menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ).

13
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan
peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana
folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan
amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol
tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual( estrogen dan
progesteron ) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan
estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah
defisiensi estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada
keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat
morfin.Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun.Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan.Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat
menekan pembentukan GnRH.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi tergantung
kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas,
maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya
adalah kehamilan akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika
penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma cushingmenyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit dan lengan
serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin ditemukan, yaitu:
1. Sakit kepala
2. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui.

14
3. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
4. Penurunan atau penambahan berat badan
5. Vagina yang kering
6. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

F. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Tes
darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
1. Follicle stimulating hormone (FSH).
2. Luteinizing hormone (LH).
3. Prolactin hormone (hormon prolaktin).
4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
5. Thyroid stimulating hormone (TSH).

Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan


berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia
penderita.Pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu:
1. Biopsi endometrium
2. Progestin withdrawal
3. Kadar prolaktin
4. Tes fungsi tiroid
5. Tes kehamilan
6. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
7. CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
8. USG

15
G. Penatalaksanaan
Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada
penyebabnya.
1. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
2. Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita
dianjurkan untuk menguranginya.
3. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan
semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 –
6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk
merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk merangsan
perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya belum
membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh bisa
diberikan estrogen.
4. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak
biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan
prolaktin yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa dilakukan
pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru dilakukan jika
pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.

Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat ditangani


dengan:
1. Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan
sirkulasi Qi, menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus
menstruasi. Terapi akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan
dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji (SP
8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong (ST 40),
dan Guanyuan (CV 4).

16
2. Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang
memiliki efek estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit
ditambahkan asam kawak yang kemungkinan dapat memperkuat efek
peluruh haid, dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan mineral.
Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta (rebusan) kunyit
asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam kawak 5 gr, madu 3
sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus dalam 750 mL air, lalu
dijadikan 600 mL. Rebusan tersebut diminum 3 kali sehari @ 200 mL.
3. Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian susu
kedelai sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat
sebanyak 240 mL dan pemberian rebusan air kacang hijau dengan dosis
kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu dijadikan 240 mL.
Kedelai dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :


1. Observasi keadaan umum
2. Perbaikan asupan gizi
3. Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4. Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5. Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6. Pemberian estrogen dan progesteron

H. Komplikasi
Jika terus dibiarkan tanpa penanganan, amenorea dapat memicu
komplikasi berikut ini di kemudian hari:
1. Infertilitas atau ketidaksuburan. Jika wanita tidak berovulasi dan
tidak mengalami haid, ia tidak akan bisa hamil.
2. Osteoporosis. Apabila amenorea disebabkan oleh kadar estrogen
yang rendah, penderitanya bisa memiliki risiko osteoporosis.
3. Jika penyebab dari amenore sekunder adalah kelainan pada rahim, maka
kemungkinan dapat menyebabkan kanker rahim.

17
BAB III
PEMBAHASAN

Tanggal : 10 – 03 - 2020 Pukul : 11.20 WIB Oleh : Mahasiswi Kebidanan

PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

A. Pengkajian
S:
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Batak / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat: Jl. Setia budi Psr 3 Tjg Sari Medan

2. Keluhan utama :
Nn. S mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan
menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya.

3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Nn. S mengatakan haid pertama menstruasi
umur 13 tahun
b. Siklus : Nn. S mengatakan siklus menstruasinya ±
30 hari
c. Teratur/tidak : Nn. S mengatakan menstruasinya teratur
d. Lama : Nn. S mengatakan menstruasinya 5 – 6 hari
e. Banyaknya : Nn. S mengatakan ganti pembalut 2 -3/hari
f. Sifat darah : Nn. S mengatakan sifat darahnya merah segar

18
dan ada gumpalan
g. Dismenorhoe : Nn. S mengatakan tidak pernah nyeri perut
bagian bawah saat menstruasi

4. Riwayat Perkawinan
Nn. S mengatakan belum pernah menikah

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


Riwayat kehamilan/persalinan
Hami Tgl Umur Jenis Penolong Komplikasi J BB Laktasi
l ke Lahir Kehami Persalinan Persalinan K
lan
- - - - - - - - -

6. Riwayat Keluarga Berencana :


Nn. S mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun .

7. Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Nn. S mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti panas,
pilek dan batuk.
b) Riwayat Penyakit sistemik
1) Jantung : Nn. S mengatakan tidak pernah sakit atau
nyeri pada dada sebelah kiri.
2) Ginjal : Nn. S mengatakan tidak pernah sakit atau
nyeri pada pinggang kanan maupun kiri.
3) Asma /TBC : Nn. S mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
4) Hepatitis : Nn. S mengatakan tidak pernah berwarna

19
kuning pada mata, ujung kuku dan kulit.
5) DM : Nn. S mengatakan tidak pernah merasa
sering haus, sering lapar dan sering BAK pada
malam hari.
6) Hipertensi :Nn. S mengatakan tidak pernah memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
7) Epilepsi : Nn.S mengatakan tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulut.
8) Lain-lain : Nn. S mengatakan tidak pernah menderita
penyakit PMS seperti vaginitis (gatal, berbau,
kemerahan), gonorhoe (nyeri ketika berkemih)

8. Riwayat penyakit keluarga


Nn. S mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan riwayat penyakit
menular seperti TBC, hepatitis.

9. Riwayat keturunan kembar


Nn. S mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat
keturunan kembar.

10. Riwayat operasi


Nn. S mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun

11. Data Psikologis


Nn. S mengatakan merasa cemas karena sudah 3 bulan
belum menstruasi

20
12. Pola Kehidupan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Nn.S mengatakan setiap harinnya jarang makan
sayur, buah dan lebih sering mengkonsumsi
junkfood

b. Pola Eliminasi
BAK
Nn.S mengatakan BAK ± 6 kali dalam sehari , warna kekuningan
dan berbau khas.

BAB
Nn.S mengatakan BAB ± 2 kali di hari ini warna kuning , bau khas
dan padat.

13. Pola Istirahat/Tidur


Nn.S mengatakan bahwa pola tidur/istirahat tidak teratur.

14. Personal Hygiene


Nn.S mengatakan bahwa mandi 2 kali sehari pagi dan sore, dengan
menggosok gigi dan membersihkan alat genetalia serta mengganti pakaian
dalam.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 36,4 ºC
b. Nadi : 78 x/menit
c. Pernapasan : 20 x/menit
d. TB : 157 Cm

21
e. BB sebelum : 62 kg
BB sekarang : 59 kg

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1. Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak rontok
2. Muka : Tidak pucat, tidak oedem
3. Mata : Tidak oedema
Conjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
4. Hidung : Simetris, tidak ada benjolan
5. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
6. Mulut/gigi/gusi : tidak stomatitis, tidak berdara, tidak ada
caries.
b. Leher
1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
2) Tumor : tidak ada benjolan
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla


1) Dada
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada
c) Simetris : simetris
d) Putting susu : menonjol
e) Kolostrum : tidak keluar
2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada
d. Abdomen
1) Pembesaran hati : tidak ada

22
2) Benjolan / Tumor :tidak ada
3) Nyeri Tekan : tidak ada
4) Luka Bekas Operasi : tidak ada

e. Anogenital
1. Vulva vagina
a) Varices : tidak dilakukan
b) Luka : tidak dilakukan
c) Kemerahan : tidak dilakukan
d) Nyeri : tidak dilakukan
e) Pengeluaran pervaginam: tidak dilakukan
2. Inspeculo
Portio / Serviks : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan dalam
a) Portio / servik : tidak dilakukan
b) Tumor / Benjolan : tidak dilakukan
c) Nyeri : tidak dilakukan
4. Anus
a) Haemoroid : tidak ada haemoroid
b) Lain-lain : tidak ada
5. Ekstremitas
a) Varices : tidak dilakukan
b) Oedema : tidak dilakukan
c) Reflek patella : tidak dilakukan

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
b.Pemeriksaan Penunjang lain : Pemeriksaan PP test Negatif

23
A:
Analisis
Nn.S umur 21 Tahun dengan Amenore Sekunder.

P:

1. Memberitahu pasien hasil pemeriksaaan.


TTV
a. TD : 110/70 mmHg
b. R : 20x/menit
c. N : 78 x/menit
d. S : 36,50C
e. TB :157 cm
f. BB : 59 kg
g. Pemeriksaan abdomen tidak ada masa dan tidak ada nyeri tekan
h. Pemeriksaan Penunjang lain dilakukan Pemeriksaan PP test
dengan hasil negatif.
(Pasien sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dengan baik).

2. Memberikan KIE sesuai dengan saran dokter pada pasien mengenai


amenore sekunder yaitu secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya
menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut
pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi. Amenore
sekunder disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional (stress),
perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi
lainnya, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau terdapat
penyakit menahun.
(Pasien sudah mengerti tentang penyebab gangguan menstruasi Amenore
Sekunder dan sudah tidak cemas dengan kondisinya).

24
3. Menganjurkan pasien agar tetap mengatur pola makan/diet sesuai yang
dianjurkan dokter yaitu dengan makan minimal 3 kali dalam sehari dengan
menu makanan yang berigizi dan seimbang seperti tercukupi kebutuhan
protein nabati, hewani, karbohidrat dan sayuran, buah yang banyak
mengandung vitamin maupun serat. Hindari junkfood untuk dikonsumsi.
(Pasien sudah mengerti pentingnya mengatur makanan/diet dan bersedia
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang).

4. Menganjurkan pasein agar melakukan aktifitas fisik /olahraga. Dengan


berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal, dan juga
membantu menurunkan berat badan apabila terjadi obesitas, serta olahraga
meningkatkan percaya diri. Dianjurkan durasi berolahraga 15-30 menit
dengan olahraga ringan.
(Pasien sudah mengerti dan bersedia untuk melakukan aktifitas/olahraga
ringan)

5. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sesuai kebutuhan yaitu


tidur siang minimal 2 jam dan tidur malam minimal 7 jam.
(Pasien bersedia melakukan istirahat yang cukup)

6. Menganjurkan pasien agar selalu ingat untuk mengkonsumsi therapy obat


sesuai anjuran dokter.
(Pasien akan selalu ingat untuk mengkonsumsi obat).

7. Menganjurkan pasien datang untuk melakukan kontrol ulang 1 bulan


kedepan untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
(Pasien bersedia untuk kontrol ulang 1 bulan kedepan).

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi,
baik secara permanen atau sementara.Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai
primer atau sekunder.Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah
dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan
sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka
waktu lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi.Siklus
menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti perubahan
sementara di tingkat hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor eksternal atau
lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat
dan dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar
pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh
hormon yang diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa
pemeriksaan USG, Histerosalpingografi, Histeroskopi, danMagnetic Resonance
Imaging (MRI).

B. Saran
Peran tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
secara komprehensif pada remaja khususnya yang mengalami gangguan
menstruasi untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan dan mutu pelayanan
kebidanan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus


Menstruasi Pada Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. (di akses
tanggal 20 Maret 2020).

Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan


Stasis Darah Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma Domestica
Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-24203-fk-pt16. (di
akeses tanggal 20 Maret 2020).

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.


core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. (di akses 21 Maret 2020).

Norwitz dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta:


Erlangga

Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Medical Book.

Oktavia, F. 2010. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder


pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.download.portalgaruda.org/article.php?...Hubungan%20Anxietas. ( di
akses tanggal 21 November 2020).

27
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Medical Book

Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada


Ny.T umur 32 Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Revina dan Susanti, 2014. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kesehatan Pada
Organ Reproduksi Wanita Berbasis Web Dengan Metode Forward
Chaining. Jurnal LPKIA, Vol.1 No.1, September 2014 dengan e-
journal.lpkia.ac.id/files/students/essays/journals/211.pdf. (d iakses tanggal 21
Maret 2020).

Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media

Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe,


Amenore, Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. (di akses tanggal 21
Maret 2020).

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga,Lansia dan


Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yanti, 2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

28
29

Anda mungkin juga menyukai