Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI


PADA Nn.G 18 TAHUN DENGAN PRANIKAH USIA DINI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Pranikah dan


Prakonsepsi

Oleh:
MAHLIZA LINI
P07524719012

PEMBIMBING INSTITUSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN
2019/2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI


DI PUSKESMAS NAMORAMBE PADA “Nn. G” 18 TAHUN
DENGAN PRANIKAH USIA DINI

Oleh:
MAHLIZA LINI
P07524719012

DOSEN PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING

(Ardiana Batubara SST, M.Keb) (Betty Mangkuji SST, M.Keb)


NIP: 196605231986012001 NIP: 196609101994032001

Menyetujui,

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:19660523198601200

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi pada
Nn. G 18 Tahun Dengan Pranikah Usia Dini di Puskesmas Namorambe”, dalam
kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada dosen pengampu Tri Marini SST, M. Keb dan Yusniar Siregar,
SST. Kes, yang telah membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan
kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini
dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh


pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan. Amin.

Penulis

Mahliza Lini

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................................i
Kata pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
Daftar Tabel..............................................................................................................v
Daftar Lampiran......................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................7
1.2 Tujuan....................................................................................................... 9
1.3 Ruang lingkup.......................................................................................... 9
1.4 Metode...................................................................................................... 10
1.5 Manfaat..................................................................................................... 10
1.6 Waktu Praktek.......................................................................................... 11
1.7 Tempat Praktek......................................................................................... 11
1.8 Peserta Praktek......................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................12


2.1 Asuhan Pranikah dan Prakonsepsi...........................................................12
A. Pengertian Pranikah.............................................................................12
B. Tujuan Asuhan Pranikah.....................................................................13
C. Persiapan menikah...............................................................................15
D. Pelayanan kesehatan Pranikah............................................................16
E. Informasi PraNikah..............................................................................18
F. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan,
Persalinan dan Pasca Salin
G.Informasi tentang IMS.........................................................................20
H. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
I. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri
J. Pengertian Prakonsepsi

4
K. Pemeriksaan kesehatan Prakonsepsi
L. Perencanaan kehamilan
M. Persiapan Kehamilan

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................30


3.1 Asuhan Kebidanan pada Nn.G dan Tn.D.................................................30

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................43
4.1 Pasangan calon pengantin pada Nn.G dan Tn.D......................................43

BAB V PENUTUP....................................................................................................47
A.Kesimpulan.................................................................................................47
B.Saran...........................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia
remaja di Indonesia sekitar 27,6%, yang berarti setiap empat orang terdapat
satu remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak
menuju masa dewasa. Berdasarkan tugas perkembangannya, remaja belum
dituntut untuk menikah dan memiliki anak (BKKBN dan UBAYA, 2018).
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 10 Tahun 1992 tentang
Kependudukan dan Keluarga Sejahtera, usia pernikahan minimal untuk
perempuan yakni 20 tahun dan untuk laki-laki 25 tahun. Menurut Kusmiran
(2018), kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi
karena pada masa ini alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah usia 20 tahun
karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal,
sedangkan pada usia 14-19 tahun sistem hormonal belum stabil.
Berdasarkan data UNDESA (2017), persentase perempuan yang
menikah pada usia 15-19 tahun di setiap negara sudah melebihi 5%, perempuan
menikah usia 15-19 tahun hampir 2/3 dari jumlah total anak perempuan, di
Nepal 1/3 dari perempuan menikah pada usia 15-19 tahun, sedangkan di India,
Thailand dan Uganda lebih dari 20% perempuan menikah pada usia 15-19
tahun. Persentase pernikahan dini di Indonesia masuk peringkat ke-37 dan
merupakan tertinggi ke-2 di ASEAN setelah Kamboja.
Berdasarkan data UNFPA (2018), Pada tahun 2016 hingga tahun 2020
diperkirakan sebanyak 14,2 juta anak perempuan di bawah usia 18 tahun
menikah setiap tahun atau sekitar 39.000 anak perempuan menikah setiap hari.
Pada tahun 2021 hingga tahun 2030, jika kecenderungan ini terus berlanjut
maka akan meningkat menjadi 15,1 juta setiap tahun.

6
Pernikahan yang ideal untuk perempuan yakni 21-25 tahun karena di
usia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang
dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan yang secara fisik
sudah mulai matang. Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan dini dapat
meningkatkan risiko kanker leher rahim karena hubungan seksual dilakukan
pada saat secara anatomi sel-sel serviks belum matur, meningkatkan angka
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas
(Irianto, 2018).
Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di
Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu
sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global
Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat
turun menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari target SDGs sehingga perlu upaya
yang lebih besar untuk menurunkan AKI agar mencapai target SDGs di tahun
2030 (Kemenkes, 2015).
Berbagai penelitian sudah sejak lama membuktikan mengenai manfaat
persiapan pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka
panjang yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins, et al,
2015). Kesiapan menikah terdiri atas kesiapan emosi, sosial, spiritual, peran,
usia, seksual, dan finansial (Sari, dkk, 2019). Salah satu indikasi bahwa calon
pengantin yang sehat adalah dengan kesehatan reproduksinya berada pada
kondisi yang baik (Kemenkes, 2015). Dengan kesehatan reproduksi yang telah
disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan kehamilan tidak diinginkan
dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi pada saat hamil, bersalin,
maupun nifas.
Oleh karena itu, program persiapan pranikah menjadi penting dalam
perencanaan kehamilan. Dengan demikan bidan dalam kesehatan ibu dan anak
memiliki peran penting dalam memberikan edukasi tetang perencanaan
kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul laporan

7
mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Ny. G Umur 18 Tahun dengan Pranikah
Usia Dini di Puskesmas Namorambe”.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menjalankan Praktek Klinik Kebidanan (PKK), mahasiswi profesi
diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif dan
professional pada masa pranikah dan prakonsepsi dengan melibatkan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kode etik profesi.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
a. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi
secara holistik, komprehensif, dan berksesinambunganyang didukung
kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinis dan reflektif.
b. Mampu melakukan deteksi dini, konsultasi, kolaborasi dan rujukan,
didukung kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinis sesuai
ruang lingkup asuhan kebidanan.
c. Mampu melakukan KIE, promosi kesehatan dan konseling tentang
kesehatan reproduksi.
d. Mampu melaukan pendokumentasian asuhan pelaporan pelayanan
kebidanan sesuai kode etik profesi (pranikah dan prakonsepsi).

C. Ruang Lingkup
C.1 Lokasi:
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan
Komprehensif ini adalah di Puskesmas Namorambe

C.2 Subjek Laporan Kasus :


Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah
pranikah dan prakonsepsi pada Ny. G Umur 18 Tahun dengan Pranikah
Usia Dini.

8
C.3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik
wawancara dan observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis
dengan pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan pasien
yang akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data
yang akurat.
Wawancara dalam tugas iniyaitu melakukan anamnesa pada ibu.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada Ny.G dengan cara
pemeriksaan fisik, mengobservasi tanda-tanda vital pada ibu.
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun
jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan
kasus yang diambil.Studi kepustakaan dalam tugas ini diambil dari
buku-buku sumber dan jurnal.

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan (Klinik)
Hasil penelitian ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan
upaya-upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pranikah dan
prakonsepsi untuk diberikan asuhan secara komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program
studi Profesi Kebidanan di Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Medan.

9
3. Bagi Penulis
Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan,
memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika
menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi
penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada pranikah dan
prakonsepsi.

10
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan
UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
Pada peraturan pemerintah di jelaskan bahwa pada Pasal 13 telah diatur
tentang kesehatan reproduksi khususnya untk pra nikah.
1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bertujuan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat, serta memperoleh bayi yang sehat.
2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit:
a. pemeriksaan fisik;
b. imunisasi; dan
c. konsultasi kesehatan.

11
3) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa pemeriksaan fisik dan
imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan.
4) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil berupa konsultasi kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya dan/atau tenaga
nonkesehatan terlatih.

Melihat dari program atau peraturan pemerintah tentang kesehatan


reproduksi khususnya pra nikah, kita sebagai bidan atau tenaga kesehatan yang
terlatih mempunyai andil dalam melaksanakan program ini (Wilis, 2016).

B. Tujuan Asuhan Pranikah


Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

C. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan
kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik

12
pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan laboratorium
(darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi
juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi
yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.

D. Pelayanan Kesehatan Pranikah


Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat
Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
beberapa kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan
pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi
pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon
pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat
serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan
pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan

13
PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau
persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung
Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:
BB ( kg )
IMT=
[TB ( m ) ]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai


berikut:
Tabel 1.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas

14
LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5
cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan
hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang
menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan
dengan status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada
kelompok subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang tidak puas
terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih, sehingga pada
kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata asupan makannya malah
cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan
makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan
terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan dapat
terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan pentingnya
status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.

b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang.
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel
darah merah: konsentrasihemoglobin, hematokrit atau jumlah seldarah
merah. Menurut kriteria WHO anemiaadalah kadar hemoglobin di bawah
13 g%pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria

15
WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia
adalahkadar hemoglobin di bawah 14 g% pada priadan di bawah 12 g%
pada wanita. Kriteria inidigunakan untuk evaluasi anemia pada penderita
dengan keganasan. Anemia merupakantanda adanya penyakit. Anemia
selalu merupakankeadaan tidak normal dan harus dicaripenyebabnya
(Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan
salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe
1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome
(PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine, neuropati, gangguan
vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh dalam
patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu
diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan
seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).

(b) Pemeriksaan hepatitis

16
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh
virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin
yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau
kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian
putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan
IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari
hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi,
hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari ibu hamil
penderita hepatitis B ke janinnya.
(c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma
gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II
(HSV II). Dapat ditularkan melalui:
1) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan
tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
2) Penularan dari ibu ke janin
3) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan
masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata,
otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
(d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea,
klamidia, kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis

17
B, dan lain-lain. Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada
perempuan:
1. Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
2. Gatal di sekitar vagina dan anus
3. Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau
anus
4. Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
5. Keluar darah setelah berhubungan seksual
6. Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
i. Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
ii. Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
iii. Pembengkakan dan sakit di buah zakar
iv. Gatal di sekitar alat kelamin
v. Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan
menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di
luar kandungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan
syaraf, kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
(e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan
infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS
(Acquire Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala
dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung
menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di

18
dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma,
cairan vagina, dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orangyang telah terinfeksi HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
(3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
(4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi
terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual
(sesame jenis kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara
pencegahan penularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE
yaitu:
a) Abstinence(tidak berhubungan seksual)
b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)

d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti


narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
e) Education(membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi
ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.

c. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup

19
untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status
imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang
bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 1.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.

d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.

e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah


Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima
agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk
menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).

20
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yangdiselenggarakan
kepada pihak-pihak yang belum menikah,sehubungan dengan rencana
pernikahannya. Pihak-pihak tersebutdatang ke konselor untuk membuat
keputusannya agar lebih mantapdan dapat melakukan penyesuaian di
kemudian hari secara baik(Latipun, 2010).Konseling pernikahan atau yang
biasa disebut marriagecounseling) merupakan upaya membantu pasangan
calon pengantin.Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang
professional.Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu
memecahkanmasalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling
menghargai,toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga,perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh
anggotakeluarganya (Willis, 2009).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untukpasangan yang
akan menikah. Terapi tersebut digunakan untukmembantu pasangan agar
saling memahami, dapat memecahkanmasalah dan konflik secara sehat, saling
menghargai perbedaan, dandapat meningkatkan komunikasi yang baik
(Kertamuda, 2009).Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu
calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon
suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan
sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan).
Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai
hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha,
2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum
memasuki jenjang pernikahan meliputi:
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu

21
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan
yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah
kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian
alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara
sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual. Laki-laki
dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga
kesehatan reproduksi.
2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk
memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu
diketahui natra lain:
1. Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
2. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan
infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahamicara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.

22
4. Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangangan, serta
dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama
tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
1. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2. Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena
berisiko dalam penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.

3) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi


Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu
dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas
mengembangkan kemampuan personil mereka dan membuat pilihan-
pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan
kesetaraan gender dalam pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
1. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak.
2. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.

23
3. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
b. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
1. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak
rambut, menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
2. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-
lain)
3. Kekerasan seksual
4. Penelantaran rumah tangga.

4) Cara merawat organ reproduksi


Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan
perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan
cairan.
3. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4. Menggunakan celana yang tidak ketat
5. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan.
2. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
3. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap
tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi,
ganti pembalut sesering mungkin.
4. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:

24
1. Menjaga kebersihan organ kelamin
2. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang
menutup penis.
3. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

E. Informasi Pranikah

Informasi pra nikah yang perlu diinformasikan kepada calon pengantin


menurut Kemenkes RI (2015) diantaranya :

a. Kesehatan Reproduksi
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik,
mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses
reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
Pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki mempunyai
pengaruh besar terhadap kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki.
Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam
kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan
remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan
reproduksi. Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab
utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan,karena
menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh,
dan fertilitasnya.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,

25
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
IMS, termasuk HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak
terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan,
motivasi, serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih
sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi,
khususnya yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu
dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus
diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-
laki.
b. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah
anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan
seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut
dilahirkan. Hak Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan
keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus
mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan
seksual, serta efek samping obatobatan, alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk
memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak
mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkannya
sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta
memperoleh bayi yang sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap
pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang
diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan

26
akurat tentang penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS) serta dan memahami
upaya pencegahan dan penularannya yang dapat berakibat buruk
terhadap kesehatan reproduksi laki-laki, perempuan dan keturunannya.

F. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan


dan Pasca Salin

a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai
faktor yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan
tidak diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi:
1) Akibat hubungan seks pranikah
2) Akibat gagal/drop out KB
3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak
tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak
ada yang lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari
kehadiran buah hati dalam perkawinan mereka.
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi
estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel
telur dari kandung telur , sehingga sel telur berjalan lambat sehingga
mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Jenis kontrasepsi
hormonal terdiri dari pil kontrasepsi, kontrasepsi suntikan, dan implan
(Baziad dan Prabowo, 2011).
Efek samping dari kontrasepsi hormonal adalah adanya gangguan
dari menstruasi. Efek samping kontrasepsi DMPA (Depot
Medroxyprogesteron Asetat) dan implan yang paling utama adalah
gangguan menstruasi berupa amenore, spotting, perubahan siklus,
frekuensi, lama menstruasi dan jumlah darah yang hilang (Hartanto,
2013). Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu

27
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan
terhadap kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi (Anggraeni,
2009 dalam Susilowati dan Prasetyo, 2015).

b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+)
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
4) Tidak ada nafsu makan
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang
ada atau tidak pernah dimakannya
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
c. Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan
1) Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Maret 2020 masih haid, kemudian ketika diperiksa
tanggal 14 April 2020 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur
kehamilannya adalah antara 8 Juni Maret sampai dengan 14 Juli April
2020 adalah 36 hari atau sekitar 5 minggu.
2) Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus:
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka
waktu persalinan diperkiraka Tanggal 8+7=15, Bulan 6-3=3, Tahun

28
2019+1= 2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret
2020.
d. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal
mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut
sehingga kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa
memperoleh nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kementrian Kesehatan, 2016).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya.
Pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur dan komprehensif
dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul
selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi
dengan cepat dan tepat1. Indikator yang digunakan untuk
menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu

29
cakupan K1 (Kunjungan pertama) adalah kontak pertama ibu hamil
dengan tenaga kesehatan dan K4 adalah kontak 4 kali atau lebih
dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standar.
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan
antenatal tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan
pemerinztah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa),
ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus bila diperlukan, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan
laboratorium sederhana (rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus,
temu wicara/ konseling) (Kemenkes RI, 2012).

e. Proses Kehamilan

minggu ke 1 (hari ke 7) minggu ke 4 (hari ke 28) minggu ke 8 (hari ke 56)

minggu ke 12 (hari ke 84) minggu ke 24 (hari ke168) minggu ke 40 (hari ke 280)


100 mm 550 mm

Gambar 1.3 Proses Kehamilan


Keterangan :
1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur
(tuba fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan
dalam dinding rahim

30
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti
tahapan kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah
280 hari ( 9 bulan 10 hari).
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-
laki dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi
pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk
terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada
dinding rahim, hingga plasentasi/ pembentukan plasenta. Dalam
proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur
dan sel sperma.
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita,
saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan
melepaskan satu sel telur yang sudah matang, yang kemudian
ditangkap oleh rumbai – rumbai (microfilamen fimbria) dibawa
masuk kerahim melalui saluran telur (tuba fallopi), sel ini dapat
bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah ovulasi.
Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap
bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan
sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma
(spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur
untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya
hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur
(Manuaba, 2010).
f. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa
selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan

31
memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi
dari perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada
kehamilan lanjut
5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta
memakai alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari
atau berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-
hati dan seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan
orang yang merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
g. Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk
kebutuhan ibu juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan
gizi akan mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat,
mudah terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada
saat menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan
janin keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir
dengan berat lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga
dapat menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum
waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi.
Menurut penelitian Mulyati (2013) Kurang Energi Kronis
merupakan keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan

32
asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun Seseorang
dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis bilamana LILA
(Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan Energi
Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekutangan Energi Kronis
(Lubis, 2003; h. 6). Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan
dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan
mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus,
dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2016).
h. Kehamilan dan Persalinan Berisiko
Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor:
4 terlalu dan 3 terlambat.
Empat Terlalu yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
Tiga Terlambat yaitu:
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
Kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara
jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ
reproduksi si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan
memberi kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali
normal dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk
tumbuh dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang.
Sebelum merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan
secara matang, misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya,

33
penyediaan kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan
yang layak.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiyastuti an Susilawati (2007) di
Rumah Sakit Umur Daerah Palembang Bari (2007), didapatkan hasil
resiko plasenta previa pada ibu yang usianya kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun, dua kali lipat jika dibandingkan dengan ibu yang
usianya antara 20 tahun sampai 35 tahun. Dari penelitrian Abdat (2010)
di Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta didaptkan hasil bahwa resiko
plasenta previa pada multipara 2,53 kali jika dibaningkan dengan
primipara.
i. Penundaan Kehamilan
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua
pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda
kehamilan tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan misalnya
seperti:
1) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
2) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
3) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu
basal, penilaian lendir vagina.

j. Tanda Bahaya Kehamilan

Gambar 1.4 Tanda Bahaya Kehamilan

34
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu
dan janin, hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi
tanda-tanda yang dapat mengancam jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya. Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut :

1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanyasedikit.


2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau
kejang.
3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
k. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orangtua, ipar
dan keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan
ekonomi juga harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga
tidak boleh dibebani dengan pekerjaan atau tugasmenumpuk. Beberapa
kondisi emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil :

1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja,


mudah marah, tidaksemangat
2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur
nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut
disebabkan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya.
3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap
perkembangan bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya
meninggal, atau cacat

35
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara
ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan
makanan-makanan yang mungkin tidak pada musimnya
sehingga sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena ingin
diperhatikan keluarga dan suami
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan
untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya
depresi, cemas, tekanan-tekanan/stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas,
tekanan/ stres pada ibu hamil :

1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga


menimbulkan perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali
dalam sehari selama 20menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan
pikirannya, dengan meminta si ibu membayangkan dirinya
berada di sebuah tempat yang nyaman, tempat yang pernah
dikenalnya dan disukainya. Misalnya merasa sedang berada di
pantai yang tenang atau mendengarkan musik yang lembut.

G. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu
penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama
penyakit kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita dapat
terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
1) Gejala Infeksi Menular Seksual

a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari
biasanya.

b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah

36
kencing, atau menjadi sering kencing.

c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.


Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.

d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar


kemaluan.

e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.

f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung


pelir/kantung zakar.

g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak


berhubungan dengan haid/menstruasi.

h) Keluar darah setelah berhubungan seks.

i) Demam.

2) Jenis-jenis IMS (Infeksi Menular Seksual

Kondilom
Herpes
a
Geneta
akuminata
lia
Konjungtivis
Gonore Sifilis
is gonore

Gambar 1.5 Jenis-jenis IMS

a) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya,


jika tidak diobati dengan benar.
b) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam) dan Herpes genitalis
sangat menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup.
c) Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati.
d) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita
sifilis seringkali cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
e) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan.

37
3) Penyebab terjadinya IMS
Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, Hepatitis B &
C, Herpes genitalis dan Kondiloma akuminata (Jengger ayam)
termasuk jenis- jenis IMS yang tidak dapat disembuhkan.HIV
adalah yang paling berbahaya karena selain tidak dapat
disembuhkan, HIV merusak kekebalan tubuh manusia untuk
melawan penyakit apapun. Akibatnya, orang yang terkena HIV
dapat menjadi sakit-sakitan dan banyak yang meninggal
karenanya.Ingat!! HIV akan lebih mudah menulari kita, jika kita
terkena IMS.
Hepatitis, merupakan peradangan hati yang dapat merusak
hingga hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat
dicegah dengan melakukan vaksinasi, tetapi Hepatitis C hingga
kini belum ada vaksinnya.
Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat nyeri jika sedang
kambuh. Pada Herpes, yang dapat diobati hanya gejala luarnya
saja, tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam tubuh
penderita selamanya.
Kondiloma akuminata (Jengger Ayam), pada laki-laki dapat
menyebabkan kanker penis sedangkan pada perempuan seringkali
menyebabkan kanker rahim.
4) HIV AIDS
a) Penularan HIV
Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh
manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV
diantaranya:
(1) Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa
kondom, HIV dapat menular dari darah orang yang
terinfeksi, air mani atau cairan vagina langsung ke aliran
darah orang lain, atau melalui selaput mukosa yang berada
di bagian alam vagina, penis atau dubur.

38
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang
mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat
tindakan medis lain yang tercemar HIV. Selain dari jarum
suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian juga
risiko tertular HIV. HIV menular dari ibu ke bayi pada saat
kehamilan, kelahiran, dan ketika menyusui.
(3) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik
bergantian juga risiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan,
kelahiran, dan ketika menyusui.
b) Gejala HIV
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti
halnya orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi
orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan
cairan tubuh. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu
orang tersebut mulai menunjukkan kumpulan gejala akibat
menurunnya kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
c) Pencegahan Penularan IMS da HIV
(1) Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seks dengan orang lain:
(2) Kondom
Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang
terinfeksi virus.
(3) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV
dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun
bentuknya, hindari NARKOBA karena hanya akan
merugikan diri sendiri.
(4) Penggunaan alat-alat yang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat

39
penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara
bergantian. Penularan akan lebih mudah terjadi melalui
darah.

H. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker


Payudara
1. Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus


merupakan kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah
kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki
peringkat pertama. Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium
lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap. Proses terjadinya kanker ini diperlukan
waktu 1-20 tahun.

a. Faktor Risiko Kanker Leher Rahim


Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kanker leher rahim, antara lain adalah :
i. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada
usia muda. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya
untuk terkena kanker leher rahim.
ii. Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa
gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti
infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti
dapat meningkatkan timbulnya kanker leher rahim.
iii. Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih
besar terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan

40
wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,
lendir leher rahim pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-
zat tersebut akan menurunkan daya tahan leher rahim di
samping merupakan faktor pencetus (ko- karsinogen)
infeksi virus.
iv. Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim
dapat menjadi pemicu kanker leher rahim.

b. Tanda-tanda Kanker Leher Rahim


Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-
tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala
sebagai berikut :
i. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
ii. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
iii. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
iv. Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
v. Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan
kronis.
vi. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul.
vii. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi.
Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat :
1) Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah
bening lainnya.
2) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga
menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah
dan nyeri dada.

41
3) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.

c. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim


Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena
sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam
stadium lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada
stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan
sampai hampir 100%. Kuncinya adalah deteksi dini. Deteksi
dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan
Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk
perempuan usia 30, 50 tahun yang sudah berhubungan seksual
dan dapat dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi dini kaker leher
rahim dapat dilakukan di Bidan / Dokter, Puskesmas, Rumah
Sakit.
Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak
memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu
pendarahan pasca senggama, pendarahan tidak normal dari
vagina mulai bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau
busuk, keputihan berbau busuk, nyeri pinggang saat buang air
kecil dan buang air besar

2. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)


Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko
diderita oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini,
penyebab pasti kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat
dipastikan beberapa penyebab terjadinya kanker payudara.

1) Faktor Risiko Kanker Payudara


a) Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap
rokok (perokok pasif)

42
b) Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung
banyak zat pengawet atau pewarna
c) Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
d) Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun
e) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
f) Tidak pernah menyusui anak
g) Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh
kelainan tumor jinak atau tumor ganas
h) Di antara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
2) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
SADARI merupakan cara deteksi dini akan adanya benjolan
atau perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya oleh karena itu SADARI dianjurkan dilakukan sebulan
sekali setelah selesai haid
3) Langkah-langkah melakukan SADARI

Gambar 1.6 Langkah-langkah SADARI

a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang


b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara
c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar
d) Pijatlah payudara sambil berbaring
e) Pijatlah payudara saat mandi
Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain,
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG,
Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis payudara oleh
dokter (Purwanto, 2010). Masalah utama terjadinya kanker

43
payudara adalah ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan
SADARI dengan benar. Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi
semua wanita dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan di
payudara justru ditemukan pertama kali dikenali oleh penderita
bila tidak dilakukan penapisan massal. SADARI sebaiknya
dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-10 dari awal
menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20
tahun (Rasjidi, 2010). Menurut Mikail (2011), SADARI sangat
efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara
termasuk pada wanita usia subur.

I. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri


Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina oleh
suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan bentuk kasih
sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan berdua.Pada
dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan untuk melakukan
hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan telah hidup bersama
setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut terganggu oleh
beberapa hal.
Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Kalau
kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik.Faktor fisik adalah ada tidaknya
penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya pengobatan yang didapat untuk
mendukung fungsi organ tubuh. Sementara faktor psikis misalnya stres,
kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi atau kadar cinta dengan
pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri
(perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak boleh
berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat dikomunikasikan apa
yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing pihak, apa yang disukai dan
apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan seksual itu dilaksanakan, pihak
suami atau istri sama-sama mengetahui apa yang bisa dan apa yang tidak bisa

44
dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah agar kedua belah pihak sama-sama
puas.
a. Gangguan Seksual pada Perempuan
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
2) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan
cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.
3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan
seksual.
4) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual.
b. Ganggian Seksual pada Laki-laki
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau
psikis.
2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
c. Mencegah Gangguan Seksual
1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan
dibina bersama pasangan.
2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. Masing- masing
pasangan berhak tahu mana hal yang mereka suka dan mana hal yang
tidak mereka suka.
3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh yang ideal menjadi
faktor pendukung untuk membangkitkan gairah dari masing-masing
pasangan.
4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola
makan tidak baik, dan tidak berolahraga. Stamina akan berkurang

45
sehingga akan cepat lelah. Akibatnya, keinginan untuk melakukan
hubungan seksual akan berkurang.
5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi
dan indikasinya. Meminum obat yang tidak jelas hanya akan
membahayakan fungsi organ tubuh lain seperti hati dan ginjal. Bahkan
konsumsi obat yang kandungannya tidak jelas dapat memberikan efek
jangka panjang terjangkit penyakit.
6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi
7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama
pasangan.
8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.
1. Mitos pada Perkawinan
Mitos adalah sesuatu yang belum tentu benar tetapi sudah dianggap
benar oleh masyarakat. Biasanya mitos didapat secara turun- temurun baik
secara langsung maupun lewat catatan sejarah. Umumnya mitos-mitos
tersebut sudah berakar dan hidup subur di masyarakat. Perlu dipikirkan
bahwa mitos-mitos terkadang timbul karena ketakutan dan rasa
ketidaknyamanan. Terutama dalam sebuah perkawinan, mitos tidak selalu
harus dipercaya dan harus diuji kebenarannya.
a. Contoh mitos1 : Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan
keluarnya darah dari vagina.
Faktanya adalah : darah yang keluar dari vagina setelah berhubungan
pertama kali timbul karena terjadinya peradangan dan perobekan pada
selaput dara. Selaput dara ini merupakan selaput yang juga memiliki
pembuluh darah. Apabila terjadi robekan pada bagian yang terdapat
pembuluh darah maka terjadi perdarahan, apabila terjadi robekan tetapi
tidak mengenai pembuluh darah maka pendarahan tidak terjadi.
b. Contoh mitos 2 : Hubungan seks pada saat hamil dapat menyebabkan
turun peranakan (prolaps uteri). Prolapsus uteri adalah penurunan
sebagian atau seluruhnya bagian kandungan ke vagina.

46
Faktanya adalah : Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus uteri
yaitu :
1) Kawin terlalu muda dan kehamilan dini
2) Banyak melahirkan (lebih dari empat kali)
3) Malnutrisi / kurang gizi
4) Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka
sempurna
5) Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil
dan setelah melahirkan
c. Contoh mitos 3 : Hubungan seks harus sering agar bayi dalam rahim
subur dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka
bayi mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi
bayi yang normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri
yang berupaya agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil
dengan tujuan agar sang bayi normal dan sehat.
Faktanya adalah : Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi
yang ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan
pertumbuhan bayi.
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada
tidaknya sperma yang masuk ke dalam rahim selama kehamilan. Yang
benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur
berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
d. Contoh mitos 4 : Konon kalau posisi laki-laki ketika melakukan
hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka
bayi laki-laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual
dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan
yang akan dilahirkan.
Faktanya : Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional,
karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi laki-laki ketika
berhubungan seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel
spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur.

47
Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel telur,
maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan kromosom Y
yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi ternyata tidak
sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya

J. Defenisi Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa
prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan
guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur
(ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah
masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi
adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat
menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang
diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita
mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung.
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/ mental, fisik dan finansial
adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan
guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).Masa prakonsepsi
disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada
perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka
menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan merupakan
perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang
aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

48
menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya
menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki
kualitas hubungan psikologi keluarga. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode
prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur,
yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi
biomedik, perilaku, dan kesehatan sosial pada perempuan dan pasangannya
sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang
bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan sosial
uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui
pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus
dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan dalam kompetensi ke-2 Pra konsepsi, KB dan ginekologi
yakni bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka
untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.

K. Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi


Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang
perlu dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para
penganjur dan konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian besar masyarakat
umumnya tidak sepenuhnya mengetahui status kesehatannya secara detail, apalagi
bagi yang tidak melaksanakan general check up rutin tahunan. Seseorang yang
terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa
penyakit infeksi dan hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi
yang dilahirkannya nanti (Purba, 2014).

49
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan
untuk memastikan status kesehatan pasangan, terutama untuk mendeteksi adanya
penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi
kesuburan pasangan maupun kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan prakonsepsi berarti kita dan pasangan dapat melakukan tindakan
pencegahan terhadap masalah kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang
diturunkan secara genetik (Prodia, 2014).
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah untuk
membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis,
penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan
karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi
timbulnya penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang
berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung
penyebaran penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah
masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh positif bagi kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan
berkualitas secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini
akan diketahui secara dini tentang berbagai penyakit keturunan yang
diderita oleh kedua pasangan.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis
pada diri masing-masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya
tujuan-tujuan mulia pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang
mengancam keharmonisan dan keberlangsungan hidup pernikahan
terjadi.

50
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang
mengancam kesehatan masing-masing pasangan yang akan ditimbulkan
oleh persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka.

L. Perencanaan Kehamilan (Kemenkes RI, 2017)


Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. Catin perlu mengetahui
tanda-tanda kehamilan agar mempunyai pemahaman dan kepedulian bila hamil
kelak, mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
a. Dampak Usia Kehamilan Muda dan Kehamilan Tua
Menurut Kemenkes RI (2017:105) dampak usia kehamilan
terlalu muda dan tua yaitu sebagai berikut:
1) Kehamilan pada usia muda (<20 tahun)
a) Organ reproduksi belum berkembanga sempurna
b) Keracunan kehamilan (pre eklamsi)
c) Keguguran
d) Perdarahan
e) Resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin
f) Bayi lahir sebelum waktunya
g) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
h) Cacat bawaan
i) Masalah mental sosial (Ibu belum siap menerima
kehamilan)
2) Kehamilan pada usia tua (>35 tahun)
a) Dapat meningkatkan resiko hipertensi dalam kehamilan
b) Diabetes
c) Pre eklamsi
d) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
e) Cacat Bawaan
f) Lahir Sebelum waktunya

51
g) Keguguran
b. Mencegah Kehamilan Usia Muda
Menurut Kemenkes RI (2017:105) cara mencegah kehamilan di
usia muda, yaitu:
1) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia diatas 20
tahun.
2) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan diatas 20
tahun.
3) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode
kontrasepsi yang tepat digunakan untuk menunda kehamilan
sesuai dengan kondisi pasangan suami istri.
c. Metode Kontrasepsi yang dapat digunakan untuk Penundaan dan
Penjarangan Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2017:105) berikut merupakan metode
kontrasepsi yang dapat digunakan untuk penundaan dan penjarangan
kehamilan, yaitu:
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Implant
c) Metode Operasi Wanita (MOW)
d) Metode Operasi Pria (MOP)
2) Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)
a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil

M. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
1. Pemeriksaan kesehatan

52
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting
dari pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk
mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah
sakit.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan
berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-
benar dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama
disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat badan
serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter
dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu
kesuburan karena kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh.
Sementara kelebihan berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi
menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih
besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan
diabetes selama kehamilan.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan,
juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan
cacat bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol
memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk
kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma
dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis

53
layu. Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada
perempuan maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan
kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma membuahi
sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait
dengan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi
seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari
makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet,
dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan
kelainan fisik, dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi
yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu
harus memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan
janin sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung:
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan
sumber protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah
janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat
sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki
kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan
selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah kecacatan
pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh

54
melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam,
sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol,
seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu
hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu
untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual,
serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
1. Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.

2. Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan
hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh
dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan
ikan salmon.
3. Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi
sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak
terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan
kecambah atau tauge.
4. Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.

55
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah,
kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
5. Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung
telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem
reproduksi. Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon
ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain
makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging
kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond),
biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan
susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)
ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat
besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari
anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya:
hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia
yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di
susu, dan ikan teri.
g) Selenium (Se)

56
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi
seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah
beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng
dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung
di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung,
tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin
yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali
kehamilan dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
j) Hindari konsumsi
1. Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri
E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
2. Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian
kurang baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
3. Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan
ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
4. Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan
ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam,
marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan
dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri
melalui penurunan kualitas air maupun rantai makanan.

57
5. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan
bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup
reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan,
pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika
Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil
langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang
sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan
ketegangan, hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk
dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan,
dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita
dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika
calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi
kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental
dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan.
Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang terdekat
seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
6. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan
sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan.

58
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk
biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan
isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna
persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan
(biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya
pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.

7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi


Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi
ibu dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai
masalah yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai
riwayat kesehatan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang
tidak diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga
kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

59
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 4 Februari 2020
Pukul : 11.05 WIB
Tempat Pengkajian : Poli KIA/KB Puskesmas Namorambe

Subjektif
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. G Nama : Tn. D
Umur : 18 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Batak
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : PNS(Guru)
Alamat : Jl.Tandukbongkar Alamat : Jl.Tandukbongkar
Delitua Delitua
No.Telp : 081377xxxxxx
2. Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 11 tahun
b. Siklus : 28 hari/bulan, teratur, lama ±4-6 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : 28 Januari 2020
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah
menstruasi, tidak gatal, tidak berbau

60
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Kedua calon pengantin belum mendapatkan penyuluhan kesehatan
reproduksi pranikah dan perencanaan kehamilan
6. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri),

belum pernah melakukan pemeriksaan


hepatitis, IMS dan HIV/AIDS, dan golongan
darah, Status TT4 (SD Kelas 1 dan 6).
b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Orang tua laki-laki (ayah) menderita hipertensi
b. Catin Laki-laki : Ibu menderita DM

8. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan


a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Laki-laki : Tidak ada

9. Pola Fungsional Kesehatan


a. Nutrisi :
Catin Wanita
Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi,
ayam, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur .
Minum air putih 7-8 gelas sehari, suka mengkosumsi
minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada

61
pantangan/alergi makanan
Catin Laki-laki
Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi,
ikan, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur.
Minum air putih 8-10 gelas sehari, suka mengkosumsi
minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada
pantangan/alergi makanan

b. Eliminasi:
(a) Catin Wanita : BAB 1-2 hari sekali, warna kuning khas, tidak
ada keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali
sehari, tidak nyeri saat berkemih
(b Catin Laki-laki : BAB 1 kali sehari. BAK 5-7 kali sehari, tidak
) nyeri saat berkemih
c. Istirahat :
Catin Wanita
Tidur siang ± 1 jam dan pada malam hari tidur 7-8 jam
Catin Laki-laki
jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam

d. Aktivitas :
Catin Wanita
Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga
Catin Laki-laki
Bekerja sebagai guru SMA

e. Hygiene :
Catin wanita
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana

62
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK atau
BAB dikeringkan menggunakan tisu.
Catin Laki-laki
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari

f. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 20 April 2020.
1) Catin Wanita : pernikahan yang pertama, dan belum pernah
melakukan hubungan seksual
2) Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama, dan belum pernah
melakukan hubungan seksual
g. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon
pengantin mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak
menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak.
Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan pernikahan.

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki-laki
a. Keadaan Umum : baik Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis Kesadaran :composmentis
c. Antropometri :
Catin Wanita
BB : 58 kg
TB : 165 cm

63
IMT : 20,7 kg/m2
LILA : 30 cm
Catin Laki-laki
BB : 68 Kg
TB : 169 cm
IMT : 25 Kg/m2
d. Tanda-tanda Vital
Catin wanita
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Catin laki-laki
TD : 120/70 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
1) Catin Wanita
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
berkenaan dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(6) Dada : tidak dilakukan
(7) Abdomen : tidak dilakukan
(8) Anogenital : tidak dilakukan
2) Catin Laki-laki
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3) Pemeriksaan Penunjang
Catin wanita

64
Hb : 12 g/dl

HIV : -

Catin Laki-laki

Hb : 13 g/dl

HIV : -

B. ANALISIS
Nn. G usia 18 tahun dengan pranikah usia dini

C. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 4 Februari 2020 Pukul : 11.05 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa


keadaan mereka baik, tanda- tanda vital dalam batas normal dan hasil
pemeriksaan laboratorium normal.

Catin Wanita
BB : 58 kg
TB : 165 cm
IMT : 20,7 kg/m2
LILA : 30 cm
Hb : 12 g/dl
HIV :-

Catin Laki-laki
BB : 68 Kg
TB : 169 cm
IMT : 25 Kg/m2
Hb : 15 g/dl
HIV :-

65
2) Menjelaskan kepada kedua calon pengantin untuk menunda kehamilan
pertama sampai usia calon pengantin perempuan di atas 20 tahun karena
Rahim (uterus) siap melakukan fungsi hormonal melewati masa kerja
yang maksimal yaitu setelah usia 20 tahun, kehamilan di usia < 20 tahun
akan berisiko mengalami kesulitan dalam persalinan, hipertensi dalam
kehamilan, keguguran, perdarahan, dan resiko panggul sempit. Serta
menganjurkan calon pengantin untuk menghindari 4 Terlalu dalam
kehamilan yaitu teralu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35 tahun), terlalu
dekat jarak kehamilan (<2 tahun), dan terlalu banyak anak (>3 anak).

3) Menjelaskan kepada calon pengantin wanita bahwa status imunisasi TT


saat ini sudah TT4 yang masa perlindungannya terhadap tetanus
neonatorum adalah 10 tahun dan belum seumur hidup, sehingga catin
wanita masih perlu diberikan suntik imunisasi TT satu kali lagi .

4) Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri calon


pengantin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang
yaitu TT5 (TT lengkap) yang masa perlindungannya terhadap tetanus
neonatorum adalah seumur hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil atau
hamil lagi, maka ibu tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT kembali.

5) Menjelaskan Persiapan pernikahan kepada kedua calon pengantin bahwa


harus memiliki kesiapan fisik meliputi pemeriksaan status kesehatan,
status gizi, dan laboratorium, kesiapan Mental/Psikologis yaitu harus siap
menjadi orang tua termasuk mengasuh dan mendidik anak, Kesiapan
Sosial Ekonomi yaitu seperti status sosial ekonomi yang kurang dapat
meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia pada calon ibu.

6) Menjelaskan kepada calon pengantin laki-laki memiliki risiko terkena DM


karena memiliki keturunan diabetes mellitus dan calon pengantin

66
perempuan memiliki risiko mengalami hipertensi dikarenakan calon
pengantin perempuan memiliki keturunan penyakit hipertensi

7) a. Menganjurkan kepada calon pengantin wanita untuk menjaga pola


makan seimbang, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol,
kadar garam dikarenakan berisiko mengalami hipertensi dan mengurangi
kafein (batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari) karena
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan, serta
mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga dan kontrol kesehatan
secara rutin
b. Menganjurkan kepada calon pengantin laki-laki untuk menjaga
pola makan seimbang, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol,
kadar gula tinggi dikarenakan berisiko mengalami DM (diabetes mellitus)
dan mengurangi kafein (batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200
miligram/hari) karena dapat memperburuk kesehatan serta mencegah
stress berlebihan, melakukan olahraga dan kontrol kesehatan secara rutin.

8) Menganjurkan kepada calon pengantin wanita untuk lebih banyak


mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti hati, daging sapi,
sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, ikan, dan daging ayam,
serta mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau
minum susu yang terdapat kandungan asam folat.Selain itu, catin
perempuan juga penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
Aturan minum TTD bagi catin perempuan yaitu diminum secara teratur 1
tablet setiap minggu, TTD diminum setelah makan dengan air putih/jus
buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.

9) Menjelaskan kepada calon pengantin wanita bahwa keputihan yang


dialami merupakan keputihan yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk
sering mengganti celana dalam, menggunakan celana dalam dengan
bahan yang mudah menyerap keringat seperti berbahan cutton, tidak perlu

67
menggunakan cairan pembersih genetalia untuk menjaga tingkat keasaman
normal vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner untuk mencegah
agar vagina tidak lembab.

10) Menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi/ KB yang berguna untuk


merencanakan kehamilan dengan mengatur kapan waktu yang tepat untuk
hamil dan menunda, menjarangkan yaitu Metode modern jangka pendek
seperti (pil, kondom), metode modern jangka panjang seperti
(implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat
Kontraepsi alam Rahim), Metode alamiah seperti pantang berkala seperti
(pengukuran suhu basal, penilaian lendir vagina).

11) Memberikan konseling kelas catin tentang kesehatan reproduksi pranikah,


yaitu :
a) Konsep pernikahan
b) Hak reproduksi dan seksual
c) Persiapan pranikah
d) Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
e) Solusi mengatasi tindakan kekerasan
f) Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
g) Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi, Proses kehamilan
h) Informasi tentang kehamilan, termasuk tanda-tanda kehamilan,
memeriksakan kehamilan, menjaga kehamilan, menu makanan selama
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, kondisi emosional ibu hamil, tips
relaksasi ibu hamil.
i) Masa subur seorang perempuan, yaitu dekat dengan pertengahan siklus
haid (14 hari sebelum haid berikutnya atau antara kedua waktu dari siklus
terpanjang dikurang 11 dan siklus terpendek dikurangi 18, jadi perkiraan

68
masa subur Nn. R pada siklus hari ke- 10 s.d. 19) atau terdapat tanda-
tanda kesuburan, diantaranya:
1. Peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C.
2. Pembesaran pada payudara, dapat disertai rasa nyeri/tidak nyaman.
3. Perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak, bening dan teksturnya
licin.
j) Tanda-tanda persalinan, persalinan di tolong tenaga kesehatan, perawatan
pasca persalinan, IMD dan ASI eksklusif, manfaat ASI
k) IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan HIV/AIDS, Kanker pada
perempuan, kehidupan seksual suami istri

12) Menganjurkan kedua calon pengantin untuk memeriksakan kesehatan


apabila ada keluhan.

69
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini Nn. R dan Tn. Y sedang melakukan persiapan pernikahan.
Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. G berusia 18 tahun
dan Tn. D berusia 26 tahun. Menurut BKKBN (2018), umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30
tahun bagi pria. Sementara, umur Nn. G belum memasuki umur ideal yang
matang secara biologis dan umur Tn. Y termasuk usia yang sudah sangat matang.
Sehingga dilakukan penundaan kehamilan miniman usia 20 tahun agar tidak
terjadi komplikasi pada Nn.G dan janin nantinya. Masalah yang terdapat dalam
kasus ini yaitu pertumbuhan organ reproduksi belum matang, sehingga perlu
dilakukan antisipasi penatalaksanaan dengan pemberian KIE resiko kehamilan
muda dan penundaan kehamilan pada pranikah.
Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin masih belum tepat dan
harus dilakukan perencanaan penundaan kehamilan minimal usia 20 tahun, karena
usia Nn.G saat ini 18 tahun dimana menurut teori Prawirohardjo (2012)
mengatakan bahwa usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara
fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu
terjadinya berbagai komplikasi pada kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Kepada calon pengantin laki-laki , disarankan untuk menikah pada usia kurang
dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal,
dan fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan
risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).

70
Fluor albus yang kadang dialami Nn. G sebelum dan setelah menstruasi,
memiliki sifat bening, tidak gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal.
Sebagaimana diungkapkan oleh Saifuddin (2012) bahwa keputihan normal adalah
tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal
dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ayah Nn.G memiliki
riwayat penyakit hipertensi, begitupun ibu Tn. D memiliki penyakit diabetes
melitus. Beberapa penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan diabetes
mellitus (Kemenkes, 2018). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko
hipertensi dan diabetes mellitus diharapkan kedua calon pengantin dapat
melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup, seperti pola makan
seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar
garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah
stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok, olahraga rutin, menghindari
stress, olahraga rutin, dan cek kesehatan secara rutin sehingga dapat terhindar dari
hipertensi dan diabetes mellitus maupun komplikasinya
Pada data objektif, Nn R memiliki IMT 20 kg/m 2 dan Lila 30 cm yang
termasuk dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2 (Depkes,
2012). Sedangkan, ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m 2 , artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian,
gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk,
2018). Status nutrisi pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan
dengan kesehatan reproduksi. Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai
berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan
diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem
reproduksi (Soetjiningsih, 2017). Jika IMT > 30 kg/m2, dapat meningkatkan
komplikasi pada kehamilan seperti preeklamsi, diabetus gestasional, kelainan
kongenital,persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk, 2018).

71
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di
bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia
selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian,
2017).
Pemeriksaan HIV dilakukan kepada kedua calon pengantin Nn.G dan
Tn.D untuk deteksi dini ada /tidaknya penyakit menular seksual yang nantinya
dapat ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk hamil. Penyakit HIV dan
hepatitis B dapat ditularkan saat didalam kandungan melalui aliran darah plasenta
yang dapat menyebabkan abortus spontan, IUGR, kelainan kongenital (Lisa,
dkk,2018).
Keterampilan dasar prakonsepsi, KB, dan ginekologi yang terdapat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi bidan sudah sesuai dengan penatalaksanaan pada kasus Nn.G akan tetapi
ada kesenjangan dalam penatalaksanaan khususnya pemeriksaan laboratorium
untuk catin yaitu pemeriksaan Hepatitis B. Dalam KMK No.369 tahun 2007
terdapat keterampilan dasar berupa pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
mengevaluasi potensi kehamilan yang sehat.
Sementara itu, pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan Hepatitis B . Hal ini
terdapat kesenjangan dikarenakan alat pemeriksaan yang terbatas. Sehingga
tindakan dalam penatalaksanaan dilakukan yaitu pemberian pendidikan kesehatan
mengenai penkes tentang pemeriksaan deteksi dini mengenai penyakit menular.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn. G dan Tn. D yaitu pasangan belum usia subur dengan
persiapan pernikahan dini dan perencanaan kehamilan. Penatalaksanaan yang
diberikan pada Nn G diantaranya dengan pemberian konseling pranikah yang
didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi, khususnya pernundaan
kehamian dengan usia minimal 20 tahun, persiapan kehamilan dan masa subur.
Pengetahuan tentang penundaan kehamilan dan masa subur pada pasangan calon

72
pengantin dengan perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena dengan
menunda kehamilan muda dapat mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan
janin, serta pada pemberian penkes mengenaimasa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah,
sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
dimungkinkan terjadi kehamilan (Indriarti, dkk, 2018).
Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. G. Hal tersebut dilakukan
dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga
akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk
mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5
sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan
penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan tahun kelahiran Nn. G yakni 2001 dan mengaku selalu ikut imunisasi
yang diadakan saat SD yakni kelas 1 dan 6 yang masing-masing diberikan 2 dosis
imunisasi (4 dosis), sehingga status imunisasi TT Nn. R adal T4 dan kurang satu
kali imunisasi TT. Sehingga pada kunjungan ini diberikan injeksi imunisasi TT
yang ke-5 untuk kekebalan seumur hidup.
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi asam folat seperti sayur hijau, susu mengandung asam folat, sera
mengkonsumsi makanan kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran hijau
tua,kacang-kacangan,ikan.Berperan dalam perkembangan sistem saraf pusat dan
darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem
saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang
cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu
mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2017).

73
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktik lapangan di Puskesmas Namorambe yaitu
dapat disimpulkan bahwa:
1. Penulis mendapatkan kasus pranikah usia dini pada pasangan calon
pengantin Nn.G yang memiliki usia <20 tahun.
2. Asuhan kebidanan yang diberikan pada pasangan calon pengantin
Tn.D dan Nn.G pranikah usia dini , dilakukan dengan teknik
manajemen SOAP dan diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa data
yang dikumpulkan dari pengkajian data subjektif dan objektif.
3. Penulis dan bidan puskesmas melakukan kolaborasi untuk menangani
masalah pranikah usia dini yaitu dengan melakukan konseling dan
penyuluhan untuk memberikan KIE dalam menangani pranikah usia
dini.

B. Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga
kesehatan agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan Puskesmas
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus
ditingkatkan,dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan
generasi yang cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin
sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B.
3. Bagi Mahasiswi Kebidanan

74
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi harus
diberikan sesuai standar kemenkes kebidanan agar penatalaksanaan yang
diberikan pada calon pengantin lebih baik lagi terutama apabila ada masalah
dalam kasus maka diberikan penatalaksanaan yang lebih kritis lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, W. 2017. Respon Imun pada Penderita Asma Selama Kehamilan. Jurnal
Ilmu Kesehatan. 4 (1). 58 – 66.

Amarudin. 2012. Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Sperma Pada Pria


dengan Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol di Jakarta tahun 2011.
Tesis. Jakarta: Univeritas Indonesia.

Ambarita, E. M., dkk. 2014. Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan
Pola Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Jurnal Gizi dan
Pangan. 9 (1): 7 – 14.

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.

BKKBN. 2018. Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: BKKBN.

BKKBN. 2017. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat.


BKKBN dan UMM. Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/
file/informasi%20progra%20insentif%20 ristek/modul%20pengajaran
%20menjaga%20 kehamila%20sehat.pdf. tanggal 2 juni 2019.

BKKBN. 2018. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun. Diakses pada 2 Juni 2019.

Budiman. 2016. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum


Alkohol, Dan Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di
Fertility Centre RSIA Melinda Bandung. Skripsi.

75
CDC. 2006. Recommendation to improve preconception health and health care-
United state : a report of the CDC/ATSDR preconception care work grup
and the select panel on preconception care.

Depkes. 2018. Kegemukan Akibat Kurang Serat. http://www.depkes.go.id


[Agustus 2013].

Depkes. 2017. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Prov. Jawa Timur. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Effendy, N. 2017. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Yogyakarta:


Rineka Cipta.

Fanaurora. 2016. Kasus Kehamilan Remaja Semakin Meningkat.


http://www.gelumbang.com/kasus-kehamilan-remaja-semakin-
meningkat.html(diunduh tanggal 6 Februari 2020)

Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3) : 137 – 152.

Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1):
1 – 7.

Handayani, R., dkk. 2018. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik


DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27.

Hawkins, A. J., dkk. 2016. Is Couple and Relationship Education Effective for
Love Income Participants? A Meta-Analytic Study. Journal of Family
Psychology. 29 (1): 59 – 68.

Idrissi, K. E., dkk. 2017. Effecr of Physical Activity on Sex Hormones in Women:
A Systematic Review and Meta-Analysis of randomize Controlled Trials.
Breast Cancer Research. 17 (139): 4 – 11.

76
Imanda, R. Desvita. 2018. Menjalani Pernikahan antar Ras. Vol.5, No.2. Jurnal
Empati. Pp.378-384

Indriani, Nanien. 2018. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum
Daerah Kardinah kota Tegal Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Program Studi Kebidanan Komunitas. Depok.

Katherine, C., dkk. 2013. Preconception Care: Among Maryland Women Giving
Birth 2009 – 2011. Article. Maryland Departement of Health and Mental
Hygine Center for Maternal and Child Health.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi


Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.

Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi


Kemenkes RI.

Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals


(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat).


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi


Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan Kementerian Agama.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007. Standar


Profesi Bidan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

77
Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.

Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria.


Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34.

Komalig, dkk. 2008. Faktor Lingkungan yang dapat Meningkatkan Resiko


Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik. Vol. 7, No.2. Jurnal Ekologi
Kesehatan. Pp. 747-757

Kurniawan, L. B. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium


Diabetes Melitus Gestasional. CDK-246. 43 (11): 811 – 813.

Kusharto CM. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi
dan Pangan, 1(2), 45—54.

Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :


Salemba Medika

Laming, C. Y., dkk. 2013. Hubungan Tinggi Badan dengan Ukuran Lebar
Panggul pada Mahasiswi Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik. 1 (1): 178 – 183.

Latifah M, dkk. 2002a. Gaya Hidup Sehat (Buku Ajar Berwawasan Pola Hidup
Sehat untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas 3). Kerjasama Pusat Kurikulus
Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dengan Lembaga Penelitian
IPB. Bogor.

Lisa, dkk. 2015.Preconception Care and Reproductive Planning in Primary


Care.Medical The Clinics.
Manuaba, I.B.G., dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : EGC

Mariana, W., dkk. 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro
Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. 2 (4): 35 – 42.

Maryam, S. 2016. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

78
McGrath, J.J., dkk. 2014. A Comprehensive Assessment of Parental Age and
Psychiatric Disorders. JAMA Psychiatry. 7 (3): 301 – 309.

Mirza, M. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.

Newman. 2006. Developmental Through Life, A Psychosocial Approach (9 th


Edition). USA: Timson Higher Education.

Nurul, C. 2013. Panduan Super Lengkap Kehamilan Kelahiran dan Tumbuh


Kembang Anak. Surakarta: Ahad Books.

Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. CDK-194. 3 (6):


408 – 412.

Paramita, D. A., dkk. 2016. Penyakit Jantung Bawaan pada Kehamilan. CDK-
244. 43 (9): 665 – 668.

Pemerintah Kota Depok. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dan


Persiapan Pranikah..Pelatihan Peer Konselor Kota Depok.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Kementrian Kesehatan
RI, 2014.

PMK No. 41 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.

Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

79
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Nuha Medika

Purnawati, D., dkk. 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko
Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 6 (6):
267 – 272.

Purwandari. 2011. Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal).


Bahan Materi Kuliah. FIP. Yogyakarta: UNY.

Ramaiah, S. 2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta: Medika.

Reeder, M., dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan
Keluarga. Volume 2. Edisi 18. Jakarta: EGC.

Reeder, Sharon J., Martin LL., and Griffin K. 2011. Keperawatan Maternitas :
Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga (Ed 18) Vol 1 (Yti A, Imami
NR, dan Sri Djuwatiningsih, penerjemah). Jakarta : EGC

Ringoringo, H. P. 2009. Insidens Defisiensi Besi dan Anemia Defisiensi Besi pada
Bayi Berusia 0 – 12 Bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: Studi
Kohort Prospektif. Sari Pediatri. 11 (1): 8 – 14.

Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga


University Press.

RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20 Infertilitas
%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. (Diunduh dari pada tanggal 1
April 2019)

Sa’adah, N., dkk. 2016. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan
Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Citra Rumah Sakit
Putri Surabaya. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 5 (1): 61 – 69.

Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi.


Jakarta: PT Binda Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

80
Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, & Pardede SO. 2011. Air bagi Kesehatan.
Centra Communications, Jakarta.

Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya
terhadap Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6 (3): 143
– 153.

Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /.
https://www.kbbi.web.id.(Diunduh dari pada tanggal 1 April 2019)

Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :


CV Sagung Seto.

Sofian, Amru, (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,


Obstetri Patologi Ed.3, Jilid 1, Jakarta : EGC.

Sugiarto, dkk. 2017. Laboratorium Keterampilan Klinis Buku Manual


Keterampilan Klinis Dasar Pemeriksaan Fisik Untuk Semester 1. Solo:
FK UNS.

Suhaemi. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam


Tyfoid di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. Skripsi. Makassar: Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.

Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu


Hamil Mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal
Selatan Kota Tegal Tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

SUPAS. 2015. Profil Penduduk IndonesiaHasil SUPAS 2015. Jakarta: Badan


Pusat Statistik.

Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi


Budaya Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
Jurnal Konseling Indonesia. 3 (1): 28 – 32.

81
Tudiver, F., dkk. 2008. Pregnancy and Psyvological Preparation for Parenthood.
Canadian Family Physician. 28: 1564 – 1568.

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 1. Jakarta: EGC.

Walikota Surabaya. 20117. Instruksi Walikota Surabaya No. 1 Tahun 2017


tentang Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan dan Penyuluhan
Kesehatan Resproduksi Calon Pengantin. Surabaya.

Wein, dkk. 2012. Chambell-Walsh Urology.10th Editiion. Philadelphia: Saunders


Elsevier.

Wicaksono, dkk. 2017. Sindrom Nefrotik dalam Kehamilan. Vol. 44, No.8.
Laporan Kasus

Wijayanti, T., dkk. 2014. Seropositif Toxoplasmosis Kucing Liar pada Tempat-
tempat Umum di Kabupaten Banjar Negara.BALABA. 10 (02): 59 – 64.

Willis, S. S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta.

Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan


Ajar Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.

WNPG (Widyakarya Pangan dan Gizi X). 2012. Pemantapan Ketahanan Pangan
Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal. Jakarta:
20−21 November 2012.

World Health Organization. Meeting to Develop a Global Consensus on


Preconception Care to Reduce Maternal and Childhood Mortality and
Morbidity. Geneva. 2012.

Zulaekha. 2018. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4
KUA Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan.

82
Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama
Islam Negeri Walisongo.

83

Anda mungkin juga menyukai