Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI

NAMA : Alviani Anggreni Kapu Enda


NIM : P1337424820191

Pembimbing Institusi : Arum Lusiana, S.SiT.,M.Keb

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TA 2020 / 2021
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Pengertian
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra
artinya sebelum dan konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel
telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa). Prakonsepsi adalah masa
sebelum kehamilan terjadi. Sehingga prakonsepsi adalah sebelum
terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat
menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang
diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang
wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung
(Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan)
adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri
dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi
mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2018).
Menurut WHO (2013), Perawatan pra konsepsi adalah
pemberian intervensi biomedis, perilaku dan kesehatan sosial kepada
wanita dan pasangan sebelum konsepsi terjadi. 3 istilah yang digunakan
dalam asuhan pra konsepsi, yaitu :
a. Perawatan pra konsepsi : penyediaan intervensi kesehatan dan sosial
preventif, promotif atau kuratif sebelum konsepsi terjadi
b. Perawatan perikonsepsi : pemberian intervensi ini dalam periode yang
dimulai 3 bulan sebelum hingga 3 bulan setelah konsepsi terjadi
c. Perawatan intersepsi : penyediaan intervensi ini antara dua kehamilan
Perawatan prakonsepsi adalah satu set intervensi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh
perilaku dan kondisi sosial untuk mencapai status kesehatan wanita dan
kesehatan kehamilan melalui upaya preventif dan manajemen (CDC,
2006).
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan
sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan
perempuan menjadi hamil sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum
Hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani
kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat (Kemenkes, 2014).

2. Tujuan Asuhan Pra Konsepsi


Menurut Krisnadi (2015), Perawatan prakonsepsi harus menjadi
bagian penting dari perawatan primer dan kedokteran, pencegahan pada
semua wanita usia subur yang memeriksakan kesehatan dirinya. Masalah
ini penting karena meskipun ibu hamil menginginkan hal terbaik untuk
keturunannya di masa yang akan datang, kenyataannya lebih dari 50%
kehamilan tidak direncanakan dengan baik. Idealnya, pasien, suami dan
dokter atau petugas kesehatan lainnya, merencanakan program kesehatan
reproduksi dan mempersiapkannya dengan baik sesuai kebutuhan dan
keadaan masing-masing individu. Ibu yang ingin hamil dievaluasi
kesehatan alat reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu yang belum
ingin hamil tetap harus dijaga kesehatan reproduksinya dan ditawari
metode keluarga berencana yang sesuai.
Tiga tujuan utama dari perawatan prakonsepsi adalah :
a. Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu , janin , dan kehamilan
b. Mendidik wanita tentang risiko, pilihan untuk intervensi dan
manajemen
c. Memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu
dan janinnya, melalui konseling, motivasi , optimasi penyakit , dan
rujukan spesialis

3. Manfaat Asuhan Prakonsepsi


Menurut WHO (2013), manfaat dari asuhan prakonsepsi adalah :
a. Menurunkan kehamilan yang terlalu dini
b. Membatasi jarak kehamilan
c. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
d. Mengurangi resiko kelainan genetik dan paparan lingkungan
e. Menurunkan kematian ibu dan anak dan meningkatkan kesehatan ibu
dan anak
f. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan wanita di bidang
kesehatan lainnya seperti nutrisi, infertilitas, subfertilitas, kesehatan
mental, pasangan dan kekerasan seksual dan penggunaan narkoba
g. Dalam jangka panjang dapat berkontribusi untuk meningkatkan
kesehatan bayi dan anak – anak saat mereka tumbuh menjadi remaja
dan dewasa dengan mendukung wanita untuk membuat keputusan
yang terinformasi dengan baik dan dipertimbangkan dengan baik
tentang kesuburan dan kesehatan mereka, perkembangan sosial dan
ekonomi keluarga dan komunitas.
h. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya
untuk membantu membuat keputusan tentang kehamilan dan
persalinan yang akan dihadapi.

4. Tahapan Patofisiologi Klinis Konsepsi


Menurut Prawirohardjo (2018), sejak konsepsi perkembangan
konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi
morula (terdiri atas 16 blastomer), kemudian menjadi blastokis ( terdapat
cairan ditengah ) yang mencapai uterus dan kemudian sel – sel
mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-7),
setelah minggu ke-10 hasil konsepsi di sebut janin. Konseptus ialah
semua jaringan konsepsi yang membagi diri menjadi berbagai jaringan
embrio, korion, amnion dan plasenta.
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi.
Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak
sebagai kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak.
Pada minggu ke-6 dari haid terakhir – usia konsepsi 4 minggu embrio
berukuran 5 mm, kantong gestasi berukuran 2 – 3 cm. pada saat itu akan
tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke – 8, usia
gestasi 6 minggu usia embrio, embrio berukuran 22 – 24 mm, dimana
akan tampak kepala yang relative besar dan tonjolan jari. Gangguan atau
teratogen akan mempunyai dampak berat apabila terjadi pada gestasi
kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3 (Prawirohardjo,2018).
Tabel 1. Perkembangan Fungsi Dan Organ Janin

Usia Gestasi Organ


6 Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari – jari
telah berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk
penuh
7 Mata tampak pada muka, pembentukan alis dan lidah
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat di mulai. Tulang mulai terbentuk
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin, kelopak
mata, terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu
13 - 16 Janin berukuran 15 cm, ini merupakan awal dari trimester ke -2.
Kulit janin masih transparan telah mulai tumbuh lanugo (rambut
janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air
ketuban. Telah terbentuk meconium(faeces) dalam usus. Jantung
berdenyut 120 – 150 kali/menit
17 – 24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks kaseosa(lemak), janin mempunyai refleks
25 – 28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan
dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada
periode ini sangat sulit bila lahir
29 – 32 Bila bayi dilahrikan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah regular, suhu
relatif stabil
33 – 36 Berat janin 1500 – 2500 gr. Bulu kulit janin lanugo mulai berkurang,
pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa
kesulitan
38 - 40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih
adalam batas normal

Gambar 1. Periode Organogenesis

Sumber : Sackey,dkk (2017)


5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesuburan
Menurut Handayani,dkk (2013), Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan
seorang wanita (istri) untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup
dari pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya. Masa subur
adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat
sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan
hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur
merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara
lain:
a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20 - 35 tahun (Prawirohardjo, 2018). Rentang
usia risiko tinggi adalah < 20 tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada usia < 20 tahun secara fisik dan mental ibu belum
kuat, berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin
terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥ 35 tahun
kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas
perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat
sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada
usia 20 tahun, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society for
Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara
perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia
pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai
keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada
umur 25 tahun.Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun
secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena
perubahan bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006).
Disarankan pria untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena
di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan
fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
b. Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama)
berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel
spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi sekitar
1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita
umurnya lebih pendek lagi yaitu l x 24 jam, sehingga bila koitus
dilakukan pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi
pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan
hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang
hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri (Khaidir,
2006).
c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri
akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan
pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3 - 2.8 bulan.
Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir,
2006).

6. Persiapan Kehamilan
Menurut BKKBN (2014), persiapan kehamilan yang sehat diantaranya
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk
mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah
sakit.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas fisik /
olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 30 menit, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan
berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-
benar dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama
disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat badan
serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter
dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu
kesuburan karena kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh.
Sementara kelebihan berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi
menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih
besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan
diabetes selama kehamilan.
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan,
juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan
cacat bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol
memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk
kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma
dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis
layu. Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada
perempuan maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan
kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemampuan sperma
membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
spermatozoa.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang,
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan
yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan
pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan
kelainan fisik, dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang
dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin
sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :
1) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan
sumber protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
2) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah
janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat
sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki
kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan
selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah kecacatan
pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh
melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam,
sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol,
seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu
hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu
untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual,
serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

3) Konsumsi berbagai Vitamin


a) Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
b) Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan
hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh
dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan
ikan salmon.
c) Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi
sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak
terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan
kecambah atau tauge.
d) Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah,
kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
e) Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung
telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem
reproduksi. Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
f) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng
membantu produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi.
Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber
seng antara lain makanan hasil laut / seafood (seperti lobster,
ikan, daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete
dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta
produk olahan susu.
g) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel
telur) ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang
mengandung zat besi akan membantu dalam persiapan
kehamilan dan menghindari anemia yang sering kali
dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah,
kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya
zat besi.
h) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada
di susu, dan ikan teri.
i) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara
lain adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur,
dan semangka.
j) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak
goreng dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang
terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk
kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga
menyeimbangkan endokrin yang sehat.
k) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa
mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga
dapat dibatasi sampai kehamilan.
l) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus
penyebab toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan
bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan janin
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian
kurang baik, dapat mengandung virus penyebab
toksoplasma
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah,
kemungkinan ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermerkuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal
di darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada
makan ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal
hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6,
ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar
merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai
makanan.
e. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan
tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana
mencapai tujuan ini.Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif.
Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah
kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu
berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil langkah-
langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat
pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,
hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam
keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan
mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan
tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon
ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi
kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental
dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan.
Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang terdekat
seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
f. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial / keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan
sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial / keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk
biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan
isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna
persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan
(biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya
pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
g. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter / bidan / tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan
reproduksi ibu dan pasangan. Dokter / bidan akan memberikan saran
mengenai masalah yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter
mengenai riwayat kesehatan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
maka ibu disarankan untuk meminta bantuan.KDRT yang tidak
diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian,
termasuk selama kehamilan

7. Komponen Asuhan Prakonsepsi


Menurut Michael (2007) dalam Recommendation For Preconception Care
mengatakan bahwa beberapa model asuhan prakonsepsi telah
dikembangkan. The American Academy of Pediatrics dan American
College of Obstericians and Gynecologists mengklasifikasikan komponen
utama asuhan prakonsepsi menjadi empat kategori yaitu penilaian fisik,
skrining resiko, vaksinasi dan konseling.
Tabel 2. Komponen – Komponen Dalam Asuhan Prakonsepsi
Komponen – Komponen Dalam Asuhan Prakonsepsi
Identifikasi Risiko
Rencana Kehidupan Tanya pasien jika ia berencana untuk memiliki anak
Reproduksi (atau anak-anak tambahan jika dia sudah menjadi ibu)
dan berapa lama ia berencana untuk menunggu sampai
ia menjadi hamil; membantunya mengembangkan
rencana, berdasarkan nilai-nilai dan sumber daya,
untuk mencapai tujuan tersebut
Riwayat Reproduksi Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang merugikan
(misalnya, kematian bayi, kematian janin, cacat lahir,
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur) dan
menilai risiko biobehavioral berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada kehamilan berikutnya
Riwayat Kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat kondisi
yang dapat mempengaruhi kehamilan berikutnya
(misalnya, penyakit jantung rematik, tromboemboli,
penyakit autoimun); layar untuk kondisi kronis yang
sedang berlangsung seperti hipertensi dan diabetes
Penggunaan Obat Meninjau penggunaan saat pasien obat; menghindari
FDA kehamilan kategori X obat dan sebagian obat
kategori D kecuali potensi manfaat lebih besar
daripada risiko janin ibu; meninjau penggunaan obat
tanpa resep, jamu, dan suplemen
Infeksi dan Imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan infeksi
menular seksual seperti yang ditunjukkan;
memperbarui imunisasi hepatitis B, rubella, varicella,
Tdap, human papillomavirus, dan vaksin influenza
yang diperlukan; nasihat pasien tentang mencegah
infeksi TORCH
Skrinng Genetik Dan Riwayat Menilai risiko pasien dari kelainan kromosom atau
Keluarga genetik berdasarkan riwayat keluarga, etnis latar
belakang, dan usia; menawarkan cystic fibrosis dan
skrining operator lain seperti yang ditunjukkan;
mendiskusikan pengelolaan kelainan genetik yang
dikenal (misalnya, fenilketonuria, trombofilia)
sebelum dan selama kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri (misalnya,
BMI), faktor biokimia (misalnya, anemia), faktor
klinis, dan risiko diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau, alkohol, dan
penggunaan narkoba; menggunakan CAGE atau T-
ACE kuesioner untuk layar untuk alkohol dan
penyalahgunaan zat
Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan racun dan
paparan agen teratogenik di rumah, di lingkungan, dan
di tempat kerja (misalnya, logam berat, pelarut,
pestisida, endokrin, alergen); meninjau Material Safety
Data Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis
informasi teratologi lokal yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan, kekerasan dalam
rumah tangga, dan stressor psikososial utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung, payudara, dan
pemeriksaan panggul
Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah lengkap;
urinalisis; skrining golongan darah; dan, jika
diperlukan, skrining untuk rubella, sifilis, hepatitis B,
virus human immunodeficiency, gonore, klamidia, dan
diabetes dan sitologi serviks; mempertimbangkan
pengukuran tiroid merangsang kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana berdasarkan
rencana hidup reproduksi pasien; bagi wanita yang
tidak berencana untuk hamil, mempromosikan
penggunaan kontrasepsi yang efektif dan
mendiskusikan kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan Mempromosikan berat badan sebelum hamil yang
gizi sehat (ideal BMI adalah 19,8-26,0 kg per m2) melalui
latihan dan mendiskusikan nutrisi; makro dan mikro,
termasuk mendapatkan "lima sehari" (yaitu, dua porsi
buah dan tiga porsi sayuran) dan mengonsumsi
multivitamin harian yang mengandung asam folat
Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti nutrisi,
olahraga, seks yang aman, penggunaan kontrasepsi
yang efektif, flossing gigi, dan penggunaan pelayanan
kesehatan preventif; mencegah perilaku berisiko
seperti douching, tidak mengenakan sabuk pengaman,
merokok (misalnya, menggunakan lima A [Ask,
Advise, Assess, Assist, Arrange] untuk berhenti
merokok), dan alkohol dan penyalahgunaan zat
Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang cukup, dan
teknik relaksasi; mengatasi stres yang sedang
berlangsung (misalnya, kekerasan dalam rumah
tangga); mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan pemecahan
masalah dan resolusi konflik keterampilan, kesehatan
mental yang positif, dan hubungan yang kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan paparan
pekerjaan untuk logam berat, pelarut organik,
pestisida, endokrin, dan alergen; memberikan tips
praktis seperti bagaimana untuk menghindari paparan
Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan bayi di
punggung mereka untuk tidur untuk mengurangi risiko
sindrom kematian bayi mendadak, perilaku
pengasuhan yang positif, dan pengurangan risiko
biobehavioral berkelanjutan
Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial
Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi; contoh termasuk
suplemen asam folat, pengujian untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika
diindikasikan, kontrol ketat diabetes pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme,
dan menghindari agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin
[Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)
FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria
toxoid, and acellular pertussis; TORCH =Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella,
Cytomegaloviruses, Herpes (simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut
down on drinking, Annoyance with criticisms  about drinking, Guilt about drinking, and
using alcohol as an Eye opener; T-ACE = Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener

Farahi dan Zolotor (2013) dalam Recommendation for Preconception


Counseling Care mengatakan bahwa anjuran berdasarkan peringkat bukti
yang dicantumkan dalam konseling prakonsepsi, yaitu :
Tabel 3. Pedoman Dalam Konseling Prakonsepsi
Peringkat
Pedoman Klinis
Bukti
Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil. Memberikan
C
konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.
Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk
A
mengurangi risiko cacat tabung saraf.
Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan berat
badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat badan yang C
sehat sebelum hamil.
Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya kontrol
glikemik sebelum konsepsi. Membantu pasien dalam mencapai tingkat
A
A1C sedekat normal mungkin untuk mengurangi risiko kelainan
kongenital.
Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan
prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika
C
memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah yang
diperlukan untuk mengendalikan penyakit.
Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular seksual dan
C
penyakit menular lainnya seperti yang ditunjukkan.
Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok, rubella; Tdap; dan
C
imunisasi varicella yang diperlukan pada pasien yang ingin hamil.
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten atau terbatas
berkualitas bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi, praktek
yang biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.

Menurut Dean,et al (2014) dalam systematic Review Of Preconception


Risks and Interventions mengemukakan bahwa intervensi yang dilakukan
dalam pengaturan kesehatan dapat memberikan akses yang lebih mudah
untuk pasangan usia subur. Namun, beberapa kontak yang diperlukan
sebelum mereka menanggapi undangan untuk menerima asuhan
prakonsepsi. Sementara banyak wanita memiliki beberapa faktor risiko,
konseling prakonsepsi tidak memprovokasi kecemasan dan faktor risiko
yang diidentifikasi lebih mungkin untuk diatasi. Studi individu lanjut
menunjukkan bahwa perempuan yang menerima asuhan prakonsepsi
mungkin lebih cenderung untuk merencanakan kehamilan mereka, berhenti
merokok dan penggunaan alkohol dan meningkatkan konsumsi asam folat.
Pesan kunci yang ditujukan kepada pasangan usia subur yaitu :
a. Konseling prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi dan
mengurangi faktor risiko yang mungkin mengurangi hasil – hasil
kesehatan ibu dan bayi sebelum kehamilan. Meskipun sebagian besar
wanita memiliki setidaknya salah satu faktor risiko dan banyak
memiliki beberapa risiko, konseling prakonsepsi tidak menyebabkan
kecemasan
b. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk
mengubah perilaku berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima
konseling prakonsepsi dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak
yang lebih baik
c. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Setiap kali asuhan prakonsepsi dapat
dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana : “ apakah anda
berencana untuk hamil ?” dan “ apakah anda saat ini menggunakan
metode KB ?”
Dunlop,et al (2007) dan Johnson (2006) mengatakan bahwa pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit, bersama – sama dengan beberapa
mitra menerbitkan rekomendasi nasional untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi dan perawatan kesehatan. Rekomendasi harus dipandang
sebagai rencana strategis untuk meningkatkan asuhan prakonsepsi melalui
penyediaan asuhan klinis sebagai promosi perubahan perilaku individu,
kebijakan kesehatan dan strategi kesehatan masyarakat. Rekomendasi
nasional dengan informasi latar belakang, tinjauan bukti yang ada dan
referensi untuk menggabungkan asuhan prakonsepsi dalam praktek.
Ringkasan 10 Rekomendasi Untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi :
a. Tanggung jawab individu di seluruh rentang kehidupan
Mendorong setiap wanita untuk memiliki rencana hidup reproduksi
b. Kesadaran pasien
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku
kesehatan prakonsepsi dan peningkatan penggunaan layanan asuhan
prakonsepsi menggunakan informasi dan alat yang sesuai usia, tidak
buta huruf, sadar akan kesehatan, dan budaya / konteks linguistik
c. Intervensi kunujngan
Sebagai bagian dari kunjungan asuhan primer, memberikan penilaian
risiko dan konseling (pendidikan dan promosi kesehatan) untuk semua
wanita usia subur untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan hasil
kehamilan
d. Intervensi untuk identifikasi risiko
Meningkatkan proporsi wanita yang menerima intervensi sebagai
tindak lanjut skrining risiko prakonsepsi, berfokus pada intervensi
prioritas tinggi (yaitu, orang-orang dengan penduduk yang dampak
tinggi dan mencukupi bukti efektivitas).
e. Asuhan Interconception
Gunakan periode interconception untuk memberikan intervensi intensif
untuk wanita yang telah memiliki sebelum kehamilan berakhir di hasil
yang merugikan (misalnya, kematian bayi, berat lahir rendah, atau
kelahiran prematur)
f. Cek up Prahamil
 

Penawaran, sebagai komponen asuhan bersalin, satu kunjungan pra-


kehamilan bagi pasangan berencana kehamilan.
Cakupan Kesehatan untuk wanita berpenghasilan rendah
g. Meningkatkan cakupan kesehatan kalangan wanita berpenghasilan
rendah untuk meningkatkan akses ke kesehatan, prakonsepsi, dan
asuhan interconception wanita pencegahan ini
h.  Program kesehatan masyarakat dan strategi
Menanamkan dan mengintegrasikan komponen kesehatan prakonsepsi
ke masyarakat yang ada terkait dengan program kesehatan, termasuk
penekanan pada orang-orang yang memiliki risiko pada kehamilan
sebelumnya
i. Penelitian
 

Meningkatkan pengetahuan penelitian yang berkaitan dengan


kesehatan prakonsepsi
j. Perbaikan Pemantauan
Memaksimalkan pengawasan kesehatan masyarakat dan mekanisme
penelitian terkait untuk memantau kesehatan prakonsepsi

B. Tinjauan Teori Asuhan Prakonsepsi


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
 Nama
Nama merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang
dengan orang lain. Sebaiknya memanggil klien sesuai dengan mana
panggilan yang biasa baginya atau disukainya agar ia merasa
nyaman serta lebih mendekatkan hubungan interpersonal bidan
dengan klien. ( Widatiningsih, dkk. 2017 )
 Umur
Perempuan, Usia reproduksi yang sehat bagi seorang wanita adalah
20 – 35 tahun. Pada usia tersebut bentuk dan fungsi alat reproduksi
sudah mencapai tahap yang sempurna untuk dapat digunakan
secara optimal. Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki risiko
yang cukup besar untuk terjadinya kehamilan tidak diinginkan,
anemia dan preeklampsi/eklampsi dalam kehamilan dan persalinan
( Manuaba,2010 dan Prawirohardjo,2018).
Laki – laki, Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi pria, rata - rata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi pria mencapai
keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi ( Khaidir,
2006 ). Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi
berkurang (RSUA, 2013).
 Suku Bangsa
Ras. Etnis dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien ( Marmi,
2017 )
 Agama
Informasi ini dalam menuntun suatu ke diskusi tentang pentingnya
agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan
dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin, tenaga kesehatan,
dan pada beberapa kasus penggunaan produk darah. ( Marmi,
2017 )
 Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
kesehatan dapat melakukan komunikasi termasuk dalam hal
pemberian konseling sesuai dengan pendidikan terakhirnya
( Handayani, dkk, 2017 )
 Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untk mengetahui
apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji
potensi kelainan prematur dan pajanan terhadap lingkungan kerja,
yang dapat merusak janin. ( Marmi, 2014 )
 Alamat
Mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan follow up
terhadap perkembangan ibu ( Handayani, dkk, 2017 )
b. Data Subyektif
 Alasan datang
Hal-hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai dengan
ungkapan ibu. Jika alasannya jelas maka asuhan yang diberikan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan klien. ( Widatiningsih, dkk.
2017 )
 Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan klien datang ke
pusat kesehatan ( Manuaba, 2010 )
 Riwayat kesehatan
Ibu yang mempunyai riwayat kesehatan buruk atau ibu dengan
komplikasi kehamilan sebelumnya, membutuhkan pengawasan
yang lebih tinggi pada saat kehamilan karena akan dapat
memperberat kehamilannya, contohnya hypertensi, jantung dan
DM ( Marmi, 2017 )
Riwayat penyakit keluarga, untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga ( Marmi, 2017 )
 Riwayat obstetrik / Riwayat Haid
Dikaji untuk mengetahui sejak kapan alat kandungan mulai
berfungsi dan merupakan ciri khas seorang wanita dimana terjadi
perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai
persiapan kehamilan ( Widatiningsih, dkk. 2017 )
 Riwayat Hamil, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Menurut Marmi ( 2017) :
Mengkaji riwayat kehamilan yang lalu untuk mengetahui apakah
ada gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat sering,
toxemia gravidarum
Mengkaji riwayat persalinan yang lalu utnuk mengetahui apakah
persalinan spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan,
ditolong oleh siapa (bidan atau dokter)
Mengkaji nifas yang lalu untuk mengetahui adakah panas atau
perdarahan, bagaimana laktasinya
Mengkaji keadaan anak untuk mengetahui jenis kelamin, hidup
atau tidak, kalau meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal,
berat badan waktu lahir.
 Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imunisasi TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum
dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu /
calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
 Rencana KB
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya
kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu
untuk pemulihan setelah lepas / berhenti dari pemakaian
kontrasepsi ( Handayani,dkk 2010 ).
 Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Nutrisi
Pengkajian ini juga untuk mengetahui komposisi makanan yang
dikonsumsi oleh ibu serta adakah pantangan atau tidak. Pantangan
terhadap jenis makanan tertentu biasanya ada alasannya seperti
alergi atau keyakinan budaya setempat. Pantang terhadap makanan
tertentu dapat beresiko malnutrisi jika pantangan itu mengandung
nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. ( Widatiningsih, dkk. 2017 )
Eliminasi
Pola eliminasi perlu dikaji untuk mengetahui perubahan yang
terjadi pada klien, baik BAK maupun BAB. Selama hamil bisa
terjadi peningkatan frekuensi mikturisi dari kondisi sebelum hamil
karena kurangnya kapasitas kandung kemih akibat tertekan oleh
pembesaran uterus. Keluhan sering kencing pada trimester ketiga
meningkat karena terjadi penekanan kandung kemih akibat
penurunan kepala janin. Bisa terjadi juga konstipasi akibat
pengaruh hormon progesteron dan relaksin yang menurunkan
tonus dan motilitas usus (sehingga penyerapan zat makanan
menjadi lambat), terjadi peningkatan reabsorbsi cairan, dan
peristaltik usus lebih lambat ( Widatiningsih, dkk. 2017 ).
Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada
organ reproduksi ( Kemenkes, 2015 ).
Istrahat / tidur
Pola istirahat dan tidur perlu dikaji untuk mengetahui tentang pola,
lama, dan gangguan tidur, baik waktu siang maupun malam hari.
Ibu harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang
mendukung kesehatan diri dan janinnya. Tidur malam sekitar 8
jam, istirahat/tidur siang sekitar 1 jam ( Marmi, 2014 )
Aktivitas fisik dan olahraga
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat
mempengaruhi sistem hormonal.Aktivitas fisik dapat memicu
penurunan sirkulasi hormone seksual (Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-
rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi
8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Gaya hidup ibu hamil seperti merokok, minum alkohol, dan
kecanduan narkotika secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran dengan berat
badan rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental ( Manuaba,
2010 )
 Riwayat psiko sosial spiritual
Riwayat Perkawinan, Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu
yang akan mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,
persalinan dan masa nifasnya ( Handayani, dkk, 2017 ).
Menurut Varney ( 2007 ), Pada setiap trimester kehamilan ibu
mengalami perubahan kondisi psikologis. Perubahan yang terjadi
pada trimester 3 yaitu periode penantian dengan kewaspadaan.
Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan dukungan pada ibu
tersebut akan memberikan kenyamanan sehingga ibu dapat
menjalani kehamilannya dengan lancar ( Handayani, dkk, 2017 ).
Sumber dukungan dan perencanaan kehamilan, Dikaji untuk
mengetahui siapa yang dapat diandalkan ibu dan kehamilan ini
direncanakan atau tidak ( Marmi, 2017 )
Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan, Dikaji untuk
mendapat informasi yang menuntun ke suatu diskusi tentang
pentingnya agama dalam kehidupan ibu, tradisi keagamaan dalam
kehidupan ibu dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang
jenis kelamin tenaga kesehatan dan pada beberapa kasus tentang
penggunaan produk darah ( Marmi, 2017 ).
 Data Pengetahuan, Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan ibu, hal yang sudah diketahui dan hal yang ingin
diketahui ( Widatiningsih, dkk. 2017 ).

c. Data Obyektif
 Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Keadaan umum
ibu menunjukkan kondisi umum akibat penyakit atau keadaan
yang dirasakan ibu ( Widatiningsih, dkk. 2017 )
Kesadaran
Untuk menilai status kesadaran ibu ( Handayani, dkk, 2017 )
Berat Badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat
rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil dan
untuk membatasi kekurangan atau kelebihan berat badan
( Marmi, 2017 ).
Literature menunjukkan bahwa hubungan IMT antara obesitas
pra kehamilan dapat merugikan hasil konsepsi, selanjutnya berat
badan pasca melahirkan berlebihan retensi adalah resiko tidak
hanya untuk kehamilan berikutnya, tetapi juga untuk
pengembangan penyakit kronis ibu. Pada kasus underweight,
hasil review dari 34 studi yang membahas tentang underweight
pra kehamilan menunjukkan hasil secara signifikan
meningkatkan risiko kelahiran premature sebesar 32% (RR 1,32.
CI 95%, 1,22 – 1,43) (Dean,et al,2014)
Tinggi Badan
Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm terlebih pada
kehamilan pertama, tergolong risiko tinggi karena kemungkinan
besar memiliki panggul yang sempit ( Widatiningsih, dkk.
2017 )
LILA
Perlu dikaji utnuk mengetahui kondisi kecukupan energi ibu.
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita
dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran lingkar
lengan atas kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah
kurang energi kronis (KEK) ( Widatiningsih, dkk. 2017 )
IMT
IMT perlu dikaji untuk sebagai salah satu dasar untuk
penambahan berat badan ibu hamil ( Widatiningsih, dkk. 2017 ).
o Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah
Mengukur tekanan darah sangat penting, karena peningkatan
tekanan darah dapat membahayakan kehidupan ibu dan bayi
( Marmi, 2017 )
Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat, tetapi jarang melebihi
dentut nadi lebih dari 100 dpm ( Marmi, 2017 )
Suhu
Menurut Johnson dan Taylor ( 2005 ), nilai normal untuk suhu
aksila pada orang dewas yaitu 35,8 – 37,3⁰C ( Handayani, dkk,
2017 )
Pernapasan
Menurut Varney,dkk ( 2007 ), pernapasan orang dewasa normal
adalah 16 – 20 x/menit ( Handayani, dkk, 2017 ).
o Status present
Menurut Muslihatun, dkk ( 2010 ) :
Kepala :Bentuknya mesochepal, tidak ada benjolan, rambut
bersih
Muka : Bersih, tidak sianosis/pucat
Mata :simetris, kelopak mata yang tidak bengkak, konjungtiva
merah muda, sklera putih, tidak ada secret, ataupun gangguan
penglihatan
Hidung :Simetris, bersih tidak ada cairan atau polip
Mulut : Bersih, lembab
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran tidak
ada massa
Leher : Mengkaji tiroid, kemungkinan agak membesar selama
kehamilan; tandai bila ada pembesaran, nodul dan seterusnya
yang dapat mengindikasikan hipertiroidisme atau goiter dan
dikaji lebih jauh adanya gangguan
Ketiak : Tidak ada benjolan
Dada :Simetris, putting susu menonjol
Perut :Tidak ada massa atau benjolan, tidak ada luka bekas
operasi
Lipat paha : Bersih, tidak ada varices
Vulva : luka, varises, kondiloma, cairan, (warna, konsistensi,
jumlah, bau, keluhan gatal/panas), keadaan kelenjar bartholini
(pembengkakan,cairan,kista), nyeri tekan, hemoroid dan
kelainan lain
Ekstremitas : Tangan dan kaki normal, tidak ada oedema
Reflex Patella
Punggung : ada kelainan bentuk atau tidak.
Anus : Tidak ada haemoroid
o Status obstetric
Menurut Marmi ( 2017 ) :
Muka : Adakah cloasma gravidarum
Mammae : Kaji bentuk buah dada, pigmentasi puting, dan
keadaan puting susu, adakah colostrum
Abdomen : Kaji apakah perut membesar ke depan atau
kesamping, keadaan pusat, pigmentasi di linea alba, nampak
gerakan anak atau striae gravidarum
Genitalia : Kaji keadaan perinium, carilah varises, tanda
chadwick, condylomata, flour albus
 Pemeriksaan penunjang
Menurut Kemenkes ( 2018 ), pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah
o Pemeriksaan darah rutin ( Hb, golongan darah dan rhesus )
o Pemeriksaan lain yang dianjurkan / atas indikasi ( seperti IVA,
PAP smear dan PMTCT )
o Pemeriksaan urin

2. Analisa Data
Menurut Widatiningsih,dkk ( 2017 ), Data yang telah dikumpulkan pada
tahap pengkajian kemudian dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat
menentukan diagnosa dan masalah ibu
a. Diagnosa kebidanan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis
b. Masalah
Jika hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu mengalami masalah
yang memerlukan penanganan namun tidak dapat dimasukkan dalam
kategori diagnosa, maka dituliskan sebagai masalah
c. Diagnosa potensial
Diagnosa potensial ditentukan atas dasar diagnosa dan masalah yang
telah dilakukan tersebut.
d. Kebutuhan
Ibu membutuhkan kebutuhan baik fisik maupun psikologis. Kebutuhan
ini sebagai pemecahan masalah yang dirasakan

3. Penatalaksanaan
Bidan mengembangkan rencana asuhan/ tindakan yang komprehensif
berdasar langkah yang telah dilakukan sebelumnya. Rencana asuhan harus
disetujui bersama dengan klien agar penatalaksanaanya efektif
( Widatiningsih,dkk,2017 )
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
b. Berikan KIE tentang persiapan kehamilan
c. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam
folat untuk prakonsepsi.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang
diberikan dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria
hasil:
 Ibu atau calon pengantin dapat menjelaskan kembali mengenai
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya
 Ibu atau calon pengantin dapat menjelaskan kembali hasil konseling
yang diberikan mengenai persiapan kehamilan

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Mahasiswa

Arum Lusiana, S.SiT.M.Keb Alviani A. K. Enda

DAFTAR PUSTAKA

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine
CDC (2006). Recommendation to improve preconception health and health care-
United state : a report of the CDC/ATSDR preconception care work grup
and the select panel on preconception care.
BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat. BKKBN
dan UMM.Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/ file/informasi
%20progra%20insentif%20 ristek/modul%20pengajaran%20menjaga
%20 kehamila%20sehat.pdf
Dean,et al (2014). Systematic Review Of Preconception Risks and Interventions.
Division of Women and Child Health, Aga Khan University.
https://media.tghn.org/articles/Preconception_Report.pdf
Dunlop,et al (2007). National Recommendations for Preconception Care: The
Essential Role of the Family Physician.
https://www.jabfm.org/content/jabfp/20/1/81.full.pdf
Farahi dan Zolotor (2013). Recommendation For Preconception Counseling Care.
https://www.mcgill.ca/familymed/files/familymed/afp_preconceptual_co
unseling_copy.pdf

Johnson (2006). Recommendations to Improve Preconception Health and Health


Care — United States A Report of the CDC/ATSDR Preconception Care
Work Group and the Select Panel on Preconception Care.
https://www.cdc.gov/mmwr/pdf/rr/rr5506.pdf

Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik


DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA.Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27
Handayani, Sih,dkk.2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : BPPSDMKES
Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34
Kemenkes.2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal.Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97
Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

Krisnadi (2015). Persiapan Pra-Kehamilan. Universitas Padjajaran.


https://www.researchgate.net/publication/282295367_Persiapan_-
_prakehamilan

Manuaba (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Marmi.2017.Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Michael (2007). Recommendation For Preconception Care.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.577.3584&rep=rep1&type=pdf

Muslihatun. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Prawirohardjo (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
RSUA.2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita.Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20
Infertilitas%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf
Sackey,et al (2017). The preconception office visit, UpToDate.
http://enjoypregnancyclub.com/wp-content/uploads/2017/04/The
%20preconception%20office%20visit.pdf
Varney (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidnan.Volume 1. Jakarta: EGC
WHO (2013). Preconception Care to Reduce Maternal and Childhood Mortality and
Morbidity
Widatiningsih, Sri, dkk.2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Trans
Medika

Anda mungkin juga menyukai