Anda di halaman 1dari 218

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Continuity Of Care

1.1.1 Pengertian

Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model

praktik kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun

kemitraan yang berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan membina

hubungan saling percaya antara bidan dengan klien (Astuti, dkk, 2017).

Menurut Reproductive, Maternal, Newborn, And Child Health

(RMNCH). “Continuity Of Care” meliputi pelayanan terpadu bagi ibu dan

anak dari prakehamilan hingga persalinan, periode postnatal dan masa

kanak-kanak. Asuhan disediakan oleh keluarga dan masyarakat melalui

layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya (Astuti, dkk,

2017).

1.1.2 Dimensi

Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of

care yaitu dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan,

persalinan, serta hari-hari awal dan tahun kehidupan. Dimensi kedua dari

Continuity of care yaitu tempat pelayanan yang menghubungkan berbagai

tingkat pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan sarana kesehatan.

Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan secara

berkesinambungan.

1.1.3 Tujuan

Menurut Saifuddin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan

yang berkesinambungan adalah sebagai berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan


sosial ibu dan bayi.

9
10

3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan, dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

1.1.4 Manfaat

Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi

beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima

semua asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya. bidan dapat bekerja

sama secara multi disiplin dalam melakukan konsultasi dan rujukan dengan

tenaga kesehatan lainnya (Astuti, dkk, 2017).

1.1.5 Dampak Tidak Dilakukan Asuhan Berkesinambungan

Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan

yang berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya

komplikasi pada ibu yang tidak ditangani sehingga menyebabkan

penanganan yang terlambat terhadap komplikasi dan meningkatkan angka

morbiditas dan mortalitas. Komplikasi yang dapat timbul pada kehamilan

diantaranya meliputi anemia, hipertensi, perdarahan, aborsi, oedema apda

wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada

persalinan meliputi distosia, inersia uteri, presentasi bukan belakang

kepala, prolap tali pusat, ketuban pecah dini (KPD), dan lain-lain.

Komplikasi yang mungkin timbul pada masa nifas meliputi, bendungan ASI,

dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada bayi baru lahir meliputi
11
berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital, tetanus

neonatorum, dan lain-lain (Saifuddin, 2014).


12

1.2 Konsep Dasar Kehamilan

1.2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri

dari: ovulasi (pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi

dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2014).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) (Saifuddin, 2014).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional (2008),

kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawirohardjo, 2016).

1.2.2 Pertumbuhan Fetus Dalam Kandungan

Menurut Prawirohardjo (2016), pertumbuhan janin secara fisiologi

adalah:

1. Perkembangan Konseptus

Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat

yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel

blastomer), kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan di tengah) yang

mencapai uterus, dan kemudian sel-sel mengelompok, berkembang

menjadi embrio, setelah minggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin.


13
Konseptus ialah semua jaringanminggu ke-10 hasil konsepsi disebut

janin. Konseptus ialah semua jaringan konsepsi yang membagi diri

menjadi berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.


14

2. Embrio dan Janin

Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di

ampula tuba. Oleh karena itu, sperma harus sudah ada disana

sebelumnya. Berkat kekuasaan Allah SWT, terjadilah fertilisasi ovum

oleh sperma. Namun, konseptus tersebut mungkin sempurna, mungkin

tidak sempurna.

Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi.

Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan Ultrasonografi (USG)

akan tampak sebagai kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio

belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir sampai usia

konsepsi 4 minggu, embrio berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan

tampak denyut jantung secara Ultrasonografi (USG). Pada akhir minggu

ke-8 usia gestasi sampai 6 minggu usia embrio, embrio berukuran 22–

24 mm, dimana akan tampak kepala yang relatif besar dan tonjolan jari.

Gangguan atau teratogen akan mempunyai dampak berat apabila terjadi

pada gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3.

Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal yang utama

dalam perkembangan organ dan fisiologi janin.

Tabel 2.1 Perkembangan Fungsi Organ Janin

Usia Gestasi Orga

6 Minggu Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan

tonjolan

paru. Jari-jari telah berbentuk, namun

masih tergenggam dan Jantung telah

terbentuk penuh.

7 Minggu Mata tampak pada muka, pembentukan alis


15
dan lidah.

8 Minggu Mirip dengan manusia, mulai pembentukan

genetalia eksterna, sirkulasi melalui tali pusat

dimulai, tulang mulai terbentuk.

9 Minggu Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk

„muka‟ janin; kelopak mata terbentuk namun tak

akan membuka sampai 28 minggu.

13 - 16 Janin berukuran 15 cm, merupakan awal dari

Minggu trimester ke-2. Kulit janin transparan, telah mulai

tumbuh lanugo (rambut janin). Janin bergerak

aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban.

Telah terbentuk meconium (faeses) dalam usus.

Jantung

berdenyut 120 – 150/ menit.

17 - 24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari.

Minggu Seluruh tubuh diliputi oleh verniks caseosa

(lemak).

Janin mempunyai reflex.


16

Usia Gestasi Orga

25 - 28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3,

Minggu dimana terdapat perkembangan otak yang

cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan

fungsi tubuh, mata sudah membuka.

Kelangsungan hidup pada periode ini

sangat sulit bila lahir.

29 - 32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk

Minggu hidup (50 – 70 %). Tulang telah terbentuk

sempurna,

gerakan napas telah regular, suhu relatif stabil.

33 - 36 Berat janin 1500 – 2500 gram, lanugo (rambut

Minggu janin)

mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru

telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa

kesulitan.

38 - 40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm,

Minggu dimana

bayi akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban

mulai berkurang, tetapi masih dalam batas

normal.

Sumber: Prawirohardjo, 2016.

1.2.3 Tanda – Tanda Kehamilan

Menurut Manuaba (2010), untuk dapat menegakkan kehamilan

ditetapkan dengan melakukanpenilaian terhadap beberapa tanda dan


17
gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :

1. Tanda Dugaan Kehamilan

a. Amenorea

Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang

menyebabkan tidak terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi .

Hal ini menyebabkan terjadinya amenorea pada seorang wanita yang

sedang hamil. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT)

dengan perhitungan Neagle dapat ditentukan hari perkiraan lahir

(HPL) yaitu dengan menambah tujuh pada hari, mengurangi tiga

pada bulan, dan menambah satu pada tahun.

b. Mual dan Muntah

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah pada

pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis

keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah nafsu makan

berkurang.

c. Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam.


18

d. Sinkope atau pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope

atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16

minggu.

e. Payudara Tegang

Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada

payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan

menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

f. Sering Miksi (Sering BAK)

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah

menghilang.

g. Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik

usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar

h. Pigmentasi Kulit

Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum).

Pada dinding perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra

semakin menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmintasi

pada bagian areola mammae, puting susu makin menonjol.

i. Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epuils, dapat terjadi saat kehamilan.

j. Varices

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang


19
mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah terjadi pada sekitar

genetalia, kaki, betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah

ini menghilang setelah persalinan.


20

2. Tanda Tidak Pasti Kehamilan

a. Perut Membesar

b. Pada pemeriksaan dalam di temui :

1) Tanda Hegar yaitu perubahan pada rahim menjadi lebih panjang

dan lunak sehingga seolah-olah kedua jari dapat saling

bersentuhan.

2) Tanda Chadwicks yaitu vagina dan vulva mengalami

peningkatan pembuluh darah sehingga makin tampak dan

kebiru-biruan karena pengaruh estrogen.

3) Tanda Piscaceks yaitu adanya pelunakan dan pembesaran pada

unilateral pada tempat implantasi (rahim).

4) Tanda Braxton Hicks yaitu adanya kontraksi pada rahim yang

disebabkan karena adanya rangsangan pada uterus.

c. Pemeriksaan test kehamilan positif.

3. Tanda Pasti Kehamilan

a. Gerakan janin dalam rahim

b. Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin.

c. Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop Laenec, alat

Kardiotografi, dan Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.

1.2.4 Perubahan Fisik Ibu Hamil

Menurut Mochtar (2015), perubahan fisik ibu hamil adalah:

1. Perubahan pada Sistem Reproduksi

a. Uterus

Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan: 30 x 25 x 20 cm

dengan kapasitas lebih dari 4000 cc, berat uterus naik secara luar

biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40

pekan).
21
Bentuk dan konsistensi uterus pada bulan-bulan pertama

kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4

bulan. Rahim berbentuk bulat, dan pada akhir kehamilan seperti bujur

telur. Pada minggu pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi

dan bertambah panjang sehingga jika di raba terasa lebih lunak

disebut
22

Tanda Hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim teraba seperti berisi

cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu, bagian-bagian

janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.Posisi

rahim dalam kehamilan :

1) Pada permulaan kehamilan dalam letak antefleksi atau retrofleksi,

2) Pada 4 bulan kehamilan rahim tetap berada dalam rongga pelvis,

3) Setelah itu mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati,

4) Rahim yang hamil biasanya lebih mengisi rongga abdomen

kanan atau kiri.

b. Serviks

Serviks uteri, serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi

lunak disebut Tanda Goodell. Kelenjar Endoservikal membesar dan

mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena pertambahan dan

pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid, dan perubahan

itu disebut Tanda Chadwick.

c. Indung Telur (ovarium)

Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus lauteumgraviditas

sampai terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen

dan progresteron.

d. Vagina dan Vulva

Karena pengaruh estrogen, terjadi perubahan pada vagina dan

vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah

atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan porsio serviks disebut

Tanda Chadwick.

e. Dinding Perut (Abdominal Wall)

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan


23
menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit sehingga

timbul Striae Gravidarum. Jika terjadi peregangan yang hebat,

misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi diasis

rekti, bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah

pigmentasinya dan disebut linea nigra.


24

2. Perubahan Pada Organ Dan Sistem Lainnya

a. Sistem Sirkulasi Darah

1) Volume Darah, volume darah total dan volume darah plasma

darah naik pesat sejak akhir trimester pertama. Volume darah

akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncaknya pada

kehamilan 32 minggu, di ikuti pertambahan curah jantung

(cardiac output), yang meningkat sebanyak ± 30%. Akibat

hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan,

ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan

DekompensasiCordis.

2) Jantung, pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah

kehamilan 3 bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu

terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadang kala

memperlihatkan deviasi aksis ke kiri.

3) Nadi dan Tekanan Darah, tekanan darah arteri cenderung

menurun, terutama selama trimester kedua, kemudian akan naik

lagi seperti pada prahamil. Tekanan vena dalam batas-batas

normal pada ekstreimitas atas dan bawah, cenderung naik, nilai

rata-rata 84 per menit.

4) Protein Darah, jumlah protein (albumin) dan gamaglobulin

menurun dala triwulan pertama dan meningkat secara bertahap

pada akhir kehamilan.

b. Sistem Pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek

napas. Hal itu disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma

akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru sedikit meningkat

selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernapas lebih dalam.


25
Yang lebih menonjol adalah pernapasan dada (Thoracic Breathing).

c. Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)

Salivasi meningkat dan pada trimester pertama, timbul keluhan

mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah

sehingga motolitas dan makanan akan lebih lama berada dalam


26

saluran makanan. Resorpsi makanan baik, tetapi akan timbul

obstipasi. Gejala muntah Emesis Gravidarum sering terjadi pada pagi

hari Morning Sickness.

d. Tulang dan Gigi

Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen-

ligamen melunak, terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian.

Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan

kalsium janin, kalsium pada tulang-tulang panjang ibu akan diambil

untuk memenuhi kebutuhan tadi. Apabila konsumsi kalsium cukup,

gigi tidak akan kekurangan kalsium. Gingivitis kehamilan adalah

gangguan yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya higiene

yang buruk pada rongga mulut.

e. Kulit

Pada daerah kulit tertentu, terjadi hiperpigentasi, yaitu pada:

1) Muka : Disebut masker kehamilan Cloasma Gravidarum

2) Payudara : Puting susu dan areola payudara.

3) Perut : Linea nigra, striae

4) Vulva

f. Kelenjar Endokrin

1) Kelenjar Tiroid : Dapat membesar sedikit

2) Kelenjar Hipofisis : Dapat membesar terutama lobus anterior.

3) Kelenjar Adrenal : Tidak begitu terpengaruh

g. Metabolisme

Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme,

karena itu wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dalam

kondisi sehat.

1) Tingkat metabolik basal (Basal Metabolic Rate, (BMR)) pada


27
wanita hamil meninggi hingga 15-25% terutama pada trimester

akhir.

2) Dibutuhkan protein yang banyak untuk pertumbuhan fetus, alat

kandungan, payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan

laktasi.
28

3) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu

makan kuat, sering kencing, dan kadang kala dijumpai glukosuria

yang meningkatkan kita pada diabetes militus. Dalam kehamilan,

pengaruh kelenjar endokrin agak terasa seperti

somatomamotropin, plasma insulin, dan hormon-hormon 17

ketosteroid untuk rekomendasi, harus diperhatikan sungguh-

sungguh hasil Glucose Tolerance Test (GTT) oral dan Glucose

Tolerance Test (GTT) intervena.

4) Metabolisme lemak juga terjadi kadar kolesterol meningkat

sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomatropin

mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara.

Deposit lemak lainya terdapat di badan, perut, paha, dan lengan.

5) Metabolisme mineral:

a) Kalsium : Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari sedangkan

untuk pembentukan tulang-tulang terutama dalam trimester

terakhir dibutuhkan 30-40 gram.

b) Fosfor : Dibutuhkan rata-rata 2 gram per hari.

c) Zat besi : Dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800

mg atau 30-50 mg per hari.

d) Air : Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

6) Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5 sampai 16,5 kg.

Kenaikan berat badan yang terlalu banyak ditemukan pada

keracunan hamil (pre-eklamsi dan eklamsi). Kenaikan berat

badan wanita hamil disebabkan oleh:

a) Janin, uri, air ketuban, uterus

b) Payudara, kenaikan voluma darah, lemak, protein, dan retensi

air.
29
7) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori

yang dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran

zat arang. Khusunya kehamilan lima bulan keatas. Namun bila

dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan kalori

tambahan.
30

8) Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus

mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak

dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena

itu wanita hamil harus diberikan fe dan robansia yang berisi

mineral dan vitamin.

h. PayudaraMammae

Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang, dan

berat. Dapat teraba nodule-noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli,

bayangan vena-vena lebih membiru. Hiperpiegmentasi terjadi pada

puting susu dan areola payudara. Kalau diperas, keluar air susu

jolong kolostrum yang berwarna kuning.

1.2.5 Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Menurut Astuti, dkk (2017), perubahan psikologi pada hamil adalah:

1. Pada kehamilan Trimester 1

Adaptasi yang harus dilakukan oleh ibu yaitu menerima

kenyataan bahwa dirinya sedang hamil. Tingkat penerimaan dari ibu

hamil akan tercermin dalam respon emosionalnya dan kesiapan atau

penyambutan kehamilannya. Berbagai respon emosional pada

trimester

1 yang dapat muncul berupa perasaan ambifalen, kekecewaan,

penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan.

Pada trimester 1 ini, akan muncul sejumlah ketidaknyamanan,

misalnya mual, kelelahan, perubahan nafsu makan, emosional, dan

cepat marah. Kemungkinan hal ini, mencerminkan konflik atau depresi

yang dialami selain pengingat akan kehamilanya. Pada kehamilan

trimester 1, ekspresi seksual bersifat individual. Selain faktor fisik,

emosi, serta interaksi dan masalah disfungsi seksual dapat berperan

terhadap perbedaan perasaan yang muncul. Umumnya, rasa


31
keinginan seksual ibu akan menurun, jika ibu merasa mual, letih,

depresi, nyeri payudara, khawatir dan cemas.

2. Perubahan pada Trimester 2

Pada trimester 2 ini ibu akan merasa lebih baik dan sehat karena

terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan, misalnya mual dan letih.


32

Perubahan psikologis pada trimester kedua ini dapat dibagi menjadi 2

tahap, yaitu sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu

(prequickening) dan setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan

oleh ibu (postquickening).

3. Perubahan pada Trimester 3

Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata

mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran anaknya. Selama

menjalani kehamilan trimester ini, ibu dan suaminya sering kali

berkomunikasi dengan janin yang berada dalam kandunganya dengan

cara mengelus perut dan berbicara didepannya, walaupun yang dapat

merasakan gerakan janin di dalam perut hanyalah ibu hamil itu sendiri.

Pada trimester ketiga ini, libido cenderung menurun kembali

yang disebabkan munculnya kembali ketidaknyamanan fisiologis, serta

bentuk dan ukuran tubuh yang semakin membesar. Menjelang akhir

trimester 3, umumnya ibu hamil tidak sabar untuk menjalani persalinan

dengan perasaan yang bercampur antara sukacita dan rasa takut.

1.2.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Menurut Prawirohardjo (2016), kebutuhan dasar ibu hamil adalah:

1. Nutrisi yang adekuat

a. Kalori, jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap

harinya adalah 2.500 kalori

b. Protein, jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85

gram per hari.

c. Kalsium, kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.

d. Asam Folat, selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan

asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang

dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.


33
e. Zat besi, untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal,

diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30

mg/hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan

anemia pemberian zat besi per minggu cukup adekuat.


34

2. Perawatan payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga

dapat segera berfungsi dengan baik. Pengurutan payudara untuk

mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus,

sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan

yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi

kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika.

Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan

dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi

yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan

menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara

menegang, sensitif, dan menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan

penopang payudara yang sesuai brassiere.

3. Perawatan gigi

Dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu

pada trimester pertama dan ketiga. Pada trimester pertama terkait

dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan)

sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Sementara itu,

pada trimester ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk

pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh

yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat

gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya

carries dan gingivitis.

4. Kebersihan tubuh dan pakaian

Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan

anatomik pada perut, area genetalia / lipat paha, dan payudara

menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah

terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau


35
gayung pada saat mandi. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan

nyaman dan hindarkan sepatu hak tinggi dan alas kaki yang keras

serta korset penahan perut.


36

5. Olahraga

Terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik

atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Jenis olah

tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil, disesuaikan dengan

banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital, perut kian

membesar dan lain-lain. Dengan mengikuti senam hamil secara teratur

dan intesif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan janin yang

dikandungnya secara optimal.

6. Istirahat

Dengan adanya perubahan fisik ibu hamil, salah satunya beban

berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang

ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur

sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering

diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu

kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk

tidur. Posisi tidur yang nyaman dan dianjurkan pada ibu hamil adalah

miring ke kiri, kaki lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan ganjal

dengan menggunakan bantal dan untuk mengurangi rasa nyeri pada

perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri.

7. Aktifitas

Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot

sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam

persalinan normal. Senam hamil dimulai pada usia kehamilan sekitar

24-28 minggu. Beberapa aktivitas yang dianggap sebagai senam hamil

yaitu jalan-jalan saat hamil terutama pagi hari(Manuaba, 2012). Jangan

melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja

fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Saifuddin,

2010)
37
1.2.7 Keluhan Ringan Dan Penanganan Dalam Kehamilan

Menurut Medforth (2012), gangguan minor pada kehamilan adalah

serangkaian gejala yang di alami secara umum yang dikaitkan dengan efek

hormonal kehamilan dan akibat pembesaran uterus saat janin tumbuh

selama kehamilan. Kondisi umum ini tidak menimbulkan risiko serius pada
38

ibu, tetapi gangguan ini terasa tidak menyenangkan dan

dapat mempengaruhi kesenangan ibu terhadap kehamilan secara

menyeluruh.

Menurut Medforth (2012), keluhan ringan dalam kehamilan dan

penanganannya adalah sebagai berikut :

1. Mual

Mual dan muntah lazim terjadi dalam kehamilan, dengan sekitar

50% wanita hamil mengalami mual ringan saat bangun tidur sampai

mual di sepanjang hari dengan sedikit muntah, selama pertengahan

pertama kehamilan.

Bagi banyak wanita, gejala berkurang setelah minggu ke-12

sampai ke-14 kehamilan, bersamaan dengan kemampuan plasenta

mengambil alih dukungan untuk perkembangan embrio. Alasan mual

tidak di ketahui tetapi dikaitan dengan peningkatan kadar Human

Chorionic Gonadotropin (HCG), hipoglikemi, peningkatan kebutuhan

metabolic, efek progesteron pada sistem pencernaan.

Saran kepada wanita harus terdiri atas :

a. Makan sesuatu sebelum bangun tidur

b. Sediakan selalu makanan ringan di tempat tidur

c. Bangun dari tempat tidur secara perlahan

d. Makan dan minum sedikit tapi sering pada siang hari

e. Beristirahat dipertengahan siang hari

f. Makan biscuit tanpa rasa, sepotong kecil buah, roti panggang kering

atau yoghurt.

g. Hindari alkohol, kafein dan makanan pedas atau berlemak

h. Jahe dalam bentuk teh atau tablet untuk mengurangi mual

i. Makan sedikit tapi sering sebelum tidur malam.


39
Seorang dokter harus di konsultasikan jika:

a. Wanita muntah > dari 4x sehari

b. Saran diatas tidak bermanfaat

c. Wanita mengalami penurunan berat badan

d. Wanita tidak mempertahankan konsumsi cairan

e. Kemungkinan perlu di resepkan antiemetik


40

f. Wanita mengalami dehidrasi. Masuk ke RS di anjurkan untuk

pemberian makan melalui intravena, koreksi ketidakseimbangan

elektrolit, dan rehidrasi.

2. Konstipasi

Konstipasi adalah gangguan minor yang lain pada kehamilan yang

menyerang sistem pencernaan. Wanita yang mengalami konstipasi

sebelum kehamilan dapat merasa bahwa kondisi ini menjadi lebih

bermasalah saat mereka hamil.

Konstipasi di sebabkan karena kerja progesteron, yang

mengurangi mortalitas sistem pencernaan (juga di kaitkan dengan mual

di awal kehamilan). Konstipasi juga di sebabkan oleh pergeseran usus

akibat pertumbuhan uterus atau akibat efek samping dari terapi fe

peroral.

Jika memungkinkan, yang terbaik adalah meredakan konstipasi

dengan cara alamiah sebelum memberikan medikasi selama kehamilan,

dan saran yang diberikan oleh bidan harus merefleksikan hal berikut:

a. Makan makanan yang mengandung serat tinggi, seperti roti gandum

utuh, sereal, dan buah prem.

b. Minum ekstra cairan, jus buah, atau the herbal. Cairan ini harus

berjumlah 2 liter/hari, dan jumlahnya lebih besar jika suhu sedang

panas.

c. Makan makanan secara teratur

d. Makan lima porsi buah dan sayur/hari

e. Lakukan olahraga ringan, 20-30 menit, 3x/minggu

f. Laksafatif ringan, seperti laktulosa 15 ml 2 x 1 dapat di resepkan

jika saran di atas tidak meredakan gejala.

3. Indigesti dan nyeri ulu hati


41
Selama kehamilan, 30-50% wanita mengalami indigesti atau nyeri

ulu hati. Ketidaknyamanan disebabkan oleh refluks asam dari lambung

melalui sfingter esophagus akibat efek relaksasi progesterone. Pada

kehamilan lanjut, uterus yang membesar menggeser lambung,

meningkatkan tekanan intragastrik, yang membuat refluks asam lebih

cenderung terjadi saat ibu berbaring datar.


42

Saran mencakup :

a. Makan beberapa makanan kecil dalam sehari

b. Hindari kopi, alkohol, dan makanan pedas

c. Jangan mengkombinasikan makanan padat dengan cairan, tetapi

minum cairan secara terpisah dari makanan

d. Tidur dengan tambahan bahntal di malam hari untuk meninggikan

kepala dan dada hingga lebih tinggi dari lambung

e. Minum antasida yang berbahan dasar kalium atau kalium-

magnesium untuk meredakan gejala

f. Gunakan pakaian yang longgar sehingga tidak ada tekanan yang

tidak perlu di area abdomen.

4. Varises vena dan hemoroid

Varises vena di sebabkan oleh kelemahan katub di vena yang

mengembalikan darah ke jantung dari ekstremitas bawah sehingga

varises vena dapat terjadi di tungkai, vulva, atau rektum (hemoroid).

Selama kehamilan, ekstra volume darah yang bersirkulasi

meningkatkan tekanan di dinding pembuluh darah dan progesterone

merelaksasi dinding pembuluh darah. Berat dari uterus yang terus

tumbuh menciptakan tekanan balik pada pembuluh darah panggul dan

tungkai. Konstipasi memperburuk hemoroid.

Tanda gejala:

a. Tungkai terasa nyeri dan berat

b. Sensasi seperti tertusuk di tungkai dan vulva

c. Permukaan vena mengalami dilatasi di vulva atau tungkai

d. Vulva dapat membengkak dan terasa sangat nyeri

e. Ketidaknyamanan dan rasa gatal di sekitar

anus Saran:
43
a. Hindari konstipasi dan mengejan di toilet

b. Hindari berdiri untuk periode waktu yang lama

c. Hindari pakaian yang ketat

d. Jangan duduk dengan menyilangkan kaki


44

e. Lakukan olahraga ringan, seperti jalan untuk membantu sirkulasi

Gunakan kompres es di daerah vulva untuk mengurangi

pembengkakan

f. Krim hemoroid dengan merk tertentu dapat di gunakan secara aman

dalam kehamilan

g. Suplemen zat besi dapat menyebabkan konstipasi pada beberapa

wanita

5. Nyeri Punggung

Sampai dengan 90% wanita dapat mengalami nyeri punggung

selama kehamilan sehingga menempatkan nyeri punggung sebagai

gangguan minor yang paling sering terjadi pada kehamilan. Obesitas,

riwayat masalah punggung, dan paritas yang lebih besar meningkatkan

kecenderungan terjadi nyeri punggung.

a. Selama kehamilan, ligament menjadi lebih lunak dalam pengaruh

relaksin dan meregang untuk mempersiapkan tubuh untuk

persalinan.

b. Hal tersebut terutama di fokuskan pada sendi panggul dan ligament

yang menjadi lebih fleksibel untuk mengakomodasi bayi saat

pelahiran

c. Efek dapat menempatkan ketegangan pada sendi panggul dan

punggung bawah, yang dapat menyebabkan nyeri punggung.

d. Saat bayi tumbuh, lengkung di spina lumbalis dapat meningkat

karena abdomen di dorong ke depan dan ini juga dapat

menyebabkan nyeri punggung.

Saran berikut dapat diberikan kepada wanita untuk meredakan

nyeri punggung:

1) Hindari mengangkat benda berat dan gunakan teknik mengangkat


45
barang yang baik, yaitu menekuk lutut dan mempertahankan

punggung tetap lurus saat mengangkat, atau mengambil sesuatu

dari lantai. Wanita harus hati-hati saat mengangkat anak yang

berat.

2) Berat benda yang berat harus di pegang di dekat tubuh


46

3) Setiap permukaan kerja yang di gunakan harus cukup tinggi untuk

mencegah tubuh tidak bungkuk

4) Saat membawa beban berat seperti barang belanjaan, berat badan

harus diseimbangkan dengan sama di kedua sisi tubuh.

5) Ajari cara duduk dan berdiri dengan tulang belakang berada dalam

posisi netral sehingga postur tubuh dapat di pertahankan

6) Kasur yang keras dapat memberikan topangan yang lebih baik

selama tidur, penggunaan papan dapat membuat kasur yang

empuk menjadi lebih menopang

7) Istirahat sebanyak mungkin saat kehamilan mengalami kemajuan

8) Jika nyeri punggung sangat nyeri dan melelahkan, wanita dapat di

rujuk ke fisioterapi obstetrik untuk meminta saran tentang topangan

lumbal dan latihan fisik yang bermanfaat

6. Sering berkemih

Sebagian besar wanita mengalami sering berkemih di awal

kehamilan. Desakan untuk mengosongkan kandung kemih, bahkan

dalam jumlah urine yang sedikit, selama siang dan malam hari di

sebabkan oleh tekanan dari uterus yang membesar pada kandung

kemih.

a. Yakinkan wanita bahwa ini normal karena produksi urine di ginjal

meningkat selama hamil

b. Gejala ini secara umum membaik pada minggu ke-14 saat

pertumbuhan uterus keluar dari panggul

c. Sarankan mereka untuk tidak meminum cairan jumlah besar

sebelum tidur.

Tidak ada terapi yang di butuhkan untuk hanya mengatasi sering

berkemih tetapi jika berkemih menjadi nyeri, infeksi kemih harus di


47
pastikan tidak terjadi. Gejala dapat terjadi kembali selama 4 minggu

terakhir kehamilan, saat bagian presentasi janin memasuki pelvis dan

menciptakan tekanan pada kandung kemih sehingga mengurangi

kapasitas keseluruhan.
48

1.2.8 Tanda Bahaya Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2016), deteksi dini gejala dan tanda bahaya

selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya

gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil.

1. Perdarahan Vagina

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah

20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12%

kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang pada umumnya (60-

80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada

spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan

gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran

uterus yang diatas normal, pada umumnya disebabkan oleh mola

hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan

yangtidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari

usia kehamilan, dan adanya massa biasanya disebabkan oleh

kehamilan ektopik.

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada

umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi

sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim

yang menjadi tempat implantasiplasenta tersebut. Pada plasenta yang

tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi

perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai

terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin,

maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat

membahayakan keselamatan ibu.

2. Pre-Eklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering


49
diasosiasikan dengan pre-eklamsia. Data atau informasi awal terkait

dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas

kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada

sebelumnya) dengan pre-eklamsia. Gejala dan tanda lain dari pre-

eklamsia adalah sebagai berikut:


50

a. Hiperrefleksia.

b. Sakit kepala atau sefalgia yang tidak membaik dengan pengobatan

umum.

c. Gangguan penglihatan seperti pandangan mata kabur, skotomata,

silau atau berkunang – kunang.

d. Nyeri epigastrik.

e. Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/jam).

f. Tekanan darah sistolik 20 – 30 mmHg dan diastolik 10 – 20 mmHg

di atas normal.

g. Proteinuria (diatas positif 3)

h. Edema menyeluruh.

3. Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum

Bila hal tersebut di atas terjadi pada kehamilan trimester kedua

atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda – dibawah ini, maka

diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang

disertai perdarahan (revealed) maupun tersembunyi (concealed):

a. Trauma abdomen.

b. Preeklamsia.

c. Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan (UK).

d. Bagian – bagian janin sulit diraba.

e. Uterus tegang dan nyeri.

f. Janin mati dalam rahim.

Beberapa gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai terkait

dengan gangguan serius selama kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.

2) Disuria.
51
3) Menggigil atau demam.

4) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.

5) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari Usia Kehamilan (UK) yang

sesungguhnya.

Menurut buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (2015), tanda bahaya

kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan pervaginam pada hamil mudah dan hamil tua.

2) Sakit kepala yang hebat.


52

3) Penglihatan kabur.

4) Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang.

5) Keluar cairan pervaginam (Air ketuban keluar sebelum waktunya).

6) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya.

7) Nyeri perut yang hebat

8) Demam tinggi.

9) Muntah terus dan tidak mau makan.

1.2.9 Standart Pelayanan Kehamilan (14T)

Menurut Depkes RI (2010) Standar Pelayanan Minimal Asuhan

Kehamilan termasuk dalam "14T" meliputi:

1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan (T1). Dalam keadaan normal

kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari TM I sampai

TM III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap

minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai

TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan

keadaan rongga panggul.

2. Ukur Tekanan Darah (T2). Tekanan darah yang normal 110/80 -

140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya

Preeklampsi.

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3). Tujuan pemeriksaan TFU

menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan

berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil

anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin

mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam

minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

Tabel 2.2 Ukuran Tinggi Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan


53

Usia Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Kehamilan

12 minggu 3 jari di atas simfisis

16 minggu Pertengahan pusat-simfisis

20 minggu 3 jari di bawah pusat

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 3 jari di atas pusat

32 minggu Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)

36 minggu 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)

40 minggu Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus

(Px)

Sumber: DepKes RI, 2010


54

4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

5. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) (T5) harus segera di berikan

pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama

dan dilakukan pada minggu ke-4.

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi TT

Antigen Interval Lama Perlindungan

(selang waktu

minimal)

TT1 Pada kunjungan antenatal -

pertama

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

TT5 1tahun setelah TT4 25 tahun/seumur

hidup

Sumber: Syaifuddin, 2009.

6. Pemeriksaan Hb (T6). Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan

pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb < 11 gr%

Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan

0,5 mg AsamFolat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.

7. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T7).

Pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali diambil

spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. Apabila hasil test positif maka

dilakukan pengobatan dan rujukan.

8. Pemeriksaan Protein urine (T8). Dilakukan untuk mengetahui apakah

pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala

Preeklampsi.

9. Pemeriksaan Urine Reduksi (T9). Untuk Bumil dengan riwayat DM, bila
55
hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk

memastikan adanya DM.

10. Perawatan Payudara (T10). Senam payudara atau perawatan

payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai

pada usia kehamilan 6 Minggu.

11. Senam Hamil (T11)

12. Pemberian Obat Malaria (T12). Diberikan kepada Bumil pendatang

dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni

panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
56

13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13). Diberikan pada kasus

gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat

berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.

14. Temu wicara / Konseling (T14).

1.2.10 P4K (Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi)

P4K Merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh bidan untuk meningkatkan

peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi

kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin, nifas,

termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB)

pasca persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media

pencatatan sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).

1. Taksiran persalinan sangat penting karena merupakan penentu usia

kehamilan, dengan mengetahui usia janin yang akurat dapat

membantu asuhan prenatal, kelahiran dan posnatal.

2. Penolong persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan

sudah menentukan untuk persalinan ditolong oleh petugas

kesehatan. Ibu atau keluarga dapat memilih tenaga kesehatan terlatih

sesuai dengan kepercayaan ibu tersebut.

3. Tempat persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan sudah

merencanakan tempat persalinan untuk ibu difasilitas kesehatan. Ibu

dapat memilih tempat persalinannya di Rumah Sakit, Puskesmas,

Klinik bersalin, Bidan Praktek Swasta atau di rumahnya sendiri

asalkan tepatnya dapat memenuhi syarat.

4. Pendamping persalinan, keluarga atau kerabat dekat ibu dapat ikut

mendampingi ibu saat bersalin. Hal ini bertujuan agar keluarga dapat

memberi dukungan moril pada ibu saat bersalin.


57
5. Calon pendonor, upaya tenaga kesehatan, keluarga dan masyarakat

untuk membantu ibu hamil dalam mengantisipasi terjadinya

komplikasi (perdarahan) pada saat persalinan. Sehingga ibu hamil

sudah mempunyai calon pendonor darah sesuai dengan golongan


58

darah ibu, untuk mencegah terjadinya komplikasi pada kehamilan

maupun persalinan.

6. Transportasi/ambulan desa, mengupayakan dan mempersiapkan

transportasi jika sewaktu – waktu diperlukan. Serta pada saat adanya

rujukan pada ibu harus mendapatkan pelayanan tepat, cepat bila

terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas.

7. Biaya untuk persalinan (Tabulin), Suami diharapkan dapat

menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan ini

dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin (dana

sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu

pembiayaan (Depkes RI, 2009).

8. Stiker P4K

Sumber: Kemenkes RI, dalam buku KIA, 2015

Gambar 2.1 Stiker P4K

1.2.11 ANC Terpadu

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 97 tahun

2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,

persalinan, dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan

kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan


59
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi

baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan

mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi

baru lahir serta ibu nifas.

Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat

memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi


60

dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi

secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.

Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami

penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus

dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan

antenatal yang berkualitas.

Menurut PERMENKES RI Nmomor 97 Tahun 2014.Pelayanan

antenatal terpadumerupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan

berkualitas yang dilakukan melalui :

1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk

stimulasidan gizi agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya

lahir sehat dan cerdas

2. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan

3. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman

4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi penyulit/komplikasi

5. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

diperlukan.

6. Melibatkanibu hamil, suami dan keluarganyadalam menjaga

kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan

bila terjadi penyulit/komplikasi.

Menurut Permenkes (2014) semua ibu hamil dan suami/keluarga

diharapkan ikut serta minimal 1x pertemuan. Untuk mendapatkan

pelayananan terpadu dan komprehensif sesuai standar minimal 4 kali

selama kehamilan. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut:

1. 1x pada trimester I, yaitu sebelum usia kehamilan 14 minggu

2. 1x pada trimester II, yaitu selama umur kehamilan 14–28 minggu

3. 2x pada trimester ketiga, yaitu selama kehamilan 28–36 minggu dan


61
setelah umur kehamilan 36 minggu.

Pelayanan antenatal bisa lebih dari 4 kali bergantung pada kondisi

ibu dan janin yang dikandungnya. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil

tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan

pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang


62

diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu

bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas (Permenkes, 2014).

Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat

memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi

dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil dan melaksanakan

rujukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan indikasi medis, dan

dengan melakukan intervensi yang adekuat diharapkan ibu hamil siap

menjalani persalinan (Kemenkes, 2014).

Menurut Kemenkes RI (2010), Dalam pemberian antenatal terpadu,

diharapkan ibu hamil dapat melakukan kontak dengan dokter setidaknya

minimal 1 kali, yaitu:

a. Kontak dengan dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (SpOG)

b. Kontak dengan dokter gigi.


Pulang
c. Kontak dengan dokter umum.
Rujuk RSU
d. Kontak dengan dokter paru-paru. Rawat Inap
Apotik
e. Kontak dengan ahli gizi

1. Kerangka Konseptual Pelayanan ANCPoli Gigi Di Puskesmas


Terpadu
Malaria
Ibu Loket Poli KIA Balai TB
pengobatan HIV
IMS
Anemia
Rujukan :
Poli Gigi KEK
Polindes
Ponkesdes
BPM Laboratorium
63

Sumber: Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Data Kemenkes, 2010)

Gambar 2.2 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas


64

1.2.12 Deteksi Dini Resiko Tinggi

1. Deteksi Dini Ibu Risiko Tinggi dengan Kartu Skor Poedji Rochjati

(KSPR)

Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan

skor Poedji Rochjati. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu, kehamilan risiko rendah, kehamilan risiko

tinggi dan kehamilan risiko sangat tinggi, tentang usia ibu hamil,

riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat penyakit ibu hamil.

Serta perencanan persalinan di sajikan pada gambar berikut.

Sumber: Poedji Rochjati, dalam buku KIA, 2015

Gambar 2.3 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)


65

2. Pengukuran Fundus dan Telapak Kaki Kanan

Pengukuran di lakukan pada ibu hamil aterm (≥38 minggu), janin

tunggal, presentasi kepala tanpa kelainan yang berpengaruh terhadap

pengukuran misalnya hidrosefalus (kepala busung), plasenta previa dll.

Pengukuran dengan teori Soedarto ini di lakukan untuk

mendeteksi adanya cephalo pelvic disproportion.

Sumber: Soedarto, dalam Kesga Dinkes Jatim 2016.

Gambar 2.4 Kartu Pengukuran Fundus dan Telapak Kaki Kanan


66

3. Skrining Pre Eklampsia (PEDANG)

Skrining Pre Eklamsia di lakukan pada kehamilan mulai 12 – 28

minggu dengan cara ROT, MAP, dan IMT.

Skrining Pre Eklamsia ini di lakukan untuk mendeteksi adanya

kejang pada ibu yang dapat membahayakan kondisi ibu dan janinnya.

Sumber : PENAKIB, dalam Kesga Dinkes Jatim 2016

Gambar 2.5 Skrining Pre Eklamsia


67

1.3 Konsep Dasar Persalinan

1.3.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2016).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2017).

1.3.2 Bentuk Persalinan

Menurut Manuaba (2014), bentuk persalinan menurut definisi

adalah sebagia berikut :

1. Persalinan spontan. Bila persalinannya seluruhnya

berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

2. Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga

dari luar.

3. Persalinan anjuran (partus presipitatus)

1.3.3 Tanda Gejala Persalinan

Menurut Mochtar (2015), Tanda- tanda inpartu adalah:

1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan. Menurut Affandi (2017), tanda dan gejala inpartu adalah


68
sebagai berikut:

a. Penipisan dan pembukaan serviks.

b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.

1.3.4 Deteksi Dini Masa Persalinan

Persalinan tidak selalu berjalan dengan normal. Oleh karena itu

pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin,

penolong harus
69

waspada terhadap masalah yang mungkin terjadi. Salah satu alat yang

dapat digunakan untuk membantu memantau kemajuan persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik adalah lembar penapisan,

lembar observasi dan pertograf. Partograf dapat dipakai untuk

memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama,

adanya gawat ibu dan janin, serta perlunya rujukan. Partograf adalah alat

bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan

penatalaksanaan persalinan (JNPK-KR, 2017).

Seluruh informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu

dan jam, kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan,

pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan yang diberikan

dicatat secara rinci di lembar penapisan, lembar observasi dan partograf.

1. Penapisan

Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus

selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau

penyulit. Langkah dan tindakan yang akan dipilih sebaiknya dapat

memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan

berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik

terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan dilanjutkan.

Tabel 2.4 Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan pada Kala I

Temuan-temuan

anamnesis dan atau Rencana untuk asuhan atau perawatan

pemeriksaan

Riwayat Bedah sesar 1. Segera rujuk ke fasilitas yang mempunyai

kemampuan untuk melakukan

bedah sesar
70
2. Dampingi Ibu ke tempat rujukan.

Berikan dukungan dan Semangat

Perdarahan Jangan lakukan periksa dalam

1. Baringkan Ibu ke sisi kiri

pervaginam selain lendir 2. Pasang infus menggunakan jaum

bercampur darah (show) berdiameter besar (ukuran 16/18) dan

berikan ringer laktat/garam fisiologis

(NS).

3. Segera rujuk Ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan untuk

melakukan bedah sesar.

4. Dampingi Ibu ke tempat rujukan.


42

Temuan-temuan Rencana untuk asuhan atau perawatan

anamnesis dan atau

pemeriksaan 1. Segera rujuk Ibu ke fasilitas yang

Kurang dari 37 minggu memiliki penatalaksanaan gawat

(persalinan kurang bulan) darurat obstetri dan neonatal.

2. Dampingin Ibu ke tempat rujukan.

Berikan dukungan dan semangat.

1. Baringkan Ibu miring kiri

Ketuban pecah disertai 2. Dengarkan Denyut jantung janin (DJJ)

dengan keluarnya 3. Segera rujuk Ibu ke fasilitas yang

mekonium kental memiliki penatalaksanaan untuk

melakukan bedah sesar

4. Dampingi Ibu ke tempat rujukan dan

bawa partus set, kateter penghisap

lendir Delee, handuk atau kain untuk

mengeringkan dan menyelimuti bayi

untuk antisipasi jika ibu melahirkan

diperjalanan.

minggu

Ketuban pecah dan air Tanda-tanda atau gejala

ketuban bercampur infeksi :

dengan sedikit mekonium, 1. Temperatur > 38º C

disertai tanda-tanda gawat 2. Menggigil

janin. 3. Nyeri Abdomen

Ketubah pecah (lebih dari 4. Cairan ketuban

24 jam) atau ketuban berbau

pecah pada kehamilan

dengan usia gestasi < 37


43

berikan dukungan dan semangat.

Dengarkan DJJ, Jika ada tanda-tanda 1. Baringkan ibu miring kiri

gawat janin laksanakan asuhan yang 2. Pasang infus menggunakan jarum

sesuai berdiameter besar (ukuran 16/18) dan

berikan ringer laktat atau garam

fisiologis (NS) dengan tetesan 125

1. Segera rujuk ke fasilitas yang cc/jam

memiliki penatalaksanaan gawat 3. Segera rujuk ke RS rujukan

darurat obstetri 4. Dampingi ke tempat rujukan. Berikan

2. Dampingi Ibu ke tempat rujukan, dukungan serta semangat

Tekanan darah lebih dari 1. Baringkan ibu miring kiri

160/110, dan atau 2. Pasang infus menggunakan jarum

terdapat protein dalam berdiameter besar (ukuran 16/18) dan

urin (pre eklamsia berat) berikan ringer laktat atau garam

fisiologis (NS).

3. Berikan dosis awal 4 gr MgS04 atau

40% IV (5-8 menit)

4. Segera rujuk ibu ke RS rujukan

5. Dampingi ke tempat rujukan. Berikan

dukungan serta semangat.


44

Temuan-temuan Rencana untuk asuhan atau perawatan

anamnesis dan atau

pemeriksaan 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

Tinggi fundus 40 cm atau mampu melakukan seksio sesaria

lebih 2. Dampingi ke tempat rujukan. Berikan

dukungan serta semangat

(Makrosomnia, Alasan: polihidramnion berkaitan

polihidramniosisi, dengan kelainan pada bayi dan

kehamilan ganda) makrosomia berkaitan dengan distosia

bahu, atonia uteri, hipoglikemi, dan

robekan jalan lahir.

Djj kurang dari 100 atau belakang kepala (sungsang,

lebih dari 180 kali per letak lintang, dll)

menit pada dua kali

penilaian dengan jarak 5 Presentasi ganda (majemuk)

menit (Gawat janin) (adanya bagian lain dari janin.

Misalnya : lengan atau tangan,

bersamaan dengan presentasi

belakang kepala)

Tanda dan gejala fase laten

berkepanjangan :

Primipara dalam fase aktif 1. Dilatasi < 4 cm pada > 8 jam

kala satu persalinan 2. Kontraksi > 2 dalam 10

dengan penurunan kepala menit

janin 5/5 Tanda dan gejala syok :

1. Nadi cepat, lemah (> 100

x/menit)

Presentasi bukan 2. Tekanan darah menurun


45

(sistolik kurang dari 90 1. Baringkan ibu miring kiri, beri oksigen,

mmHg) dan anjurkan untuk bernafas secara

3. Pucat teratur.

2. Pasang infus menggunakan jarum

berdiameter besar (ukuran 16/18) dan

berikan ringer laktat atau garam

fisiologis (NS) dengan tetesan 125

cc/jam.

3. Segera rujuk ibu ke RS Rujukan

4. Dampingi ke tempat rujukan.

1. Baringkan ibu miring kiri.

2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

mampu melakukan seksio sesarea

3. Dampingi ke tempat rujukan. Berikan

dukungan dan semangat.

1. Baringkan ibu miring kiri.

2. Segera rujuk ibu ke RS rujukan

3. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Berikan dukungan serta semangat.

1. Baringkan ibu dengan posisi lutut

menempel ke dada atau miring ke kiri.

2. Segera rujuk ibu ke RS rujukan.

3. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Berikan dukungan dan semangat.

1. Segera rujuk ibu ke RS rujukan

2. Dampingi ke tempat rujukan. Berikan

dukungan serta semangat


46

1. Baringkan ibu miring kiri.

2. Naikkan kedua tungkai lebih

tinggi dari kepala.

3. Pasang infus menggunakan

jarum berdiameter besar (ukuran

16/18) dan berikan ringer laktat

atau garam fisiologis (NS) .

infuskan 1 liter dalam waktu 15-

20
44

3. Frekuensi, kontraksi

4. Berkeringat atau kulit kurang dari 2 kali dalam

lembab, dingin 10 menit. Dan lamanya

5. Nafas cepat (lebih kurang dari 40 detik.

dari30 kali per menit) Sumber: Affandi, 2017

6. Delirium atau tidak

sadar

7. Produksi urin sedikit

(kurang dari 30 ml per

jam)

Tanda dan gejala belum

inpartu :

1. Frekensi

kontraksi kurang dari

2 kali dalam

10 menit dan lamanya

kurang dari 20 detik

2. Tidak ada perubahan

pada serviks dalam

waktu 1-2 jam

Tanda dan gejala inpartu

lama :

1. Pembukaan serviks

mengarah ke sebelah

kanan garis waspada

(partograf)

2. Pembukaan serviks

kurang dari 1 cm per

jam.
45
3. Anjurkan ibu pulang jika kontraksi

menit : dilanjutkan dengan 2 liter hilang dan dilatasi tidak ada

dalam satu jam pertama, kemajuan, ibu dan bayi (DJJ), beri

kemudian turunkan tetesan nasehat agar:

menjadi 125 ml/jam. a. Cukup makan dan minum

4. Segera rujuk ibu ke RS rujukan b. Kembali jika frekuensi dan lam

5. Dampingi ke tempat rujukan. kontraksi meningkat.

Berikan dukungan serta

semangat 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memilik penatalaksanaan gawat

darurat obstetri.

1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan 2. Dampingi ke tempat rujukan.

2. Anjurkan ibu untuk begerak bebas Berikan dukungan serta semangat.

Tabel 2.5 Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan pada Kala II

Temuan-temuan anamnesis dan Rencana untuk asuhan

atau pemeriksaan atau perawatan

Tanda dan gejala syok: 1. Baringkan miring kekiri

1. Nadi cepat, isi kurang 2. Naikkan kedua kaki untuk

(100x/menit atau lebih) meningkat aliran darah

2. Tekanan darah rendah (sistolik kejantung

<90 mmHg) 3. Pasang infus mengunakan

3. Pucat pasi jarum diameter besar

4. Berkeringat atau dingin, kulit (ukuran 16/18) dan berikan

lembab RL dan NS infuskan satu L

5. Nafas cepat (>30x/menit) dalam 15-20 menit: jika

6. Cemas, binggung atau tidak mungkin infuskan 2 liter

sadar dalam satu jam pertama,

7. Produksi urin sedikit (<30 kemudian 125/jam

cc/jam) 4. Segera rujuk ke rumah

sakit PONEK
46
5. Dampingi ibu ketempat rujukan
45

Temuan-temuan anamnesis dan

atau pemeriksaan

Tanda atau gejala dehidrasi:

1. Nadi cepat (100x/menit atau

lebih) Tanda atau

2. Urin pekat gejalapreeklamsi

3. Produksi urin(>30cc/jam) berat atau eklamsi:

1. Tekanan darah

diastolic 110

mmHg atau

lebih

2. Tekanan darah

diastolic 90

mmHg atau

lebih dengan

kejang

Tanda atau gejala infeksi: 3. Nyeri kepala

1. Nadi cepat (110x/menit atau 4. Gangguan

lebih) penglihatan

2. Suhu lebih >38oC 5. Kejang

3. Menggigil (eklamsi)

4. Air ketuban atau cairan vagina

yang berbau

Tanda atau gejala preeklamsi:

1. Tekanan darah diastolic 90-110

mmHg

2. Protein urinaria hingga 2+


46

Rencana untuk asuhan atau perawatan 125cc/jam

1. Anjurkan untuk minum 3. Berikan ampisilin 2 gram

2. Nilai ulang setiap 30 menit (menurut atau amoksisilin 2

pedoman di partograf). Jika kondisinya gram/oral

tidak membaik dalam waktu 1 jam, 4. Segera rujuk ke rumah

pasang infus menggunakan jarum sakit PONEK

diameter besar (ukuran 16/18) dan berikan 1. Baringkan miring kekiri.

RL atau NS 125 cc/jam 2. Pasang infus dengan

3. Segera rujuk ke rumah sakit PONEK menggunakan jarum

4. Dampingi ibu ketempat rujukan diameter besar (ukuran

1. Baringkan miring kekiri 16/18) dan berikan RL atau

2. Pasang infus menggunakan diameter besar NS 125 cc/jam.

(ukuran 16/18) dan berikan RL dan NS 3. Berikan dosis awal 4 G

125cc/jam MgSO4 40% IV dengan

3. Berikan ampisilin 2 gram atau amoksisilin 2 kecepatan 0,5-1 G/menit.

gram/oral 4. Berikan dosis pemeliharaan

4. Segera rujuk ke rumah sakit PONEK MgSO4 40%, 1 G per jam

1. Baringkan miring kekiri segera rujuk ke RS

2. Psang infus menggunakan diameter besar PONEK.

(ukuran 16/18) dan berikan RL dan NS 5. Dampingi ibu

ketempat rujukan.
47

Temuan-temuan anamnesis dan Rencana untuk asuhan

atau pemeriksaan atau perawatan

Tanda-tanda inersia uteri: 1. Anjurkan untuk mengubah

1. Kurang dari 3 kontraksi dalam posisi dan berjalan-jalan.

waktu 10 menit, lama kontraksi 2. Anjurkan untuk minum.

kurang dari 40 detik 3. Jika selaput ketuban masih

utuh dan pembukaan >6 cm

lakukan amniotomi (gunakan

setengah kocher DTT)

4. Stimulasi putting susu.

5. Kosongkan kandung kemihnya.

6. Jika bayi tidak lahir setelah 2

jam meneran (primigravida)

atau 1 jam (multigravida),

segera rujuk kefasilitas

Tanda awal gawat janin DJJ kurang kesehatan rujukan.

dari 100 atau lebih 180 x/menit Nilai ulang DJJ selama 5 menit:

1. Jika DJJ normal, minta ibu

kembali meneran dan

pantau DJJ setelah setiap

kontraksi. Pastikan ibu tidak

berbaring terlentang dan

tidak menahan nafasnya

saat meneran.

2. Jika DJJ abnormal, rujuk

ibu kefasilitas yang memiliki

kemampuan

penatalaksanaan

gawatdarurat obtetri dan


48

bayi baru lahir

Kepala bayi tidak turun 1. Minta ibu

meneran

jongkok/berdiri.

2. Jika penurunan kepala di

partograf melewati garis

waspada, pembukaan dan

kontraksi memadai maka

rujuk pasien kefasilitas

rujukan.

3. Damping ibu ketempat

rujukan

Tanda-tanda distosia bahu: Lakukan tindakan dan upaya

1. Kepala bayi tidak melakukan lanjut (tergantung hasil

putar paksi luar. tindakan yang dilakukan):

2. Kepala bayi keluar kemudian 1. Prasat Mc Robert

tertarik kembali kedalam vagina 2. Prolong Mc

(kepala‟kura-kura‟) Robert (menungging)

Bahu bayi tidak dapat lahir 3. Anterior dysiempact

4. Perasat Corkscrew dari Wood

5. Perasat Schwartz-Dixon
49

Temuan-temuan anamnesis dan Rencana untuk asuhan atau

atau pemeriksaan perawatan

Tanda-tanda lilitan tali pusat: 1. Jika tali pusat melilit longgar

1. Tali pusat melilit leher bayi dileher bayi, lepaskan

melewati kepala bayi.

2. Jika tali pusat melilit erat

dileher bayi, lakukan

penjepitan tali pusat dengan

klem didua tempat kemudian

potong diantaranya,

kemudian lahirkan bayi

dengan segera.

Tanda-tanda cairan ketuban bercampur 1. Nilai DJJ:

meconium: a. Jika DJJ normal, minta ibu

1. Cairan ketuban berwarna kembali meneran dan

hijau (mengandung meconium) pantau DJJ setelah setiap

kontraksi. Pastikan ibu

tidak berbaring terlentang

dan tidak menahan

nafasnya saat meneran.

b. Jika DJJ tidak normal,

tangani sebagai gawat

janin (lihat diatas).

Setelah bayi lahir,

lakukan penilaian segera

dan bila bayi tidak

bernafas maka hisab

lender dimulut kemudian


50

hidung bayi dengan penghisap lender

DeLee DTT/steril) atau bola karet

(penghisap (baru dan bersih). Lakukan

tindakan lanjutan sesuai dengan hasil

penelitian.

2. Nilai DJJ, jika ada:

a. Segera rujuk kefasilitas kesehatan

rujukan.

b. Didampingi ibu ketempat rujukan.

c. Posisikan ibu seperti sujud dan dada

menempel pada kasur/brancrat atau isi

kandung kemih dengan larutan NS 0,9/air

steril sekitar 150-200 ml kemudian klem

ujung kateter dan tinggikan bokong sambil

ibu miring kekiri agar kepala bayi agar

tidak menekan tali pusat dan tangan lain


48

diabdomen untuk

menahan bayi pada

posisinya (keluarga dapat

membantu

melakukannya).

3. Jika DJJ tidak ada:

a. Beritahukan ibu dan

keluarganya.

b. Lahirkan bayi dengan cara

yang paling aman.

Kehamilan tak terdeteksi 1. Nilai DJJ.

2. Jika bayi kedua presentasi

kepala dan kepala segera

turun, lahirkan seperti bayi

pertama.

3. Jika kondisi diatas tidak

terpenuhi, baringkan ibu

miring kekiri.

4. Segera rujuk ibu ke RS

PONEK.

5. Dampingi ibu ketempat rujukan.

Sumber: Affandi, 2017

Tabel 2.6 Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan pada Kala III dan IV

Temuan-temuan anamnesis dan atau


49
pemeriksaan Rencana untuk asuhan

Tanda atau gejala retensio plasenta: atau perawatan

1. Plasenta tidak lahir setelah 30 1. Jika tampak plasenta,

menit sejak bayi dilahirkan lakukan

penegangan plasenta

terkendali dan tekanan

dorso kranial pada

uterus, minta ibu

meneran agar plasenta

dapat dilahirkan.

2. Setelah plasenta:

lakukan masase pada

uterus dan periksa

plasenta (dijelaskan di

awal bab ini).

ATAU

1. Lakukan periksa dalam

jika plasenta ada di

vagina, keluarkan dengan

cara menekan dorso

kranial pada uterus.

2. Jika plasenta masih

didalam uterus dan

perdarahan minimal,

berikan oksitosin

10 unit IM, pasang infuse

menggunakan jarum 16

atau 18 dan berikan RL

atau NS

a. Segera rujuk ke RS
49

PONEK

b. Dampingi ibu ke

tempat rujukan

3. Jika retensio plasenta

diikuti dengan perdarahan

hebat, pasang infus

(gunakan jarum 16 atau

18), guyur RL atau NS

dan 20 unit oksitosin 30

tetes permenit

a. Lakukan

plasenta manual dan

asuhan lanjutan

b. Bila syarat untuk

plasenta manual tidak

terpenuhi atau

petugas tidak

kompeten maka

segera rujuk ibu ke

RS PONEK.

c. Dampingi ibu ke

tempat rujukan

4. Tawarkan bantuan

walaupun ibu ditangani

oleh RS rujukan

1. Talipusat putus

Tanda atau gejala avulsi 2. Plasenta tidak lahir

(putus):
50

3. Lahirkan plasenta

1. Nilai dengan PTT dan

kontraksi tekanan dorso kranial

melalui 4. Lakukan masase setelah

palpasi plasenta lahir

uterus 5. Jika setelah 30 menit

2. Minta ibu bayi lahir dan MAK III

meneran jika maka tangani sebagai

ibu ada retensio plasenta

kontraksi

Tanda atau gejala atonia uteri: 1. Perdarahan yang

1. Perdarahan pasca persalinan menyertai uterus tidak

2. Uterus lembek dan tidak berkontraksi harus

berkontraksi ditatalaksana sebagai

atonia uteri

Tanda atau gejala bagian plasenta 1. Lakukan periksa dalam

yang tertahan: keluarkan selaput

1. Tepi lateral plasenta tidak dapat ketuban dan bekuan

diraba atau dikenali darah yang mungkin

2. Selaput ketuban tidak lengkap masih tertinggal

3. Perdarahan pasca persalinan 2. Lakukan masase uterus.

Jika ada perdarahan

hebat dan uterus

berkontraksi
51

4. Uterus berkontraksi baik, periksa danya

separasi parsial atau

robekan jalan lahir.

Tanda atau gejala robekan

vagina, perineum atau servik

1. Perdarahan pasca persalinan

2. Plasenta lengkap

3. Uterus berkontraksi

Tanda atau gejala dehidrasi:

1. Nadi lebih dari 100x/ menit

2. Temperatur lebih dari 38°C

3. Urine pekat

4. Produksi urine sedikit (20

cc/jam)

Tanda atau gejala syok:

1. Nadi cepat, lemah (lebih

dari 100x/menit

2. Sistolik kurang dari 90 mmHg

3. Pucat

4. Keringat dingin, kulit lembab

5. Nafas cepat lebih dari 30x/menit

6. Delirium atau tidak sadar

7. Produksi urine kurang dari 20

cc/jam
52

1. Lakukan pemeriksaan jalan 4. Jika terperatur tubuh

lahir tetap tinggi, ikuti asuhan

2. Jika terjadi laserasi derajat untuk infeksi

1 atau 2 lakukan penjahitan 5. Segera rujuk ke RS

3. Jika terjadi laserasi derajat PONEK

3 atau 4 atau robekan 6. Dampingi ibu

serviks: ketempat rujukan

a. Pasang infus dengan jarum 1. Anjurkan ibu untuk

16 atau 18 dan berikan RL minum

atau NS. 2. Nilai kondisi setiap 15

b. Segera rujuk ibu ke RS menit (jam pertama) dan

PONEK setiap 30 menit (jam

4. Dampingi ibun ke tempat kedua) pasca

rujukan. persalinan

1. Baringkan miring kiri 3. Jika dalam jam pertama

2. Naikkan kedua tungkai kondisi tidak membaik,

(posisi syok) pasang infus (jarum 16

3. Pasang infus dengan jarum atau 18) dan RL atau

16 atau 18, berikan RL atau NS

NS infuskan 1 L dan15 500 cc/jam Jika

sampai 20 menit lanjutkan temperatur ibu tetap

hingga 2 L kemudian 500 cc tinggi, ikuti asuhan

per jam untuk infeksi

4. Segera rujuk ke RS

PONEK
53

Tanda dan gejala kandung kemih

Tanda atau gejala infeksi : penuh:

1. Nadi lebih dari 100x/menit 1. Teraba bantalan air

2. Temperatur tubuh lebih dari 38°C suprasympisis

3. Keringat dingin 2. Tinggi fundus diatas pusat

4. Lochea berbau 3. Uterus terdorong kekanan

Tanda gejala preeklamsia ringan:

1. Tekanan darah diastolik 90-

110 mmHg

2. Protenuria

Tanda dan gejala preeklamsia berat

atau eklamsia:

1. Sistolik > 160 mmHG

2. Diastolik 110 mmHG

3. Kejang
54

5. Dampingi ibu ke tempat 1. Baringkan miring kekiri

rujukan. 2. Pasang infus dan

1. Baringkan miring ke kiri berikan RL/NS 100

2. Pasang infus dengan jarum cc/jam

16 atau 18, berikan RL atau 3. 20 cc MgSO4 20 % IV 8-

NS 500 cc/jam 10 menit dan lanjutkan

3. Berikan ampisilin atau dengan MgSO4 1 g/jam

amoxcilin 2 G/ oral melalui infus

4. Segera rujuk ke RS Segera rujuk ke RS

PONEK PONEK.

Dampingi ibu ke tempat 1. Kosongkan

rujukan. kandung kemih.

1. Nilai TD setiap 15 menit 2. Masagge uterus hingga

(pada saat beristirahat berkontraksi baik

diantara kontraksi dan 3. Jika tidak dapat

meneran). berkemih, kateteresasi

2. Jika diastolik > 110 mmHg, dengan teknik aseptic

pasang infus, berikan RL/NS 4. Kemudian dengan

100 cc/jam massage uterus hingga

3. Baringkan miring kekiri berkontraksi baik.

4. MgSO4 4 G dilanjutkan 1 G 5. Jika ibu mengalami

per jam dan nefidipin 10 mg perdarahan,

Rujuk ke RS PONEK periksa penyebabnya.

Sumber:JNPK-KR, dalam Asuhan Persalinan Normal 2017


52

Sumber :JNPK-KR, dalam Asuhan Persalinan Normal 2017

Gambar 2.6 Penapisan


53

2. Observasi

Gambar 2.7 Halaman Depan Lembar Observas


54

Gambar 2.8 Halaman Belakang Lembar Observasi


55

3. Partograf

Menurut JNPK-KR dalam buku APN (2017) Partograf adalah alat

bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi

untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan

partograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik proses persalinan, bahan dan medikamentosa

yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan

klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu

dicatat secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan

bayi baru lahir.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan

membantu penolong persalinan untuk:

a. Mencatat kemajuan persalinan.

b. Mencatat kondisi ibu dan janin.

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

penyulit persalinan.

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dengan tepat waktu.

Partograf harus digunakan:

a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan dan merupakan
56
elemen penting dari asuhan persalinan.

b. Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat.

c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu

dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat

waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamatan jiwa mereka.


57

Sumber : Affandi, Asuhan Persalinan Normal, 2017

Gambar 2.9 Halaman Depan Partograf


58

Sumber :JNPK-KR, dalamAsuhanPersalinan Normal 2017

Gambar 2.10 Halaman Belakang Partograf


59

1.3.5 Proses Persalinan (Kala I, II, III, dan IV)

Menurut JNPK-KR dalamAsuhan Persalinan Normal (2017) ada 4

kala dalam persalinan, adalah :

ada 4 kala dalam persalinan, adalah sebagai berikut:

1. Kala I

Persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase

laten dan fase aktif.

a. Fase Laten

1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

b. Fase Aktif

1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga

kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama

40 detik atau lebih).

2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap

atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per

jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1cm hingga 2 cm

(multipara).

3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

2. Kala II

Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai
60
kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum

dan/atau vaginanya.
61

c. Perineum menonjol.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

e. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yang

hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap, atau terlihatnya

bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

3. Kala III

Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan

a. Lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

1) Tanda-tanda lepasnya plasenta

2) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

3) Tali pusat memanjang

4) Semburan darah mendadak dan singkat

b. Manajemen Aktif Kala III (MAK III) terdiri dari tiga langkah utama

yaitu:

1) Pemberian suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah

bayi lahir

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

3) Masase fundus uteri

Keuntungan dari manajemen aktif kala III yaitu persalinan kala III

lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, dan mengurangi

kejadian retensio plasenta.

4. Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

itu. Observasi yang di lakukan pada kala IV adalah:

a. Tingkatkan kesadaran
62
b. Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan

pernafasan, tali pusat, kontraksi uterus, Perdarahan dikatakan

normal jika tidak melebihi 500 cc. Rata-rata perdarahan normal

adalah 250 cc

c. Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi.


63

1.3.6 Mekanisme Persalinan

Pada minggu – minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim

meluas untuk menerima kepala janin terutama pada primi dan juga pada

multi pada saat-saat partus mulai. Untunglah, bahwa hampir 90% janin

adalah letak kepala.Pada letak belakang kepala (LBK) dijumpai pula:

1. Ubun-ubun kecil kiri depan = 58%

2. Ubun-ubun kecil kanan depan = 23%

3. Ubun-ubun kecil kanan belakang = 11%

4. Ubun-ubun kecil kiri belakang = 8%

Kenapa lebih banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori :

a. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan

ekstremitas yang volumenya besar berada diatas, dan kepala dibawah

di rungan yang lebih sempit.

b. Teori gravitasi : karena kepala relative besar dan berat, maka akan

turun kebawah. Karena his yang kuat, teratur, dan sering, maka kepala

janin turun memasuki pintu atas panggul (engagement) karena

menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk

(fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul

dengan ukuran yang terkecil :

c. Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm dan

d. Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm

Selanjutnya, turunya kepala janin adalah seperti skema dibawah

ini Tabel 2.7 Mekanisme Turunnya Kepala Janin

Tahap Peristiwa

Kepala terfiksir pada (engagement)

atas panggul
64
Sinklitismus

Turun (descent) Asinklitismus posterior (litzman)

Fleksi Asinklitismus anterior (naegele)

Fleksi maksila Sinklitismus

Rotasi internalEkstensi Putar paksi dalam didasar panggul.

Terjadi : moulage kepala janin,

ekstensi, hipomoglion : uuk

dibawah symphisis

Ekspulsi kepala janin Berturut-turut lahirlah: uub, dahi,

muka, dagu

Rotasi eksterna Putar paksi luar (restitusi)

Ekspulsi total Cara melahirkan : bahu depan,

bahu belakang, seluruh badan dan

ektremitas.

Sumber: Mochtar, 2015


65

1.3.7 Perubahan Fisik dan Psikologi Persalinan

Menurut Prawirohardjo (2016), perubahan fisik persalinan adalah :

1. Uterus

Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian

yang berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi

lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah relatif lebih

pasif di banding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang

menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis.

Dengan palpsi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika

terjadi kontraksi, sekalipun selaput ketuban belum pecah. Segmen

atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan konsistensi segmen

bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan

bagian uterus yang berkontraksi secara aktif, segmen bawah adalah

bagian yang di regangkan, normalnya jauh lebih pasif.

Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk

ovoid di sertai pengurangan diameter horizontal. Dengan perubahan

bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses persalinan.

a. Pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan

kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya

rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah

didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul.

Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang ditimbulkannya di

perkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10 cm, tekanan yang

di berikan dengan cara ini dikenal sebagai takanan sumbu janin.

b. Dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal di tarik tegang

dan karena segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya

bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada kutub

bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi
66
serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.

2. Serviks

Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi

uterus, yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke

seluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus.


67

Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin di paksa

langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus.

Sebagai akibat kegiatan kegiatan daya dorong ini, terjadi dua

perubahan mendasar yaitu pendataran dan dilatasi pada serviks.

Untuk lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks harus di

lebarkan sampai berdiameter sekitar 10 cm, pada saat ini serviks di

katakan telah membuka lengkap.

Pendataran serviks atau obliterasi adalah pemendekan saluran

serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara

melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai

pendataran (effacement) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-

serabut otot setinggi os serviks internum di tarik ke atas, atau

dipendekkan, menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os

eksternum untuk sementara tetap tidak berubah.

Dilatasi serviks, jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen

bawah rahim dan serviks merupakan daerah yang resistensinya lebih

kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi, struktur-struktur ini

mengalami peregangan, yang dalam prosesnya serviks mengalami

tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada

selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan

melebarakan saluran serviks.

Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian

terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama

efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi

servik selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan

tekanan terhadap serviks dan segmen bawah rahim.

3. Vagina dan dasar panggul

Jalan lahir di sokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah


68
lapisan jaringan yang bersama-sama membentuk dasar panggul.

Struktur yang paling penting adalah musculus levator ani dan fasia

yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi

praktisnya dapat di anggap sebagai dasar panggul. Ketebalan

musculus levator ani bervariasi 3 sampi 5 mm meskipun rektum dan

vagina agak tebal.


69

Pada kala I persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah

janin memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina.

Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan dasar panggul

seluruhnya di hasilkan oleh tekanan yang di berikan oleh bagian

terbawah janin. Ketika perinium teregang maksimal, anus menjadi jelas

membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan

di sini dinding anterior rektum menonjol.

Menurut Manuaba (2010), perubahan psikologis dapat terjadi

pada ibu dalam persalinan terutama pada ibu yang pertama kali

melahirkan yaitu:

a. Perasaan tidak enak

b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

c. Menganggap persalinan sebagai cobaan

d. Apakah penolong bisa bersikap sabar dan bijaksana dalam

menolongnya

e. Apakah bayinya normal apa tidak

f. Apakah bayi sanggup merawatnya

g. Ibu merasa cemas

1.3.8 Kebutuhan Ibu Masa Persalinan

Menurut Affandi (2015), Kebutuhan Ibu masa persalinan adalah:

1. Mobilisasi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama

persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan

pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh

berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak.

Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu

turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu


70
persalinan. Memberitahukan pada ibu untuk tidak berbaring

terlentang lebih dari 10 menit.

2. Pemberian Cairan dan Nutrisi

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan

minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian

ibu
71

masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah

memasuki fase aktif, mereka hanyaingin mengkonsumsi cairan saja.

Anjurkan agar anggota keluarga sesering mungkin menawarkan

minum dan makanan ringan selama proses persalinan.

3. Personal Hygiene

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara

rutin selama persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam,

atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung

kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa

denyut jantung janin, Anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi

atau lakukan kateterisasi.

WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan

untuk tidak menyatukan ruang bersalin dengan kamar mandi atau

toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas antar ruang,

potensi cemaran mikroorganisme, percikan air atau lantai yang basah

akan meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru

lahir dan penolong sendiri.

1.3.9 Tanda Bahaya Persalinan

Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus

waspada terhadap timbulnya penyulit atau masalah. Ingat bahwa

menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan

resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir.

1. Tanda bahaya dan komplikasi pada kala I

Tanda bahaya dan komplikasi pada kala I menurut Affandi

(2017) adalah:

a. Terdapat perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah.

b. Persalinan kurang dari 37 minggu (kurang bulan).

c. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.


72
d. Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit

mekonium, disertai tanda-tanda gawat janin.

e. Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan

kurang dari 37 minggu).


73

f. Infeksi (temperature > 380C, menggigil, nyeri abdomen, cairan

ketuban berbau).

g. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan atau terdapat protein

dalam urine (pre-eklampsia berat).

h. Tinggi fundus 40 cm atau lebih.

i. DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali

penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin).

j. Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala

janin masih 5/5.

k. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll).

l. Presentasi ganda (majemuk).

m. Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut).

n. Syok (nadi cepat lemah lebih dari 110x/menit, tekanan darah

sistolik menurun, pucat, berkeringat dingin, napas cepat lebih

dari 30x/menit, produksi urin kurang dari 30 ml/jam).

o. Fase laten berkepanjangan (pembukaan serviks kurang dari 4

cm setelah 8 jam, kontraksi teratur lebih dari 2 dalam 10 menit).

p. Partus lama (pembukan serviks mengarah ke sebelah kanan

garis waspada, pembukaan serviks kurang dari 1 cm perjam,

frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik).

2. Tanda bahaya dan komplikasi kala II

Tanda bahaya dan komplikasi menurut Affandi (2017) adalah :

a. Syok (Nadi cepat lemah atau lebih dari 100x/menit, tekanan

darah sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat pasi, berkeringat

dingin, nafas cepat lebih dari 30x/menit, produksi urine sedikit

kurang dari 30ml/jam).


74
b. Dehidrasi (perubahan nadi 100x/menit atau lebih, urine pekat,

produksi urin sedikit 30 ml/jam).

c. Infeksi (Nadi cepat 110x/menit atau lebih, temperatur suhu

>38°C, menggigil, cairan ketuban berbau).

d. Pre-eklampsia ringan (Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg,

proteinuria hingga 2+).


75

e. Pre-eklampsia berat atau Eklampsia (Tekanan darah sistolic 110

mmHg atau lebih, tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih

dengan kejang, nyeri kepala, gangguan penglihatan, dan

kejang).

f. Inersia uteri (kontraksi kurang dari 3x dalam waktu 10 menit

lamanya kurang dari 40 detik).

g. Gawat janin (djj kurang dari 120x/menit dan lebih dari

160x/menit).

h. Distosia bahu (kepala bayi tidak melakukan putak paksi luar,

kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina,

bahu bayi tidak lahir).

i. Cairan ketuban bercampur mekonium ditandai dengan warna

ketuban hijau.

j. Tali pusat menumbung (tali pusat teraba atau terlihat saat

periksa dalam).

k. Lilitan tali pusat (tali pusat melilit leher bayi).

3. Tanda bahaya dan komplikasi pada kala III dan IV

Tanda bahaya dan komplikasi kala III dan IV menurut Affandi

(2017) adalah:

a. Retensio plasenta (normal jika plasenta lahir setelah 30 menit

bayi lahir).

b. Avulsi tali pusat (tali pusat putus dan plasenta tidak lahir).

c. Bagian plasenta tertahan (bagian permukaan plasenta yang

menempel pada ibu hilang, bagian selaput ketuban hilang/robek,

perdarahan pasca persalinan, uterus berkontraksi).

d. Atonia uteri (uterus lembek tidak berkontraksi dalam waktu 5

detik setelah massage uterus, perdarahan pasca persalinan).


76
e. Robekan vagina, perineum atau serviks (perdarahan pasca

persalinan, plasenta lengkap, uterus berkontraksi).

f. Syok (nadi cepat lemah atau lebih dari 100x/menit, tekanan

darah sistolik kurang dari 90 mmHg, pucat, berkeringat dingin,

nafas cepat lebih dari 30x/menit, produksi urine sedikit kurang

dari 30ml/jam).

g. Dehidrasi (meningkatnya nadi lebih dari 100x/menit, temperature

tubuh diatas 380C, urine pekat, produksi urine sedikit 30ml/jam).


77

h. Infeksi (nadi cepat 110 x/menit atau lebih, temperatur suhu >

38°C, kedinginan, cairan vagina yang berbau busuk).

i. Pre-eklampsia ringan (tekanan darah diastolik 90-110 mmHg,

proteinuria).

j. Pre-eklampsia berat atau Eklampsia (tekanan darah diastolik 110

mmHg atau lebih, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dengan

kejang).

k. Kandung kemih penuh (bagian bawah uterus sulit di palpasi, TFU

diatas pusat, uterus terdorong/condong kesatu sisi).

1.3.10 Standar Asuhan Persalinan

Menurut Depkes RI (2012), meliputi 24 standar, terdapat 4 standar

dalam standar pertolongan persalinan yang harus ditaati seorang bidan,

yaitu :

1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I.

Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa

persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan

pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan klien

selama proses persalinan berlangsung.

2. Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman

Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan

yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien

serta memperhatikan tradisi setempat.

3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat

dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput

ketuban secara lengkap.

4. Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui

episiotomi. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-


78
tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan

episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti

dengan penjahitan

perineum.
79

1.4 Konsep Dasar Nifas

1.4.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Syaifuddin, 2009).Masa nifas atau

puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2016).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.

Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2015).

1.4.2 Perubahan Fisik Ibu Nifas

1. Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali sebelum hamil.

Tabel 2.8 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber: Mochtar, 2015

2. Bekas implantasi uri: plasenta bed mengecil karena kontraksi dan


80
menonjol kekavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

3. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam

6-7 hari.

4. Rasa sakit, yang disebut after pains, (meriang atau mules-mules)

disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan

bila terlalu menggangu dapat diberikan obat-obat antisakit dan

antimules.

5. Lochea adalah cairan secret berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.


81

a. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel dasidua, vernik caseosa, lanugo, dan meconium,

selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochea sanguinoleta: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari 7-14 pasca persalinan.

d. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

e. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

6. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-

kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan

bisa masuk rongga rahim: setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui satu jari.

7. Ligament-ligamen: ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang

meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, setelah

berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang

uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrovleksi, karena ligamentum

rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita

Indonesia melakukan “berkhusuk” atau “berurut”, dimana sewaktu

dikhusuk tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena setelah

melahirkan ligamenta, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor,

jika dilakukan khusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh “

kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali

sebaiknya dengan latihan- latihan dan gimnastik pasca persalinan


82
(Mochtar, 2015).

1.4.3 Perubahan psikologi Ibu Nifas

Menurut Maryunani (2015), fase - fase yang dialami ibu nifas adalah

sebagai berikut :

1. Fase Taking In

a. Periode ketergantungan atau fase dependens


83

b. Periode yang terjadi pada hari pertama sampai kedua setelah

melahirkan. Dimana ibu baru biasanya bersifat pasif dan

bergantung, energi difokuskan pada perhatian ke tubuhnya atau

dirinya.

c. Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu

mengharapkan segala kebutuhanya terpenuhi oleh orang lain.

d. Ibu / klien akan mengulang kembali pengalaman persalinan dan

melahirkan

e. Menunjukkan kebahagian yang sangat dan bercerita tentang

pengalaman melahirkan.

f. Tidur yang tidak terganggu adalah penting jika ibu ingin

menghindari efek gangguan kurang tidur, yang meliputi letih,

iritabilitas dan gangguan dalam proses pemulihan yang normal.

g. Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan

keterlibatanya dalam tanggungjawabnya.

h. Nutrisi tambahan mungkin diperlukan karena selera makan ibu

biasanya meningkat.

i. Selera makan yang buruk merupakan tanda bahwa proses

pemulihan tidak berjalan normal.

2. Fase Taking Hold

a. Periode antara ketergantungan dan ketidaktergantungan, atau fase

dependen – independen.

b. Periode yang berlangsung 2 – 4 hari setelah melahirkan, dimana ibu

menaruh perhatian pada kemampuanya menjadi orangtua yang

berhasil dan menerima peningkatan tanggungjawab terhadap

bayinya.

1) Fase ini sudah menunjukkan kepuasan (terfokus pada bayinya).


84
2) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya

3) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan pada

bayinya dan juga pada dirinya.

4) Ibu mudah didorong untuk melakukan perawatan bayinya.


85

5) Ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir

(misalnya memeluk, menyusul, memandikan dan mengganti

popok).

c. Ibu memfokuskan pada pengembaalian kontrol terhadap fungsi

tubuhnya, fungsi kandung kemih kekuatan dan daya tahan.

d. Ibu mungkin peka terhadap perasaan – perasaan tidak mampu dan

mungkin cenderung memahami saran – saran bidan sebagai kritik

yang terbuka atau tertutup.

e. Bidan seharusnya memperhatikan hal ini sewaktu memberikan

instruksi dan dukungan emosi.

3. Fase Letting Go

a. Periode saling ketergantungan atau fase independen.

b. Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah,

dimana ibu melibatkan waktu reorganisasi keluarga.

c. Ibu menerima tanggungjawab untuk perawatan bayi baru lahir.

d. Ibu mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya.

e. Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk

mengobservasi bayi.

f. Ibu harus beradaptasi terhadap penurunan otonomi, kemandirian

dan khususnya interaksi sosial.

g. Depresi postpartum umumnya terjadi selama periode ini.

1.4.4 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia (2017), kebutuhan

dasar pada ibu nifas yaitu sebagai berikut :

1. Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tambahan

kalori sebesar 500 kal/hari, menu makanan gizi seimbang yaitu cukup
86
protein, mineral dan vitamin. Ibu nifas dianjurkan untuk minum air

minimal 3 liter/hari, mengkonsumsi suplemen zat besi minimal selama

3 bulan postpartum. Segera setelah melahirkan, ibu mengkonsumsi

suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU.


87

2. Mobilisasi

Ibu nifas normal dianjurkan untuk melakukan gerakan meski di

tempat tidur dengan miring kanan atau kiri pada posisi tidur, dan lebih

banyak berjalan. Namun pada ibu nifas dengan komplikasi seperti

anemia, penyakit jantung, demam dan keadaan lain yang masih

membutuhkan istirahat tidak dianjurkan untuk melakukan mobilisasi.

3. Eliminasi

Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan untuk buang air

kecil karena kandung kemih yang penuh dapat menggangu kontraksi

uterus, dan menimbulkan komplikasi yang lain misalnya infeksi. Bidan

harus dapat mengidentifikasi dengan baik penyebab yang terjadi

apabila dalam waktu >4 jam, ibu nifas belum buang air kecil.

4. Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan

membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir

sebelum dan sesudah membersihkan bagian genetalianya, mengganti

pembalut minimal 2 kali/ hari atau saat pembalut mulai tampak kotor

dan basah serta menggunakan pakaian dalam yang bersih.

5. Istirahat

Pada umumnya ibu nifas akan mengalami kelelahan setelah

proses persalinan. Motivasi keluarga untuk dapat membantu

meringankan pekerjaan rutin ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat

dengan baik. Ibu dianjurkan untuk dapat beristirahat pada siang hari

sekitar 2 jam dan di malam hari sekitar 7-8 jam.

6. Seksual

Hubungan seksual sebiknya dilakukan setelah masa nifas

berakhir yaitu setelah 6 minggu postpartum. Mengingat bahwa pada

masa 6 minggu postpartum masih terjadi proses pemulihan pada


88
organ reproduksi wanita khususnya pemulihan pada daerah serviks

yang baru menutup sempurna pada 6 minggu postpartum.


89

1.4.5 Tanda Bahaya Nifas

Menurut Prawirohardjo (2016), tanda bahaya masa nifas yaitu:

1. Perdarahan pasca persalinan

Perdarahan pasca persalinanadalah komplikasi yang terjadi pada

tenggang waktu di antara persalinan dan masa pascapersalinan.

Faktor predisposisi antara lain adalah anemia, penyebab perdarahan

paling sering adalah atonia uteri serta retensio placenta, penyebab lain

kadang- kadang adalah laserasi serviksatau vagina, ruptura uteri dan

iversi uteri.

Manajemen aktif kala III adalah upaya pencegahan perdarahan

pasca persalinan yang didiskusikan secara komprehensif oleh WHO.

Bila placenta masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak

lengkap pada jam pertama setelah persalinan, harus segera di lakukan

placenta manual untuk melahirkan placenta.

Pengosongan kandung kencing mungkin dapat membantu

terjadinya kontraksi. Bila perdarahan tidak segera berhenti, terdapat

perdarahan yang segar yang menetap. Atau terjadi perubahanpada

keadaan umum ibu, harus segera di lakukan pemberian cairan secara

intravenadan transportasi ke fasilitas kesehatan yang sesuai bila tidak

memungkinkan pengobatan secara efektif.

2. Infeksi

Infeksi nifas seperti sepsis, masih merupakan penyebab utama

kematian ibu di negara berkembang. Demam merupakan salah satu

gejala yang paling mudah di kenali. Pemberian antibiotika merupakan

tindakan utama dan upaya pencegahan dengan persalinan yang bersih

dan aman masih merupakan upaya utama. Faktor predisposisinya

infeksi genetal pada masa nifas di sebabkan oleh persalinan macet,

ketuban pecah dini dan pemeriksaan dalam yang terlalu sering.


90
3. Eklamsia (kejang)

Eklamsia adalah penyebab penting ketiga ibu di seluruh dunia.

Ibu dengan persalinan yang di ikuti oleh eklamsia atau preeklamsia

berat, harus di rawat inap. Pengobatan terpilih menggunakan

magnesium sulfat (MgSO4).


91

Komplikasi pascapersalinan lain yang sering di jumpai termasuk

infeksi saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia. Banyak ibu

mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulka selama beberapa

minggu, terutama apabila terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi

pada persalinan kala II. Perinium ibu harus di perhatikan secara teratur

terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.

4. Defiensi vitamin dan mineral

Defiensi vitamin dan mineral adalah kelainan yang terjadi

sebagai akibat kekurangan iodin, kekurangan vitamin A serta anemia

defisiensi Fe. Defisiensiterjadi terutama di sebabkan intake yang

kurang, gangguan penyerapan. Upaya pencegahan dapat dilakukan

dengan makan makanan yang sesuai, penggunaan obat suplemen

selama kehamilan, menyusui dan pada masa bayi serta anak-anak.

1.4.6 Standar Asuhan Masa

Nifas

1. Standar pelayanan minimal

Menurut Data Depkes RI (2012), terdapat 3 standar pelayanan

nifas, yaitu:

a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga

harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah

hipoglikemia dan infeksi.

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu

dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan

infeksi.

Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan


92
perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan

perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.

b. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya

komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah persalinan, serta


93

melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan

memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya

kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi

yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk

memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu

dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam

pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin

antara ibu dan bayinya.

c. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas

dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pasien hari ke-

tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk

membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan

dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi

baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi

sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI

eksklusif.

2. Kebijakan Pelayanan

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah – masalah yang terjadi.

Tabel 2.9 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 – 8 jam setelah
94
persalinan a. Mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat

penyebab lain perdarahan ; rujuk

bila perdarahan berlanjut

Memberikan konseling pada ibu

atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah

perdarahan masa

nifas karena atonia uteri

c. Pemberian ASI awal


95

Kunjungan Waktu Tujuan

d. Melakukan hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir

e. Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara mencegah hipotermia

Jika petugas kesehatan menolong

persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran, atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan

stabil.

6 hari 2 minggu

setelah setelah

persalinan persalinan

2 3
96
6 minggu a. Memastikan involusi uterus berjalan

setelah normal : Uterus berkontraksi,

persalinan fundus dibawah umbilikus, tidak

4 ada perdarahan abnormal, tidak

ada bau

b. Menilai adanyatanda – tanda

demam, infeksi,

atauperdarahanabnormal

c. Memastikanibumendapatkancuku

pm akanan, cairan dan Istirahat

d. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda

– tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat

dan merawat bayi sehari – hari

a. Memastikan involusi uterus

berjalan normal : Uterus

berkontraksi, fundus dibawah

umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada

bau Menilai adanyatanda –

tandademam, infeksi,

atauperdarahanabnormal

b. Memastikanibumendapatkancuku

pm akanan, cairan dan istirahat

c. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda
97
– tanda penyulit a. Menanyakan pada ibu tentang

d. Memberikan konseling pada ibu penyulit – penyulit yang ia atau

mengenai asuhan pada bayi, tali bayi alami

pusat, menjaga bayi tetap hangat b. Memberikan konseling untuk KB

dan merawat bayi sehari – hari secara dini

Sumber : Syaifuddin, 2009.


98

1.5 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1.5.1 Pengertian

Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia

kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram.

(Runjati,2018)

1.5.2 Tanda-tanda BBL Normal

Menurut Runjati (2018), bayi baru lahir normal mempunyai ciri

sebagai berikut :

1. Dilahirkan pada usia kehamilan 37 – 42 minggu

2. Berat badan lahir 2500 – 4000 gram

3. Panjang badan 48 – 52 cm

4. Lingkar kepala 33 – 35 cm

5. Lingkar dada 30 – 38 cm

6. Frekuensi jantung 120 – 160 denyut/menit

7. Pernafasan 40- 60 kali/menit

8. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

9. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

10. Kuku agak panjang (melewati jari) dan lemas

11. Genetalia: Labia mayora sudah menutupi labia minora (perempuan),

kedua testis sudah turun kedalam skrotum (laki – laki)

12. Refleks bayi sudah terbentuk dengan baik

13. Bayi berkemih dalam 24 jam pertama

14. Pengeluaran mekoneum dalam 24 jam pertama.

Menurut Mochtar (2015),Klasifikasi klinik nilai APGAR adalah:

a. Nilai 7-10 : bayi normal

b. Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang

c. Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat


99
Table 2.10 APGAR SKOR

SKOR 0 1 2

AppearanceColor Pucat Badan Seluruh tubuh

(warna merah,

kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan

Pulse (Denyut Jantung) Tidak Kurang dari100 Diatas 100

ada

Grimace (reaksi Tidak Sedikit gerakan Menangis,

terhadap

rangsangan) ada mimic batuk/bersin

Activity (Tonus Otot) Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif

sedikit fleksi
100

Respiration (usaha nafas) Lemah Menangis kuat

Tidak tidak

ada teratur

Sumber : Mochtar, 2015.

1.5.3 Masa Transisi BBL

Menurut Varney (2008), periode transisi adalah waktu ketika bayi

menjadi stabil dan menyesuaikan diri denagn kemandirian ekstrauteri.

Periode transisi dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Periode reaktifitas pertama

Periode reaktifitas pertama dimulai pada saat bayi lahir dan

berlangsung selama 30 menit. Pada saat tersebut, jantung bayi baru

lahir berdenyut cepat dan denyut tali pusat terlihat. Warna bayi baru

lahir melihatkan sianosis sementara atau akrosianosis. Pernapasan

cepat, berada ditepi teratas rentan normal, dan terdapat ralesserta

ronki. Rales seharusnya hilang dalam 20 menit. Bayi mungkin

memperlihatkan napas cuping hidung disertai napas mendengkur dan

retraksi dinding dada. Adanya mukus biasanya akibat keluarnya cairan

paru yang tertahan. Mukus ini encer, jerni, dan mungkin memiliki

gelembung-gelembung kecil.

Selama periode reaktifitas pertama setelah lahir, mata bayi baru

lahir terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Bayi mungkin

menangis, terkejut, atau mencari putting susu ibu. Selama periode

terjaga ini, setiap usaha harus dilakukan untuk memfasilitasi kontak

antara ibu dan bayi baru lahir. Walaupun tidak direncanakan untuk
101
memberikan ASI, membiarkan ibu menggendong bayi pada waktu ini

membantu proses pengenalan. Bayi memfokuskan pandangan pada

ibu atau ayah ketika mereka berada pada lapang penglihatan yang

tepat. Bayi menunjukkan peningkatan tonus otot dengan ekstremitas

atas fleksi dan ekstermitas bawah ekstensi posisi ini memungkinkan

bayi untuk menyesuaikan tubuhnya dengan tubuh ibu ketika

digendong.

Bayi seringkali mengeluarkan feses segera setelah lahir dan

bising usus biasanya muncul 30 menit setelah bayi lahir. Bising usus

menunjukkan system pencernaan mampu berfungsi. Namun,


102

keberadaan feses saja tidak mengindikasikan bahwa peristaltik mulai

bekerja, melainkan hanya mengindikasikan bahwa anus paten.

2. Periode tidur yang tidak berespons

Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah

kelahiran bayi sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi baru lahir

menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali per menit.

Murmur dapat terdengar, ini semata-mata merupakan indikasi bahwa

duktus anteriosus tidak spenuhnya tertutup dan dipertimbangkan

sebagai temuan abnormal. Frekuensi pernapasan bayi lebih lambat

dan tenang. Bayi berada pada tahap tidur nyenyak. Bising usus ada,

tetapi kemudian berkurang. Apabila memungkinkan, bayi baru lahir

jangan diganggu untuk pemeriksaan-pemeriksaan mayor atau untuk

dimandikan selama periode ini. Tidur nyenyak yang pertama

memungkinkan bayi baru lahir pulih dari tuntutan kelahiran dan transisi

segera ke kehidupan ekstrauteri.

3. Periode reaktifitas kedua

Selama periode reaktifitas kedua (tahap ketiga transisi), dari usia

sekitar 2-6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan perubahan warna

menjadi cepat, yang dikaitkan dengan stimulus lingkungan. Frekuensi

pernapasan bervariasi dan tergantung aktivitas. Frekuensi napas harus

tetap dibawah 60 kali per menit dan seharusnya tidak lagi ada rales

atau ronki. Bayi baru lahir mungkin tertarik untuk makan dan harus

didorong untuk menyusu.

Pemberian makan segera sangat penting untuk mencegah

hipoglikemia dan dengan menstimulasi pengeluaran feses, mencegah

ikterus. Pemberian makan segera juga memungkinkan kolonisasi

bakteri di usus, yang menyebabkan pembentukan vitamin K oleh

saluran cerna. Bayi baru lahir mungkin bereaksi terhadap pemberian


103
makan yang pertama. Bayi yang diberi susu botol biasanya tidak

minum lebih dari satu ons per pemberian makan selama hari pertama

kehidupan.
104

Setiap mukus yang ada selama pemberian makan segera dapat

menggangu pemberian makan yang adekuat, khususnya jika mukus

berlebihan. Adanya mukus dalam jumlah banyak merupakan indikasi

suatu masalah, seperti atresia esophagus. Mukus bercampur empedu

selalu merupakan tanda penyakit pada bayi baru lahir dan pemberian

makan harus ditunda sampai penyebabnya telah diselidiki secara

menyeluruh.

1.5.4 Kebutuhan Dasar BBL

Menurut Affandi (2017), kebutuhan dasar BBL meliputi:

1. Pencegahan Infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme atau

terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir. Untuk tidak menambah resiko infeksi

maka sebelum menangani BBL pastikan penolong persalinan dan

pemberian asuhan BBL telah melakukan upaya pencegahan infeksi.

a. Cuci Tangan

Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah

bersentuhan dengan bayi, serta memakai sarung tangan bayi pada

saat menangani bayi yang belum dimandikan.

b. Persiapan Alat

Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah

didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet

penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan

lendir dengan alat tersebut. Jangan menggunakan bola karet

penghisap yang sama untuk lebih darisatu bayi. Pastikan semua

pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan sudah dalam

keadaan bersih.

c. Persiapan Tempat
105
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat

resusitasi yang datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat

misalnya meja, dipan atau lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat

pemancar panas dan terjaga dari tiupan angin.


106

2. Penilaian awal BBL

Untuk bayi segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain bersih

dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu segera lakukan

penilaian awal dengan menjawab pertanyaan.

a. Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah

maka segera lakukan tindakan resusitai bayi baru lahir.

3. Mencegah kehilangan panas

a. Keringkan bayi dengan seksama.

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih hangat.

c. Selimuti bagian kepala bayi.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

4. Merawat tali pusat

a. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.

b. Mengoleskan alkohol dan betadine masih diperbolehkan tetapi

tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.

5. Pemberian ASI

Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi

baru lahir harus mendapatkan ASI satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu

memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi segera

setelah tali pusat di klem atau dipotong.

6. Pencegahaninfeksi pada mata

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin

1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam
107
setelah kelahiran.

7. Profilaksis perdarahan bayi baru lahir

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg

intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk pencegahan

perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir.


108

8. Pemberian imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu bayi.

1.5.5 Tanda Bahaya BBL

Menurut Affandi (2017), tanda bahaya pada bayi adalah :

1. Tidak dapat menetek

2. Bayi bergerak hanya jika dirangsang

3. Kecepatan nafas > 60 kali/menit

4. Tarikan dinding dada bawah yang dalam

5. Merintih

6. Sianosis sentral

1.5.6 Standar Asuhan BBL

1. Standar Pelayanan Minimal

Menurut Depkes RI (2012), standar pelayanan minimal untuk bayi

baru lahir adalah:

a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

1) Tujuan

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya

pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.

2) Pernyataan Standar

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,

menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk

sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan

menangani hipotermia.

2. Kebijakan Pelayanan

Menurut Depkes RI (2012), kebijakan pelayanan bayi baru lahir


109
adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan

yang sama dengan ibunya atau rawat gabung. Asuhan bayi baru lahir

meliputi:

1) Pencegahan infeksi (PI).

2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi.


110

3) Pemotongan dan perawatan tali pusat.

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam.

6) Kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh

bayi.

b. Pemberian ASI eksklusif, pemeriksaan bayi baru lahir, antibiotika

dosis tunggal, pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep

mata, pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha

kanan, pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis

tunggal di paha kiri.

c. Pencegahan infeksi, BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu

diperhatikan hal-hal dalam perawatannya : Cuci tangan sebelum dan

setelah kontak dengan bayi, pakai sarung tangan bersih pada saat

menangani bayi yang belum dimandikan, pastikan semua peralatan

(gunting, benang tali pusat) telah di DTT. Jika menggunakan bola

karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.

d. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi. Periksa ulang

pernafasan, bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain

bersih dan kering/kassa, sambil menilai pernafasan secara cepat,

letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu, membersihkan jalan

nafas, hangat, kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera

mungkin.

e. Pemotongan dan perawatan tali pusat. Setelah plasenta lahir dan

kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.

f. Waktu pemeriksaan bayi baru lahir: bayi baru lahir sebelum usia 6

jam, usia 6-48 jam, usia 3-7 hari, minggu ke 2 pasca lahir.

g. Pemeriksaan Fisik.
111
h. Imunisasi mencegah penyakit TBC, Hepatitis, Polio, Difteri, Pertusis,

Tetanus dan Campak. Bayi baru lahir dan neonatus harus diimunisasi

lengkap sebelum berusia 1 tahun. Timbang BB bayi baru lahir dan

neonatus sebulan sekali sejak usia 1 bulan sampai 5 tahun di

posyandu. Cara menjaga kesehatan bayi yaitu amati pertumbuhan

bayi baru lahir dan neonatus secara teratur.


112

i. Kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya 3 kali yaitu :

1) Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam

setelah lahir.

2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 - 7 hari.

3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 - 28 hari.

j. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Konseling terhadap

ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan

hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah.

Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM). Pemeriksaan menggunakan

pendekatan MTBM.

k. Asuhan 6 - 48 jam setelah bayi lahir

1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan

berat badan lahir.

2) Jaga selalu kehangatan bayi.

3) Perhatikan intake dan output bayi.

4) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak.

5) Komunikasikan kepada orang tua bayi caranya merawat tali

pusat.

6) Dokumentasikan.

l. Minggu pertama setelah bayi lahir

1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat

ini dengan berat badan saat bayi lahir.


113
2) Jaga selalu kehangatan bayi.

3) Perhatikan intake dan output bayi.

4) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak.

5) Dokumentasikan jadwal kunjungan neonatal.


114

m. Minggu kedua setelah bayi lahir

1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat

ini dengan berat badan saat bayi lahir.

2) Jaga selalu kehangatan bayi.

3) Perhatikan intake dan output bayi.

4) Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak.

5) Dokumentasikan.

n. Tanyakan pada ibu apakah terdapat penyulit pada bayinya

1) Amatilah bahwa urine dan feses normal.

2) Periksalah alat kelamin dengan kebersihannya.

3) Periksa tali pusat.

4) Periksa tanda vital bayi.

5) Periksalah kemungkinan infeksi mata.

6) Tatalaksana kunjungan rumah bayi baru lahir oleh bidan

diantaranya :

a) Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah sampai tali

pusat lepas, bila mungkin selama satu minggu pertama

sesudah bayi lahir.

b) Kartu anak (buku KIA) harus diisi lengkap dan kelahiran bayi

harus didaftar atau dibawa ke puskesmas.

c) Bidan hendaknya meneliti apakah petugas yang melayani

persalinan sudah memberikan perhatian terhadap semua hal

pada tiap kunjungan rumah

d) Form pencatatan (buku KIA, formulir BBL, formulir register

kohort bayi).

1.6 Konsep Dasar Neonatus


115
1.6.1 Pengertian Neonatus

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan

intra
116

uterin ke kehidupan ekstra uterin) dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk

dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012).

Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan

poses vital neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami

proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin

ke kehidupan ekstra uterin. Selain itu, neonatus adalah individu yang

sedang bertumbuh (Nanny, 2013).

1.6.2 Kebutuhan Dasar Neonatus

Kebutuhan dasar neonatus menurut Maryunani (2015), yaitu :

1. Kebutuhan Asih pada Neonatus

a. Asih merupakan kebutuhan emosional.

b. Asih adalah kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ciptaan

yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang

yang selaras baik fisik maupun mental.

c. Asih bisa disebut sebagai ikatan kasih sayang.

2. „Bonding attachment‟ pada neonatus dapat dipenuhi dengan cara-cara

yang diuraikan dengan cara berikut ini:

a. Pemberian ASI eksklusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara eksklusif segera

setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit

dengan ibunya.

b. Rawat gabung

Merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu

dan bayinya terjalin proses lekat (early infant mother bounding)

akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.

c. Kontak mata (Eye to Eye Contact)

Orang tua dan bayinya akan menggunakan lebih banyak waktu


117
untuk saling memandang. Kontak mata mempunyai efek yang

sangat erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa

percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia

pada umumnya.
118

d. Suara (Voice)

Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya

sangat penting. Orang tua menunggu tangisan bayinya mereka

dengan tegang suara tersebut membuat mereka yakin bahwa

bayinya dalam keadaan sehat.

e. Aroma/Odor ( Bau Badan)

Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan

cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman bayi

sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayi ASI pada

waktu tertentu.

f. Gaya bahasa ( Entraiment)

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir

bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa

mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-

nendangkan kaki. Entraiment terjadi pada saat anak mulai

berbicara.

g. Kebutuhan Asuh pada Neonatus

Hal-hal yang dibahas dalam kebutuhan asuh pada neonatus antara

lain:

1) Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi

sebagai anugrah Tuhan yang Maha Esa.

2) ASI merupakan nutrisi yang paling lengkap untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi.

3) ASI mengandung zat gizi yang sangat lengkap, antara lain

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, factor

pertumbuhan, hormon, enzim dan kekebalan. Semua zat ini

terdapat secara proposional dan seimbang satu dengan


119
lainnya pada ASI.

4) Mandi, untuk menjaga bayi selalu tetap bersih, hangat dan

kering. Untuk menjaga kebersihan tubuh bayi, tali pusat,dan

memberikan kenyamanan pada bayi.

5) Kebutuhan Asah, asah merupakan stimulasi mental yang

akan menjadi cikal bakal proses pendidikan dimana bertujuan

untuk
120

mengembangkan mental, kecerdasan, keterampilan,

kemandirian, kreativitas, agama, moral, produktifitas dan lain-

lain.

6) Imunisasi pada neonatus, imunisasi berasal dari kata Imun,

kebal atau resistan. Imunisasi berarti pemberian kekebalan

terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi adalah upaya

yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia

terhadap penyakit tertentu. Proses imunisasi ialah

memasukan vaksin atau serum kedalam tubuh manusia,

melalui oral atau suntikan.

1.6.3 Tanda Bahaya Neonatus

Tanda bahaya yang mungkin terjadi pada neonatus menurut

Maryunani (2015), antara lain :

1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua.

2. Riwayat kejang.

3. Bergerak hanya jika dirangsang/letergis.

4. Frekuensi napas ≤ 30x/menit dan ≥ 60x/menit.

5. Suhu tubuh ≤ 35,5oC dan ≥ 37,5oC.

6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.

7. Merintih.

8. Nanah banyak di mata.

9. Pusat kemerahan meluas ke dinding perut.

10. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

11. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat.

12. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian

ASI.

13. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram.

14. Kelainan kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.


121
1.6.4 Standar Asuhan Neonatus

Menurut Depkes RI (2016), standar pelayanan minimal untuk bayi

baru lahir adalah Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir.

1. Tujuan

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan

serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.


122

2. Pernyataan Standar

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan

kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan

kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.

1.7 Konsep Keluarga Berencana

1.7.1 Pengertian KB

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap

individu sebagai mahluk seksual. Penggunaan kontrasepsi pasca

persalinan diberikan untuk menjarangkan jarak kehamilan berikutnya

setidaknya dalam 2 tahun jika seorang wanita masih merencanakan

memiliki anak. Jenis kontrasepsi yang digunakan sama seperti prioritas

pemilihan kontrasepsi pada masa interval. Prinsip utama penggunaan

kontrasepsi pada wanita pascasalin adalah kontrasepsi yaitu tidak

mengganggu proses laktasi (Affandi, 2015).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan

upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat –

obatan. (Prawirohardjo, 2016)

1.7.2 Macam Alat Kontrasepsi Efektif

Macam-macam metode kontrasepsi yang ada di dalam program KB

di Indonesia menurut Affandi (2015),antara lain:

1. Pil

a. Pil Kombinasi

1) Pengertian
123
Merupakan kontrasepsi oral yang mengandung hormon

progesteron dan esterogen.

2) Jenis

a) Monofasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam

dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.


124

b) Bifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormonaktif estrogen/progestin (E/P) dengan

dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

c) Trifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan

tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

3) Cara Kerja

Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks

mengental sehingga sulit dilalui sperma, pergerakan tuba

terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan

terganggu pula.

4) Indikasi

a) Usia reproduktif

b) Telah memiliki anak atauyang belum memiliki anak

c) Gemuk atau kurus

d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi

e) Setelah melahirkan dan menyusui

f) Pasca keguguran

g) Anemia karena haid berlebihan, siklus haid tidak teratur

h) Riwayat kehamilan ektopik kelainan payudara jinak, diabetes

tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, saraf

dan penyakit tuberculosis (TB)

i) Penyakit tyroid, penyakit radang panggul, endometriosis,

atau tumor ovarium jinak.

5) Kontraindikasi

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Menyusui eksklusif
125
c) Perdarahan pervaginam yang belum diktehui penyebabnya

d) Penyakit hati akut (hepatitis)

e) Perokok dengan usia > 35 tahun


126

f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >

180/110 mmHg, riwayat gangguan faktor pembekuan darah

atau kencing manis > 20 tahun

g) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

h) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

i) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat

epilepsi)

6) Kelebihan

a) Memiliki efektifitas yang tinggi

b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil

c) Tidak mengganggu hubungan seksual

d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang

(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid

e) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause

f) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih

ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan

g) Mudah dihentikan setiap saat

h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

j) Membantu mencegah, Kehamilan ektopik, Kanker ovarium,

Kanker endometrium, Kista ovarium, Penyakit radang

panggul, Kelainan jinak pada payudara, Dismenorhea.

7) Keterbatasan

a) Mahal dan membosankan Karena harus menggunakannya

setiap hari

b) Pusing, Mual, terutama pada 3 bulan pertama


127
c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama pada 3

bulan pertama

d) Nyeri payudara

e) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu

kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif

f) Berhenti haid, jarang pada pil kombinasi


128

g) Tidak boleh diberikan pada perempuan yang menyusui

h) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,

sehingga resiko stroke, dan gangguan pembekuan darah

pada vena dalam sedikit meningkat, dan tidak mencegah

IMS

8) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi

a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan

tersebut tidak hamil

b) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

c) Setelah melahirkan atau Pascakeguguran

d) Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu

menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai

hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan

seksual sampai ibu telah menghabiskan paket pil tersebut

e) Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif, setelah 3 bulan

dan tidak menyusui

f) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin

menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera

diberikan tanpa perlu menunggu haid

9) Tanda Bahaya dan Efek Samping

a) Sakit perut yang hebat.

b) Sakit dada yang hebat atau "nafas pendek".

c) Sakit kepala yang hebat.

d) Keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat

meIihat.

e) Sakit tungkai bawah yang hebat ( betis atau paha )

b. Pil Kombinasi (Minipil)


129
1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi peroral, di konsumsi sebagai usaha

pencegahan kehamilan mengandung hormon progesterone.

2) Jenis

a) Kemasan dengan pil isi 35 pil : 300 mg levonorgestrel atau

350 mg noretindron
130

b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mg desogestrel

3) Cara kerja

Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di

ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks,

sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas

tuba transportasi sperma terganggu.

4) Indikasi

a) Usia reproduktif

b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak

c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif

selama periode menyusui

d) Pasca persalinan dan tidak menyusui atau pasca keguguran

e) Perokok segala usia

f) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg)

atau dengan masalah pembekuan darah

g) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak

menggunakan estrogen

5) Kontraindikasi

a) Hamil atau diduga hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

d) Menggunakan obat TBC atau obat untuk epilepsy

e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

f) Sering lupa menggunakan pil

g) Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme pembuluh


131
darah miom uterus, progestin dapat memicu pertumbuhan

miom uterus.

6) Kelebihan

a) Sangat efektif bila digunakan secara teratur

b) Tidak mengganggu hubungan seksual

c) Tidak mempengaruhi ASI


132

d) Kesuburan cepat kembali

e) Nyaman dan mudah digunakan

f) Sedikit efek samping

g) Dapat dientikan setiap saat

h) Tidak mengganggu estrogen

7) Keterbatasan

a) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid

b) Peningkatan atau penurunan berat badan

c) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama

d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau

jerawat

f) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi

g) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan

dengan obat TBC atau epilepsy

h) Tidak melindungi dari Infeksi Menular Seksual (IMS) atau

HIV/AIDS

8) Waktu Menggunakan Kontrasepsi

a) Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid

b) Dapat digunakan setiap saat, asal tidak terjadi kehamilan

c) Bila klien tidak haid, minipil dapat digunakan setiap saat, asal

diyakini tidak hamil

d) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan

dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat

e) Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan, dan klien telah

mendapat haid minipil dapat dimulai pada hari 1-5 siklus haid
133
f) Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal

lain dan ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat

segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya digunakan

dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil. Tidak

perlu menunggu datangnya haid berikutnya

g) Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran


134

h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal

dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan minipil,

minipildiberikan pada hari 1-5 siklus haid dan tidak

memerlukan metode kontrasepsi lain

i) Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR

(termasuk AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat

diberikan pada hari 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan

AKDR.

2. Suntikan

a. Suntikan Kombinasi

1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung hormon

sintetis progesteron dan estrogen.

2) Jenis

a) 25 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estradio

Sipionat, Diberikan secara IM sebulan sekali (setiap 4 minggu)

b) 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat,

Diberikan secara IM sebulan sekali (setiap 4 minggu).

3) Cara kerja

Mencegah implantasi, menekan ovulasi, mengentalkan

lendir servik, menghambat transportasi gamet oleh

tuba/menggangu motilitas tuba

4) Indikasi

a) Usia reproduksi

b) Telah memiliki anak/belum

c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang

tinggi
135
d) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan

e) Setelah melahirkan anak dan tidak menyusui

f) Anemia

g) Nyeri haid hebat

h) Haid teratur
136

i) Riwayat kehamilan ektopik

j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

5) Kontraindikasi

a) Hamil atau diduga hamil

b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan

c) Perdarahan pervaginam

d) Usia > 35 tahun yang merokok

e) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan

darah tinggi (>180/110 mmHg), penyakit hati akut (virus

hepatitis)

f) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan diabetes> 20

tahun, kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit

kepala atau migrain dan keganasan pada payudara

6) Kelebihan

a) Risiko terhadap kesehatan kecil

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

d) Jangka panjang

e) Efek samping sangat kecil

f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

7) Kerugian

a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai

10 hari.

b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan

seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.


137
c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien

harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.

d) Efektivitasnya bila digunakan bersamaan dengan obat-obat

epilepsy atau obat tuberculosis.

e) Penambahan berat badan.

f) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.


138

g) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian.

8) Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kontrasepsi

a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus

haid.

b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,

klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari

atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari

c) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap

saat, asal dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien

tidak boleh melakukan

d) hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan

metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.

e) Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum

haid, suntikan pertama dapat diberikan asalkan dapat

dipastikan tidak hamil

f) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah

mendapat haid, maka suntikan pertama dapat diberikan

pada siklus haid hari ke 1 dan 7.

g) Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan

diberikan suntikan kombinasi

h) Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui,

suntikan kombinasi dapat diberi.

i) Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan

ataudalam waktu 7 hari.

j) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi

hormonal yang lain dan ingin menggantinya dengan


139
hormonal kombinasi.

k) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan

ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,

maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai


140

jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode

kontrasepsi lain.

l) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal

dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,

makasuntikan pertama dapat segera diberikan asal saja

diyakini ibu tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu

menunggu datangnya haid.

9) Tanda Bahaya dan Komplikasi

a) Pertambahan berat badan yang menyolok.

b) Sakit kepala yang hebat.

c) Perdarahan pervaginam yang banyak.

d) Depresi.

e) Polyuri.

b. Suntikan Progestin

1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi dengan jalan penyuntikan sebagai

usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesterone

wanita usia subur. Suntikan progestin seperti depo-provera dan

noris- terat mengandung hormon progestin saja. Suntikan ini baik

bagi wanita yang menyusui dan diberikan setiap dua atau tiga

bulan sekali.

2) Jenis

a) Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung

150 mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara

disuntik Intro Muskuler.

b) Depo Nonsterat Enontat (Depo Nonsterat) yang mengandung

200mg noratin dion anontat, diberikan setiap 2 bulan dengan


141
cara disuntik Intramuskuler.

3) Cara Kerja

Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput


142

lender rahim tipis dan atrofi, menghambat transportasi gemat

oleh tuba.

4) Indikasi

a) Usia reproduktif

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

d) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektivitas tinggi

e) Setelah melahirkan dan menyusui

f) banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi serta

sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

g) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit

h) Menggunakan obat untuk epilepsy atau obat tuberculosis

i) Tidak dapat mengandung kontrasepsi yg

mengandung estrogen

j) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

5) Kontraindikasi

a) Hamil atau dicurigai hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorrhea

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi

6) Kelebihan
143
a) Sangat efektif

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami- istri

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan

darah.

e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI


144

f) Sedikit efek samping

g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

h) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

perimenopause

i) Membantu mencegah kanker endrometrium dan kehamilan

ektopik dan Menurunkan kejadian penyakit radang panggul

j) Menurunkan krisis anemia bulan sabit

7) Keterbatasan

a) Sering ditemukan gangguan haid

b) Klien sangat bergantung pada tempat saran pelayanan

kesehatan

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikut

d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV

f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

suntikan

g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya

(tempat suntikan)

h) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan

jangka panjang

i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang

j) Pada penggunaan jangka panjang, dapat menimbulkan


145
kekeringan pada vagina, menurunkun libido, gangguan

emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.

8) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil

b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid


146

c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan

setiap saat, asalkan ibu tersebut tidak hamil.

d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan

e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain

dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan

yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan

dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang

sebelumnya.

f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan

pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat

segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan

pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang

g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi

hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari

pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan

setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu

tersebut tidak hamil

h) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur

9) Tanda Bahaya dan Komplikasi

a) Pertambahan berat badan yang menyolok.

b) Sakit kepala yang hebat.

c) Perdarahan pervaginam yang banyak.

d) Depresi.

e) Poliuri.

3. Kontrasepsi Implan
147
a. Pengertian

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang eferktif,

tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3

– 5 tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population Council,

yaitu suatu organisasi yang didirikan tahun 1952 untuk

mengembangkan teknologi kontrasepsi.


148

b. Jenis

Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216

mg levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter

2,4 mm. kapsul terbuat dari bahan silastik medik

(polydimethylsiloxane) yang fleksibel dimana kedua ujungnya

ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak mengganggu

kesehatan klien. Setelah penggunaan selama 5 tahun, ternyata

masih tersimpan sekitar 50% bahan aktif levonorgestrel asal yang

belum terdistribusi ke jaringan interstisial dan sirkulasi. Enam kapsul

Norplant dipasang menurut konfigurasi kipas di lapisan subdermal

lengan atas.

1) Jadelle (Norplant II)

Masa kerja Norplant adalah 5 tahun tetapi studi komparasi

dengan implant-2 ternyata 5- year pregnancy rates dan efek

samping dari kedua kontrasepsi subdermal ini adalah sama.

Population Council baru baru ini menyatakan bahwa Jadelle

direkomendasikan untuk penggunaan 5 tahun dan Norplant

untuk 7 tahun. Kumulasi dari 5-year pregnancy rate per 100

women- years Jadelle diantara 0,8 – 1,0 dan Norplant sebesar

0,2 per tahun.

2) Implanon

Implanon (Organon, Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi

subdermal kapsul tunggal yang mengandung etonogestrel (3-

ketodesogestrel), merupakan metabolit desogestrel yang efek

androgeniknya lebih rendah dan aktivitas progestational yang

lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul polimer (ethylene vinly

acetate) mempunyai tingkat pelepasan hormon yang lebih stabil

dari kapsul silatik Norplant sehingga variabilitas kadar hormon


149
dalam serum menjadi lebih kecil.

Implanon dikemas dalam trokar kecil yang sekaligus

disertai dengan pendorong (inserter) kapsul sehingga

pemasangan hanya membutuhkan waktu 1 – 2,5 menit. Tidak

seperti implant-2
150

(Jadelle, Implan-2 dan Sinoplant), Implanon dirancang khusus

untuk inhibisi ovulasi selama masa penggunaan, karena ovulasi

pertama dan luteinisasi terjadi pada paruh kedua tahun ketiga

penggunaan maka implanon hanya direkomendasikan untuk 3

tahun penggunaan walaupun ada penelitian yang menyatakan

masa aktifnya dapat mencapai 4 tahun. Dengan tidak terjadi

kehamilan selama penggunaan pada 70.000 siklus perempuan

maka implanon dikategorikan sebagai alat kontrasepsi paling

efektif yang pernah dibuat selama ini.

3) Implant lainnya

Nestorone adalah progestin kuat yang dapat menghambat

ovulasi dan tidak terikat dengan seks hormon binding globulin

(SHBG) serta tanpa efek estrogenic dan androgenic. Nestorone

menjadi tidak aktif bila diberikan per oral karena segera di

metabolisme dalam hati sehingga aman bagi bayi yang

mendapat ASI dari seorang ibu pengguna kontrasepsi hormon

subdermal. Penelitian saat ini mengarah penggunaan kapsul

40mm dengan dosis normal atau 30mm dengan dosis yang lebih

tinggi agar dapat bekerja aktif untuk jangka waktu 2 tahun.

Kapsul tunggal 30mm sedang diteliti di 3 senter tetapi dengan

waktu yang sama, Nestorone kapsul tunggal 30mm telah

diregistrasi di Brazil dengan nama El- Cometrine tetapi

digunakan untuk pengobatan endometriosis dengan waktu kerja

aktif 6 bulan.

c. Cara Kerja

Lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses

pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,

mengurangi transportasi sperma, menekan ovulasi


151
d. Indikasi

1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak atau belum

3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang


152

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

5) Pascapersalinan dan tidak menyusui atau pascakeguguran

6) Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi

7) Riwayat kehamilan ektopik

8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan

darah, dan anemia bulan sabit

9) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen

10) Sering lupa menggunakan pil

e. Kontraindikasi

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5) Miom uterus dan kanker payudara

6) Gangguan toleransi glukosa

f. Kelebihan

1) Daya guna tinggi

2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

5) Bebas dari pengaruh estrogen

6) Tidak mengganggu kegiatan senggama

7) Tidak mengganggu ASI

8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan


153
g. Keterbatasan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola

haid berupa perdarahan, bercak (spotting), hipermenorea, atau

meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.

h. Waktu Mulai Menggunakan Implan

1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7
154

2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak

terjadi kehamilan.

3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal

saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan

hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk

7 hari saja

4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan

pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat

5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan

hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja

6) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin

menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap

saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil.

7) Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan

8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal

(kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implant,

insersi implant dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini

klien tidak hamil.

9) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,

implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan

tersebut.

10) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin

menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada

saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain


155
untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut

i. Tanda Bahaya dan Komplikasi

1) Amenorhea / tidak haid.

2) Perdarahan bercak ringan atau spotting.

3) Ekspulsi ( lepasnya batang implant dari tempat pemasangan ).


156

4) Infeksi pada daerah pemasangan.

5) Perubahan berat badan.

4. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

a. Pengertian

AKDR (Alat Kontasepsi Dalam Rahim) merupakan alat

kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari

bahan plastik dan tembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter

atau bidan terlatih dan mencegah sperma pria bertemu dengan sel

telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10 tahun (tergantung

kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur.

b. Jenis

1) AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf

T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga

(Cu).Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.

2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)

c. Cara Kerja

Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga

tidak mampu untuk fertilisasi.

d. Indikasi

1) Usia reproduktif

2) Keadaan nulipara

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi


157
7) Risiko rendah dari IMS

8) Tidak menghendaki metode hormonal

9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama


158

e. Kontraindikasi

1) Sedang hamil

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui

3) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita

PRP atau abortus septic

4) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).

Penyakit trofoblas yang ganas, diketahui menderita TBC pelvik,

Kanker alat genital dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

5) Kelainan bawah uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri

f. Kelebihan

1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

5) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan

tidak perlu diganti

6) Tidak ada efek samping hormonal

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

9) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir)

g. Keterbatasan

1) Efek samping yang umum terjadi :

a) Perubahan siklus haid


159
b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

d) Saat haid lebih sakit

2) Komplikasi lain :

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan
160

b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab anemia

c) Preforasi dinding uterus

d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

e) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan

f) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

g) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan serta sedikit nyeri dan perdarahan

terjadi segera setelah pemasangan AKDR

h. Waktu Penggunaan Kontrasepsi AKDR

1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien

tidak hamil

2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau

setelah 4 minggu pascapersalinan atau setelah menderita

abortus

4) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

i. Tanda Bahaya dan Komplikasi

1) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan

2) Terlambat haid / amenore.

3) Sakit perut.

4) Keputihan yang sangat banyak / sangat berbau.

5) Spotting, perdarahan per vaginam, haid yang banyak, bekuan¬-

bekuan darah.

6) Perforasi dinding uterus (sangat jarang)


161
5. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

a. Pengertian

Metode Amenorhea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif,

artimya hanya diberikan ASItanpa tambahan makanan atau

minuman apa pun.MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi jika :


162

1) Menyusui secara penuh full breast feeding lebih efektif bila

pemberian > 8x sehari.

2) Belum haid

3) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontasepsi lainnya.

b. Cara kerja MAL:

Penundaan/ penekanan ovulasi

c. Kelebihan kontrasepsi :

1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan persalinan)

2) Segera efektivitas

3) Tidak mengganggu senggama

4) Tidak ada efek samping secara sistemik

5) Tidak perlu pengawasan medis

6) Tidak perlu obat atau alat

7) Tanpa biaya

d. Keuntungan

1) Untuk bayi

a) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi

perlindungan lewat ASI)

b) Sumberasupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk

tumbuh kembang bayi yang optimal.

c) Terhindar dari keterpaparan terhadap terkontaminasi dari air,

susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.

2) Untuk ibu

a) Mengurangi perdarahan pascapersalinan

b) Mengurangi risiko anemia

c) Meningkatkan hubungan spikologi ibu dan bayi.


163
e. Yang tidak boleh menggunakan MAL

1) Sudah mendapakan haid setelah bersalin

2) Tidak menyusui secara ekslusif

3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam


164

1.7.3 Penapisan

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode

kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk

menentukan apakah ada :

1. Kehamilan

2. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus

3. Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang juga

membutuhkan pengamatan dan pengolahan lebih lanjut.

Tabel 2.11 Daftar Titik Penapisan Klien Metode Nonoperatif

Metode Hormonal ha

(pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk) ri

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu ya

atau lebih ng

Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu lal

pascapersalinan u

Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak Apakah

Antara haid setelah sanggama klien

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata (atau

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan pasanga

visual Apakah anda nyeri hebat pada betis, paha atau n)

dada, atau tungkai bengkak (edema) mempun

Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg yai

(sistolik) atau 90 mmHg (diastolic) pasanga

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara n seks

Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang lain.

(epilepsy) Apakah

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan pernah

progestin). Apakah hari pertama haid terakhir 7 mengala


165
mi Infeksi Menular Seksual (IMS)

Ya Tidak

Apakah pernah mengalami penyaakit radang panggul atau

kehamilan ektopik

Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2

pembalut tiap 4jam)

Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)

Apakah pernah mengalami dismenore berat

yang membutuhkan analgetika dan/atau

istirahat baring

Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan

bercak antara haid atau setelah sanggama

Apakah pernah mengalami gejala penyait jantung

valvular atau congenital

Sumber : Affandi, 2015.


166

Jika semua keadaan diatas adalah “tidak” (negatif) dan tidak

dicurigai adanya kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling

metode khusus. Bila respon banyak yang “ya” (positif), berarti klien perlu

dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.

1.7.4 Konseling Pra dan Pasca Pemasangan Alat Kontrasepsi

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan

Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan

melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan

pilihannya. Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU)

SA : SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan

perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat

yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk

membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang

perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat

diperolehnya.

T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk

berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta

keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan

kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada

klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak

isyarat dan caranya. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan

dan keinginan klien kita dapat membantunya.

U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan

reproduksi yang paling mungkin. Bantu klien pada kontrasepsi

yang paling dia inginkan, serta jelaskan pula jenis-jenis

kontrasepsi lain yang ada. Uraikan juga mengenai resiko


167
penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda

TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Doronglah klien untuk

menunjukkan keinginan dan mengajukan pertanyaan. Tanyakan

juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan


168

pilihan tersebut. Yakinkan bahwa klien telah membuat keputusan

yang tepat.

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana cara menggunakan kontrasepsi

pilihannya. Setelah klien memilih kontrasepsi pilihannya, jika

diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Cek pengetahuan

klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien

apabila dapat menjawab dengan benar.

U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan juga buatlah

perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan

pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi

suatu masalah (Affandi, 2015).

Informed choice, menurut Affandi (2015):

1. Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang

memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahan yang cukup setelah

mendapat informasi yang lengkap melalui KIP.

2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah

kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.

3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses

memahami kontrasepsi yang akan dipakainya.

4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping,

komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti

tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya.

5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul

dikalangan masyarakat.

6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping,

komplikasi akan cepat berobat ketempat pelayanan.

7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga


169
kelangsungan pemakaian kontrasepsinya (Affandi, 2015).
170

1.7.5 Efek Samping dan Penanganan

1. Pil progestin (minipil)

Tabel 2.12 Penanganan efek samping yang sering ditemukan

Efek samping Penanganan

Amenorea Pastikan hamil atau tidak, bila tidak

hamil, tidak perlu tindakan

khusus. Cukup konseling saja.

Bila amenore berlanjut atau hal

tersebut membuat klien khawatir,

rujuk ke klinik. Bila hamil jelaskan

kepada klien bahwa minipil

sangat kecil menimbulkan

kelainan pada janin. Bila diduga

kehamilan ektopik, klien perlu

dirujuk, jangan memberikan obat-

obat hormonal.

Perdarahan tidak teratur/spotting. Bila tidak menimbulkan masalah

kesehatan/tidak hamil, tidak perlu

tindakan khusus. Bila klien tetap

saja tidak dapat menerima

kejadian tersebut, perlu dicari

metode kontrasepsi lain.


171

Sumber : Affandi, 2015.

2. Suntikan progestin

Tabel 2.13 Penanganan efek samping yang sering ditemukan

Efek samping Penanganan

Amenore (tidak terjadi 1) Bila tidak hamil, pengobatan

perdarahan apapun tidak perlu. Jelaskan,

/spotting). bahwa darah haid tidak

terkumpul dalam rahim. Nasihati

untuk kembali ke klinik.

2) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk

klien. Hentikan penyuntikan.

3) Bila terjadi kehamilan ektopik,

rujuk klien segera.

4) Jangan berikan terapi hormonal

untuk menimbulkan perdarahan

karena tidak akan berhasil.

5) Tunggu 3 – 6 bulan kemudian,

bila tidak terjadi perdarahan juga,

rujuk ke klinik.
172

Efek Samping Penanganan

Perdarahan/perdarahan Meningkatnya

bercak(spotting).

/menurunnya berat badan

Sumber : Affandi, 2015.


173
1) Informasikan bahwa perdarahan Bila terjadi perdarahan banyak

ringan sering dijumpai, tetapi hal ini selama pemberian suntikan

bukanlah masalah serius, dan ditangani dengan pemberian 2

biasanya tidak memerlukan tablet pil kontrasepsi

pengobatan. Bila klien tidak dapat kombinasi/hari selama 3

menerima perdarahan tersebut dan – 7 hari dilanjutkan dengan 1

ingin melanjutkan suntikan, maka siklus pil kontrasepsi hormonal,

dapat disarankan 2 pilihan atau diberi 50 mg etinoestradiol

pengobatan. 1 siklus pil kontrasepsi atau 1,25 mg estrogen equin

kombinasi (30 – 35 mg etinilestradiol), konjugai untuk 14 – 21 hari

Ibuprofen (sampai 80 mg, 3x/hari 1) Informasikan bahwa kenaikan

untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. atau penurunan berat badan

2) Jelaskan bahwa selesai pemberian pil sebanyak 1 -

kontrasepsi kombinasi dapat terjadi 2 kg dapat saja terjadi. Bila berat

perdarahan. badan lebih, hentikan suntikan

dan anjurkankontrasepsi lain.

3. Implant

Efek samping dari pemasangan implant adalah perubahan

perdarahan haid, perdarahan yang lama selama beberapa bulan

pertama pemakaian, perdarahan atau bercak perdarahan diantara

siklus haid, lamanya perdarahan atau bercak perdarahan berkurang,

Tidak mengalami perdarahan atau bercak perdarahan sama sekali

selama beberapa bulan (amenore), kombinasi dari beberapa

efeksamping tersebut diatas, sakit kepala, perubahan berat badan

perubahan suasana hati, depresi.


174

4. AKDR dengan Progestin

Tabel 2.14 Penanganan efek samping yang sering ditemukan

Efek

samping/masal Penanganan

ah

Amenore 1) Pastikan hamil atau tidak.

2) Bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu

dicabut, cukup konseling saja. Salah satu

efek samping menggunakan AKDR yang

mengandung hormon adalah amenore (20

– 50%).

3) Jika klien tetap saja menganggap

amenore yang terjadi sebagai masalah,

maka rujuk klien.

4) Jika terjadi kehamilan kurang dari 13

minggu dan benang AKDR terlihat, cabut

AKDR.

5) Nasihati agar kembali ke klinik jika terjadi

perdarahan, kram, cairan berbau, atau

demam.

6) Jangan mencabut AKDR jika benang tidak

kelihatan dan kehamilannya > 13 minggu.

7) Jika klien hamil dan ingin meneruskan

kehamilannya tanpa mencabut AKDR-

nya, jelaskan kepadanya tentang

meningkatnya risiko keguguran,


175
kehamilan preterm, infeksi, dan

kehamilannya harus diawasi ketat

Kram 1) Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan

beri pengobatan yang sesuai.

2) Jika kramnya tidak parah dan tidak

ditemukan penyebabnya, cukup diberi

analgetik saja.

3) Jika penyebabnya tidak dapat ditemukan

dan menderita kram berat, cabut AKDR,

kemudian ganti dengan AKDR baru atau

cari metode kontrasepsi lain.

Perdarahan 1) Sering ditemukan terutama pada 3 – 6

yang tidak bulan pertama.

teratur dan 2) Singkirkan infeksi panggul atau kehamilan

banyak ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu.

3) Bila tidak ditemukan kelainan patologik

dan perdarahan masih terjadi, dapat diberi

ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu,

atau pil kombinasi satu siklus saja.

4) Bila perdarahan banyak beri 2 tablet pil

kombinasi untuk 3 – 7 hari saja, atau

boleh juga diberi 1,25 mg estrogen equin

konjugasi selama 14 – 21 hari.

Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien


176

Efek Penangan

Samping/ an

Masalah

1) Periksa apakah klien hamil.

2) Bila tidak hamil dan AKDR masih

Benang hilang ditempat, tidak ada tindakan yang perlu

dilakukan.

3) Bila tidak yakin AKDR masih berada

didalam rahim danklien tidak hamil, maka

klien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan

rontgen/USG.

4) Bila tidak ditemukan, pasang kembali

AKDR sewaktu datang haid.

5) Jika ditemukan kehamilan dan benang

Cairan AKDR tidak kelihatan, lihat penanganan

vagina/dugaan „amenore‟.

penyakit 1) Bila penyebabnya kuman gonokokus atau

klamidia, cabut AKDR dan berikan

radang panggul pengobatan yang sesuai.

2) Penyakit radang panggul yang lain cukup

diobati dan AKDR tidak perlu dicabut.

3) Bila klien dengan penyakit radang panggul

dan tidak ingin memakai AKDR lagi,

berikan antibiotika selama 2 hari dan baru

kemudian AKDR dicabut dan dibantu klien

Sumber : Affandi, untuk memiih metode kontrasepsi lain.

2015.
177

1.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1.8.1 Manajemen Varney

Menurut Kemenkes RI (2007), standar praktek kebidanan dalam

metode asuhan kebidanan yang menggambarkan tentang Continuity of

Care adalah:

6) Standar I : Metode Asuhan

Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen

kebidanan dengan langkah: pengumpulan data dan analisis data,

penegakan diagnosa perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan

dokumentasi.

Definisi operasional:

a. Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan asuhan

kebidanan.

b. Format manajemen asuhan kebidanan terdiri dari format

pengumpulan data, rencana asuhan, catatan implementasi,

catatan
178

perkembangan, tindakan, evaluasi, kesimpulan dan tindak lanjut

tindakan lain.

7) Standar II : Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan

secara sistematis dan berkesinambungan.

Definisi Operasional :

a. Ada format pengumpulan data

b. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang

meliputi data:

1) Demografi identitas klien.

2) Riwayat penyakit terdahulu.

3) Riwayat kesehatan Reproduksi.

a) Riwayat haid

b) Riwayat bedah organ reproduksi.

c) Riwayat kehamilan dan persalinan

d) Pengaturan kesuburan.

e) Faktor kongenital atau keturunan yang terkait.

(1) Keadaan kesehatan saat ini termasuk

kesehatan reproduksi.

(2) Analisis data.

8) Standar III : Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang

telah dikumpulkan.

Definisi operasional :

a. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.

b. Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.


179
9) Standar IV : Rencana Asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan dari diagnosa

kebidanan.

Definisi operasional :

a. Ada format rencana asuhan kebidanan.


180

b. Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi

rencana tindakan, evaluasi dan tindakan.

10) Standar V : Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan diagnosa,

rencana dan perkembangan keadaan klien.

Definisi operasional :

a. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.

b. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan

juga perkembangan klien.

c. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap

dan wewenang bidan atau hasil kolaborasi.

d. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika dan

kode etik kebidanan.

e. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.

11) Standar VI : Partisipasi Klien

Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

Definisi operasional :

a. Klien atau keluarga mendapatkan informasi tentang :

1) Status kesehatan saat ini.

2) Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.

3) Peranan klien atau keluarga dalam tindakan kebidanan.

4) Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan.

5) Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.

b. Klien dan keluarga dilibatkan dalam menentukan pilihan untuk

mengambil keputusan dalam asuhan.

c. Pasien dan keluarga diberdayakan dalam terlaksananya rencana


181
asuhan klien.

12) Standar VII : Pengawasan

Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus-menerus

dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.

Definisi operasional :
182

a. Adanya format pengawasan klien.

b. Pengawasan dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis

untuk mengetahui perkembangan klien.

c. Pengawasan yang dilaksanakan di catat dan dievaluasi.

13) Standar VIII : Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus-menerus sesuai

dengan tindakan kebidanan dan rencana yang telah dirumuskan.

Definisi operasional :

a. Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan

sesuai standar.

b. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.

14) Standar IX : Dokumentasi

Asuhan kebidanan di dokumentasikan sesuai dengan standar

dokumentasi asuhan kebidanan.

Definisi operasional :

a. Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan kebidanan.

b. Dokumentasi dilaksakana secara sistematis, tepat, dan jelas.

c. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan

kebidanan.

1.8.2 Kompetensi Bidan

Menurut Kemenkes (2007), standar kompetensi bidan ada 9 yaitu:

1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dalam

ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan etika yang membentuk

dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk

wanita, bayi baru lahir, dan keluarganya.

2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan

yang tanggap terhadap budaya, dan memberikan pelayanan yang


183
menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan

kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan

kesiapan untuk menjadi orang tua.


184

3. Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan ibu selama kehamilan yang meliputi

deteksi dini, pengobatan, dan rujukan.

4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap tehadap

budaya setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang

bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk

mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir.

5. Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat.

6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif

pada bayi baru lahir (BBL) sehat sampai usia 1 bulan.

7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif

pada bayi dan balita sehat.

8. Bidan memberikan asuhan yang brmutu tinggi dan komprehensif pada

keluarga dan kelompok.

9. Bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ ibu

dengan ganguan sistem reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai