Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR, BALITA DAN ANAK

PRASEKOLAH
(SINDROM GANGGUAN PERNAPASAN PADA BAYI DAN MASALAH
NUTRISI/GIZI PADA BAYI)

Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru
Lahir, Balita dan Anak Pra Sekolah

Dosen Pengajar
Mulyanti, S.ST., M. Keb

Tanggal : 8 April 2021

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Cindy Sonia 502019001


2. Sindi Seutiani 502019002
3. Salsa Sabilla Febriani 502019003
4. Anggieta Azkia Ulfa 502019004
5. Rita Nurmawati 502019005
6. Devina 502019006
7. Diana Papilaya 502019008
8. Febriyanti Puspitasari 502019010
9. Intan Mutia Restiani 502019012

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................2
1.3. Tujuan Umum..................................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................................2
1.5Sinopsis Kasus………..……………………………………………..3
1.6 Proses Tutorial ….…………………………………………………3
1.7 Learning Objective……….………………………………………..4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian ........................................................................................7
2.2 Patofisiologi ....................................................................................9
2.3 Pencegahan.......................................................................................10
2.4 Dampak ...........................................................................................10
BAB III PENDOKUMENTASIAN SOAP
3.1 DATA SUBJEKTIF ........................................................................12
3.2 DATA OBJEKTIF ..........................................................................17
3.3 ANALISA .......................................................................................19
3.4 PENATALAKSANAAN ................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................30
5.2 Saran.................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................iv

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang bertajuk "Sindrom Gangguan Pernapasan Pada Bayi Dan Masalah
Nutrisi/Gizi Pada Bayi" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir, Balita dan
Anak Pra Sekolah yang diampu oleh Ibu Mulyanti, S.ST., M.Keb
Dalam proses penyusunannya, tak lepas dari bantuan, arahan, dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih atas
segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat, umumnya, dan untuk saya sendiri, khususnya.

Bandung, 8 April 2021

Penulis 

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang   


Pola asuh orang tua kepada bayi berhubungan dengan status gizi dan
Kesehatan yang dialami oleh bayi salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
adalah masalah kurang gizi. Bayi yang kurang gizi daya tahan tubuhnya rendah
sehingga bayu mudah terkena penyakit infeksi tentu saja hal ini sanggat
berhubungan dengan cara orang tua mengurus bayinya. Beberapa hasil penelitian
menujukkan pengaruh signifikan antara pola asuh orang tua dengan status gizi
pada balita. Penelitian Anas5 tahun 2013, menunjukkan hasil bahwa terdapat
pengaruh pola asuh makan terhadap status gizi anak balita usia 0-59 bulan. Balita
yang pola asuhnya tidak baik memiliki kemungkinan lebih besar mengalami status
gizi kurang dibanding balita yang pola asuh makannya baik. Selain itu hasil dari
penelitian Yulia et al.6 terkait model pola asuh konsumsi balita dan kesehatan
anak juga menyimpulkan bahwasanya pola asuh konsumsi terdapat pengaruh
positif dan signifikan dengan status gizi anak balita dan bayi.
Pada masa transisi usia bayi sudah bisa makan (pendamping ASI) ini bayi
umumnya mudah terkena gangguan gizi. Pengaruh penyakit infeksi dan
kurangnya makanan pendamping ASI menyebabkan turunnya status kesehatan
dan status gizi bayi.3 Kurang baiknya perilaku masyarakat dalam memberikan
pengasuhan kepada balita berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Perilaku tersebut seperti kedekatan dengan anak, memberi makan,
merawat, menjaga kebersihan dan memberikan kasih saying belum tertangani
secara baik. Tentu saja permasalahan tersebut berhubungan dengan pola asuh dan
masalah status gizi bayi, balita dan anak.
Maka dari itu setiap orang tua, terutama mereka yang masih memiliki bayi
dan atau anak-anak yang masih di bawah usia emas, serta para calon orang tua
harus menyadari sepenuhnya tentang firman Allah SWT pada Surat At Tin ayat 4
“Dengan demikian tujuan penciptaan manusia agar manusia menjadi khalifah
(wakil) Allah dimuka bumi dalam rangka memakmurkan bumi agar bumi

3
memberikan kehidupan yang nyaman dan menyenangkan bagi penghuninya
sehingga mereka dapat melaksanakan peribadatan kepada Allah, dengan sebaik-
baiknya. Oleh karenanya, orang tua semaksimal mungkin berkewajiban
membesarkan dan mendidik anakanak mereka agar menjadi generasi penerus,
sehingga fungsi kekhalifahan (bukan fungsi penguasaan atau ekplorasi) dapat
terus berlanjut dari satu generasi kegenerasi berikutnya.”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa jenis jenis syndrom gangguan pernafasan pada bayi?
2. Apa penyebab dari jenis jenis syndrom gangguan pernafasan pada bayi?
3. Apa faktor yang mempengaruhi syndrom gangguan pernafasan pada bayi?
4. Bagaimana pencegahan syndrom gangguan pernafasan pada bayi?
5. Apa masalah nutrisi/gizi pada bayi?
6. Apa faktor yang mempengaruhi masalah nutrisi/gizi pada bayi?
7. Apa dampak masalah nutrisi/gizi pada bayi?
8. Bagaimana pola asuh bisa mempengaruhi masalah nutrisi/gizi pada bayi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini terdiri atas tujuan umum dan
tujuan khusus yang di uraikan sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan dan mengembangkan pola pikir, serta daya
Analisa kasus masalah pada Bayi yang mengalami Syndrom Gangguan
Pernafasan dan Masalah Nutrisi/Gizi pada bayi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini sebagai
berikut:
1) Untuk mengetahui Patofisiologi Benjolan pada kepala bayi.
2) Untuk mengetahui jenis-jenis syndrom gangguan pernafasan pada
bayi.
3) Untuk mengetahui penyebab dari jenis-jenis syndrom gangguan
pernafasan pada bayi.
4) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi syndrom gangguan
pernafasan pada bayi.
5) Untuk mengetahui bagaimana pencegahan syndrom gangguan
pernafasan pada bayi.
6) Untuk mengetahui masalah nutrisi/gizi pada bayi.
7) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah
nutrisi/gizi.pada bayi.
8) Untuk mengetahui dampak masalah nutrisi/gizi pada bayi.
9) Untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan masalah nutrisi/gizi
pada bayi.

1.4 Manfaat
Manfaat Teoritis Studi kasus ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman
dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan pada Bayi yang
kekurangan Gizi sehingga mengakibatkan mudahnya terserang penyakit akibat
pola asuh orang tua yang kurang baik.   
Manfaat Praktis 
a. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan
Kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan
Asuhan Kebidanan sebagai upaya Preventif pada orang tua agar tidak
terjadinya status gizi kurang baik pada bayi.
b. Bagi Penulis Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di
lapangan dalam memberikan asuhan dalam upaya preventif , dan dapat
mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses perkuliahan
serta mampu memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan
yang bermutu dan berkualitas.
c. Bagi Lahan Praktik ( BPM ) Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan secara komprehensif sesuai standart pelayanan
minimal sebagai sumber data untuk meningkatkan penyuluhan pada bayi
dan balita.
d. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan dan sesuai kebutuhan klien, sehingga tidak
terjadi status gizi bayi rendah akibat pola asuh orang tua.

1.5 Sinopsis Kasus


Di ruangan PKM pada tanggal 29 Maret 2021 jam 08:30 WIB. Saat
dilakukan pengkajian terkait identitas klien dengan melihat status klien.
didapat kan nama klien By. Ny T berjenis kelamin perempuan, umur  8 bulan.
Riwayat dengan jenis persalinan SC dengan indikasi denyut jantung bayi
lemah. Tempat persalinan di RSUD kota Bandung. Riwayat bayi Apgar score
4-7, dengan usia gestasi 34 minggu, berat badan ,lahir 2400 gram. PB: 45cm,
LK: 33 cm dan LP; 32cm, ada aspirasi mekonium,tidak ada lilitan tali pusat.
Dengan Riwayat ibu: gravida: 2, partus : 2 abortus: 0. Hasil anamnesa: ibu
mengatakan beberapa hari ini bayinya malas menyusu dan sulit memberikan
MPASI (selalu menolak saat diberikan MPASI). Menurut pengakuan ibu saat
bayinya tidur ada suara ngorok, mudah terbangun dan posisinya sering
tengkurap. kebiasaan dengan anak pertamanya yang berusia 7 tahun sebelum
tidur selalu mendengarkan music/bermain gawai (gadget).  Pada saat
pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum sakit ringan/lemah, kesadaran
composmentis. BB: 8,6Kg, PB: 62cm, TTV: R: 32x/mnt regular wheezing +,
S:36,80 C, denyut Jantung: 120x/mnt, Tonus/ aktivitas : lemah, menangis
merintih,  warna kulit merah muda, pada dada suara nafas paru-paru suara
napas kanan kiri sama, ada wheezing. Bentuk kepala dan pemeriksaan head to
toe lainnya normal.
1.6 Proses Tutorial 
      Dalam menganalisis kasus  langkah atau metode yang digunakan yaitu
langkah 7 jump adalah saat awal pengerjaan serta analisis kasus. Terdapat 5
point wajib yang harus dilakukan dalam kelompok pada waktu mendiskusikan
kasus, yaitu : 
1. Klarifikasi terminologi dan konsep   
Mahasiswa membaca kasus kemudian menyelesaikan isi kasus dengan
menyimpulkan apa yang di dapat dari kasus tersebut, mendapati ada atau
tidaknya istilah-istilah yang tidak dipahami.
2. Tentukan masalah                    
Mahasiswa mengajukan pertanyaan terkait kasus yang dianalisis.
3. Analisa masalah 
Masalah atau pertanyaan yang sudah di tentukan kemudian jawab di
langkah  ini dengan jurnal, buku, atau pendapat dari masing-
masing anggota kelompok yang di gunakan untuk mencari  jawaban
tersebut.
4. Membuat mind mapping 
Mind mapping dibuat berdasarkan pembahasan yang ingin dibahas, yang
sudah sesuai dengan isi kasus tersebut.
5. Learning Objective 
Untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang di bahas, seperti : 
Contohnya : Jurnal, Buku, Artikel ilmiah.
6. Mempresentasikan hasil dari analisis kasus.

1.7 Learning Objective 


1. Untuk mengetahui jenis-jenis syndrom gangguan pernafasan pada bayi.
2. Untuk mengetahui penyebab dari jenis-jenis syndrom gangguan
pernafasan pada bayi.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi syndrom gangguan
pernafasan pada bayi.
4. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan syndrom gangguan pernafasan
pada bayi.
5. Untuk mengetahui masalah nutrisi/gizi pada bayi.
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah nutrisi/gizi.pada
bayi.
7. Untuk mengetahui dampak masalah nutrisi/gizi pada bayi.
8. Untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan masalah nutrisi/gizi pada
bayi.

Langkah 1
Pertanyaan
Cindy S : Aspirasi mekonium ? Wheezing ? 
Anggita A: Ngorok?
Anggita : Aspirasi mekonium ?
Menjawab pertanyaan istilah:
Rita N : Ngorok adalah suara yang dikeluarkan saat bernafas / tidur 
Anggita : Aspirasi mekonium adalah Kondisi saat janin atau bayi yang baru
lahir menghirup air ketuban yang tercampur dengan feses pertamanya 
Diana P : Wheezing adalah suara tambahan saat menghirup Oksigen
Langkah 2 
1. AnggitaA: Penyebab Wheezing pada bayi tersebut? 
2. Diana P : apakah hasil dari pemeriksaan antopometri itu normal pada bayi
di usia 8 bulan? mengingat pada lahir bayi tersebut berat badan yang
kurang dari 2500gr.
3. Febriyanti P: Penyebab denyut jantung bayi lemah ?
4. Febriyanti P : Kenapa bayi malas menyusu dan sulit diberikan MPASI ? 
5. Intan M : apakah bayi yang kesulitan nafas selalu tengkurap ?
Langkah 3 
1. Cindy S : Mungkin bukan karena kesulitan bernafas yang menyebabkan
tengkurap tetapi dari posisi tengkurap tersebut yang menyebabkan
kesulitan bernafas akibat paru paru yang tertekan.
2. Diana P : Karena ada penyempitan pada saluran nafas
3. Rita N: Hasil dari pemeriksaan antopometri bayi tersebut dikategorikan
Normal
Langkah 4
Mind mapping

Langkah 5
1. Untuk mengetahui jenis jenis syndrom gangguan pernafasan pada bayi
2. Untuk mengetahui penyebab dari jenis jenis syndrom gangguan pernafasan
pada bayi
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi syndrom gangguan
pernafasan pada bayi
4. Untuk mengetahui komplikasi syndrom gangguan pernafasan pada bayi
5. Untuk mengetahuibagaimana penatalaksanaan syndrom gangguan
pernafasan pada bayi
6. Untuk mengetahui masalah nutrisi/gizi pada bayi 
7. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah nutrisi/gizi pada
bayi 
8. Untuk mengetahui dampak masalah nutrisi/gizi pada bayi 
9. Untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan masalah nutrisi/gizi pada
bayi 
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Syndrom gangguan pernafasan pada bayi


Menurut sumber litelatur yang kami temukan berjudul “Pengantar
ILMU KESEHATAN ANAK  untuk pendidikan Kebidanan”
menyebutkan bahwa Sindrom ini merupakan kumpulan gejala yang terdiri
dari dispnu atau hipernu dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60x/menit,
sianosis, “Expiratory grunting”, retraksi di daerah epigastrium,
supraternal, interkostal pada saat inspirasi dan terdapat penurunan “air
entry” dalam paru. Kumpulan gejala ini dapat terjadi oleh bermacam
kelainan didalam maupun di luar pary, karena itu tindakan yang dikerjakan
harus disesuaikan dengan penyebab sindrom tersebut. Beberapa kelainan
paru yang sering memperlihatkan sindrom ini misalnya ialah
pneumotoraks atau penumomediastinum, penyakit membran hialin,
pneumonia aspirasi, sindrom wilsin mikity.
Keadaan ini lebih sering ditemukan pada masa neonatus daripada
masa lain. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor predisposisi yang dapat
menimbulkan kelainan ini. Faktor predisposisi tersebut ialah
pengembangan paru yang berlebihan, pemberian o2 dengan tekanan yang
berlebihan, terdapatnya aspirasi mekonium yang massif, komplikasi
perjalanan penyakit paru yang berat seperti penyakit membran ialin
pneumonia dan lain-lain.Pengembangan paru yang berlebihan dapat
diakibatkan alveolus pecah atau robekan dinding mediastinum. Aspirasi
darah, mekonium atau lendir pada saat lahir dapat menimbulkan obstruksi
parsial di daerah brnkus atau cabangnya sehingga terjadi “ball valve
mechanism”. Pada waktu inspirasi terjadi ruang udara di daerah distal dari
obstruksi dan pada ekspirasi udara tersebut tidak dapat dikeluarkan. Pada
suatu saat bila terjadi inspirasi kuat, misalnya pada waktu anak menangis,
ruang udara dapat pecah dan udara masuk ke dalam rongga pleura.
2.2 Patofisiologis Syndrom gangguan pernafasan pada bayi

Berbagai teori telah dikemukakan sebagai penyebab kelainan ini.


Pembentukan substansi paru yang tidak sempurna dalam paru, merupakan
salah satu teori yang banyak dianut. Surfaktan ialah zat yang memegang
peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang
terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama zat tersebut
ialah lestitin. Zat ini mulai dibentul pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai maksimum pada minggu ke 35. Peranan surfaktan ialah untuk
merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps
dan mampu untuk menahan sisa udara fungsionil pada akhir ekspirasi.
Pada setiap akhir ekspirasi pada pernapasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan cara inspirasi yang
lebih kuat. Keadaan kolaps paru dapat menyebabkan gangguan ventilisasi
yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis.

2.3 Pencegahan Syndrom gangguan pernafasan pada bayi


Menurut sumber litelatur yang kami temukan berjudul “1000 HARI
PERTAMA KEHIDUPAN menyebutkan bahwa Penatalaksanaan keperawatan
pada klien ini adalah sebagai berikut.
1. mempertahankan stabilitas jantung paru yang dapat dilakukan dengan
mengadakan pemantauan mulai dari kedalaman, kesimetrisan dan irama
pernafasan, kecepatan, kualitas dan suara jantung, mempertahankan
kepatenan jalan napas, memantau reaksi terhadap pemberian atau terapi
medis, serta memantau PaO2. Selanjutnya  melakukan kolaborasi dalam
pemberian surfaktan eksogen ( surfaktan dari luar ) sesuai dengan indikasi.
2. Memantau urine: memantau serum elektrolit; mengkaji status hidrasi,
seperti tugor, membran mukosa, dan status fontanela anterior. Apabila bayi
mengalami kepanasan berikan selimut kemudian berikan cairan melalui
intra vena sesuai dengan indikasi.
3. Mempertahankan intake kalori intravena: total parental nutrition dengan
memberikan 80-120 Kkal/kg setiap 24jam: mempertahankan gula  darah
dengan memantau adanya hipoglikemia: mempertahankan intake dan
output: memantau gejala komplikasi gastrointestinal, seperti adanya
konstipasi, diare, seringnya mual, dll.
4. Mengoptimalkan oksigenasi, okseigenasi yang optimal dilakukan dengan
mempertahankan kepatenan pemberian oksigen, melakukan pengisapan
lendir yang sesuai dengan kebutuhan, dan mempertahankan stabilitas suhu.

2.4 Masalah beserta Dampak Malnutrisi Pada Balita


Secara nasional berdasarkan riskesdas tahun 2010 prevalensi status
gizi pada balita yang tergo-long berat kurang (underweight) adalah 17,9
%. Adapun di Jawa Barat prevalensi balita gizi buruk (BB/U) adalah 3,1
angka prevalensi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi.
Prevalensi gizi kurang yang cukup tinggi dikhawatirkan dapat berimplikasi
pada status gizi buruk pada periode selanjutnya. 
Gizi adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
individu atau masyarakat, dan karenanya merupakan issue fundamental
dalam kesehatan masyarakat (Emerson, 2005; Mendez, 2005). Status gizi
pada balita dapat berpengaruh terhadap beberapa aspek. Gizi kurang pada
balita, membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun
mental, yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. Akibat
lainnya adalah penurunan daya tahan, menyebabkan hilangnya masa hidup
sehat balita, serta dampak yang lebih se-rius adalah timbulnya kecacatan,
tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian (Ali, 2006;
Mamhidira, 2006; Andriani, 2012).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gizi kurang pada balita
membawa dampak negatif terhadap pertum-buhan fisik maupun mental,
yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. Akibat lainnya adalah
penurunan daya tahan, sehingga kejadian infeksi dapat meningkat.
Kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita.
Dampak yang lebih serius adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka
kesakitan dan percepatan kematian. Malnutrisi lebih sering terjadi pada
masa diatas umur 6 bulan jika dibandingkan periode 4-6 bulan pertama
kehidupan karena tidak sedikit keluarga yang tidak mengerti kebutuhan
khusus bayi, tidak tahu bagaimana cara membuat makanan sapihan dari
bahan-bahan yang tersedia di sekitar mereka atau belum mampu
menyediakan makanan yang bernilai gizi baik (Heli, 2006; Flegal, 2007).
Dalam buku penilaian status gizi buruk (2002) “konsep terjadinya
keadaan gizi mem-punyai dimensi yang sangat kompleks”. Adapun
menurut BAPPENAS dalam materi Rencana Aksi Nasional Pangan dan
Gizi 2011-2015 beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk atau
kurang. Penyebab langsung yaitu konsumsi makanan anak dan penyakit
infeksi yang mungkin di derita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya
disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit infeksi.
Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare
atau demam dapat menderita kurang gizi. Adapun penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
keluarga. Pola pengasuhan anak dapat berpengaruh terhadap konsumsi
makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak balita.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor yang diteliti yaitu
faktor langsung berupa penyakit infeksi dan tingkat konsumsi energi dan
protein serta pola asuh anak. Adapun pola pengasuhan anak dapat
dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu praktik mengasuh anak ba-lita
dilihat dari pemberian makan pada anak (PMA), praktik mengasuh anak
balita dilihat dari praktik kebersihan anak (PKA), dan Praktik mengasuh
anak balita dilihat dari praktik pengobatan anak (PPA) (Sri D A, 2008).
Asupan dan keadaan gizi balita dipenga-ruhi oleh pola pengasuhan
keluarga, karena ba-lita masih tergantung dalam mendapatkan ma-kanan.
Penelitian mengenai adanya hubungan antara pola asuh dengan status gizi
juga dilaku-kan oleh Dadang Rosmana tahun 2003, dimana dalam
penelitiannya terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh gizi
dengan status gizi anak. Salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi
adalah praktek penyusun dan pem-berian MP-Asi. Praktek penyusunan
tersebut dapat meliputi pemberian makanan prelaktal, kolostrum,
menyusui secara secara eksklusif dan praktek penyapihan.
BAB III

PENDOKUMENTASIAN SOAP

FORMAT PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR


PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN
PROFESI BIDAN

No. Register : 333/35/2021


Hari/Tanggal : 29 Maret 2021
Tempat Praktik : Rumah Sakit
Pengkaji : Bidan X
Waktu Pengkajian : 08.30 WIB

3.1 DATA SUBJEKTIF


Anamnesa

a. Biodata Pasien:
1. Nama bayi : Bayi A.
2. Tanggal Lahir : 29 Maret 2021
3. Usia : 8 bulan

b. Identitas orang tua

No Identitas Istri Suami


1 Nama Ny. T Tn. C
2 Umur 36 thn 39 thn
3 Pekerjaan Pekerja Pabrik wiraswasta
4 Agama Islam Islam
5 Pendidikan SMA SMA
terakhir
6 Golongan Darah B O

15
7 Alamat Jl. Merkury No B12 Jl. Merkury No B12
8 No.Telp/HP 08123456789 08976543211

c. Keluhan utama :
Ibu mengatakan bayinya malas menyusu dan sulit diberikan MPASI
d. Riwayat Penikahan Orang Tua
Data Ayah Ibu
Berapa kali menikah : 1 1
Lama Pernikahan : 16 thn 16 thn
Usia Pertama kali menikah : 24 thn 26 thn
Adakah Masalah dalam
Tak tak
Pernikahan ?

e. Riwayat KB Orang Tua


1. Ibu menggunakan KB sebelum kehamilan : tak
2. Jenis KB : tak
3. Lama ber-KB : tak
4. Keluhan selama ber-KB : tak
5. Tindakan yang dilakukan saat ada keluhan : tak

f. Riwayat Kesehatan orang tua


1. Apakah ibu dulu pernah menderita penyakit menurun seperti asma,
jantung, darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti
batuk darah, hepatitis, HIV AIDS.? Tidak ada
2. Apakah ibu dulu pernah operasi ? Tidak Pernah
3. Apakah ibu pernah menderita penyakit lain yang dapat menganggu
kehamilan ? tidak ada

g. Riwayat kehamilan
1. Usia kehamilan : 8 bulan
2. Riwayat ANC : 1x, di rumah oleh paraji
3. Obat-obatan yang dikonsumsi : tak
4. Imunisasi TT : tak
5. Komplikasi/penyakit yang diderita selama hamil : tak

h. Riwayat persalinan
Jenis Obat- Komplikasi
Penolong Tempat BB PB
persalinan obatan persalinan

Rumah 45
Dokter Caesarean 2400g - -
Sakit cm
r

i. Keadaan bayi baru lahir


BB/ PB lahir : 2400gr/45cm
APGAR score :7

j. Faktor Lingkungan
1. Daerah tempat tinggal : kurang baik
2. Ventilasi dan higinitas rumah : kurang
3. Suhu udara & pencahayaan : baik

k. Faktor Genetik
1. Riwayat penyakit keturunan : tak
2. Riwayat penyakit sistemik : tak
3. Riwayat penyakit menular : tak
4. Riwayat kelainan kongenital : tak
5. Riwayat gangguan jiwa : tak
6. Riwayat bayi kembar : tak

l. Faktor Sosial Budaya


1. Anak yang diharapkan : Iya
2. Jumlah saudara kandung :2
3. Penerimaan keluarga & masyarakat : baik
4. Bagaimanakah adat istiadat sekitar rumah : tidak ada pantangan
5. Apakah orang tua percaya mitos : tidak

m. Keadaan Spiritual
1. Apakah arti hidup dan agama bagi orang tua
: keluarga mengatakan segalanya berlindung kepada tuhan.
2. Apakah kehidupan spiritual penting bagi orang tua
: keluarga mengatakan penting
3. Adakah pengalaman spiritual berdampak pada orang tua
: berdampak, dengn banyak doa-doa yang terkabul
4. Bagaimankah peran agama bagi orang tua dikehidupan
: agama sangat penting
5. Apakah orang tua sering menlaksanakan kegiatan keagamaan
: keluarga selalu melaksanakan shalat 5 waktu
6. Saat kegiatan keagamaan sering sendiri/berkelpompok
: berkelompok
7. Seberapa penting kegiatan itu bagi orang tua
: penting
8. Bagaimanakah dukungan sekitar terhadap penyakit anak
: banyak yang mendoakan agar tidak ada sesuatu yg buruk
9. Bagaimanakah praktik ibadah orang tua dan anak
: dilaksanakan (*Bagi beragama islam: sholat, puasa, dzakat, doa dan
dzikir)
10. Apakah dampak yang dirasakan ortu setelah beribadah
: merasa lebih tenang
11. Adakah alasan agama yang diyakini keluarga dalam perawatan
: ada
12. Bagaimanakah praktik keagamaan meskipun saat kondisi sakit
: tetap dijalankan sesuai kemampuan
13. Apakah praktek keagamaan yg dipraktekan selama perawatan
: berdoa kepada allah swt.
n. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola istirahat dan tidur anak
a. Tidur siang normalnya 1-2 jam/hr : 1 jam
b. Tidur malam normalnya 8-10 jam/hr : 7 jam
c. Kualitas tidur nyeyak/terganggu : nyenyak
2. Pola aktifitas ibu dan anak ada gangguan/tidak : ada
3. Pola eliminasi
a. BAK : 4x/hari
b. BAB : 2x/hari
4. Pola nutrsisi
a. Makan (jenis dan frekuensi) : Nasi,Sayur,Ikan 3x/hari
b. Minum (jenis dan frekuensi): Susu,Air Putih 2x/hari
5. Pola personal hygiene (Frekuensi mandi, ganti pakaian) :
2x/hari
6. Pola gaya hidup (ibu/keluarga perokok pasif/aktif, konsumsi
alcohol,jamu,NAPZA) : ibu perokok
7. Pola rekreasi (hiburan yang biasa dilakukan klien) : shopping

3.2 DATA OBJEKTIF


a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
 Ukuran keseluruhan : normal
 Kepala, badan, ekstremitas : normal
 Warna kulit dan bibir : normal
 Tangis bayi : kuat

2. Tanda-tanda Vital
 Pernafasan : 32 x/menit
 Denyut jantung : 120 x/menit
 Suhu : 36,8° C

3. Pemeriksaan Antropometri
 Berat badan bayi : 2400 gram
 Panjang badan bayi : 45 cm

4. Kepala
 Ubun-ubun : normal
 Sutura : normal
 Penonjolan/daerah yang mencekung : tak
 Caput succadaneum : tak
 Lingkar kepala : 33 cm

5. Mata
 Bentuk : simetris
 Tanda-tanda infeksi : tak
 Refleks Labirin : (+)
 Refleks Pupil : (+)

6. Telinga
 Bentuk : simetris
 Tanda-tanda infeksi : tak
 Pengeluaran cairan : tak

7. Hidung dan Mulut


 Bibir dan langit-langit : normal
 Pernafasan cuping hidung : tak
 Reflek rooting : ada
 Reflek Sucking : (+)
 Reflek swallowing : ada
 Masalah lain : tak

8. Leher
 Pembengkakan kelenjar : tak
 Gerakan : aktif
 Reflek tonic neck : ada

9. Dada
 Bentuk : simetris
 Posisi putting : simetris
 Bunyi nafas : normal
 Bunyi jantung : normal
 Lingkar dada : 32 cm

10. Bahu, lengan dan tangan


 Bentuk : simetris
 Jumlah jari : lengkap, (jari kanan 5, jari
kiri 5)
 Gerakan : lemah
 Reflek graps : lemah

11. Sistem saraf


 Refleks Moro : lemah

12. Perut
 Bentuk : normal
 Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis : tak
 Perdarahan pada tali pusat : tali pusat berbau dan
keluar cairan kuning
13. Kelamin
Kelamin perempuan
 Labia Mayor dan Labia Minor : normal
 Lubang Uretra : ada
 Lubang Vagina : ada

14. Tungkai dan kaki


 Bentuk : simetris
 Jumlah jari : lengkap, ( jari kanan 5, jari kiri 5)
 Gerakan : lemah
 Reflek babynski : lemah

15. Punggung dan anus


 Pembengkakan atau ada cekungan : tak
 Lubang anus : ada

16. Kulit
 Verniks : ada
 Warna kulit dan bibir : kemerahan
 Tanda lahir : tak

b. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada

3.3 ANALISA
Diagnosa: Bayi Ny.T usia 8 bulan dengan syndrom gangguan pernafasan dan
masalah nutrisi
Masalah Potensial:Sianosis, kematian
Tindakan segera:Melakukan rujukan dan kolaborasi dengan dokter

3.4 PENATALAKSANAAN (Disesuaikan dengan kebutuhan)


1. Memberitahukan hasil temuan dalam pemeriksaan kepada ibu.
(ibu mengetahui dan mengerti hasil dari pemeriksaan)
2. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi meliputi
(ibu mengerti dan bisa melakukan asuhan yang diberikan)
a) Mengajarkan ibu apa saja nutrisi yang dibutuhkan bayi
(ibu mengerti dan bisa memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi)
3. Memberikan konseling pada ibu mengenai (dijabarkan satu persatu)
a. Tanda bahaya pada bayi yang kekurangan nutrisi dan gangguan
pernapasan
(ibu memahami dan akan mencegahnya)
4. Menjadwalkan rencana kunjungan ulang
(ibu mengerti dan akan melakukannya)
5. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilakukan (SOAP).
(sudah)
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Dan Penyebab Sindrom Gangguan Pernafasan Pada Bayi 


1. Pneumonia
a. Definisi
Pneumonia yang didapat dari komunitas adalah suatu infeksi pada
alveoli, saluran napas distal, dan interstisium paru pada individu yang
sebelumnya sehat kemudian mendapatkan infeksi tersebut di luar rumah
sakit (Marrie et al., 2005). 
Faktor-faktor, seperti kunjungan ke pelayanan kesehatan, banyaknya
jumlah orang yang tinggal serumah, dan paparan perokok pasif, serta
riwayat adanyawheezingdanpneumonia, berhubungan dengan
meningkatnya risikoterkena pneumonia yang didapat dari komunitas
(Tiewsoh et al., 2009; Victorino &Gauthier, 2009).
Pneumonia yang didapat dari komunitas memiliki empat pola
berbeda,  yakni: pneumonia lobaris (meliputi satu lobus paru),
bronkopneumonia (area bercak-bercak konsolidasi yang meliputi beberapa
lobus paru), pneumonia interstisial (pneumonia dengan inflamasi di
interstisium paru, termasuk dinding alveoli dan jaringan konektif yang
menyelubungi bronchovascular tree), dan pneumonia milier (lesi-lesi kecil
akibat penyebaran mikroorganisme dari darah) (Marrie et al., 2005).
Menentukan penyebab pneumonia pada anak-anak cukup sulit, namun usia
pasien dapat membantu mempersempit kemungkinan etiologinya
(Ostapchuk et al., 2004).
Diagnosa bronkopneumonia pada pasien ini ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis
terhadap ibu pasien, didapatkan keterangan yang mengarahkan pada
kecurigaan pneumonia, yaitu sesak nafas, batuk berdahak, dan demam
tinggi. Manifestasi klinis pneumonia adalah gejala infeksi umum (demam,
sakit kepala, penurunan nafsu makan) dan gejala gangguan respiratori
(batuk, sesak nafas) (Rahajoe dkk.,2010).

24
b. Penyebab Pneumonia
Penyebab terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau
kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam. Pada umumnya, pneumonia dikategorikan dalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber
penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman
dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau bersin. Untuk
selanjutnya, kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan
melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara
penularan langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh
penderita saat batuk, bersin, dan berbicara langsung terhirup oleh
orang di sekitar penderita, atau memegangdan menggunakan benda
yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita.

c. Faktor yang mempengaruhi


Menurut model jaring-jaring sebab akibat (the web of caution),
suatu penyakit tidak bergantung pada suatu sebab yang berdiri sendiri-
sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat.
Perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang
bersangkutan. Dengan demikian timbulnya suatu penyakit dapat
dicegah atau dihentikan dengan memotong matarantai berbagai faktor.
Pneumonia disebabkan oleh beberapa faktor yang saling memengaruhi,
yaitu mikroorganisme/agen, berat bayi pada saat dilahirkan rendah
(≤2500 gram), pemberian ASI tidak secara eksklusif (pemberian ASI
selama 6 bulan tanpa diberikan makanan pendamping lain), tidak
lengkapnya imunisasi dasar, pemberian vitamin A yang tidak adekuat,
pemberian makanan tambahan terlalu dini, dan faktor lingkungan.
Semua faktor tersebut akan saling mempengaruhi dan dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Apabila ada mikroorganisme penyebab penyakit pneumonia, bayi dan
balita tersebut dapat terkena pneumonia.
a) Faktor Mikroorganisme / Agen
Faktor agen dari penyakit pneumonia yaitu berupa bakteri, virus,
jamur, dan protozoa (sejenis parasite). Streptococcus pneumoniae dan
Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan
pada penelitian tentang etiologi di negara berkembang. Jenis-jenis
bakteri ini ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9%
aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di
negara maju, pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.
b) Faktor Individu Anak
 Umur Anak Balita memiliki mekanisme pertahanan yang masih
lemah dibanding orang dewasa, anak-anak yang berusia 0-24
bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibanding anak-
anak yang berusia diatas 2 tahun. Menurut hasil penelitian Hartati
(2011) dijelaskan bahwa balita yang berusia ≤ 12 bulan
mempunyai peluang 3,24 kali untuk menderita pneumonia
dibanding balita yang berusia ≥ 12 bulan.
 Berat Lahir Berat lahir menentukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) mempunyai risiko kematian yang lebih besar
dibandingkan dengan berat lahir normal terutama pada bulan-
bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,
terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh signifikan antara
BBLR terhadap kejadian pneumonia
 Riwayat ASI Eksklusif Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai
faktor risiko yang penting untuk terjadinya infeksi saluran
pernapasan. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah
terserang pneumonia dibandingkan balita dengan gizi normal
karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi
sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan
dan mengakibatkan kekurangan gizi. Gizi terpenuhi untuk bayi
ada pada ASI. ASI mempunyai kandungan immunoglobulin yang
memberi daya tahan (pertahanan tubuh) pada bayi yang berasal
dari ibunya. Bayi lahir sampai umur enam bulan cukup diberi ASI
saja atau yang disebut dengan ASI eksklusif.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh
signifikan antara ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia.
 Vitamin A
Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin
A sehingga mudah terserang infeksi. Disamping itu, lapisan sel
yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratanisasi, tidak
mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme
atau bakteri, atau virus dan menyebabkan infeksi saluran
pernapasan. Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan
dengan imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer antibodi
yang spesifik dan tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup
tinggi.
 Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Untuk
mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas infeksi saluran
pernapasan, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita pneumonia
dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi
lebih berat.
d. Pencegahan
Pneumonia dapat dicegah dengan memberikan perlindungan dan
menjauhkan anak dari faktorfaktor risiko pneumonia. Faktor risiko
tersebut seperti faktor pada anak yang meliputi berat badan lahir
rendah, gizi kurang, tidak mendapatkan ASI secara eksklusif, dan tidak
mendapatkan imunisasi secara lengkap. Faktor pada ibu yang terdiri
dari tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan yang kurang.
Faktor sosio-ekonomi, termasuk jenis pekerjaan dan pendapatan yang
didapat oleh keluarga. Dan faktor dari lingkungan berupa kondisi
rumah yang terlalu lembab, kurangnya pencahayaan, rendahnya
kualitas suhu, ventilasi yang kurang, pencemaran udara didalam
rumah, tipe rumah, kepadatan hunian, dan jenis lantai tanah. giene.
Orang tua sangat berhubungan dalam menjaga kesehatan seorang anak,
terutama Ibu. Ibu mempunyai peran besar dalam menjamin
kelangsungan hidup anaknya. Ibu memegang peranan penting karena
Ibulah yang mengasuh dan melayani kebutuhan anak seriap waktu,
termasuk menjaga kesehatan anak dengan mengenali tanda-tanda
penyakit pada anak secara dini dan mencari bantuan
pengobatan.Perilaku Ibu yang positif seperti memberikan ASI secara
eksklusif, melalukan imunisasi balita secara rutin, dan menjaga
kebersihan udara di dalam rumah akan mencegah terjadinya
pneumonia terhadap anak, pun sebaliknya.

2. Bronkiolitis
a. Definisi
Bronkiolitis merupakan peradangan akut pada bronkiolus yang sering
disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV).1 Virus lain seperti
rhinovirus (RV), human metapneumovirus (hMPV), human
bocavirus(hBoV), coronavirus dan influenza dapat juga menjadi
penyebab.2 Bronkiolitis termasuk penyakit menular yang ditularkan
melalui kontak langsung dengan cairan dari saluran pernapasan. Gejala
klinis dan tanda-tanda bronkiolitis biasanya termasuk rinitis, takipne,
mengi, batuk, napas cuping hidung, crackles, dan penggunaan otot-otot
bantu napas. Bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak yang berusia di
bawah 2 tahun, dengan puncaknya pada bayi usia 3-6 bulan.
Bronkiolitis akut adalah penyebab paling umum infeksi saluran
pernapasan bawah pada tahun pertama kehidupan.4
b. Penyebab

Bronkiolits disebabkan oleh virus, parainfluenza, dan bakteri.


Bronkiolitis akut ditandai obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh
edema, penimbunan lendir serta debris- jebris seluler. Karena tahanan
terhadap aliran udara di dalam tabung berbanding terrbalik dengan
pangkat tiga dari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang pada
dinding brokiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas
aliran udara. Tekanan udara pada lintasan udara kecil akan meningkat
baik selama fase inspirasi maupun selama fase ekspirasi, karena jari-
jari suatu saluran nafas mengecil selama ekspirasi, maka obstruksi
pernafasan akan mengakibatkan terrperangkapnya udara serta
pengisian udara yang berlebihan.

Proses patologis yang terjadi akan mengganggu pertukaran gas normal


di dalam paru-paru. Ventilasi yang semakin menurun pada alveolus
akan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini. Retensi karbon
dioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita
yang terserang hebat. Pada umumnya semakin tinggi pernafasan, maka
semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak
dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi 60 x / menit yang
kemudian meningkat sesuai dengan takipne yang terjadi, (Behrman,
1994).

c. Faktor yang mempengaruhi


Bronkiolitis lebih sering terjadi pada anak yang berusia di
bawah 2 tahun ditemukan adanya peningkatan morbiditas pada paru
neonatal dan perinatal berhubungan dengan usia kehamilan (UK),
untuk bronkiolitis terkait dengan ASI (eksklusif atau di samping susu
formula). Selain itu disebutkan pula jenis kelamin lelaki, riwayat
prematuritas, penyakit yang telah ada sebelumnya seperti displasia
bronkopulmoner, penyakit paru kronis yang mendasarinya, penyakit
neuromuskular, penyakit jantung bawaan, paparan asap tembakau, dan
riwayat ibu asma sebagai faktor yang berhubungan dengan
bronkiolitis. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa riwayat lahir
kurang bulan berhubungan dengan bronkiolitis oleh karena gangguan
perkembangan paru dan sistem kekebalan tubuh. Sebanyak 7% bayi
dengan bronkiolitis dilaporkan memiliki riwayat lahir kurang bulan.
Dan Bayi yang mendapat ASI memiliki sistem imun yang lebih kuat
bila dibandingkan dengan susu formula. ASI eksklusif dapat
mengurangi durasi rawat inap, risiko kegagalan pernapasan dan
kebutuhan oksigen tambahan pada bayi dengan bronkiolitis karena ASI
memiliki aktivitas netralisasi terhadap RSV serta memiliki antibodi
terhadap RSV termasuk IgA, IgG.
d. Pencegahan
Sebagian besar tatalaksana bronkiolitis bersifat suportif, yaitu
pemberian oksigen, minimal handling pada bayi, cairan intravena,
kecukupan cairan, penyesuaian suhu lingkungan agar konsumsi
oksigen minimal, tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi. Setelah
itu, baru digunakan bronkodilator, anti-inflamasi seperti kortikosteroid,
antiviral seperti ribavirin, dan pencegahan dengan vaksin RSV, RSV
immunoglobuline (polyclonal), atau humanized RSV monoclonal
antibody (Palivizumab). 
4.2 Masalah Nutrisi/Gizi Pada Bayi 
Masalah gizi pada hakikatnya merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan pelayanan medis dan pelayanaan kesehatan saja. Penyebab
dari masalah gizi multifaktor sehingga harus melibatkan berbagai sektor
yang terkait. Masalah gizi sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan namun pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi
dan pengadaan pangan. Masalah gizi muncul juga diakibatkan masalah
ketahanan pangan ditingkat rumah tangga yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggota keluarga, serta bagaimana
keluarga mengolah, menyajikan serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga
agar mendapatkan gizi seimbang (Sediaoetama, 2009). Gizi kurang pada
umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2010).
a. Penyebab utama 
Gizi kurang pada Bayi, balita, anak adalah kemiskinan sehingga
akses pangan anak terganggu. Penyebab lain pada bayi pada kasus tersebut
yaitu  ketidaktahunya orang tua karena kurang pendidikan sehingga
pengetahuan gizi rendah dan munculnya perilaku tabu makanan, dimana
makanan bergizi ditabukan dan tidak boleh dikonsumsi anak balita.
Ketidaktahuan tentang gizi dapat mengakibatkan seseorang salah memilih
bahan makanan dan cara penyajiannya. Akan tetapisebaliknya, ibu dengan
pengetahuan gizi baik biasannya mempraktekkan pola makan sehat bagi
anak-anaknya agar terpenuhi kebutuhan gizinya 
b. Faktor penyebab kurang gizi
Faktor yang memungkinkan pada bayi tersebut di kasus tersebut
akibatnya yaitu,  Pertama adalah ketersediaan makanan dan penyakit
infeksi yang mungkin diderita anak, kedua ketahanan pangan di keluarga,
pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan, dan kesehatan lingkungan.
Ketiga faktor tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan. Selain
faktor yang mempengaruhi secara langsung, status gizi bayi juga
dipengaruhi oleh status gizi ibu saat hamil. Riwayat status gizi ibu hamil 
menjadi faktor penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.
Jika kekurangan status gizi pada awal masa kehidupan maka akan
berdampak terhadap kehidupan selanjutnya seperti pertumbuhan janin
terhambat (PJT), berat badan lahir rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, 
daya tahan tubuh rendah dan berisiko meninggal dunia.
c. Pengetahuan tentang  gizi 
Terhadap orangtua ternyata sangat berpengaruh pada pola makan
anak. Tingkat pengetahuan gizi yang dipraktekkan pada perencanaan
makanan keluarga tanpaknya berhubungan dengan sikap positif ibu
terhadap diri sendiri, kemampuan ibu dalam memecahkan masalah dan
mengorganisasi keluarga(Almatsier, 2011)
Pengaruh pendidikan Ibu terhadap status gizi balita Hasil penelitian
diperoleh 40,5% responden memiliki tingkat pendidikan rendah. Tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi pola fikir dan pengetahuan seseorang.
Pendidikan merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan status gizi yang
baik bagi balitanya. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku menjadi lebih baik. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka
peroleh. Sebab tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas dan
kuantitas makanan yang diberikan kepada balitanya.
Menurut asumsi peneliti pendidikan mempengaruhi status gizi
balita karena semakin tinggi pendidikan seorang ibu maka semakin baik
pengetahuannya, semakin baik pengetahuan ibu terhadap gizi akan
mempengaruhi cara ibu memberikan makanan kepada balitanya sehingga
pemenuhan gizi balita akan terpenuhi.
Dan pada kasus tersebut ibunya kekurangan pengetahuan bagiaman
cara menjaga anak dengan benar dan kurang memperhatikan gerak gerik
anak sampai sampai anak itu terganggu pernafasannya karena posisi
tidurnya yang menekan daerah paru parunya dan terjadi sesak dan tidak
enak pada bayi tersebut
d.  Dampak masalah nutrisi/gizi pada bayi
Anak saat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
pertumbuhan dan perkembangannya lebih lambat. Keadaan ini lebih buruk
lagi jika bayi BBLR kurang mendapat asupan energi dan zat gizi, pola
asuh yang kurang baik dan sering menderita penyakit infeksi. Pada
akhirnya bayi BBLR cenderung mempunyai status gizi kurang dan buruk. 
Pemberian nutrisi untuk mengejar pertumbuhan bayi BBLR dapat
dilakukan dengan pemberian ASI, susu formula BBLR, dan nutrisi
parenteral. Pemberian nutrisi parenteral yang dapat diberikan adalah
glukosa, protein, lipid, dan zat besi. Setelah pemberian nutrisi parenteral
selesai untuk membantu meningkatkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan
maka diberikan ASI terfortifikasi sebagai ASI tambahan.
Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini juga meningkatkan risiko
obesitas, alergi, dan menurunnya imunitas karena berkurangnya konsumsi
ASI. Menurunnya imunitas menyebabkan risiko penyakit infeksius
meningkat sehingga status gizi anak akan terganggu.
e. Hubungan pola asuh dengan masalah nutrisi/gizi pada bayi
Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi
pertumbuhan anak. Pada tahap dasar kebutuhan anak adalah pangan
(nutrisi) hal ini merupakan unsur utama untuk pertumbuhan anak, agar
anak dapat tumbuh sesuai dengan kemampuan genetiknya, selain
kebutuhan dalam aspek fisik anak juga memerlukan bimbingan,
pendidikan dan kasih sayang dari orang tua sehingga anak berhak untuk
mendapatkan pengasuhan yang sebaik-baiknya karena salah satu faktor
yang berperan penting dalam pemenuhan status gizi anak adalah pola asuh.
Karena melihat dari riwayat anak yang sebelumnya kebiasaan
dengan anak pertamanya yang berusia 7 tahun sebelum tidur selalu
mendengarkan music/bermain gawai (gadget). Sebab pola asuh merupakan
sikap dan perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak, sikap dan
perilaku orang tua tersebut dapat di lihat dari cara orang tua menanamkan
disiplin pada anak, mempengaruhi emosi dan cara orang tua dalam
mengontrol anak. Mendidik anak pada hakekatnya adalah merupakan
usaha nyata dari pihak orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi
yang ada pada diri anak. Masa depan anak dikemudian hari akan sangat
tergantung dari pengalaman yang didapatkan anak termasuk pola asuh
orang tua (Nafratilawati M, 2014). Pola asuh merupakan pola interaksi
antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang
tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan,
mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang
serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan
bagi anaknya (Yusiana M, 2012).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pneumonia yang didapat dari komunitas adalah suatu infeksi
pada alveoli, saluran napas distal, dan interstisium paru pada individu
yang sebelumnya sehat kemudian mendapatkan infeksi tersebut di luar
rumah sakit. Faktor-faktor, seperti kunjungan ke pelayanan kesehatan,
banyaknya jumlah orang yang tinggal serumah, dan paparan perokok
pasif, serta riwayat adanya wheezing dan pneumonia, berhubungan
dengan meningkatnya risiko terkena pneumonia. Pola asuh orang tua
kepada bayi berhubungan dengan status gizi dan Kesehatan yang
dialami oleh bayi salah satu masalah kesehatan yang dihadapi adalah
masalah kurang gizi. Bayi yang kurang gizi daya tahan tubuhnya
rendah sehingga bayu mudah terkena penyakit infeksi tentu saja hal ini
sanggat berhubungan dengan cara orang tua mengurus bayinya.
Gizi kurang pada Bayi, balita, anak adalah kemiskinan
sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain pada bayi pada
kasus tersebut yaitu  ketidaktahunya orang tua karena kurang
pendidikan sehingga pengetahuan gizi rendah dan munculnya perilaku
tabu makanan, dimana makanan bergizi ditabukan dan tidak boleh
dikonsumsi anak balita. Ketidaktahuan tentang gizi dapat
mengakibatkan seseorang salah memilih bahan makanan dan cara
penyajiannya. Akan tetapisebaliknya, ibu dengan pengetahuan gizi
baik biasannya mempraktekkan pola makan sehat bagi anak-anaknya
agar terpenuhi kebutuhan gizinya 
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil kasus ini adalah :
1. Bagi ibu
Dapat mempersiapkan diri dengan baik yaitu salah satunya
dengan memberikan pola asuh yang benar kepada bayinya, Pola asuh

35
orang tua kepada bayi berhubungan dengan status gizi dan Kesehatan
yang dialami oleh bayi salah satu masalah kesehatan yang dihadapi
adalah masalah kurang gizi. Bayi yang kurang gizi daya tahan tubuhnya
rendah sehingga bayu mudah terkena penyakit infeksi tentu saja hal ini
sanggat berhubungan dengan cara orang tua mengurus bayinya.
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan yang
terjadwal dan berkesinambungan kepada ibu mengenai Ketidaktahuan
tentang gizi dapat mengakibatkan seseorang salah memilih bahan
makanan dan cara penyajiannya.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih menguasai teori agar mampu
meningkatkan keterampilan dalam memberikan Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir pada masalah sindrom gangguan pernapasan pada bayi dan
masalah nutrisi/gizi pada bayi.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu
kebidanan dan sebagai referensi mahasiswa yang melakukan analisis kasus
juga untuk mengetahui perbandingan antara praktek lahan dan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Emerson, E. 2005. Underweight, obesity and exercise among adults with intellectual
disabilities in supported accommodation in Northern England. Journal of
Intellectual Disability Research, 49(2): 134–143.
Mendez, Michelle A. 2005. Overweight exceeds underweight among women in most
developing countries. Am J Clin Nutr., 81(3): 714-721.
Heli, Kuusipalo. 2006. Growth and Change in Blood Haemoglobin Concentration Among
Underweight Malawian Infants Receiving Fortified Spreads for 12 Weeks: A
Preliminary Tr i a l . Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition, 43(4):
525-532
Ali, Sadiq Mohammad. 2006. Socioeconomic, psychosocial, behavioural, and
psychological determinants of BMI among young women: differing patterns for
underweight and overweight/obesity. Eur J Public Health, 16(3): 324-330
Mamhidira, G. 2006. Underweight, weight loss and related risk factors among older
adults in sheltered housing: A swedish follow-up study. The Journal of Nutrition,
Health & Aging, 10(4): 255-262
Andriani Elisa P, Sofwan I. 2012. Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. Jurnal
Kemas, 7 (2): 122-126
Sri, D A. 2008. Pengaruh program pendampingan gizi terhadap pola asuh, kejadian
infeksi dan status gizi balita kurang energi protein, [Tesis]. Program pascasarjana
gizi masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
Flegal, Katherine M. 2007. Cause-Specific Excess Deaths Associated With Underweight,
Overweight, and Obesity. JAMA. 298(17): 2028-2037
Heli, Kuusipalo. 2006. Growth and Change in Blood Haemoglobin Concentration Among
Underweight Malawian Infants Receiving Fortified Spreads for 12 Weeks: A
Preliminary Tr i a l . Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition, 43(4):
525-532
Aziz.2008.Pengantar ILMU KESEHATAN ANAK  untuk pendidikan
Kebidanan.salemba medika.Jakarta
Meihartati, Dkk.2019.1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN.DEEPUBLISH.
YOGYAKARTA

iv
v

Anda mungkin juga menyukai