Disusun oleh
Emilya Ananda Putri (15.401.20.001)
Firstamanda May Amsha (15.401.20.002)
MATA KULIAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, ANAK
PRASEKOLAH
YAYASAN RUSTIDA
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PRODI D III KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tanda Bahaya
pada Masa Neonatus, Bayi, dan Balita” ini. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah tahun ajaran 2021/2022.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah, Ibu Vita
Raraningrum, S.ST., MPH. dan Ibu Tria Eni Rafika Devi, S.ST., M.Kes. serta
teman-teman yang secara langsung maupun yang tidak langsung telah mendukung
selesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode pustaka dengan
sumber berupa buku dan e-book. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih pemula, baik dari segi susunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
penulisan makalah yang kami susun ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
...............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
...............................................................................................................................1
......................................................................................................................1
......................................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................
......................................................................................................................1
1.4 Manfaat...................................................................................................
......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................
...............................................................................................................................3
................................................................................................................3
................................................................................................................4
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................
...............................................................................................................................28
iii
3.1 Simpulan.................................................................................................
......................................................................................................................28
3.2 Saran.......................................................................................................
......................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
...............................................................................................................................iv
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui tanda bahaya pada bayi
2. Mengetahui tanda bahaya pada balita
1
2
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari isi makalah ini adalah:
1. Pembaca bisa memahami tanda bahaya pada bayi
2. Pembaca bisa memahami tanda bahaya pada balita
BAB 2
PEMBAHASAN
3
karena sulit bernapas. Bayi dapat merasa tidak nyaman dan rewel
akibat kondisi ini.
3
4
Jika bayi hanya menyusu pada satu sisi, dan tidak mau menyusu di
sisi lain, maka bayi mungkin mengalami tortikolis. Kondisi ini
merupakan gangguan otot leher bayi di salah satu sisinya yang
menyebabkan kepala miring. Ini membuat bayi merasa tidak nyaman
atau sakit ketika menyusu pada posisi yang memengaruhi lehernya.
i. Puting Datar
Bayi malas menyusu pada puting yang datar. Sebab, mereka
merasa kesulitan ketika mengisap dan mendapatkan ASI jika puting
tidak menonjol.
j. Volume ASI Berkurang
Bayi tidak mau menyusu juga terjadi jika ASI yang diproduksi
tidak banyak. Sebab, bayi akan merasa marah dan frustrasi saat bayi
tidak mendapatkan air susu ketika sedang mengisap puting payudara
ibu. Frustrasi dan marah ini ditandai dengan bayi tiba tiba tidak mau
menyusu.
k. Aroma Tubuh Ibu Berubah
Jika ibu mengganti produk dengan aroma wangi, seperti sabun,
parfum, losion, dan deodoran, bayi akan merasa tidak nyaman. Sebab,
bayi menyadari jika ada perubahan wangi dari ibunya. Akhirnya, bayi
malas menyusu.
Beberapa cara mengatasi bayi tidak mau menyusu adalah sebagai
berikut:
a. Merangsang Bayi untuk Menyusu
Perah ASI ke mulut bayi atau oleskan pada permukaan bibirnya
untuk mendorong bayi menyusu. Jika bayi menelannya, cobalah untuk
menyusui bayi. Namun, bila bayi terlihat tidak menyukainya, hentikan
dan coba lagi nanti.
b. Mengubah Posisi Menyusui
Mencoba berbagai posisi menyusui yang dapat membuat bayi
nyaman dan mau menyusu. Jika hidung bayi tersumbat, pegangi bayi
dengan posisi tegak selama menyusu. Ini dapat membuatnya lebih
mudah untuk menyusu.
6
c. Atasi Gangguan
Mencoba menyusui bayi di ruangan yang tenang tanpa gangguan.
Ini dapat membuat bayi lebih fokus untuk menyusu karena tidak
terganggu dan perhatiannya tidak teralihkan.
d. Kontak Kulit ke Kulit
Ibu dapat mengikuti cara menyusui bayi dengan kontak kulit ke
kulit atau tidak mengenakan baju. Hal ini dapat meningkatkan minat
bayi untuk menyusu karena merasa nyaman.
e. Atasi Rasa Sakit Bayi
Jika bayi sakit karena tumbuh gigi, infeksi telinga, sariawan,
pascaimunisasi, ataupun masalah lain yang membuatnya enggan untuk
menyusu, maka periksakan bayi Anda pada dokter untuk
menghilangkan rasa sakitnya.
f. Tidak Bereaksi secara Berlebihan ketika Bayi Menggigit Puting
Jika bayi menggigit puting susu ibu, maka ibu jangan membuat
reaksi yang keras, apalagi hingga membentak bayi. Cukup selipkan
jari ibu ke mulut bayi dengan cepat untuk menghentikan isapannya.
g. Hindari Makanan yang Membuat Rasa ASI Berubah
Sebaiknya, ibu jangan mengonsumsi makanan pedas atau memiliki
rasa kuat yang dapat memengaruhi rasa ASI.
h. Kenakan Wewangian yang Sama
Ha ini bertujuan agar bayi tidak kaget dan terganggu dengan bau
yang baru sehingga menolak menyusui.
i. Pompa ASI
Hal ini membuat puting terstimulasi dan menonjol keluar
2. Bayi Kejang
Kejang demam merupakan salah satu gangguan neurologik yang
paling sering dijumpai pada masa anak-anak, terutama pada usia 6 bulan
sampai 5 tahun (Wong, 2009). Kejang demam adalah serangan kejang
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C).
Kejang terjadi apabila demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai
jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis media akut dan bronkitis.
7
Selain demam yang tinggi, kejang juga bisa terjadi akibat penyakit radang
selaput otak, tumor, trauma atau benjolan dikepala serta gangguan
elektrolit dalam tubuh (Riyadi & Sukarmin, 2013)
Kejang demam merupakan kondisi kegawatdaruratan yang
memerlukan penanganan pertama, diikuti kondisi kegawatdaruratan lain
yang terjadi pada anak adalah sesak nafas, kenaikan suhu yang terus
menerus, dan cedera fisik. Kebanyakan ibu tidak menyadari akan bahaya
yang ditimbulkan dari kejang demam. Setiap kejang yang lama (lebih dari
5 menit) berdampak membahayakan karena dapat menyebabkan kerusakan
sel-sel otak akibat kekurangan oksigen, semakin lama dan semakin sering
kejang maka sel-sel otak yang rusak akan semakin banyak (Chomaria,
2015). Kejang demam juga bisa meningkatkan resiko terjadinya epilepsi
sebesar 57% jika terjadi berulang dan berkepanjangan. Keterlambatan dan
kesalahan dalam penanganan pertama kejang demam juga dapat
meningkatkan gejala sisa pada anak dan bisa menyebabkan kematian (Fida
& Maya, 2012).
Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti penyebab kejang pada
bayi. Namun, beberapa kondisi berikut mungkin bisa menjadi salah satu
penyebabnya:
a. Demam
Hal yang paling umum menyebabkan bayi kejang adalah karena
suhu tubuhnya terlalu tinggi. Kejang pada bayi yang disebabkan oleh
demam biasa disebut kejang demam. Kondisi ini biasa terjadi pada
anak usia di bawah 4 tahun.
b. Epilepsi
Epilepsi juga bisa menjadi penyebab kejang pada bayi. Sekiranya
30% anak penderita epilepsi akan mengalami kejang hingga mereka
dewasa. Namun, pada sebagian lainnya bisa membaik seiring
berjalannya waktu.
c. Meningitis
Pada kasus yang lebih serius, kejang bisa menjadi pertanda adanya
peradangan selaput otak atau meningitis. Selain kejang, gejala
8
meningitis pada anak juga diiringi dengan demam, rewel, sakit kepala
hingga ruam kulit.
Sementara pada bayi, meningitis ditandai dengan sejumlah gejala
lain seperti muntah bayi kuning, sering mengantuk atau sulit
dibangunkan, tidak mau menyusu, lesu dan tidak menanggapi saat
diajak berinteraksi.
Adapun gejala kejang pada bayi tanpa demam misalnya:
a. Perubahan pola napas
b. Gerakan/kedutan pada kelopak mata atau bibir, atau mata tampak
berkedip-kedip
c. Kaki bergerak seperti mengayuh sepeda
d. Lengan, tungkai, atau tubuh tersentak atau menjadi kaku
e. Bayi mungkin menjadi kurang responsif dan sulit untuk menarik
perhatian bayi
Sedangkan, bayi yang lebih besar dapat menunjukkan gejala kejang
tanpa demam berupa:
a. Spasme infantil: badan, lengan, dan tungkai bayi menjadi kaku, atau
kedua lengannya telentang keluar
b. Kepala bayi mengangguk-angguk
c. Kedua tungkai tersentak ke arah perut dengan posisi lutut tertekuk
d. Seluruh badan kaku dan mata berkedip-kedip
e. Bayi mungkin berhenti beraktivitas dan memiliki tatapan kosong atau
melihat ke salah satu sisi saja. Kondisi ini dapat disertai dengan
sentakan anggota tubuh dan kejang seluruh tubuh.
Kejang pada anak memang tampak seperti gerakan bayi pada
umumnya. Namun, ada beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk
mengenali kejang pada bayi yang dialami:
a. Episode gerakan yang berulang dan identik setiap kali terjadi
b. Episode serangan kejang tidak dipicu oleh perubahan postur tubuh
atau perubahan aktivitas (misalnya sentakan tubuh bukan disebabkan
oleh kaget akibat suara yang keras).
9
c. Gerakan bayi tidak bisa dihentikan dengan sentuhan. Atau jika tungkai
menjadi lurus dan kaku, tungkai bayi tidak dapat dibengkokkan lagi
semudah biasasanya
Penanganan pertama kejang demam adalah sebagai berikut:
a. Ketika bayi mengalami kejang demam atau step pada bayi, orangtua
dianjurkan tetap tenang dan tidak panik.
b. Letakkan bayi di tempat yang datar. Tempat ini sebaiknya luas dan
bebas sehingga bayi tidak akan terbentur atau tertimpa benda tertentu
saat kejang.
c. Posisikan bayi tidur menyamping untuk mencegahnya tersedak saat
kejang.
d. Longgarkan pakaiannya, terutama pada bagian leher.
e. Jangan memaksa untuk menahan gerakan tubuh anak. Cukup jaga agar
posisi tubuhnya tetap aman.
f. Jangan memasukkan benda apa pun ke mulutnya, termasuk minuman
atau obat-obatan.
g. Ucapkanlah kata-kata yang menenangkan agar bayi merasa lebih
nyaman.
h. Catat berapa lama bayi Anda mengalami kejang.
i. Amati kondisinya saat kejang, terutama bila dia kesulitan bernapas
atau wajahnya menjadi pucat dan kebiruan. Ini menandakan bahwa ia
kekurangan oksigen dan membutuhkan penanganan medis secepatnya.
j. Jika memungkinkan, rekam kejadian saat anak sedang kejang
sehingga dokter bisa mengetahui dengan pasti seperti apa kejang yang
dialami bayi.
3. Bayi Mengantuk atau Tidak Sadar (Lemah)
Narkolepsi pada bayi atau balita adalah gangguan tidur yang
menyebabkan bayi atau balita mengantuk terus di siang hari dan keinginan
tak tertahankan untuk tidur.
Jika umumnya bayi atau balita tidur hanya di malam hari dan 1-2 kali
di siang atau sore hari, anak yang mengalami narkolepsi bisa tertidur
10
kapan saja dalam kurun waktu 24 jam. Bahkan, ia bisa tidur pada saat
yang sangat tidak biasa seperti ketika mengobrol atau bermain sepeda.
Menurut situs web Children’s Hospital Colorado, usia puncak gejala
narkolepsi adalah 15-25 tahun, tapi kondisi ini juga ditemukan pada balita
usia dua tahun.
Tanda-tanda narkolepsi berikut bisa muncul sekaligus atau
berkembang perlahan dalam beberapa tahun. Terkadang, satu-satunya
gejala yang terlihat adalah balita mengantuk terus.
a. Mengantuk berlebihan di siang hari
1) Biasanya merupakan gejala pertama narkolepsi
2) Episode tidur yang tidak diinginkan terjadi beberapa kali sehari.
Pada orang dewasa terkadang “serangan tidur” terjadi pada saat
yang berbahaya (misalnya saat menyetir mobil).
3) Episode tidur bisa terjadi saat anak sedang terlibat aktif dalam
suatu kegiatan. Bukan hanya di situasi yang membuat orang
normal mengantuk (misalnya setelah makan), tapi juga di saat
orang seharusnya terjaga (misalnya saat menulis).
4) Setelah tidur siang, anak bangun dengan segar
5) Di luar episode tidur, anak merasa mengantuk secara tidak wajar
6) Mudah lelah atau capai sepanjang waktu
b. Katapleksi (cataplexy, hilangnya kontrol otot secara mendadak saat
otot tubuh mengendur)
1) Katapleksi bisa ringan seperti merasa lemah sekilas di lutut atau
yang berat bisa menyebabkan tubuh ambruk. Namun, anak sadar
sepenuhnya dan tahu apa yang terjadi.
2) Berkurangnya atau hilangnya kekencangan otot secara mendadak,
tapi bisa kembali seperti semula
3) Paling sering disebabkan oleh stres atau emosi yang kuat seperti
tertawa, marah, dan terkejut
4) Biasanya terjadi sebentar, 30 detik sampai 30 menit
5) Katapleksi mungkin baru dialami di usia remaja atau dewasa
11
5) Rewel.
6) Tampak sangat mengantuk, sampai sulit dibangunkan.
7) Muncul ruam di kulit.
c. Anak di atas dua tahun
Selain berbagai gejala di atas, meningitis pada anak berusia lebih dari
dua tahun juga akan menunjukkan gejala berupa:
1) Sakit kepala.
2) Sakit punggung.
3) Leher nyeri dan kaku.
4) Mudah silau atau sensitif terhadap cahaya terang.
5) Kebingungan.
6) Tingkat kesadaran menurun atau koma.
7) Mual dan muntah.
8) Ruam atau bercak berwarna ungu kemerah
Pada bayi atau anak yang mengalami meningitis, mungkin akan
muncul juga tanda dan gejala berupa sakit kuning, suhu tubuh rendah
(hipotermia), menangis dengan nada yang sangat kencang, serta bagian
lunak di kepala (fontanel) menonjol.
4. Frekuensi Nafas <20 kali/menit atau Apnea
Sleep apnea adalah kondisi yang membuat penderitanya berhenti
bernapas selama kurang lebih 15-20 detik saat tidur. Selain berhenti
bernapas ketika tidur, sleep apnea juga bisa ditandai dengan gejala kulit
membiru, penurunan detak jantung, dan rendahnya kadar oksigen dalam
tubuh.
Sleep apnea pada bayi prematur dipicu oleh belum matangnya sistem
saraf pusat di otak yang mengatur pernapasan. Selain itu, kondisi lain yang
juga bisa meningkatkan risiko bayi prematur mengalami sleep apnea
adalah:
a. Pendarahan pada otak.
b. Gangguan paru-paru dan pencernaan, seperti refluks asam lambung.
c. Terlalu rendahnya kadar kalsium dan glukosa di dalam darah.
d. Posisi tubuh yang kurang tepat saat disusui atau saat tidur.
14
Pada bayi atau balita yang mengalami perburukan gejala atau sudah
memasuki fase tanda bahaya, maka pada pasien akan ada gejala yang
ditandai dengan gelisah, tidak mau makan atau minum, sianosis
(kebiruan pada bibir), kejang, hingga penurunan kesadaran.
f. Melihat tanda-tanda pneumonia berdasarkan usia
1) Usia kurang dari dua bulan
a) Napas cepat (lebih dari 60 kali per menit)
b) Napas lambat kurang dari 30 kali per menit
c) Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat (chest
indrawing)
d) Kurang mau minum
e) Demam
f) Kejang
g) Kesadaran menurun
h) Stridor (suara napas bernada tinggi)
i) Wheezing (suara tarikan napas tambahan yang seolah
berdenging)
j) Tangan dan kaki terasa dingin
k) Tanda gizi buruk.
2) Usia dua bulan sampai 5 tahun:
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor pada waktu tenang
e) Tampak biru pada lidah (sianosis sentral)
f) Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin
g) Head Nodding (Kepala gerak-gerak mengangguk pada saat
bernapas, menandakan kekurang oksigen)
h) Grunting (perubahan warna wajah, dari merah hingga
keuangan)
i) Gizi buruk
j) Batasan napas usia (2-12 bulan) yaitu 50 kali per menit
18
3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
3.2 Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa
menyusun makalah lebih baik kedepannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Maternity, Dianty, dkk. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Resti, Hutri Engla, dkk. 2020. Gambaran Penanganan Pertama Kejang Demam
yang Dilakukan Ibu pada Balita. Jurnal Ners Indonesia, 10(2), 238-239.
Anwar, Athena dan Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(8), 360.
Toro. 2019. Tanda dan Bahaya Umum pada Bayi Baru Lahir.
https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/tanda--bahaya-umum-pada-bayi-
baru-lahir-. Diakses pada 5 Oktober 2021, pukul 19.00.
Rahmawati, Dina. 2019. Penyebab Bayi Tidak Mau Menyusu dan Cara
Mengatasinya. https://www.sehatq.com/artikel/penyebab-bayi-tidak-mau-
menyusu-dan-cara-mengatasinya. Diakses pada 5 Oktober 2021, pukul
19.20.
Rahmadianti, Fitria. 2020. Balita Mengantuk Terus? Ini Ciri Narkolepsi pada
Anak. https://www.orami.co.id/magazine/balita-mengantuk-terus-ini-ciri-
narkolepsi-pada-anak/. Diakses pada 5 Oktober 2021, pukul 19.40.
iv
Carmelita, Winda. 2021. Penyebab Napas Bayi Pendek dan Cepat.
https://www.popmama.com/baby/0-6-months/winda-carmelita/penyebab-
dan-cara-mengatasi-napas-bayi-pendek-dan-cepat/5. Diakses pada 5
Oktober 2021, pukul 20.00.