Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, DAN BALITA

“GUMOH DAN MUNTAH”

DOSEN PEMBIMBING:

Dwi Hendriani, M. Kes

DISUSUN OLEH:

Husnul Khatimah (P07224219021)

PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga, pada
hari ini penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gumoh dan
Muntah”.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Samarinda, 15 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Gumoh atau Regurgitasi............................................................................3
1. Definisi Gumoh (Regurgitasi)............................................................3
2. Etiologi...............................................................................................3
3. Patofisiologi........................................................................................5
4. Tanda dan Gejala................................................................................5
5. Kompilkasi..........................................................................................5
6. Diagnosa.............................................................................................6
7. Pencegahan.........................................................................................6
8. Penalataksanaan..................................................................................7
9. Asuhan Bidan......................................................................................7
B. Muntah.........................................................................................................
1. Definisi Muntah..................................................................................8
2. Etiologi...............................................................................................8
3. Patofisiologi........................................................................................8
4. Tanda dan Gejala................................................................................9
5. Pencegahan.........................................................................................9
6. Penatalaksanaan................................................................................10
7. Asuhan Bidan....................................................................................10
C. Konsep Dasar Managemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan
Gumoh .........................................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................24
B. Saran.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan bayi baru lahir terdiri dari suatu sistem yang rumit dan
fungsi yang belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan mempunyai
palatum mole yang relatif panjang. Lidah tampak besar dalam rongga mulut, yang
memungkinkan susu mengalir kembali ke faring dan fungsi sfingter esofagus
bawah yang belum sempurna. Anggapan orang tua terhadap gumoh yang terjadi
pada bayi adalah hal yang biasa dan sering sekali tidak dipedulikan. Frekuensi
gumoh yang terjadi pada bayi lebih dari 4 kali dalam sehari akan berpengaruh
tidak baik pada bayi, karena bayi akan menderita malnutrisi, hal ini disebabkan
karena setiap nutrisi yang masuk kedalam lambung bayi belum sempat dicerna
dengan sempurna. Tingkat pengetahuan ibu terhadap gumoh dan cara
penanganannya sangatlah minim, kebanyakan orangtua sering tidak terlalu
menganggap serius pada bayi yang sering mengalami muntah dan gumoh.

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal


merupakan periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada
bayi baru lahir. Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut
petugas kesehatan.

Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui


masalah-masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada
bayi yang sering kita temui yaitu muntah dan gumoh. Jika salah satu dari masalah
tersebut tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi
lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan khusus
karena bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa
menghilang dengan sendirinya.

1
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang muntah dan
gumoh pada bayi, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak
lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah
pada bayi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari gumoh dan muntah?


2.   Apa etiologi dari gumoh dan muntah?
3.   Bagaimana patofisiologi dari gumoh dan muntah?
4.   Apa tanda dan gejala dari gumoh dan muntah?
5.   Bagaimana cara pencegahan dan penatalaksanaan gumoh dan
muntah?
6. Bagaimana konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan gumoh dan muntah?

C. TUJUAN

1.    Untuk mengetahui pengertian dari gumoh dan muntah


2.    Untuk mengetahui etiologi dari gumoh dan muntah
3.    Untuk mengetahui patofisiologi dari gumoh dan muntah
4.    Untuk mengetahui tanda dan gejala dari gumoh dan muntah
5.  Untuk mengetahui cara pencegahan dan penatalaksanaan gumoh dan
muntah
6.   Untuk mengetahui konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan gumoh dan muntah

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GUMOH (REGURGITASI)
1. Pengertian

Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan


melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu . Gumoh
adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat
setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit.

Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama


pada bayi dibawah usia 6 bulan dan tidak sering frekuensinya. Seiring dengan
bertambahnya usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi semakin jarang dialami oleh
anak. Namun, regurgitasi dianggap abnormal apabila terjadi terlalu sering atau
hampir setiap saat. Juga kalau terjadinya tidak hanya setelah makan dan minum
tapi juga saat tidur. Selain itu juga pada gumoh yang bercampur darah. Gumoh
yang seperti ini tentu saja harus mendapat perhatian agar tidak berlanjut menjadi
kondisi patologis yang diistilahkan dengan refluks esofagus.

Regurgitasi atau gumoh harus dibedakan dengan muntah. Bedanya dengan


muntah, gumoh terjadi secara pasif. Artinya, tak ada usaha si bayi untuk
mengeluarkan atau memuntahkan makanan atau minumannya (artinya: keluar
sendiri). Si bayi ketika gumoh mungkin saja sedang santai dalam gendongan atau
dalam keadaan berbaring atau bermain. Sedangkan muntah terjadi secara aktif.
Muntah merupakan aksi reflek yang dikoordinasi medula oblongata, sehingga isi
lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.

2. Etiologi

Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi :

•            Anak/bayi yang sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang
tuanya khawatir anaknya kekurangan makan

3
•            Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk
kedalam lambung.

•            Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap.

•            Kegagalan mengeluarkan udara.

•            ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang
penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu
belum sampai keusus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi muntah lambung
bayi punya kapasitas sendiri.

•            Posisi Menyusui       
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur
terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencerna, tapi
kesaluran nafas, bayipun gumoh.    
- Pemakaian bentuk dot       
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama.
Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak
udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi muntah

•            Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna 


Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudiaan ke
lambung, diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung, pada bayi,
klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.

•            Fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik ( gelombang kontraksi pada


dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan
ke usus, masih belum sempurna

•            Terlalu aktif 
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis
hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam
bentuk muntah/ gumoh.

4
3. Patofisiologi

Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena


pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang
setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang
paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum
ke lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.

Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi


penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir
kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut
disebabkan karena otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik.
Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.

Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung
bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari
bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.

4. Tanda dan Gejala


a.        Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum.
b.       Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
c.        Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi.
d.      Bayi tidak menolak minum.

5. Komplikasi

•            Infeksi pada saluran pernafasan.

•            Cairan gumoh yang kembali keparu-paru dapat menyebabkan radang.

•            Nafas terhenti sesaat.

•            Bayi tersedak dan batuk.

5
•            Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.

•            Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa bernafas.

6. Diagnosa

Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan


mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis
ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna,
dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan kejadian yang
alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut
diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan dengan pengeluaran udara yang
tertelan selama waktu atau sesudah makan.

Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan menghindari konflik


emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak
lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks
gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.

7. Pencegahan
a.  Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi
menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan
tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut
dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c.       Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan
langsung banyak.
d.      Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
e.       Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f.       Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
g.      Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.

6
h.    Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke
petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
i.   Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu
diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot
harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j.     Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan
langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa
dapat dilakukan dengan cara:
1)       Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar
dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar
suara bersendawa.
2)      Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung
bayi sampai terdengar suara bersendawa.

8. Penatalaksanaan
a.       Bersikaplah tenang.
b.      Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan
mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-
paru).
c.   Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga
bersih,pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
d.      Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan
menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e.       Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.

9. Asuhan Bidan
a.       Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan
yang baik.
b.      Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui
yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
c. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat
memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.

7
B. MUNTAH
1. Pengertian

Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen. Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung.

Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh
karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap
kemungkinan adanya gangguan.

Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran


susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan
minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah
merupakan aksi refleks yang dikoordinasi medulla oblongata, sehingga isi
lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.

2. Etiologi

a. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,


atresia/stenosis, hirschsprung, tekanan intrakranial yang tinggi, cara memberi
makan atau minum yang salah, dan lain-lain.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus
urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
c. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak
yang lebih besar.
d. infeksi pada saluran pencernaan.
e. cara memberi makan yang salah.
f. keracunan

3. Patofisiologi

Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan


yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.

8
Suatu keadaan dimana anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang-
kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu-
minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi reflek yang dikoordinasi dalam
mdulla ablongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan , penyakit
intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

4. Tanda Dan Gejala


   Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai
dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah
bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah kadang menetap setelah
pemberian makanan pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak,
tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya
terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan
tanda adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian
makanan yang salah atau pada faktor psikososial.

5. Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan
frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI,
sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.

9
6. Penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti
disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas
yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.

b.    Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir.
Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung
masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan
menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan
tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih
lanjut.

7. Asuhan Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan
penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak
makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta
menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan
kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang
bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-
kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu
diganti dengan bahan makanan lain.
c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang
mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi
tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak
pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan
yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis,
seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan

10
lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat
diperlukan.

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan kebidanan pada


Neonatus/Bayi/Balita/Anak dengan Muntah dan Gumoh

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Alasan MRS dan Keluhan Utama


a. Alasan MRS
Alasan MRS adalah alasan klien masuk Rumah Sakit, bisa
disebabkan klien datang sendiri karena adanya keluhan ataupun
rujukan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan muntah dan gumoh
adalah terjadinya pengeluaran kembali sebagian atau seluruh isi
lambung, yang terjadi setelah tak lama makanan masuk ke dalam
lambung dan bayi memuntahkan kembali susu (ASI) yang telah di
minumnya (sudarti, 2010).

3. Riwayat Kesehatan Klien

11
a. Riwayat Kesehatan sekarang
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang kronologis,
terinci dan jelas pada dokumentasi SOAP mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa
berobat)

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Riwayat antenatal :
Pengkajian riwayat antenatal dirincikan mulai dari :
a) corak reproduksi ibu yang meliputi umur ibu saat hamil,
jarak kelahiran dan jumlah kelahiran (paritas), termasuk
aborsi.
b) kunjungan antenatal
c) keadaan kesehatan saat hamil
d) makanan ibu selama hamil,
e) obat-obat yang diminum pada saat hamil, terutama trimester
pertama kehamilan
f) riwayat imunisasi tetanus toksoid
g) riwayat terpapar infeksi saat hamil, misalnya TORCH
h) riwayat merokok dan minum minuman keras/alkohol
(Matondang, dkk, 2000)
- Riwayat intranatal:
- Riwayat postnatal :
Pengkajian riwayat postnatal meliputi keadaan segera setelah
lahir, morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir, serta
pemberian asupan nutrisi pasca lahir.
 Riwayat imunisasi : Pada kasus tetanus perlu ditanyakan
status imunisasi (Ismoedijanto, 2008)
 Riwayat alergi
 Riwayat penyakit yang pernah di derita
 Riwayat operasi/pembedahan
 Riwayat tumbuh kembang
 Riwayat Pertumbuhan
Meskipun normal, gumoh yang berlebihan dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi (Adrisa, 2012).

Status pertumbuhan anak ditelaah dari kurva berat badan terhadap


umur dan panjang badan terhadap umur, data ini dapat diperoleh
dari KMS.

12
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun
c. Riwayat penyakit menahun

5. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Pola Nutrisi

Pola Eliminasi

Pola Istirahat

Pola Personal Hygiene

Pola Aktivitas

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
Dari data ini dapat diketahui antara lain apa keluarga pasien termasuk
keluarga batih (nuclear family) atau keluarga besar (extended family),
yang masing masing mempunyai implikasi dalam praktik pengasuhan
anak. Selain itu, terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat
(konsanguinasi) antara ayah dan ibu juga dapat berpengaruh terhadap
penyakit bawaan/keturunan (Matondang, dkk, 2000)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor / koma /
delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri : Tinggi badan
Berat badan : sebelum sakit :
saat ini :
- Videbeck,L (2008) dalam
Hudayatul (2012) menyebutkan
bahwa penelitian di RSCM pada
tahun 2004 menunjukkan bahwa
bayi yang mengalami regurgitasi
lebih dari empat kali dalam
sehari, mengalami kenaikan berat

13
badan yang lebih rendah pada
usia empat bulan.
LILA :
Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak berumur
1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status
gizi, dengan interpretasi sbb :
< 12,5 cm : gizi buruk (merah)
12,5-13,5 cm : gizi kurang (kuning)
>13,5 cm : gizi baik (hijau)
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Perkusi :

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks

14
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
Refleks moro :
Refleks tonic neck :
Refleks rooting :
Refleks sucking :
Refleks graps (plantar & palmar grasp)
Refleks babynski:
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan.
Cara penulisan diagnosis :
 NKB/NCB/NLB , KMK/SMK/BMK, Usia …….. (jam/hari) dengan
muntah dan gumoh.
Keterangan : NKB : Neonatus kurang bulan
NCB : Neonatus cukup bulan
NLB : Neonatus lebih bulan
KMK : Kecil Masa Kehamilan
SMK : Sesuai Masa Kehamilan
BMK : Besar Masa Kehamilan
Contoh : NCB- SMK, usia 6 hari dengan gumoh dan muntah
 Bayi usia ….. (bulan) dengan …………….
 Balita usia …… (tahun) dengan …………….
 Anak usia …….. (tahun) dengan ……………………
Masalah : bayi mengeluarkan kembali sebagian atau seluruh isi
lambung, yang terjadi setelah tak lama makanan masuk ke dalam
lambung dan bayi memuntahkan kembali susu (ASI) yang telah di
minumnya, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal
tersebut disebabkan karena bayi menelan udara saat menyusui (sudarti,
2010).

Kebutuhan : Pemberian KIE/pendidikan kesehatan

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Pada kasus bayi dengan gumoh, diagnosa potensial yang mungkin terjadi
adalah infeksi saluran pernapasan, cairan gumoh yang kembali keparu-paru

15
dapat menyebabkan radang, napas terhenti sesaat, cairan gumoh dapat
menimbulkan iritasi, Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa napas, Bayi
tersedak dan batuk (suparyanto,2010)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Tindakan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir dengan muntah dan gumoh
antara lain saat anak muntah, miringkan tubuhnya untuk menghindari aspirasi,
posisikan bayi sedikit tegak dengan kepala dan dada lebih tinggi dari lambungnya
agar cairan bisa turun dengan sempurna. (dr. Nadia Nurotul Fuadah, 2017).

V. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus bayi dengan muntah dan gumoh :
1. Cuci tangan dan sterilkan botol sebelum membuat susu untuk mencegah
masuknya kuman/ bakteri, berikan susu pada bayi secukupnya dan pada waktu
yang tepat.
2. Jangan memberikan susu saat bayi sangat lapar karena bayi cenderung
meminum dengan terburu-terburu dalam jumlah yang banyak. Jarak
pemberian susu formula kurang lebih 3,5-4 jam, bila bayi minum dengan
botol dan dot, periksa lubang dotnya ukuranya harus tepat bagi bayi (tidak
terlalu besar atau 5 tidak terlalu kecil) dan tidak tersumbat,
3. Pada saat menyusui bayi dengan dot, usahakan nipple dot masuk
seluruhnya didalam mulut bayi dengan posisi tegak lurus dengan mulut
bayi.biarkan bayi berbaring kurang lebih 10 menit setelah menyusu,
setelah itu menyendawakan. ( Dinarti, 2010).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 05 Mei 2020


Waktu pengkajian : 15.00 WITA
Tempat pengkajian : Puskesmas Pasundan
Nama pengkaji : Bidan Saraswati

I.      PENGKAJIAN    

A.    DATA SUBJEKTIF

1.     Biodata

a.      Identitas Bayi

Nama                     : Bayi Ny. N


Tanggal lahir         : 19 Mei 2020
Umur : 2 Minggu
Jam                       : 02.20 WITA
Jenis kelamin         : Perempuan
Anak ke                 : I (Pertama)
b.      Identitas Orang Tua

Nama Istri : Ny. N Nama Suami : Ny. T


Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun

Suku : Banjar Suku : Jawa


Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat: Jalan Kenanga no.65

17
2.      Alasan Masuk/kunjungan

Ibu mengatakan ingin memeriksakan bayinya.

3.      Keluhan utama

Ibu mengatakan bayinya mengeluarkan kembali susu yang telah ditelan 2 kali
sehari.

4.      Riwayat Obstetrik P1A0Ah1

Hamil Persalinan Nifas


ke
TGL UK JP Penolong Kompli JK BB Laktasi Kompli

lahir

1 19- aterm Spontan Bidan Tidak perempuan 3.200 Ya Tidak


05- ada gr ada
2020

5.       Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan


Pola Nutrisi Ibu mengatakan bayinya menyusu ASI, setiap bayi
ingin menyusu dan jika bayi rewel
Pola Eliminasi Ibu mengatakan bayinya BAB 3 kali/ hari dengan
konsistensi lembek, dan BAK 2 kali/ hari dengan warna
jernih kekuningan, dan sering menangis keras pada saat
akan BAK.
Pola Istirahat Ibu mengatakan banyinya tidur malam ± 6  jam, dan
tidur siang ± 4  jam.
Pola Personal Hygiene Ibu mengatakan bayinya di mandikan 2 kali/hari,dan di
bersihkan bagian tali pusat 2 kali/hari,ganti popok setiap
bayi BAK atau BAB.
Pola Aktivitas Pasien melakukan aktivitas seperti biasa

6. Riwayat Kesehatan Klien

  -  Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan bayinya rewel dan tidak mau menyusu

18
 -  Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Meliputi pengkajian riwayat :

a.       Prenatal

Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dengan usia gestasi 40 minggu,


selama kehamian mendapat imunisasi TT sebanyak 3 kali.

b.      Natal

Lamanya proses persalinan + 14 jam, dibantu oleh bidan, ibu mendapatkan suntik


oksitosin 10 u, tidak ada penyulit dalam persalinan.

c.       Post Natal

Ibu mengatakan berat badan anaknya saat lahir 3,5 kg, panjang Badan 51 cm,


kondisi kesehatan baik, apgar score 8, dan tidak ada kelainan kongenital.

d.      Imunisasi

Ibu mengatakan bayinya sudah mendapat imunisasi hepatitis B, dan polio pada


saat lahir, reaksi yang terjadi adalah demam.

e.       Tumbuh Kembang

Ibu mengatakan berat badan bayinya waktu lahir 3,5 kg. Berat badan pada usia
sekarang adalah 4,9 kg. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai bisa merespon
ketika ada suara dan mulai mengingat suara orang terdekat dan kemampuan
mengangkat kepala semakin meningkat.

f.       Imunisasi

Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi
yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tuberkulin test dan reaksinya.

7.         Riwayat Kesehatan Ibu

19
-          Riwayat Kesehatan Ibu (Menular, Menahun, Menurun)

Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (HIV, PMS,


Hepatitis B), menahun ( Ginjal, Paru-paru, Jantung), dan menurun (DM, asma,
hipertensi).

-          Riwayat Kesehatan Keluarga (Menular, Menahun, Menurun)

Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (HIV,


PMS, Hepatitis B), menahun ( Ginjal, Paru-paru, Jantung), dan menurun (DM,
asma, hipertensi).

-          Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar baik dari keluarga
ibu maupun suami.

8.         Riwayat Psikososialkultural Spiritual

a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)


Anak diasuh oleh ibu dan ayah, ibu mengatakan bahwa hubungan ibu dan
keluarga terjalin dengan baik.
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
Keluarga anak tinggal di lingkungan yang bersih.
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada pantangan terhadap makanan dan jika ada keluarga yang sakit
selalu dibawa ke petugas kesehatan.

B.     DATA OBJEKTIF

1.      Pemeriksaan umum

Keadaan Umum          : Baik

Kesadaran : Composmantis

Tanda-Tanda Vital      : S : 36,5℃       N : 140 x/menit           R : 40 x/menit

PB                               : 50 cm             BB : 4.900 gram

2.      Pemeriksaan Fisik

20
a.       Kepala                        : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada
nyeri tekan, ubun-ubun datar, rambut hitam, tidak ada cephal hematom, tidak ada
caput sucedaneum.

b.      Muka                          : simetris, bersih, tidak ada bekas luka.

c.       Mata                           : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,


penglihatan baik, tidak ada strabismus, tidak ada tanda infeksi.

d.      Hidung                       : berlubang, tidak ada polip, tidak ada sekret.

e.       Mulut                         : bibir bersih, lidah merah keputihan, kotor, terdapat


lendir berwarna kuning, gusi tidak berdarah, tidak ada labiokisis, labiopalatokisis,
tidak ada palatokisis.

f.       Telinga                       : simetris, tidak ada serumen, tidak ada tanda infeksi,


pendengaran baik.

g.      Leher                          : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, limfe, tiroid,


dan vena jugularis.

h.      Dada                           : simetris, puting datar, pernafasan teratur, gerakan


aktif, tidak ada ronche.

i.        Abdomen                   : datar, lembek pada saat diam, keras pada saat
menangis.

j.      Punggung                   : tidak  ada spinabifida,tidak ada lordosis, tidak ada


skoliosis,tidak ada kifosis.

k.      Kulit                         : tidak ada tanda lahir, tidak ada bintik merah, warna
kulit merah mudah.

l.       Ekstremitas atas          : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap.

m.     Ekstremitas bawah      : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap.

n.      Genitalia                     : ada lubang vagina,ada lubang uretra, ada labia
mayora dan  minora, ada klitoris, simetris, tidak ada kelainan.

o.    Anus                           : ada lubang anus, tidak ada hemoroid, tidak ada
kelainan.

C.    ASSESMENT

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu dengan gumoh

21
D.    PENATALAKSANAAN

Tanggal Penatalaksanaan Paraf

05 Mei 2020 1.  Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan


15.00 WITA umum baik, suhu : 36,50C, Nadi : 140 x/ menit,
Respirasi : 40x/menit, PB : 50 cm, BB : 3.600 gram
dan bayinya mengalami gumoh.

E :  Ibu telah mengetahui keadaan bayinya.

15.10 WITA 2.  Memberitahukan kepada ibu bahwa gumoh adalah


hal yang biasa ( normal ) dan ibu tidak perlu merasa
cemas dengan keadaan bayinya.

E : Ibu merasa tenang karena telah mengetahui bahwa


gumoh yang dialami oleh bayinya adalah hal yang
normal

15.15 WITA 3. Menjelaskan kepada ibu penyebab terjadinya


gumoh pada bayi yaitu ASI yang diberikan jumlahnya
terlalu banyak,  posisi menyusui ibu salah, fungsi
pencernaan bayi belum sempurna, dan saat minum 
ASI udara ikut tertelan.

E :  Ibu telah mengetahui penyebab terjadinya gumoh


pada bayi

15.20 WITA 4.    Menjelaskan kepada ibu proses terjadinya gumoh


pada bayi  yaitu  gumoh sering terjadi  pada bayi 
setelah diberikan ASI yang disebabkan karena posisi
saat menyusui salah. Hal ini menyebabkan cairan
yang masuk ke tubuh bayi akan mencari posisi yang
paling rendah dan bila ada makanan yang masuk ke
esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada
refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi
gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu
belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi
akibatnya bayi akan mengalami gumoh karena
lambung bayi mempunyai kapasitasnya sendiri.

E :  Ibu telah mengerti mengenai proses terjadinya

22
gumoh pada bayi.

15.25 WITA 5.  Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi gumoh


yaitu dengan memperbaiki teknik menyusui meliputi
posisi bayi saat disusui sebaiknya kepala berada lebih
tinggi dan posisi bayi tidak terlentang, Beri bayi ASI
sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali),
jangan langsung banyak atau on demand, jangan
biarkan bayi menghisap puting saja, tetapi areola
(bagian kecoklatan di sekitar puting ) juga harus
masuk atau menempel ke mulut bayi. Hal ini dapat
mengurangi udara yang masuk selama bayi
menghisap ASI, kemudian tepuk- tepuk punggung
bayi sampai sendawa sesaat setelah di beri minum.
Jangan langsung membaringkan anak anda di tempat
tidur.

E : Ibu mengetahui dan mengerti cara mengatasi


gumoh  yang terjadi pada bayi.

15.35 WITA 6.      Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan


ulang jika gumoh belum dapat teratasi.

E : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang jika


gumoh belum dapat teratasi.

23
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian
kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan
serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Gumoh yang
berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.

B. SARAN

Agar bayi tidak mengalami gumoh sebaiknya hindari memberikan


ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30
menit setelah menyusu, hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan
meningkatkan tekanan pada perut, hindari merangsang aktivitas yang berlebihan
setelah bayi menyusu, kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan, misal berikan ASI
dengan jumlah sedikit tapi sering, sendawakan bayi segera setelah menyusu.
Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu
menyusu.

24
Agar bayi tidak mengalami muntah sebaiknya berikan cairan agar
mencegah dehidrasi, biarkan beristirahat, berikan makanan yang mudah dicerna
dan dalam porsi kecil. Hindari pemberian makanan padat pada 6 jam pertama
setelah muntah. Makanan yang perlu diberikan pada bayi yang sedang muntah-
muntah bisa dengan memberikan makanan dengan kalori cukup dan mudah
dicerna. Berikan secara bertahap sebanyak 1-2 sendok makan setiap 15 menit,
kemudian dinaikkan secara bertahap.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Buda, Endang. 2011. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, dan Balita.
Surabaya : Griya Husada Surabaya.

Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta

Nur Muslihatun, Wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika

Sudarti, Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak


Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

25

Anda mungkin juga menyukai