DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga, pada
hari ini penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gumoh dan
Muntah”.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan bayi baru lahir terdiri dari suatu sistem yang rumit dan
fungsi yang belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan mempunyai
palatum mole yang relatif panjang. Lidah tampak besar dalam rongga mulut, yang
memungkinkan susu mengalir kembali ke faring dan fungsi sfingter esofagus
bawah yang belum sempurna. Anggapan orang tua terhadap gumoh yang terjadi
pada bayi adalah hal yang biasa dan sering sekali tidak dipedulikan. Frekuensi
gumoh yang terjadi pada bayi lebih dari 4 kali dalam sehari akan berpengaruh
tidak baik pada bayi, karena bayi akan menderita malnutrisi, hal ini disebabkan
karena setiap nutrisi yang masuk kedalam lambung bayi belum sempat dicerna
dengan sempurna. Tingkat pengetahuan ibu terhadap gumoh dan cara
penanganannya sangatlah minim, kebanyakan orangtua sering tidak terlalu
menganggap serius pada bayi yang sering mengalami muntah dan gumoh.
1
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang muntah dan
gumoh pada bayi, serta penanganan yang sesuai agar tidak menimbulkan dampak
lainnya. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah
pada bayi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GUMOH (REGURGITASI)
1. Pengertian
2. Etiologi
• Anak/bayi yang sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang
tuanya khawatir anaknya kekurangan makan
3
• Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk
kedalam lambung.
• ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang
penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu
belum sampai keusus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi muntah lambung
bayi punya kapasitas sendiri.
• Posisi Menyusui
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur
terlentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencerna, tapi
kesaluran nafas, bayipun gumoh.
- Pemakaian bentuk dot
Jika si bayi suka dot besar diberi dot kecil, ia akan malas menghisap karena lama.
Akibatnya , susu tetap keluar dari dot dan memnuhi mulut bayi dan lebih banyak
udara yang masuk. Udara masuk kelambung membuat bayi muntah
• Terlalu aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis
hal ini akan membuat tekanan didalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam
bentuk muntah/ gumoh.
4
3. Patofisiologi
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena
makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi.
Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung
bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari
bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
5. Komplikasi
5
• Cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi.
6. Diagnosa
7. Pencegahan
a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi
menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan
tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut
dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan
langsung banyak.
d. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat.
e. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur.
g. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu.
6
h. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke
petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin.
i. Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu
diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot
harus masuk seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan
langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa
dapat dilakukan dengan cara:
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar
dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar
suara bersendawa.
2) Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung
bayi sampai terdengar suara bersendawa.
8. Penatalaksanaan
a. Bersikaplah tenang.
b. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan
mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-
paru).
c. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga
bersih,pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur.
d. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan
menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi.
9. Asuhan Bidan
a. Memberitahukan bahwa gumoh adalah hal yang harus mendapat perawatan
yang baik.
b. Menginformasikan pada ibu bahwa gumoh disebabkan posisi saat menyusui
yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
c. Memberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat
memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI.
7
B. MUNTAH
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen. Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung.
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh
karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap
kemungkinan adanya gangguan.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
8
Suatu keadaan dimana anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang-
kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu-
minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi reflek yang dikoordinasi dalam
mdulla ablongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan , penyakit
intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
5. Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan
frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI,
sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30
menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
9
6. Penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti
disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas
yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir.
Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung
masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan
menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan
tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih
lanjut.
7. Asuhan Bidan
Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan
penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak
makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta
menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan
kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang
bervariasi dan mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral. Protein dari susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-
kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati-hati dan bila perlu
diganti dengan bahan makanan lain.
c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang
mengabaikan kehadiran anak menciptakan situasi yang menegangkan. Situasi
tersebut merupakan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak
pada fisik anak. Oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan
yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai dengan gangguan fisiologis,
seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, atau gangguan
10
lainnya, segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
penanganan secepatnya. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga sangat
diperlukan.
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
11
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang kronologis,
terinci dan jelas pada dokumentasi SOAP mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa
berobat)
12
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular
b. Riwayat penyakit menurun
c. Riwayat penyakit menahun
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
Pola Istirahat
Pola Aktivitas
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor / koma /
delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
Antropometri : Tinggi badan
Berat badan : sebelum sakit :
saat ini :
- Videbeck,L (2008) dalam
Hudayatul (2012) menyebutkan
bahwa penelitian di RSCM pada
tahun 2004 menunjukkan bahwa
bayi yang mengalami regurgitasi
lebih dari empat kali dalam
sehari, mengalami kenaikan berat
13
badan yang lebih rendah pada
usia empat bulan.
LILA :
Matondang, dkk (2000) menyatakan pada anak berumur
1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status
gizi, dengan interpretasi sbb :
< 12,5 cm : gizi buruk (merah)
12,5-13,5 cm : gizi kurang (kuning)
>13,5 cm : gizi baik (hijau)
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
14
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
Refleks moro :
Refleks tonic neck :
Refleks rooting :
Refleks sucking :
Refleks graps (plantar & palmar grasp)
Refleks babynski:
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya
15
dapat menyebabkan radang, napas terhenti sesaat, cairan gumoh dapat
menimbulkan iritasi, Pucat pada wajah bayi karena tidak bisa napas, Bayi
tersedak dan batuk (suparyanto,2010)
V. INTERVENSI
Perencanaan pada kasus bayi dengan muntah dan gumoh :
1. Cuci tangan dan sterilkan botol sebelum membuat susu untuk mencegah
masuknya kuman/ bakteri, berikan susu pada bayi secukupnya dan pada waktu
yang tepat.
2. Jangan memberikan susu saat bayi sangat lapar karena bayi cenderung
meminum dengan terburu-terburu dalam jumlah yang banyak. Jarak
pemberian susu formula kurang lebih 3,5-4 jam, bila bayi minum dengan
botol dan dot, periksa lubang dotnya ukuranya harus tepat bagi bayi (tidak
terlalu besar atau 5 tidak terlalu kecil) dan tidak tersumbat,
3. Pada saat menyusui bayi dengan dot, usahakan nipple dot masuk
seluruhnya didalam mulut bayi dengan posisi tegak lurus dengan mulut
bayi.biarkan bayi berbaring kurang lebih 10 menit setelah menyusu,
setelah itu menyendawakan. ( Dinarti, 2010).
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
a. Identitas Bayi
17
2. Alasan Masuk/kunjungan
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya mengeluarkan kembali susu yang telah ditelan 2 kali
sehari.
lahir
18
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Prenatal
b. Natal
c. Post Natal
d. Imunisasi
e. Tumbuh Kembang
Ibu mengatakan berat badan bayinya waktu lahir 3,5 kg. Berat badan pada usia
sekarang adalah 4,9 kg. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai bisa merespon
ketika ada suara dan mulai mengingat suara orang terdekat dan kemampuan
mengangkat kepala semakin meningkat.
f. Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi
yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tuberkulin test dan reaksinya.
19
- Riwayat Kesehatan Ibu (Menular, Menahun, Menurun)
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar baik dari keluarga
ibu maupun suami.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmantis
2. Pemeriksaan Fisik
20
a. Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada
nyeri tekan, ubun-ubun datar, rambut hitam, tidak ada cephal hematom, tidak ada
caput sucedaneum.
i. Abdomen : datar, lembek pada saat diam, keras pada saat
menangis.
k. Kulit : tidak ada tanda lahir, tidak ada bintik merah, warna
kulit merah mudah.
l. Ekstremitas atas : simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap.
n. Genitalia : ada lubang vagina,ada lubang uretra, ada labia
mayora dan minora, ada klitoris, simetris, tidak ada kelainan.
o. Anus : ada lubang anus, tidak ada hemoroid, tidak ada
kelainan.
C. ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu dengan gumoh
21
D. PENATALAKSANAAN
22
gumoh pada bayi.
23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh
berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak
menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian
kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan
serius.
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung.
Bedanya gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit
(seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Gumoh yang
berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu
pertumbuhan bayi.
B. SARAN
24
Agar bayi tidak mengalami muntah sebaiknya berikan cairan agar
mencegah dehidrasi, biarkan beristirahat, berikan makanan yang mudah dicerna
dan dalam porsi kecil. Hindari pemberian makanan padat pada 6 jam pertama
setelah muntah. Makanan yang perlu diberikan pada bayi yang sedang muntah-
muntah bisa dengan memberikan makanan dengan kalori cukup dan mudah
dicerna. Berikan secara bertahap sebanyak 1-2 sendok makan setiap 15 menit,
kemudian dinaikkan secara bertahap.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Buda, Endang. 2011. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, dan Balita.
Surabaya : Griya Husada Surabaya.
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
25