Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TANDA BAHAYA PADA MASA PASCA PERSALINAN DAN LAKTASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

Dosen Pembimbing

SUSILAWATI,S.ST.,M.Keb

Disusun oleh :

Elifiya (206119004)

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP

TAHUN AJARAN

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ Tanda Bahaya Pada Masa Pasca Persalinan Dan Laktasi ”.
          Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
        Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Aamiin 

Cilacap, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Nifas.............................................................................2
B. Pembengkakan Di Wajah Atau Ekstremitas Pada Masa Nifas..........2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil,
karena pada saat ini organ- organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering
terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi
ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas
kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi
kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan
penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah
lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Banyak kemungkinan untuk timbul
masalah atau penyulit pada masa nifas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari masa nifas?
2. Bagaimana pembengkakan di wajah atau ekstremitas pada masa nifas?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari masa nifas.
2. Untuk mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa pasca persalinan.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MASA NIFAS


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi
dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Asuhan
kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai
dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti
sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).

B. PEMBENGKAKAN PADA WAJAH DAN EKSTREMITAS


1) PENGERTIAN
Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari
adanya preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya
terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu
postpartum. Oedem dapat terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan
pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava inferior
ketika berbaring.
Oedema (oedema) atau sembab merupakan meningkatnya volume cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan
penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn
ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (local) dan umum
(general). Oedema yang bersifat local seperti terjadi hanya di dalam rongga perut
(hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), dibawah kulit (oedema
subkubitis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di
dalam paru-paru (oedema pulmonum). Sedangkan oedema yang ditandai dengan

2
terjadinya pengumpulan cairan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan
cairan oedema di banyaktempat dinamakan edema umum (general oedema).
Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar protein
rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang
encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Jika mengalami edema biasanya akan mudah merasa lelah setelah melakukan aktivitas
fisik harian atau ketika berjalan dalam jarak yang dekat. Jika edema ini belum parah
maka masih dapat diobati dengan diet dan perubahan gaya hidup.
Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas, sering menyertai kelainan-
kelainan pada masa nifas, sebagai berikut :
a) EKLAMPSIA POSTPARTUM
 Gejala-gejala yang sering menyertai eklampsia postpartum adalah :
1. Peningkatan tekanan darah, diastolic >90 mmHg
2. Oliguria
3. Peningkatan jumlah proteinuria (karena vasospasme akut)
4. Sakit kepala berat dan persisten
5. Rasa mengantuk
6. Penglihatan kabur
7. Mual muntah
8. Nyeri epigastrik
9. Hiperefleksi
 Faktor resiko :
1. Primigravida
2. Wanita dengan hipertensi esensial
3. Wanita dengan kehamilan kembar
4. Wanita dengan diabetes, molahidatidosa, polihidramnion
5. Wanita dengan riwayat eklampsia atau preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya
 Peran Bidan :
1. Mendeteksi terjadinya eklampsia
2. Mencegah terjadinya eklampsia
3. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklampsia.

3
b) SYNDROM NEFROTIK
Syndrom nefrotik adalah suatu spektrum penyakit ginjal yang penyebabnya
beragam. Pada gambaran mikroskopis ginjal, terdapat kelainan pada sawar
dinding kapiler glomerulus, yang menyebabkan filtrasi protein plasma yang
berlebihan.
 Gejala yang menyertai syndrom nefrotik ini selain dari pembengkakan wajah
dan ekstremitas antara lain :
1. Proteinuria >3 gr/hari
2. Hipoalbuminemia
3. Hiperlipidemia

 Deteksi dini pembengkakan di wajah atau ekstremitas dapat dilakukan


melalui:
a. Data Subjektif
· Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak
· Ibu mengatakan sesak nafas dan mudah capek
· Ibu mengatakan badan terasa lemas
b. Data Objektif
· Keadaan umum ibu kelihatan menurun (lemah)
· Vital sign : nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu normal, dan
pernapasan meningkat.
· Terdapat oedem pada wajah sampai berwarna biru
· Pasien kelihatan pucat
· Ujung jari pucat sampai berwarna biru.
· Berkeringat.
· Aktivitas berkurang.
c. Pemeriksaan Penunjang
· Pemeriksaan EKG

Pada wanita yang terlihat ada pembengkakan pada wajah dan ektremitas
pasca persalinan, sebaiknya dilakukan tindakan :
· Periksa adanya varises
· Periksa kemerahan pada betis
4
· Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema
 Cara meringankannya :
· Hindari posisi berbaring terlentang.
· Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring
miring ke kiri dengan kaki agak ditinggikan.
· Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri.
· Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat.
· Lakukan senam secara teratur.
 Penanganan :
· Perbanyak istirahat
· Diet TKTP rendah garam
· Pemantauan melekat vital sign (tanda-tanda vital)
· Rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam RS lakukan
kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi)

2) PENYEBAB TERJADINYA PEMBENGKAKAN PADA WAJAH DAN


EKTERMITAS PADA IBU NIFAS
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik,
permeabilitaskapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan
retensi natrium dan air. Diantaranya:
a. Adanya kongesti pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah
mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan
cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada
sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan
b. Obstruksi limfatik apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah
(obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan
hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun
(limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk
mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi
kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang
akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai
(penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).

5
c. Permeabilitas kapiler yang bertambah Endotel kapiler merupakan suatu membran
semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan
protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic
darah lebih besar dari pada limfe..
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel
tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja
terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein
plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan
sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan
makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema.
Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan
reaksi anafilaktik.
d. Hipoproteinemia, menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia)
menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan
plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia
dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus
contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum)
dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria
(proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.
Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
e. Tekanan osmotic koloid, tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya
kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam
darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi,
misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan
osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue
tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis
yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada
tempat tersebut mudah timbul edema.
f. Retensi natrium dan air, retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih
lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi
maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah
cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya
terjadi edema.
6
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan
aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).

3) PENATALAKSANAAN PEMBENGKAKAN PADA WAJAH DAN


EKSTREMITAS PADA IBU NIFAS
Cara meringankannya :
· Hindari posisi berbaring terlentang
· Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring
kekiri dengan kaki agak ditinggikan
· Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri
· Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat
· Hindari kaos kaki yang ketat
· Lakukan senam secara teratur

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada
masa nifas antara lain Perdarahan pervagina; Infeksi pada masa nifas; Sakit kepala,
nyeriepigastrik, penglihatan kabur; Pembengkakan di wajah dan ekstremitas; Demam,
muntah, rasa sakit waktu berkemih; Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan
terasa sakit; Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama; Rasa sakit, merah, lunak
dan/atau pembengkakan di kaki; Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi
ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas
kesehatan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa
nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang
berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus
melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan kesejahteraan
maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan untuk mewujudkan program MDGs
dalam bidang yang sesuai dengan profesinya sebagai tenaga kesehatan.

B. SARAN
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah
komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu
masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan
memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara
nyata.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.com/2014/12/kelompok-14-deteksi-dini-komplikasi.html

iv

Anda mungkin juga menyukai