Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH OBSTETRI

KOMPLIKASI NIFAS DAN PENATALAKSANAANNYA

Dosen Pembimbing : Arika Indah Setyarini, M.Keb

DISUSUN OLEH :

1. Fadhila Kusumasari P17321183010


2. Iva Satya Ratnasari P17321183023
3. Faizatul Azimah P17321183016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah Obstetri yang
berjudul ‘Komplikasi Nifas dan Penanganannya” dapat tersusun hingga selesai.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Obstetri di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 24 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendarahan Pervagina 5


2.2 Infeksi pada Masa Nifas 7
2.3 Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur 9
2.4 Pembengkakan di Wajah dan Ekstremitas 9
2.5 Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih 10
2.6 Kelainan Payudara 10
2.7 Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu yang Lama 14
2.8 Rasa Sakit, Merah, Lunak dan/atau Pembengkakan di Kaki 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihunya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60 % kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50 % dari kematin pada masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan
meningkatnya persediaan darah dan sistim rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya
secara fisiologis, emosional, dan sosial. Baik di negara maju maupun berkembang, perhatian
utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan,
sementara keadaan yang sebenarnya justru kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konskuensi ekonomi, di samping tidak ketersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya
keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat
terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa persalinan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja macam-macam komplikasi pada masa nifas?
2. Bagaimana cara mengetahui dan memahami cara deteksi dini komplikasi pada masa
nifas?
3. Bagaimana cara mengetahui dan memahami penatalaksanaan komplikasi pada masa
nifas?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui macam-macam komplikasi pada masa nifas.


2. Untuk mengetahui dan memahami cara deteksi dini komplikasi pada masa nifas.
3. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan komplikasi pada masa nifas.

BAB II

4
PEMBAHASAN

Pada seorang wanita yang baru saja melahirkan, rawan sekali terjadi komplikasi pasca
persalinan atau pada masa nifas. Komplikasi-komplikasi tersebut adalah :

2.1 Perdarahan Pervagina


a. Definisi
Perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III.
Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan terutama di dua jam pertama.
Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah
menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat.
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian
ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pasca
persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada
saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang
terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam
waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi
perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
kehidupan ibu.
Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu
di antara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah
anemia, yang berdasarkan prevalensi di Negara berkembang merupakan penyebab yang
paling bermakna kejadian perdarahan pasca persalinan.

b. Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama, penyebab: retensio plasenta, dan robekan jalan lahir. Perdarahan Pasca
Persalinan Sekunder, yakin perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab:
robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

c. Etiologi dan faktor Predisposisi


Penyebab perdarahan pasca persalinan ada beberapa sebab antara lain :
Atonia uteri ( >75% ), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir), Atonia uteri adalah keadaan lemahnya
tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan
terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut :

5
a. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, atau anak terlalu besar.
b. Kelelahan karena persalinan lama.
c. Kehamilan grande-multipara.
d. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, dan anemis
e. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

d. Penatalaksanaannya :
1. Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri, sampai perdarahan telah terkendali dan
keadaan umum telah stabil
2. Pastikan asal perdarahan, berikan antibiotic
3. Pasang infusan IV dan Pemeriksaan TTV
4. Pasien dalam posisi litotomi dengan penerangan yg cukup dan buat catatan yg akurat

2.1.1 Perdarahan Nifas Sekunder


a. Definisi
Pendarahan masa nifas sekunder adalah pendarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama dan biasanya akan berlanjut sampai 6 minggu pascapartum.
b. Gejala
a. Terjadi perdarahan yang cukup banyak
b. Rasa sakit didaerah uterus.
c. Palpasi : fundus uteri masih dapat diraba lebih besar dari yang seharusnya.
d. Pada VT : didapatkan uterus yang membesar, lunak, dan dari osteum uteri keluar
darah
c. Penyebab
Terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa plasenta, sub involusio,
mioma uteri, dan kelainan uterus.
d. Penatalaksanaanya :
1. Hubungi bantuan medis/ tim paramedis, bergantung pada lingkungan
2. Tenangkan ibu dan pasangannya/keluarganya
3. Gosok kontraksi dengan memasase uterus jika kontaksi masih dapat dipalpasi
4. Keluarkan setiap bekuan darah
5. Gosok ibu untuk mengeluarkan kandung kkemihnya
6. Berikan obat oksitosik melalui IV atau IM
7. Simpan semua pembalut atau sprei yang kotor untuk mengkaji volume kehilangan
darah
8. Mulai infus intravena
9. Resusitasi jika tepat
10. Pindahkan ke rumah sakit setelah kondisi stabil jika perdarahannya berat
11. Jika perdarahan menetap, diskusikan tentang pilihan terapi : antibiotic konservatif,
oksitosin dan zat besi/ intervensi operasi di ruang operasi.

6
2.2 Infeksi pada Masa Nifas
a. Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat - genital genital pd wktu persalinan dan nifas, Demam
dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi
selama 2 hari berturut-turut.

b. Penyebab
Infeksi nifas bisa disebabkan karena kuman,kuman tersebut dapat berasal dari
eksogen dan endogen seperti: streptococcus, bacil coli dan staphylococcus.

c. Gejala
a. Deman, Sakit di daerah infeksi
b. Warna kemerahan dan Fungsi organ terganggu

d. Penatalaksanaan
1. Berikan infus
2. Berikan antibiotika
3. Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut

2.2.1 Infeksi Puerperalis


a. Definisi
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono
Prawirohardjo, 2005 : 689 ). Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
b. Penyebab
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme endogen dan
eksogen patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan antara
beberapa macam bakteri, bisa endogen atau eksogen.
1. Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan
bahaya (misalnya, beberapa jenis streptokokus dan stafilokokus, E.Coli,
Clostridium welchii).
Bahkan jika teknik steril sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih
dapat terjadi akibat bakteri endogen. Bakteri endogen juga dapat membahayakan
dan menyebabkan infeksi jika :
a) Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau instrument
pemeriksaan pelvic

7
b) Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/laserasi, atau jaringan yang
mati
c) Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama

2. Bakteri Eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (Streptokokus, Clostridium tetani,
dan sebagainya).
Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam vagina :
a) Melalui tangan yang tidak bersih atau instrument yang tidak steril
b) Melalui substansi/benda asing yang masuk ke dalam vagina
c) Melalui aktivitas seksual

c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari infeksi puerperalis yaitu :
a. Semua tindakan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan,
anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah
b. Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta

d. Gejala
a. Kenaikan suhu (biasanya demam tetapi tidak seperti demam pada infeksi
klostridal)
b. Nyeri pelvik, nyeri tekan di uterus
c. Lokia mungkin berbau menyengat
d. Sisi laserasi atau episiotomy mungkin akan terasa nyeri, membengkak dan
mengeluarkan cairan bernanah

e. Penatalaksanaan
1. Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik.
2. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
3. Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan agar
tidak berlarut-larut. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan petugas
dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril
4. Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.

2.3 Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur

a. Definisi

8
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala
yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang
mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan (nyeri kepala, kejang),
dan gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat
menjadi tanda pre-eklampsia. Misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat
bintik-bintik (spot), berkunang-kunang. menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang
mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan
spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5)
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan
kabur. Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila
disertai dengan tekanan darah yang tinggi.

b. Penatalaksanaan :
1. Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada
dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi,
tekanan darah, dan pernafasan) .
3. Jika pernafasan dangkal periksa dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6
liter per menit.

2.4 Pembengkakan di Wajah dan Ekstremitas


a. Definisi
Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari
adanya preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya
terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu
postpartum. Oedem dapat terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan
pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava inferior ketika
berbaring.
Oedema (oedema) atau merupakan meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
dalam sela - sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan).
Oedema dapat bersifat setempat (local) dan umum (general).

b. Penatalaksanaan
Pada wanita yang terlihat ada pembekakan pada wajah dan ekstremitas pasca
persalinan, sebaiknya dilakukan tindakan :
a. Periksa adanya varises
b. Periksa kemerahan pada betis
c. Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki, kaki oedema
9
Cara meringankannya :
1. Hindari posisi berbaring terlentang
2. Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring
kekiri dengan kaki agak ditinggikan
3. Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri
4. Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat
5. Lakukan senam secara teratur

2.5 Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih


a. Definisi
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau
spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak
nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra atau hematoma
dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi
diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih,
Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air yang sering
menyebabkan infeksi saluran kemih.
b. Penatalaksanaan :
1. Istirahat baring
2. Rehidrasi per oral atau infus
3. Kompres
4. Jika ada syok, segera beri pengobatan. Sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi dapat memburuk dengan cepat.

2.6 Kelainan Payudara


2.6.1 MASTITIS

a. Pengertian
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus (saluran
susu) hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Untuk menghambat
terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam
yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudaranya.
b. Penyebab
1. Stasis ASI
Biasanya merupakan penyebab primer, yang disertai atau berkembang
menuju infeksi. Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien
dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat bila bayi tidak menghisap ASI, yang dihasilkan
dari sebagian atau seluruh payudara. Penyebabkan termasuk kenyutan bayi

10
yang buruk pada payudara, penghisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekwensi atau durasi menyusui, dan sumbatan pada saluran ASI.
2. Infeksi
Menurut Gunter (1958) menyatakan bahwa infeksi (bila terjadi), hal ini
bukan primer tetapi akibat darai stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan
bakteri.
Organisme paling sering ditemukan pada penderita mastitis adalah
Stapylococcus aureus, Staph albus, Escheria colli, dan Streptococcus. Rute
infeksi melalui payudara belum diketahui namun diduga melalui duktus
laktiferus ke dalam lobus dengan penyebaran hematogen dan melalui fisura
putting susu ke dalam sistem limfatik.
c. Gejala Mastitis
1. Gejala mastitis non infeksius
a. Adanya “bercak panas” atau nyeri tekan yang akut
b. Ada bercak kecil dan keras pada daerah nyeri tekan tersebut dan tidak
demam
2. Gejala mastitis infeksius
a. Lemah dan sakit pada otot-otot seperti flu
b. Sakit kepala, Demam,
c. Terdapat area luka yang lebih luas pada payudara, dan Kulit payudara
tampak kemerahan
d. Payudara terasa keras dan tegang (pembengkakan)
d. Penatalaksanaan
1. Ajarkan cara mencegah mastitis dengan sering mencuci tangan, melakukan
pemberian susu kepada bayi sejak dini dan sering, mengatur posisi bayi yang
tepat pada saat menyusui, menyentuh payudara dengan hati-hati, menghindari
individu yang terinfeksi stafilokokus, mengamati bayi untuk mendeteksi
adanya infeksi pada kulit atau tali pusat, dan memeriksa payudara untuk
melihat adanya massa.
2. Begitu massa terdeteksi ajarkan ibu mengosongkan payudara dengan sering
menyusui ke bayi atau jika payudara nyeri ditekan dapat menggunakan
pompa.
3. Apabila massa memburuk atau tidak kunjung menyusut dalam 48 jam atau
jika gejala konstitusional mulai muncul, progamkan antibiotik.
4. Intruksikan ibu untuk meningkatkan asupan cairan. Tirah baring , konsumsi
analgesic untuk meningkatkan kenyamanan, lakukan kompres dingin atau
hangat untuk meredakan nyeri.
5. Perbaikan harus terjadi dalam 48 jam. Jika tidak, atau jika ada massa yang
dapat dipalpasi atau terjadi fluktoasi, konsultasikan dengan dokter.
e. Peran bidan / Program bidan

11
Program yang dapat dilakukan oleh bidan dalam kasus mastitis pada ibu nifas
diantaranya yaitu:
a. Memberikan konseling dan edukasi tentang teknik menyusui yang baik
dan benar segera setelah ibu melahirkan
b. Menyarankan pada ibu untuk menjaga kebersihan payudaranya terutama
puting susu dan sekitarnya
c. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat
cukup.

2.6.2 Kelainan pada puting susu


a. Definisi
Kelainan puting susu adalah keadaan puting susu tidak normal dimana puting
susu yang normal memiliki ciri-ciri khas dengan bentuk yang silendris, menonjol
keluar dari permukaan umum payudara ibu.
b. Penyebab
Pada sebagian besar ibu kelainan puting susu di sebabkan oleh duktus
laktiferus yang bermuara langsung pada cekungan daerah areola. Puting susu
yang mengalami inverso yang sangat parah harus dilakukan penarikan
menggunakan jari-jari tangan,
Kelainan – kelainan pada puting susu sbb :
1. Puting susu datar atau terbenam
Penatalaksanaan:
a. Usahakan puting menonjol keluar dengan cara menarik dengan tangan
(gerakan Hoffmann) atau pompa puting susu.
b. Kalau tetap tidak bisa,usahakan agar tetap disusui dengan sedikit penekanan
pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk “dot” ketika
memasukkan puting susu ke dalam mulut bayi.
c. Bila puting susu terbenam, puting akan tampak masuk dalam areola
sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu
yang menarik puting susu ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan
saluran susu. Kelainan ini seharusnya diketaui sejak dini, paling tidak saat
kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya.

2. Puting susu tidak lentur


Puting susu yang tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusu.Namun
demikian puting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan seringkali sudah
menjadi lentur (normal) pada saat atau beberapa saat menjelang kelahiran,
sehingga tidak memerlukan tindakan khusus.
3. Puting susu lecet
Pada puting susu lecet bisa dikerjakan :

12
a. Kalau rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu bisa terus menyusui
bayinya
b. Tidak menggunakan BH yang ketat
c. Apabila rasa nyeri hebat atau luka makin berat, puting susu diistirahatkan
sampai memungkinkan kembali bayi menyusu pada puting yang sakit.

Untuk menghindari puting susu lecet :


a. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol,krim, dan obat-
obat yang dapat merangsang kulit/ puting susu.
b. Lepaskan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan menekan dagu
bayi atau memasukkan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi.

Penanggulangan Putting susu lecet :


Berikan teknik menyusui yang benar, khususnya letak putting dalam mulut
bayi, yaitu:
a. Bibir bayi menutup areola sehingga tidak tampak.
b. Putting di atas lidah bayi.
c. Areola di antara gusi atas dan bawah.
d. Puting nyeri bila terus disusukan lama-lama dan akan menjadi luka/lecet.

2.6.3 Galaktokel

a. Definisi
Galaktokel merupakan massa berisi susu yang tersumbat apada duktus
laktiferus. Galaktokel dapat terjadi pada ibu yang baru/ sedang menyusui.
Diagnostik bandingnya adalah kista berisi cairan, fibrioadenoma dan kanker
payudara.

b. Gejala
Terdapat massa (benjolan) yang nyeri tekan dan padat
c. Penyebab
Air susu mengental, sehingga menyumbat lumen saluran, hal ini terjadi akibat :
1. Air susu jarang dikeluarkan.
2. Ibu berhenti menyusui

d. Penanganan /Pengobatan
1. Payudara dikompres dengan air hangat setelah itu bayi disusui
2. Payudara dipijat(massage), setelah itu bayi disusui.
3. Bayi disusui lebih sering
4. Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat

13
2.6.4 Kelainan Sekresi Asi
a. Definisi
Bisa karena minumnya kurang banyak atau makannya, atau ibunya kurang
confident karena faktor psikologi juga berpengaruh. Makin cemas, makin tak
keluar ASI-nya. Itu sebab, dalam memberikan ASI harus di ruangan yang tenang.

b. Gejala
a. Payudara penuh terasa panas
b. Berat dan keras
c. Terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.

c. Penyebab
a. Pertumbuhan terhambat dan kurangnya nutrisi
b. Stress / rasa sakit : akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin.
Misalnya pada saat Sinus laktiferus penuh/payudara sudah bengkak.

d. Penanganan
1. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah
dilahirkan
2. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan
bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan

2.7 Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu yang Lama


Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan
tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, atau teh yang bergula. Apabila ibu
menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam
persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan,
tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya, Sehingga alat pencernaan
perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali.\

Penyebab hilangnya nafsu makan pada si ibu, yaitu :


a. Ibu post partum blues.
b. Kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami),
c. Kedaan ekonomis yang tidak mendukung,dan
d. Kurang istirahat.

Penatalaksanaan :
14
1. Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri
2. Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi setiap hari, yaitu : Makan sumber
protein nabati dan hewani, seperti : daging, telur, kacang-kacangan dan ayam.
3. Makanan sumber kerbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, dan ubi.
4. Sayuran (sperti : bayam, kangkung) dan buah-buahan (seperti : jeruk, pepaya, pisang
dan mangga)
5. Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering

2.8 Rasa Sakit, Merah, Lunak dan/atau Pembengkakan di Kaki


Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena - vena manapun di
pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering mengalaminya.

Faktor predisposisi :
a. Obesitas
b. Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas
c. Riwayat sebelumnya mendukung
d. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan
pembuluh vena.
e. penyakit jantung

Penatalaksanaan :
1. Posisi tidur yang baik selama hamil dan pengeluaran cairan secara teratur akan dapat
mengurangi pembengkakan pada kaki.
2. Menganjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah
buang air kecil ketika ada rasa sakit pada pada jahitan ibu pada masa nifas
3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu, serta keluarganya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam - macam komplikasi pada
masa nifas antara lain Perdarahan pervagina, Infeksi pada masa nifas, Sakit kepala,

15
nyeriepigastrik, penglihatan kabur, Pembengkakan di wajah dan ekstremitas, Demam,
muntah, rasa sakit waktu berkemih, Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan
terasa sakit, Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, Rasa sakit, merah, lunak
dan/atau pembengkakan di kaki, Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi
ibu dan tingkat kegawatan dari masing - masing komplikasi yang terjadi. Petugas
kesehatan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa
nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang
berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus
melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan kesejahteraan
maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan sesuai dengan profesinya sebagai
tenaga kesehatan.

3.2 Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah
komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu
masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan
memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara
nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

16
Suherni, dkk. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Cunningham, F. Gary, dkk. 2009. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai