Resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat
vital lainnya. Resusitasi digunakan untuk manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Tujuan
resusitasi bayi baru lahir juga termasuk mencegah angka kematian dan kesakitan bayi terkait
cedera otak, jantung, dan ginjal, serta untuk membantu bayi bernapas normal dan memperkuat
curah jantung.
Aspek yang perlu diperhatikan pada bayi yang baru lahir, antara lain apakah bayi lahir
cukup bulan, bagaimana kekuatan otot bayi, dan apakah bayi menangis dan mampu bernapas
saat dilahirkan. Jika bayi tidak memenuhi aspek tersebut, maka bayi mungkin perlu
mendapatkan resusitasi.
Di samping itu, ada beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan bayi baru lahir
mungkin memerlukan resusitasi, yaitu:
1. Bayi yang kondisinya dipengaruhi oleh gangguan kehamilan, seperti prolaps tali pusat,
ketuban pecah dini, cairan amnion tidak bening.
2. Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
3. Bayi lahir sungsang
4. Bayi kembar
5. Bayi lahir dengan gangguan pernapasan
6. Bayi yang memiliki nilai Apgar rendah
7. bayi yang dilahirkan dari ibu yang pernah mengalami kematian janin atau neonatal, ibu
dengan penyakit kronik, kehamilan multipara, kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan
lama
Bayi baru lahir yang membutuhkan resusitasi umumnya dinilai dengan empat kondisi
berikut ini:
a. Apakah bayi lahir pada usia kandungan cukup bulan?
b. Apakah cairan ketuban bersih dari mekonium dan tanda infeksi?
c. Apakah bayi bernapas atau menangis sesaat setelah lahir?
d. Apakah bayi memiliki kerja otot yang baik?
Jika jawaban dari keempat pertanyaan tersebut adalah ‘tidak’, maka bayi membutuhkan
resusitasi.
1
3. PERSIAPAN MELAKUKAN RESUSITASI BBL
3.1 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan
waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit
tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau
meninggal.
3.6 Penilaian
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:
1. Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi
kepala.
2. Segera setelah bayi lahir:
3. Apakah bayi menangis, bernapas spontan dan tertatur, bernapas megap-megap
atau tidak bernapas
4. Apakah bayi lemas atau lunglai
3.7 Keputusan
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:
1. Air ketuban bercampur mekonium.
2. Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
3. Bayi lemas atau lunglai
3.8 Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila:
1. Bayi tidak bernapas atau megap-megap atau lemas:
2. Lakukan langkah-langkah resusitasi BBL.
Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang
mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi
ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping menangani ibu
bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia. Resusitasi BBL pada
APN ini dibatasi pada langkah-langkah penilaian, langkah awal dan ventilasi untuk inisiasi
dan pemulihan pernapasan.
3
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). Secara
umum, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk
bernapas spontan dan teratur.
1. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
2. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
a) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
b) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian
besar tak dilakukan lagi karena membahayakan kondisi bayi baru lahir (lihat
tabel). Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak
menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.
5. Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi.
1. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).
2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
3. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
6. Lakukan penilaian bayi.
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak
bernapas.
Bila bayi bernapas normal, berikan pada ibunya:
a) Letakkan bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-bayi.
b) Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya.
Bila bayi tak bernapas atau megap-megap: segera lakukan tindakan ventilasi.
4.2 Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah
udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik.
4. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
1. Pemasangan sungkup
5
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
6
5. ASUHAN PASCARESUSITASI
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima
tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
1. Resusitasi Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
2. Resusitasi tidak/kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit
belum bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada
pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk
3. Resusitasi gagal: setelah 20 menit di ventilasi, bayi gagal bernapas.
1. Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal
yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan
dengan asuhan berikutnya.
A. Konseling:
1. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
2. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
3. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok
energi yang dibutuhkan.
4. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode
Kangguru).
5. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi
baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-
tanda tersebut pada bayi.
B. Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk:
1. Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinya
2. Berikan Vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B
C. Lakukan pemantuan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam
pertama
Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
1. Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas & 60 x per menit.
2. Bayi kebiruan atau pucat.
3. Bayi lemas.
4. Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.
A. Konseling
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk
bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang
diajukan ibu atau keluarganya.
2. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi
selama perjalanan rujukan.
3. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi
bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi
yang sedang dirujuk.
4. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama
perjalan ke tempat rujukan.
8
3. Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka
hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada
susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan
dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga
untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral
sesuai adat dan budaya setempat.
A. Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan rencana
rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum memberi hasil seperti
yang diharapkan. Minta mereka untuk tidak larut dalam kesedihan, seluruh
kemampuan dan upaya dari penolong (dan fasilitas rujukan) telah diberikan dan
hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga untuk
tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu. Berikan jawaban yang memuaskan
terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan keluarganya. Minta keluarga ikut
membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan nilai budaya
dan kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan
apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang telah meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormon saat
pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitif, terutama
jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, minta ia
berbicara dengan orang paling dekat atau penolong. Jelaskan pada ibu dan
keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat, dukungan moral dan makanan bergizi.
Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.
11