Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Operasi onkologi adalah cabang ilmu kedokteran yang merujuk pada metode
untuk mengobati tumor yang bersifat kanker. Tujuan utamanya adalah mengangkat
pertumbuhan kanker abnormal yang menginfeksi tubuh, melalui operasi. Meskipun
mengangkat kanker tidak berarti menyembuhkan penyakit tersebut, tindakan ini
dianggap sebagai komponen penting dalam pengobatan kanker, dan sebagai dasar
penanganan kanker. Tindakan operasi onkologi seringkali didukung dengan tindakan
tambahan, seperti kemoterapi, terapi radiasi, dan pengobatan biologis. Cabang ini
menjadi hal yang berbeda dengan operasi umum, karena lebih khusus pengobatan
kanker terpusat yang diciptakan sebagai respon terhadap pertumbuhan penyakit
kanker yang meningkat. Operasi onkologi juga terus berkembang, karena teknik
operasi tradisional telah berubah menjadi modern, dan tidak begitu berisiko.
Pembedahan onkologi pada payudara merupakan indikasi dari adanya kondisi
kelainan akibat adanya pembesaran atau benjolan pada payudara. Sebagai modalitas
asuhan keperawatan bedah onkologi payudara, perawat perioperative perlu
mengetahui ringkasan konsep (meliputi anatomi dan fisiologi payudara), pengkajian
keperawatan prabedah onkologi payudara, pengkajian diagnostic, diagnose
keperawatan prabedah, serta rencana intervensi prabedah sampai masuk keruang
prabedah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori bedah onkologi pada bedah panyudara
2. Bagaimanakah konsep teoritis asuhan keperawatan pada bedah onkologi
panyudara
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui Konsep teoritis secara medis mengenai bedah
onkologi pada payudara
2. Untuk memahami dan mengetahui konsep teoritis asuhan keperawatan bedah
onkologi pada payudara

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kanker adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel
neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, selama
mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi tertentu. (
Sylvia A Price, 1994 ).
Dari definisi diatas disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan massa sel dari
perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara


Kelenjar mammaria atau payudara, terletak di dalam fasia superfisial dinding dada
anterior. Payudara terletak di iga ke 2 sampai ke 6 dan dari batas lateral sternum
ke garis anterior, atau midaksilaris. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat
subkutis, jaringan lemak dan terdapat di dalam kantong kulit berbentuk kerucut.
Bagian terbesar dari kelenjar mamaria terletak di sebelah anterior jaringan ikat
otot pektoralis mayor dan di sebelah lateral otot seratus anterior. Struktur
penunjang yang menopang payudara dikenal sebagai ligamentum cooper. Jaringan
mammaria tambahan, yang dikenal sebagai ekor aksilaris atau ekor spence,
meluas ke atas dan ke lateral menuju lipatan aksila anterior.
Setiap kelenjar mammaria terdiri atas 15-20 lobus yang mengandung duktus,
duktulus, dan satuan lobules alveolus (lobules yang mengandung sel-sel sekretorik
atau alveolus) yang dipisahkan oleh jaringan ikat fibrosa atau septum, dan
dikelilingi oleh jaringan ikat lemak.Setiap lobus kelenjar memancar menjahui
puting payudara seperti jeruji.Setiap lobus kelenjar mammaria berakhir di sebuah
duktus laktiferosa yang mengalirkan isinya, melalui sebuah lubang kecil ke puting
payudara.Puting payudara dikelilingi oleh areola, yang berpigmen dan sedikit
berkerut.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus1 (badan), adalah bagian yang membesar.Korpus Alveolus, yaitu unit
terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu
kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul

2
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.Sinus laktiferus, yaitu saluran
di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan
bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncakpayudara.Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted)
2.3 Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui secara secara pasti,Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara,yaitu:
- Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
- Umur > 30 tahun
- Tidak kawin dan nulipara
- Usia menopause > 55 tahun
- Pernah mengalami infeksi trauma atau operasi tumor jinak payudara
- Pernah mengalami infeksi trauma atau operasi tumor jinak payudara
- Terapi hormonal lama
- Mempunyai kanker payudara kontralateral
- Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
- Pernah mengalami radiasi di daerah dada
- Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu,saudara perempuan
ibu,saudara perempuan,adik/kakak
- Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik
yang ganas
2.4 Tanda dan Gejala
Menurut Suryaningsih 2009, tanda dan gejalanya adalah :
- Benjolan
- Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin
lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
- Perubahan kulit pada payudara

3
- Kelainan pada putting
2.5 Patofisiologi
Ca mammae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan
apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya
fungsi apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat
kerusakan DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi
kerusakan DNA akan hilang, sehingga sel-sel abnormal berpoliferasi terus-
menerus. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan
yang disebut tumor atau kanker.Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan
lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong.Lewat
aliran darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan
keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh.
Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru,
yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru.
Keganasan kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya,
terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga
payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya.
Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.Pertumbuhan dimulai
dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma noninvasif.
Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjarr di daerah
lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di
kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler atau supraklavikuler
membesar.Ca mammae pertama kali menyebar ke kelenjar aksila regional.Lokasi
metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan otak (Heffner, 2005).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Mamografi
Dengan tes ini dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun.Bila secara
klinis dicurigai ada tumor dan pada mamografi tidak ditemukan apa-apa,
pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi sebab sering karsinoma tidak
tampak pada mammogram.
2. Ulrasonografi
USG biasanya digunakan bersamaan bersama dengan mamografi, tujuannya
untuk membedakan kista yang berisi cairan atau solid.

4
3. X-foto thorax
Dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi adanya
metastase ke paru-paru.
4. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Merupakan pemeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari
hasil punksi jarum terhadap lesi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah
akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan
oleh pemeriksaan lain.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap
kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.Pengobatannya
terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat
hormon.
Pembedahan
- Mastektomi
- Kemoterapi
- Terapi hormon dan endokrin

5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Proses Keperawatan Praoperatif Bedah Onkologi Pada Payudara


a. Pengkajian focus keperawatan
Pada pemeriksaan fisik inspeksi sering didapatkan kondisi asimetri retraksi atau
adanya skuama pada puting payudara.Tanda-tanda stadium lanjut, yaitu nyeri,
pembentukan ulkus dan edema.
Pada palpasi payudara akan ditemukan/teraba benjolan atau penebalan payudara
yang biasanya tidak nyeri. Selain itu juga ada pengeluaran rabas darah atau serosa
dari puting payudara dan cekungan atau perubahan kulit payudara. Apabila
ditemukan adanya benjolan di payudara, maka benjolan tersebut harus dievalusi
terhadap satu dari tiga kemungkinan, yaitu : kista, tumor jinak, atau tumor ganas
(Gruendemann, 2006)
Di ruang Prabedah Pada pengkajian di ruang prabedah, perawat melakukan
pengkajian ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang
berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Validasi : perawat melakukan konfrimasi kebenaran identitas pasien sebagai
data dasar untuk mencocokan prosedur jenis pembedahan yang akan
dilakukan.
2. Kelengkapan administrasi : status rekan medic, data-data penunjang
(laboratorium dan radiologi), serta kelengkapan informed consent.
3. Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan
4. Pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital dan kondisi masa pada payudara.
b. Diagnosa Keperawatan di ruang properatif
1. kecemasan dan pemenuhan informasi
Rencana Intervensi :
- Observasi TTV dan berkolaborasi denga tim medis apabila ditemukan
perubahan atau ketidaknormalan dari hasil pemeriksaan TTV. Observasi TTV
merupakan data dasar yang penting sebagai bahan evaluasi pascabedah di
ruang pemulihan.
- Pengaturan posisi fisiologi untuk menurunkan respon nyeri

6
- Komunikasi terapeutik dan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat
kecemasan.
- Penjelasan singkat tentang prosedur yang akan dilakukan perawat dan dokter
selama pasien masih sadar.
- Pemasangan kateter IV dan jarum berdiameter besar
Evaluasi yang diharapkan pada pasien di ruang sementara, meliputi :
 TTV dalam batas normal
 Respons nyeri tidak meningkat dan perdarahan dapat terkontrol
 Tingkat kecemasan pasien menurun
 Pasien dapat dukungan psikologis dan secara singkat dapat
menjelaskan secara singkat prosedur pembedahan.
 Pasien sudah terpasang IV kateter

3.2 Proses Keperawatan Intraoperatif Bedah Onkologi Pada Payudara


a. Patofisiologi ke masalah keperawatan
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai prosedur. Prosedur
pemberian anestesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan prosedur
bedah payudara akan memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan
muncul.
Efek dari anestesi umum akan memberikan respons depresi atau iritabilitas
kardiovaskuler, depresi pernafasan, dan kerusakan hati serta ginjal. Penurunan
suhu tubuh akibat suhu diruang operasi yang rendah, infus dengan cairan yang
dingin, inhalasi gas-gas yang dingin, luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang
menurun, usia lanjut, obat-obatan yang digunakan (vasodilator, anestesi umum)
mengakibatkan penurunan laju metabolisme. Efek anestesi akan memengaruhi
mekanisme regulasi sirkulasi normal, sehingga mempunyai risiko terjadinya
penurunan kemampuan jantung dalam melakukan stroke volume efektif yang
berimplikasi pada penurunan curah jantung. Efek intervensi bedah dengan adanya
cedera vascular dan banyaknya jumblah volume darah yang keluar dari vascular
memberikan adalah terjadinya penurunan perfusi perifer serta perubahan elektrolit
dan metabolisme, karena terjadi mekanisme kompensasi pengaliran suplai hanya
untuk organ vital.

7
Respons pengaturan posisi bedah telentang akan menimbulkan peningkatan
risiko cedera perengangan pleksus brakialis, tekanan berlebihan pada tonjolan-
tonjolan tulang yang berada di bawah (bokong, scapula, kalkaneus), tekanan pada
vena femolaris atau abdomen, dan cedera otot tungkai.Efek intervensi bedah
onkologi payudara membuat suatu pintu masuk kuman (port de entrée) sehingga
menimbulkan masalah risiko infeksi intraoperasi. Respon intervensi bedah
onkologi payudara juga akan meningkatkan cedera jaringan lunak (vascular, otot,
saraf) serta kehilangan banyak darah intraoperasi. Intervensi bedah dengan
menggunakan instrumen dan peralatan listrik memunculkan masalah risiko cedera
intraoperasi yang perlu diwaspadai oleh perawat perioperative.
Pengkajian intraoperatif bedah onkologi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi identitas dan
prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan
data penunjang laboratorium dan radiologi.
b. Diagnosa Keperawatan Intraoperatif bedah onkologi payudara
1. Risiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma
prosedur pembedahan
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée luka pembedahan
dan penurunan imunitas sekunder efek anestesi.
c. Rencana Intervensi
Tujuan Utama keperawatan pada jenis pembedahan bedah onkologi payudara
adalah menurunkan risiko cedera, mencegah kontaminasi intraoperative, dan
optimalisasi hasil pembedahan.
Kriteria hasil : pada saat masuk ruang pemulihan kondisi TTV dalam batas
normal, tidak terdapat adanya cedera tekan sekunder dari pengaturan posisi bedah,
dan luka pascabedah tertutup kasa. Rencana yang disusun dan akan dilaksanakan
baik pada risiko cedera maupun risiko infeksi
Intervensi :
1. Kaji ulang identitas pasien
Rasional : perawat ruang operasi memeriksa kembali identitas dan kardeks
pasien. Lihat kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan diagnostic.Pastikan bahwa
alat protese dan barang berharga telah dilepas dan periksa kembali rencana

8
keperawatan praoperatif yang berkaitan dengan rencana keperawatan
intraoperatif.
2. Lakukan persiapan meja bedah dan sarana pendukung
Rasional : meja bedah spinal disesuaikan dengan posisi bedah yang akan
dilakukan. Perawat sirkulasi melakukan pengujian setiap fungsi dari
kemampuan meja bedah dan mempersiapkan kelengkapan pendukung seperti
sabuk.Penahan lengan dari meja bedah dapat meningkatkan efektivitas dan
efesiensi dalam peraturan posisi.
3. Pasang hasil pemeriksaan radiologi atau CT scan pada tempat lampu
pemeriksaan
Rasional : penempatan hasil akan mempermudah ahli bedah dalam
menyesuaikan intervensi intraoperatif
4. Siapkan alat hemostatasis dan alat cadangan dalam kondisi siap pakai
Rasional : alat hemostasis merupakan fondasi dari tindakan operasi untuk
mencegah terjadinya pendarahan serius akibat kerusakan pembuluh darah
arteri. Untuk menghindari cedera akibat perdarahan intraoperasi.
5. Siapkan obat-obatan untuk pemberian anestesi umum
Rasional : obat-obat anestesi yang dipersiapkan meliputi obat pelemas otot dan
obat anestesi umum.
6. Siapkan sarana scrub
Rasional : sarana scrub, meliputi cairan antiseptic cuci tangan pada tempatnya,
gaun (terdiri dari gaun kerap air dan baju bedah steril), duk penutup, dan duk
berlubang dalam kondisi lengkap dan siap pakai.
7. Siapkan sarana pendukung pembedahan
Rasional : sarana pendukung seperti kateter urine lengkap, alat pengisap
(suction) lengkap, spons dalam kondisi siap pakai.
8. Siapkan alat-alat intubasi endotrakeal
Rasional : intubasi endotrakeal digunakan untuk menjaga kepatenan dalan
nafas intraoperasi.
9. Siapkan obat dan peralatan emergensi
Rasional : peralatan jalan nafas juga diperlukan termasuk laringoskopi, selang
endotrakeal, dan jalan nafas oral dan nasal faringeal. Selain itu, masker dan
kantong resusitasi self-inflating adalah alat penting yang harus mudah diakses.
10. Beri dukungan praanestesi

9
Rasional : hubungan emasional yang baik antara penata anestesi dan pasien
akan memengaruhi penerimaan anestesi.
11. Lakukan pemberian indukasi anestesi secara intravena

Rasional : pemberian indikasi dilakukan sebagai suatu obat intravena pertama


dengan tujuan umum menghambat saraf dan menyebabkan paralisis sementara
pada pita suara dan otot pernafasan selama selang endotrakeal terpasang.
12. Lakukan pemasangan kateter urine
Rasional : kateter foley harus dipasang sebelum pasien diberi posisi telungkap.
Gunakan teknik aseptic untuk pemasangan kateter. Cegah terjadinya tekukan
atau tekanan pada kateter selama proses pemindahan tersebut. Periksa
kepatenan system drainase setelah pemberian posisi.Catat keluaran urine dan
pemasangan kateter.
13. Bantu ahli anestesi dalam pemasangan selang endotrakeal
Rasional : penata anestesi akan membantu melakukan penekanan tulang rawan
krikoid (perasat sellick) dan menahan konektor saat perasat intubasi
endotrakeal dilakukan oleh ahli anestesi.
14. Lakukan pemasangan manset tekanan darah dan monitor dasar, oksimetri pada
jari, dan pertahankan kelancaran intravena
Rasional : stetoskop precordial dibiarkan menempel didada pasien,
menyalurkan
informasi mengenai gerakan mekanis jantung dan adanya bunyi nafas secara
kontinu. Perubahan yang dapat dideteksi mencakup bising jantung, aksentuasi
bunyi jantung kedua, dan denyut jantung yang abnormal.
15. Lakukan pemberian oksigenasi dan pemasangan selang endotrakeal
Rasional : pemasangan selang endotrakeal biasanya dilakukan diatas brankar.
Penata anestasi akan membantu melakukan penekanan tulang rawan krikoid
(perasat sellick) untuk menyumbat esophagus pada saat perasat endotrakeal
dilakukan.
16. Lakukan manajemen asepsis prabedah
Rasional : manajemen asepsis selalu berhubungan dengan pembedahan dan
perawatan perioperatif. Asepsis prebedah meliputi teknik aseptic atau
pelaksanaan scrubbing cucui tangan.
17. Lakukan manajemen asepsis intraoperasi

10
Rasional : manajemen asepsis dilakukan untuk menghindari kontak dengan
zona steril, meliputi pemakaian baju bedah, pemakaian sarung tangan,
persiapan kulit, pemasangan duk, penyerahan alat yang diperlukan perawat
instrument dengan perawat sirkulasi. Manajemen asepsis intraoperasi
merupakan tanggung jawab perawat instrument dengan mempertahankan
integritas lapangan steril selama pembedahan dan bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan kepada tim bedah seperti pelanggaran teknik aseptic atau
kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.
18. Lakukan peraturan posisi telentang dan perhatian kondisi lengan
Rasional : lengan pasien diputar ke papan lengan berbantalan, gerakkan
berdasarkan ROM normal.
19. Lakukan persiapan alat bedah secara scrup
Rasional : persiapan alat setelah perawat melakukan scrup merupakan
penatalaksanaan awal pembedahan sudah bisa dimulai.
20. Letakan alat insisi dan alat pengisap pada sisi area bedah
Rasional : peletakan alat insisi akan memudahkan ahli bedah dalam
melakukan insisi
21. Lakukan peran perawat sirkulasi dalam mendukung pembedahan
Rasional : perawat sirkulasi memfokuskan aktivitas manajemen kamar operasi
agar kelancaran pembedahan dapat dilakukan secara optimal sejak pengaturan
posisi bedah sampai dokter bedah selesai melakukan penutupan luka bedah.
22. Bantu ahli bedah pada saat dimulainya insisi
Rasional : perawat instrument atau asisten bedah menggunakan alat
hemostasis listrik pada klem arteri untuk menjepit atau menghentikan
perdarahan.
23. Bantu ahli bedah pada saat membuka jaringan
Rasional : pada saat pembukaan jaringan, pasien mempunyai risiko cedera.
Perawat asisten bedah membantu ahli bedah dengan membuka jaringan
dengan forseps dengan hati-hati sambil mengikuti arahan ahli bedah.Perawat
instrument menggunakan alat hemostatis untuk diarahkan ke forseps.
24. Optimalisasi peran perawat sirkulasi
Rasional : perawatan sirkulasi mendukung kebutuhan intraoperasi
25. Bantu ahli bedah pada saat akses bedah untuk pengangkatan massa pada
payudara tercapai

11
Rasional : tujuan bedah onkologi payudara adalah mengangkat massa dari
payudara. Peran perawat membantu ahli bedah agar tujuan bedah dapat
optimal terlaksana.
26. Bantu ahli bedah dalam penutupan jaringan
Rasional :penutupan dilakukan lapis demi lapis sesuai arah atau jaringan yang
telak dilakukan pembedahan. Perawat instrument menurunkan risiko cedera
dengan mempersiapkan dan memiliki sarana penjahitan sesuai jaringan yang
di jahit dan kondisi atau kelayakan instrument agar kerusakan jaringan dapat
minimal.Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah atau asisten bedah.
27. Lakukan penghitungan jumlah kasa dan instrument yang telah digunakan
Rasional : penghitungan yang tepat akan mencegah tertinggalnya kasa pada
area bedah sehingga menurunkan risiko cedera pada pasien.
28. Lakukan penutupan luka bedah
Rasional : sebelumnya area bedah bekas darah dan lainnya dilakukan
desinfeksi dan dibersihkan, perawat mengangkat duk dan kemudian luka
ditutup dengan kasa dan diplester secara keseluruhan
29. Jaga jalan napas dan control kondisi status respirasi
Rasional : sebelum memindahkan pasien ke brankar untuk dikirim ke ruang
pemulihan pascaanestesi, perawat tetap menjaga jalan napas dengan menjaga
posisi kepala dan menahan dagu agar jalan napas tetap optimal.
30. Rapikan dan bersihkan instrument
Rasional : sebelum pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar kondisi area
bedah sudah bersih dari sisa pembedahan.
31. Lakukan dokumentasi intraoperasi
Rasional : catatan keperawatan intraoperatif diisi lengkap sebelum pasien
dipindahkan ke ruang pulih sadar agar asuhan keperawatan yang diberikan
berkesinambungan.
3.3 Proses Keperawatan Pascaoperatif Bedah Payudara
a. Pengkajian
Pengkajian pascaoperatif dilakukan secara sistematis mulai dari pengkajian awal
saat menerima pesan, pengkajian status respirasi, status sirkulasi, status neurologi
dan respon nyeri, status integritas kulit dan status genitourinarius.
Pengkajian awal pascabedah sebagai berikut :
1. Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan

12
2. Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital
3. Anestesi dan medikasi lain yang digunakan (misalnya narkotik, relaksan otot,
antibiotic)
4. Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin memengaruhi
perawatan pascaoperatif (misalnya hemoragi berlebihan, syok, dan henti
jantung)
5. Patologi yang dihadapi ( jika malignansi, apakah pasien atau keluarga sudah
diberitahukan).
6. Cairan yang diberikan, kehilangan darah, dan penggantian
7. Segera selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lainnya.
8. Infomasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yang akan
diberitahu.
Status Respirasi
kontrol pernapasan
- Obat anestesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernapasan. Sehingga
perawat perlu waspada terhadap adanya pernapasan yang dangkal dan lambat,
serta batuk yang lemah.
- Perawat mengkaji frekuensi, irama, kedalaman ventilasi pernapasan,
kesimetrisan gerakan dinding dada, bunyi napas, dan warna membrane
mukosa. Apabila pernapasan dangkal, letakkan tangan perawat di atas muka
atau mulut pasien sehingga perawat dapat merasakan udara yang keluar.
Kepatenan jalan napas
- Jalan napas oral atau oral airway masih dipasang untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas sampai tercapai pernapasan yang nyaman dengan
kecepatan normal. Apabila fungsi pernapasan sudah kembali normal, perawat
mengajurkan pasien membersihkan jalan napas dengan cara meludah.
Kemampuan melakukan hal tersebut menandakan kembalinya refleks muntah
normal.
Status Sirkulasi
- Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti serta pengkajian
tekanan darah menunjukkan status kardiovaskuler pasien.
- Perawat membandingkan TTV praoperatif dengan pascaoperatif.Dokter harus
memberitahu jika tekanan darah pasien terus menurun dengan cepat pada
setiap pemeriksaan atau jika kecepatan denyut jantung menjadi semakin tidak

13
teratur.
Status Neurologi
- Perawat mengkaji tingkat kesadaran pasien dengan cara memanggil namanya
dengan suara sedang. Perawat memperhatikan apakah pasien berespons
dengan tepat atau terlihat bingung dan disorientasi. Apabila pasien tetap tidur
atau tidak berespons, perawat mencoba mangkaji pasien dengan cara
menyentuhnya atau menggerakkan bagian tubuh pasien dengan lembut.
Perawat dapat memeriksa refleks pupil, refleks muntah dan mengkaji
genggaman tangan serta pergerakan ekstermitas pasien.Kaji tingkat respons
sensibilitas dengan membandingkan peta dermatom untuk menilai kembalinya
fungsi sensasi taktil.
- Pengkajian skala nyeri merupakan metode efektif bagi perawat untuk
mengkaji nyeri pascaoperatif bedah spina, mengevalusi respons pasien
terhadap pemberian analgesic, dan mendokumentasikan beratnya nyeri secara
objektif.Pengkajian skala nyeri praoperatif digunakan sebagai dasar bagi
perawat untuk mengevalusi efektifitas intervensi selama pemulihan pasien.
Muskuloskeletal
Kaji kondisi organ pada area yang rentan mengalami cedera posisi
pascabedah.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol
pernapasan efek sekunder anestesi.
2. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol kepatenan
jalan napas (lidah), penurunan kontrol batuk efektif dan muntah efek sekunder
anestesi, efek depresan dari medikasi dan agens anatesi.
3. Penurunan perfusi perifer berhubungan dengan depresi mekanisme regulasi
sirkulasi normal, perdarahan pascaoperatif, penurunan curah jantung,
hipovolemia, pengumpulan darah perifer, dan vasokonstriksi.
4. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak bedah urogenital, kerusakan
neuromuscular pascabedah.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas lambung dan usus selama
periode intraoperative
6. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek
medikasi, dan penurunan masukan cairan

14
7. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis pascaoperatif, kemungkinan
perubahan dalam gaya hidup, dan perubahan dalam konsep diri.

c. Intervensi Keperawatan
1. Risiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol
pernapasan efek sekunder anestesi.
Tujuan : mengefektifkan jalan napas, mempertahankan ventilasi pulmonal, dan
mencegah hipoksemia dan hiperkapnea
Kriteria Hasil :
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (12-20x/menit)
- Tidak menggunakan otot bantu napas
- Tidak terdengar bunyi napas tambahan
- Oral airway dapat dilepas tanpa komplikasi
Intervensi :
a. Atur tempat pasien dengan dekatkan pada akses oksigen dan suction
Rasional : pasien bisanya masih mendapat oksigenasi pemeliharaan sampai
sadar penuh
b. Kaji dan observasi jalan napas
Rasional :salah satu cara untuk mengetahui apakah pasien bernapas atau
tidak adalah dengan menempatkan telapak tangan diatas hidung dan mulut
pasien untuk merasakan hembusan napas.
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional :jalan napas oral atau airway tetap terpasang untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas sampai tercapai pernapasan yang
nyaman dengan kecepatan normal.
d. Atur posisi kepala untuk mempertahankan jalan napas
Rasional :tindakan terhadap obstruksi hipofaringeus termasuk
mendongakkan kepala ke belakang dan mendorong ke depan pada sudut
rahang bawah, seperti jika mendorong gigi bawah di depan gigi atas.
e. Beri oksigen 30 liter/menit
Rasional : pemenuhan oksigen dapat membantu meningkatkan PaO2 di
cairan otak yang akan memengaruhi peraturan pernapasan.
f. Bersihkan secret pada jalan napas

15
Rasional : kesulitan pernapasan dapat terjadi akibat sekresi lender yang
berlebihan.
2. Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol kepatenan
jalan napas (lidah), penurunan kontrol batuk efektif dan muntah efek sekunder
anestesi, efek depresan dari medikasi dan agens anatesi.
Tujuan : pola napas kembali efektif sesuai dengan berkurangnya efek anestesi,
umum dan pasien maupun melakukan latihan pernapasan pascabedah.
Kriteria Hasil :
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (12-20x/menit)
- Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
- Saturasi oksigen 100%
- Oral airway sudah bisa dilepas saat pasien keluar ruang pemulihan
Intervensi :
a. Kaji dan monitor control pernapasan
Rasional : obat anestesi tertentu dapat menyebabkan depresan pernapasan,
oleh Karena itu perawat harus mewaspadai pernapasan yang dangkal dan
larnbat serta batuk yang lemah
b. Monitor frekuensi, irama, kedalaman ventilasi pernapasan, kesimetrisan
gerakan dinding dada, bunyi napas, dan warna membrane mukosa
Rasional : deteksi awal adanya perubahan terhadap kontrol pola
pernapasan dari medulla oblongata untuk intervensi selanjutnya
c. Pastikan fungsi pernapasan sudah optimal
Rasional : tindakan evaluasi untuk menentukan dimulainya latihan
pernapasan sesuai yang diajarkan pada saat praoperatif
d. Instruksikan pasien untuk napas dalam
Rasional :meningkatkan ekspansi paru, untuk memperbesar ekspansi dada
dan pertukaran gas
e. Instruksikan untuk melakukan batuk efektif
Rasional : batuk juga didorong untuk melonggarkan sumbatan mukus

3. Penurunan perfusi perifer berhubungan dengan depresi mekanisme regulasi


sirkulasi normal, perdarahan pascaoperatif, penurunan curah jantung,
hipovolemia, pengumpulan darah perifer, dan vasokonstriksi.

16
Tujuan : dalam waktu 15 menit pascabedah perfusi perifer menjadi optimal
Kriteria Hasil :
- Denyut nadi perifer teraba
- Akral hangat
- Pengisian kapiler < 3 detik
- Tidak terlihat adanya sianosis sentral atau perifer
- TTV dalam batas normal
- Kulit perifer tidak pucat
- Output urine 50 ml/jam
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan
Rasional : monitor tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan
b. Beri intervensi sesuai dengan penyebab penurunan perfusi
Rasional : beri intervensi sesuai dengan penyebab penurunan perfusi
c. Lakukan percepatan mobilisasi aktivitas
Rasional : lakukan percepatan mobilisasi aktivitas
4. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan lunak bedah urogenital, kerusakan
neuromuscular pascabedah.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang atau beradaptasi
Kriteria Hasil :
- TTV dalam batas normal
- Nyeri di tingkat 0-1 atau skala 0-4
Intervensi :
a. Kaji kemampuan kontrol nyeri pasien
Rasional : banyak factor fisiologi memengaruhi persepsi nyeri
b. Kaji persiapan pengelolahan nyeri praoperatif
Rasional : persiapan praoperatif yang diterima oleh pasien adalah factor
yang signifikan dalam menurunkan ansietas dan nyeri yang dialami dalam
periode pascaoperatif.
c. Kaji skala nyeri
Rasional : skala nyeri pascaoperatif tergantung pada persepsi fisiologis dan
psikologis individu, toleransi yang ditimbulkan untuk nyeri, letak insisi,
sifat prosedur, dan kedalaman trauma bedah.
d. Lakukan manajemen nyeri keperawatan

17
e. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgesic
Rasional : analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
berkurang.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas lambung dan usus selama
periode intraoperative
Tujuan :dalam waktu 3 x 24 jam fungsi peristaltic menjadi normal
Kriteria Hasil :
- TTV dalam batas normal
- Peristaltic usus normal
- Pasien mampu BAB
Intervensi :
a. Kaji kemampuan Peristaltic setiap 4-8 jam
Rasional : penilaian bunyi bising usus merupakan parameter penting yang
dilakukan perawat untuk mengetahui fungsi intestinal sudah optimal,
untuk mendeteksi kembalinya bising usus normal.
b. Berikan asupan nutrisi dan tingkatan secara bertahap
Rasional : apabila Peristaltic sudah kembali, perawat memberikan cairan
yang encer, dilanjutkan dengan cairan yang kental, diet ringan makanan
padat, dan akhirnya diberikan diet regular.
c. Lakukan dan tingkatan ambulasi dan latihan
Rasional : aktifitas fisik merangsang kembalinya Peristaltic.
d. Pertahankan asupan cairan yang adekuat
Rasional : cairan menjaga feses tetap lembut sehingga mudah dikeluarkan.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat supositoria
Rasional : apabila terjadi konstipasi atau disentri, dokter mencoba
merangsang Peristaltic melalui katartik atau edema. Selang rektal atau
enema aliran balik meningkatkan keluarnya flatus.
6. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek
medikasi, dan penurunan masukan cairan
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam pasien mampu berkemih tanpa bantuan
kateter
Kriteria Hasil : pasien mampu berkemih secara spontan dan tanpa bantuan
selang kateter
Intervensi :

18
a. Monitor output dan system drainese kateter
Rasional : pascabedah, pasien masih terpasang kateter folley. Perawat
memeriksa jumlah output dan kelancaran drainase dari kateter
b. Monitor input dan output cairan tiap 4 jam
Rasional : pasien mudah mengalami drainase akibat cairan yang hilang
dari luka bedah
7. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis pascaoperatif, kemungkinan
perubahan dalam gaya hidup, dan perubahan dalam konsep diri.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau
hilang
Kriteria Hasil :
- Pasien menyatakan kecemasan berkurang
- Pasien mampu mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
- factor yang mempengaruhinya
- Pasien kooperatif terhadap tindakan
- Wajah rileks
Intervensi :
a. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping pasien dan lakukan
tindakan bila menunjukan perilaku merusak
Rasional : reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah
dan gelisah yang akan memengaruhi posisi pasien pada brankar sehingga
mempunyai risiko jatuh.
b. Hindari konfrontasi
Rasional : konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja
sama, dan memperlambat penyembuhan.
c. Tingkatkan kontrol sensasi pasien
Rasional : kontrol sensasi pasien dengan cara memberikan informasi
tentang keadaan pasien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-
sumber koping yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik
pengalihan, dan memberikan respons balik positif.
d. Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharapkan
Rasional : Orientasikan dapat menurunkan kecemasan

19
8. Evaluasi Keperawatan Pascaoperatif
Evalusasi yang diharapkan pada pasien pascoperatif bedah payudara adalah
sebagai berikut :
1. Kembalinya fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal
2. Tidak terjadi cedera pada korda
3. Tidak terjadi komplikasi pascabedah
4. Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
5. Hilangnya rasa cemas.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembedahan onkologi pada payudara merupakan indikasi dari adanya
kondisi kelainan akibat adanya pembesaran atau benjolan pada payudara.
Pada proses pembedahan onkologi ini di bagi menjadi berapat tahap yait
1. Proses Keperawatan Praoperatif Bedah Onkologi Pada Payudara.
2. Proses Keperawatan Intraoperatif Bedah Onkologi Pada Payudara.
3. Proses Keperawatan Pascaoperatif Bedah Onkologi Pada Payudara
4.2 Saran
Kita bisa mencegah penyakit dengan deteksi dini dan menjaga asupan
makanan
Wanita sebaiknya membiasakan diri untuk melakukan “periksa payudara
sendiri” sehingga bila ditemukan adanya suatu kelainan dapat dideteksi
dan diobati lebih dini.

21
DAFTAR PUSTAKA

dalimartha, s. (2004). Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker. jakarta: penebar swadaya.

Kanker, D. D. (2004). Setiawan Dalimartha. jakarta: penebar.

muttaqin, a. (2009). Asuhan Keperawatan Perioperatif. jakarta: salemba medika.

prawirohardjo, S. (2005). Ilmu Kandungan. jakarta: yayasan bina pustaka.

sjam, r. s. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. jakarta: ECG.

Tjindarbumi, D. (2002). Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam Deteksi Dini
Kanker. jakarta: FK UI.

22

Anda mungkin juga menyukai