Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR
(BBL)
ADAT JAWA TIMUR

DI Susun Oleh:

Kelompok 5
1. Sulasti
2. Susana pebriyana
3. Suti Nengsri
4. Wardah Ferananda
5. Yuliyana
6. Yuyu Wahyuni
7. Yunisa K Lestari
8. Susi Eka Wati

AKBID SALSABILA BANTEN


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul " ASPEK
SOSIAL BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR (BBL) ADAT JAWA TIMUR", yang
menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari aspek
social budaya yang berada di jawa timur.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang di buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN

KATA PENGANTAR…………………………………............………i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….....ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang……………………….……………………….....1


1.2. Tujun masalah……………………….…………………..……...1
1.3. Rumusan masalah…………………….……………..........……..2

BAB 11 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bayi Yang Baru Lahir (BBL).......................................3

2.2. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan


Bayi Baru Lahir (BBL) ………………………………….............3

2.3. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan


Bayi ...............................................................................................4

2.4. Adat Jawa Timur pada Bayi Baru Lahir (BBL) ……….……..4

2.5. Responden …………...………………………....….....…...…....9

BAB 111 PENUTUP

3.1. Kesimpulan ..................................................................................11

3.2 Saran ...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua
manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan
dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Di kawasan Indonesia salah satunya di daerah Jawa Timur terdapat berbagai adat
yang berhubungan dengan Bayi Baru Lahir (BBL). Seperti Telonan, sarang anak, selapan
serta masi banyak yang lainnya dimana adat istiadar tersebut di lakukan secara turun temurun
oleh masyarakat dan di pelihara serta di hormati.

1.2        Tujuan Makalah

a. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ISBD


b. untuk memahami pengertian dari Bayi Baru Lahir (BBL)
c. Untuk mengetahui aspek sosial budaya pada Bayi Baru Lahir (BBL).
d. untuk mengetahui tentang adat yang berada di Jawa Timur tentang Bayi Baru Lahir
(BBL).
e. Untuk mengetahui apakah adat tersebut masih di lakukan atau tidak
1

1.3 Rumusan Masalah

a. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang berhubungan dengan Bayi Baru Lahir (BBL)?
b. Bagaimana aspek Sosial Budaya yang berhubungan dengan kesehatan bayi?
c. Apa sajakah adat istiadat yang ada di jawa timur tentang Bayi Baru Lahir (BBL) ?
2

BAB 11

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bayi Yang Baru Lahir (BBL)

Bayi Baru Lahir (BBL) adalah bayi yang lahir secara normal pada umumnya berkisar
3000 gram dengan usia kehamilan yang cukup.

Untuk mendapatkan keseragaman, pada kongres “EUROPEAN PERINATAL


MEDICINE II” di Londong tahun 1970, diusulkan defenisi sebagai berikut :

a. Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu (249
hari)

b. Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 sampai empat
puluh dua minggu (259 sampai 293 hari)

c. Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih)

2.2. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Bayi Baru Lahir (BBL)

Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah
kematian ataupun kesakitan pada ibu dan bayi yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-
faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan
dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.
3

2.3. Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Bayi

Kesehatan bayi sekarang ini sangan memprihatinkan. Banyak sekali kasus bayi yang
terkena penyakit tertentu karena tidak tercukupi kebutuhan gizinya semasa kehamilan seperti
pada kasus BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) .
Banyak di pelosok desa yang orangtuanya hanya sekedar memberi kebutuhan gizi
sekedarnya saja pada bayi yang di kandungnya.
Terutama mitos mengenai kesehatan bayi, orang zaman dahulu mempercayai bahwa
jika melakukan sesuatu yang telah lama dilakukan oleh pendahulunya maka mereka juga
akan melakukan itu pada bayi mereka. Padahal ini malah akan menjadi penghambat
kesehatan.

2.4. Adat Jawa Timur pada Bayi Baru Lahir (BBL)

1) Barokahan

Yaitu upacara selametan untuk bayi baru lahir dan ibunya

2) Sepasaran

Upacara yang di lakukan ketika bayi berusia 5 hari.

3) Selapanan

Selapanan berasal dari kata selapan yaitu perhitungan waktu Jawa yang umurnya 35
hari. Selapanan yaitu upacara yang diselenggarakan pada waktu bayi baru umur selapan (35
hari), yaitu tepat pada hari lahir (weton) bayi tersebut. Misalnya apabila bayi lahir pada hari
Selasa Legi, maka selapanan jatuh pada hari Selasa Legi bulan berikutnya.
4

Mengenai sarana (sajian) selamatan selapanan sama seperti selamatan sepasaran tetapi tanpa
memakai tulak bala (tumbak sewu dan Sliro).

Bersamaan dengan upacara selapanan ini biasanya rambut si bayi dicukur untuk
pertama kalinya. Potongan rambut itu ditanam di dalam tanah atau disimpan oleh orang
tuanya, kelak apabila bayi itu telah besar diberikan, karena menurut kepercayaan sementara
orang rambut itu mempunyai kekuatan gaib, sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk
mengebalkan diri (Jawa: kadigdayan).

Ada sementara orang sebelum potongan rambut itu ditanam atau disimpan terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam bokor yang berisi air dan kembang boreh. Kemudian kepala
yang telah dicukur itu diberi bedak dari beras yang dilumatkan dengan bumbu-bumbu
pewangi, disamping bedak juga diberi daun kala katu yang telah dilumatkan.

Ada kalanya terjadi apabila bayi itu habis dicukur badannya panas atau selalu
menangis. Bila terjadi hal semacam ini biasanya rambut si bayi itu dibiarkan panjang (Jawa:
dibajangake). Kelak apabila anak itu sudah besar rambut itu dicukur dengan upacara, disebut
upacara potong kuncung.

4) Telonan,

Telonan yaitu upacara yang diselenggarakan pada waktu bayi berumur 3 lapan (3 x 35
hari = 105 hari). Upacara ini diselenggarakan tepat pada hari lahir (weton) anak tersebut.
Mengenai sarana (sajian) untuk selamatan telonan sama dengan selamatan selapanan.

5) Pitonan

Upacara yang di lakukan ketika bayi berusia 7 bulan.


5

6) Sarang Anak

Yang dimaksud dengan istilah sarang anak adalah seorang ibu yang sering hamil,
tetapi setelah melahirkan anaknya, anak tersebut selalu meninggal dunia. Agar anak yang
akan datang (yang lahir kemudian) selamat, maka ibu yang bersangkutan harus mengadakan
syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

1. Apabila ibu tersebut melahirkan lagi, tembuni bayi yang baru lahir itu tidak ditanam
dalam tanah, tetapi dibungkus dan ditaruh di atas blandar (kayu besar yang melintang
pada bubungan atau langit-langit rumah). Hal ini disebut dengan istilah tembuni di
atas kayangan
2. Apabila ibu tersebut mengandung lagi, maka bayi yang dikandungnya harus diaku
oleh orang lain atau setelah lahir diberikan kepada orang yang telah mengakui itu.
3. Tembuni bayi yang dilahirkan harus ditanam di rumah yang letaknya berseberangan
sungai dengan rumah orang tua bayi tersebut.
4. Penanaman tembuni dibalik, maksudnya bekas potongan tali pusat diletakkan di
bawah.
5. Bayi yang dilahirkan sampai dewasa rambutnya tidak dicukur, tetapi dibiarkan
memanjang. Setelah dewasa diadakan upacara khusus untuk memotong rambut.
Upacara dimaksud untuk anak laki-laki disebut potong gombyok dan untuk anak
perempuan disebut potong kuncung.
6. Mengadakan selamatan sengkolo dengan sajian bubur sengkolo, cokbakal, pisang,
bunga setaman.
7. Mengadakan upacara mbangun nikah yaitu mengadakan selamatan seperti pada waktu
nikah.
8. Tembuni bayi yang dilahirkan tidak dikubur di rumah, tetapi dikubur di makam.
9. Mupu anak artinya mengambil anak orang lain dipelihara seperti anaknya sendiri.
6

7) Upacara Nenjrag Bumi

Upacara Nenjrag Bumi ialah upacara memukulkan alu ke bumi sebanyak tujuh kali di
dekat bayi, atau cara lain yaitu bayi dibaringkan di atas pelupuh (lantai dari bambo yang
dibelah-belah ).
kemudian indung beurang menghentakkan kakinya ke pelupuh di dekat bayi. Maksud
dan tujuan dari upacara ini ialah agar bayi kelak menjadi anak yang tidak lekas terkejut atau
takut jika mendengar bunyi yang tiba-tiba dan menakutkan.

8) Upacara Puput Puseur

Setelah bayi terlepas dari tali pusatnya, biasanya diadakan selamatan. Tali pusat yang
sudah lepas itu oleh indung beurang dimasukkan ke dalam kanjut kundang . Seterusnya pusar
bayi ditutup dengan uang logam/benggol yang telah dibungkus kasa atau kapas dan diikatkan
pada perut bayi, maksudnya agar pusat bayi tidak dosol, menonjol ke luar. Ada juga pada saat
upacara ini dilaksanakan sekaligus dengan pemberian nama bayi. Pada upacara ini dibacakan
doa selamat, dan disediakan bubur merah bubur putih.
Ada kepercayaan bahwa tali pusat (tali ari-ari) termasuk saudara bayi juga yang harus
dipelihara dengan sungguh-sungguh.

9) Tedak siten

Tradisi yang di lakukan ketika anak pertama belajar jalan dan biasanya di laksanakan
pada usia 7-8 bulan.
7

Tahap- tahapnya :

1) membersihkan kaki
2) injak tanah
3) berjalan melewati 7 wadah
4) tangga tebuwulung terbuat dari tebu jenis arjuna
5) kurungan, anak tersebut di masukan ke kurungan ayam
6) memberikan uang yaitu tebar beras kuning di campur uang
7) melepas ayam
8

BAB 111
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelestarian dan pengembangan adat istiadat serta nilai sosial budaya masyarakat
dibangun dengan mengkedepankan tiga pilar utama yaitu pilar pengembangan ekonomi
masyarakat, pilar pelestarian dan pilar kemandrian masyarakat.
Pilar pertama menyangkut aspek nilai guna adat istiadat bagi tumbuh kembangnya
ekonomi masyarakat untuk menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan ekonomi.Pilar yang
kedua menyangkut aspek kebertahanan identitas sosial budaya masyarakat yang menyokong
pada integrasi nasional.Pilar ketiga berkaitan dengan kemampuan masyarakat melaksanakan
pengorganisasian potensi adat istiadat dan nilai sosial budaya secara otonom, mandiri dan
profesional.adat-adat yang ada di provinsi jawa timur seperti barokahan, sepasaran, selapan,
telonan, pitonan,sarang anak, upacara nenjrag bumi, upacara puput puser dan tedak siten.
Setelah melakukan wawancara dengan 10 orang responden ternyata adat-adat
tersebut sebagian besar tradisi masih di laksanakan, tapi dari hasil wawancara tersebut juga
menunjukan bahwa masyarakat yang masi menjalankan tradisi itu masih tinggal di jawa timur
sedangkan yang sudah tinggal di luar jawa timur ada beberapa tradisi yang tidak di lakukan.
Dari 9 tradisi pada bayi baru lahir di jawa timur tradisi barokahan dan upacara puput pusar
yang paling banyak di lakukan.
3.2 Saran
Potensi dan adat istiadat serta nilai budaya di masyarakat sangat besar, dengan
demikian pemberdayaan kelompok masyarakat adat adalah hal yang penting guna
menopang kehidupan masyarakat Serta mengembangkan adat istiadat dan nilai budaya
setempat serta mempertahankannya. Selagi adat istiadat yang di lakukan tersebut baik dan
tidak bertentangan terutama pada bidang kesehatan,
11

2.5. Responden

NO ADAT /TRADISI RESPONDEN %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Barokahan - _ V V V V V V V V 80%

2 Sepasaran V _ V V V V V V _ _ 70%

3 Selapan _ _ V V V V V V _ _ 60%

4 Telonan V _ V V V V V V _ _ 70%

5 Pitonan V _ V V V V V V _ _ 70%

6 Sarang Anak _ _ V V V V V V _ _ 60%

7 Upacara Nenjrag Bumi _ _ V V V V V V _ _ 60%

8 Upacara puput puser _ _ V V V V V V V V 80%

9 Tedak siten _ _ V V V V V V _ _ 60%

Responden:
1. nama : Prisma Andhika
Asal/alamat :Trenggalek, Jawa timur
Email : Prizmadhika17@ymail.com

2. nama : Sandi Pratama


alamat :Surabaya Utara, Jawa Timur
Email/Hp : 085646817084

3. Nama :Zauza
Alamat : Surabaya,Waru, Jawa Timur
Email/Hp :087733127240

4. Nama : Kurniawan, ,
Alamat : Bogen, Tambak Sari, Surabaya
Email/Hp : 081386853128
9

5. Nama : Herman
Alamat : Kemeran, Surabaya
Email/Hp : 085714197933

6. Nama : Desi Wulandari


Alamat : Glora 10 nopember Tambak Sari, Surabaya
Email/Hp : 081216314208

7. Nama : Joko
Alamat :Waja Malang, Jatwa Timur
Email/Hp :085715990634

8. Nama : Sunarti
Alamat : Ngawi, Jawa Timur
Email/Hp : 081213241626
9. Nama : dyota Ratnangganadi
Alamat : -
Email/Hp : Ratnangganadi@yahoo.com
10. Nama : Yum Marni
Alamat :Perum, Bumi Cikande Indah Blok D 10, no 20 Rt/Rw 02/06 Serang Banten
Email/Hp :
:

10

Anda mungkin juga menyukai