Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Perubahan Psikologi Menurut REVA RUBIN
A. Harapan seorang wanita sejak hamil :
Kesejahteraan ibu dan bayi
Penerimaan masyarakat
Penentuan identitas
Mengerti tentang arti member dan menerima

B. Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita saat hamil :


QCenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat
berperan sebagai calon ibu dan mampu memperhatikan perkembangan janinnya
QMembutuhkan sosialisasi

C. Tahapan Dalam Psikososial Stage :


1. Anticipatory Stage (pencegahan)
Pada tahap ini ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak
yang lain

2. Honeymon Stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya. Pada tahap ini ibu memerlukan
bantuan anggota keluarga yang lain

3. Plateu Stage

Ibu akan mencoba sepenuhnya apakah ia telah ammpu menjadi ibu. Tahap ini
membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri

4. Disengegement
Merupakan tahap penyelesaian di mana latihan peran dihentikan. Pada tahap peran
sebagai orang tua belum jelas

D. Arti dan Efek Kehamilan pada Pasangan :

1. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada kehamilan 8 bulan-8


bulan setelah melahirkan

2. Pria juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangannya hamil.

3. Anak yang akan dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang ada :

S Hubungan ibu dengan pasangannya


S Hubungan ibu dengan janin
S Hubungan ibu dengan individu yang unik

4. Ibu tidak pernah lagi menyendiri

5. Tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang wanita/pasangannya dalam kehamilan :

S Percaya bahwa dia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
S Persiapan terhadap pemisahan fisik dan janin

S Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran ransisi untuk


mempersiapkan fungsi keluarga

6. Reaksi terhadap kehamilan


Trimester I : ambivalent, takut, fantasi, khawatir

Trimester II : perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari


tentang tumbuh janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang kelihatan
oegosentrik dan self centered

Trimester III : berperasaan aneh, sembrono, jelek, menjadi lebih introvert,


merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil

E. 3 aspek yang identifikasi dalam peran ibu :


1. Gambaran tentang idaman

2. Gambaran tentang diri

3. Gambaran tentang tubuh


F. Rubin melihat beberapa aktivitas penting sebelum seseorang menjadi ibu:
1. Taking On
Wanita meniru dan melaksanakan peran ibu. Phase ini dikenal sebagai tahap meniru

2. Taking In
Fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang
dilaksanakannya pada tahap sebelumnya

3. Letting Go
Phase dimana wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah
dilakukannya

2.2 Perubahan Psikologi Menurut RAMONA T MERCER


Pencapaian peran ibu adalah suatu interaksi dan perkembangan yang
terjadialam suatu kurun waktu , sementara itu ibu akan terjalin ikatan kasih sayang
dengan bayinya . membutuhkan komprtensi dalam mengemban tugas pengasuhan
dan terlibat dalam peran tersebut. Pengambilan peran melibatkan interaksi aktif dari
pengambilan peran, partner siperan , dan setiap respon terhadap isyarat dari orang
lain akan merubah perilaku

A. Empat tahap pencapaian peran ibu:


1. Anticipatory/ Pendahuluan
Masa sebelum memangku jabatan (wanita menjadi ibu) bila seorang mulai
penyesuaian sosial dan psikologis terhadap peran barunya dengan mempelajari apa
saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu
2. Formal
Dimulainya dengan peran yang sesungguhnya seorang ibu pada masa ini bimbingan
secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial dari
wanita
3. Informal
Masa ketika indvidu mengembangkan caranya sendiri dalam memainkan peran.
4. Personal
Wanita elah mahir melaksanakan perannya sebagai ibu. Ia telah mampu
menentukan caranya sediri dalam melaksanakan peran barunya ini

B. Peran ibu yang aktif dimulai


- Bayi lahir 3 bulan 7 bulan post partum (Mercer)
- Ibu hamil 6 bulan post partum ( Rubin)

C. Variabel / Faktor yang mempengaruhi pencapaian peran ibu :

1. Variabel / faktor dar ibu


Umur ibu pada waktu pertama kali melahirkan
Persepsi tentang pengalaman melahirkan
Perpisahan dini dari ibu bayi
Stress social
Konsep diri
Pembawaan pribadi
Cara mandidik anak
Status kesehatan

2. Variabel /Faktor dari bayi


v Temperamen
v Kesehatan bayi
v Paras wajah bayi

3. Variabel/ Faktorlain/Campuran

v Latar belakang suku / etnik


v Status Perkawinan
v Status ekonomi

D. 4 Faktor pendukung dalam faktor sosial support :


1. Emosional
Perasaan mencintai penuh perhatian percaya dan mengerti.

2. Informational
Membantu u/ mendorong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang
berguna dan berhubungan dengan masalah atau situasi.

3. Physical
Pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi memberikan dukungan
dana.

4. Appraisal
Informasi yang menjelaskan ttg peran melaksanakan bagaimana ia menampilkannya
dalam peran. Hal ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri
yang berhubungan dengan penampilan peran orang lain.

E. 4 faktor dalam masa adaptasi :


1. Physical recovery phase( lahir 1 bulan )

2. Archievement phase( 2-4/5 bulan )


3. Distruption phase (6-8 bulan)
4. Reorganisation phase (8-12 bulan )

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahapan dalam Psikososial Stage menurut Reva Rubin yaitu: Anticipatory Stage
(pencegahan), Honeymon Stage, Plateu Stage, Disengegement.
Menurut Ramona T Mercer yaitu: Anticipatory/ Pendahuluan,Formal, Informal, dan
Personal.
Teori Ramona T Mercer ini menunjukan adanya pengaruh dari bayi dan kepribadian
bayi atas pembentukan peran dari si ibu. Peran ibu yang aktif dimulai sejak bayi lahir
3 bulan sampai 7 bulan post partum
Teori Reva Rubin menunjukkan Peran ibu yang aktif dimulai sejak kehamilan ibu
berusia 6 bulan sampai post partum. aktivitas penting sebelum seseorang menjadi
ibu: Taking On: Wanita meniru dan melaksanakan peran ibu. Phase ini dikenal
sebagai tahap meniru
Taking In: Fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan
peran yang dilaksanakannya pada tahap sebelumnya

Letting Go: Phase dimana wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang
sudah dilakukannya
3.2 SARAN
Dengan melihat keadaan psikologis ibu hamil kita menjadi tahu keadaan proses
adaptasi pada wanita dewasa masa kehamilan.

BAB I
PEMBAHASAN
Teori Model Kebidanan Reva Rubin dan Ramona T Mercer
a. Teori Reva Robin
Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan penelitian
dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin. Penelitian dan
pengamatan dilakukan lebih dari 20 tahun dengan lebih dari 6000 responden.
Tujuan Rubin adalah mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mencapai
peran seorang ibu beserta intervensi-intervensi yang memungkinkan
menimbulkan efek negatif. Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para
mahasiswa. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dan melalui telepon.
Subyek penelitian didapatkan di klinik antenatal dan postnatal. Data-data yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian peran
menjadi ibu diberikan kode kemudian dianalisis.
Rubin menyimpulkan usaha-usaha yang dilakukan wanita selama hamil
bertujuan untuk:
a. Memastikan keselamatan, kesejahteraan diri, dan bayinya
b. Memastikan penerimaan masyarakat
c. Penentuan gambaran dan identitas diri
d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Tujuan perawatan selama kehamilan dan setelah persalinan dijelaskan lebih
lanjut oleh JOSTEN (1981) sebagai berikut :
a. Memastikan kesehatan dan keselamatan secara fisik diri dan bayinya.
b. Penerimaan masyarakat terutama orang-orang yang sangat berarti bagi
keduanya.
c. Kedekatan dengan bayi.
d. Pemahaman tentang banyak hal bagaimana menjadi ibu.
Tiga aspek identitas peran ibu (Rubin, 1967):
a. Ideal image, didalamnya menyangkut hal-hal, kegiatan yang berkaitan dengan
bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu.
b. Gambaran diri (self image) digunakan oleh wanita untuk menggambarkan

tentang keadaan dirinya. Hal ini terjadi ketika seorang ibu melihat dirinya terkait
dengan peran ibu yang akan dilakukan ( siapakah aku?). Gambaran diri
seorang wanita adalah bagaimana wanita tersebut memandang dirinya sebagai
bagian dari pengalaman dirinya.
c. Gambaran tubuh (Body image) berhubungan dengan perubahan fisik dan
perubahan-perubahan spesifik lainnya yang menjadi selama kehamilan dan
masa setelah melahirkan.
Menurut Rubin (1967) identitas ibu dicapai melalui proses TAKING IN, TAKING ON
dan LETTING GO.
Ada lima langkah yang melekat dalam pencapaian gambaran wanita terhadap
dirinya, yaitu :
a. Mimicry (meniru)
Wanita meniru perilaku wanita lain (yang pernah hamil) dengan melihat,
mendengar, dan merasakan pengalaman menjadi ibu. Misalnya apa yang
dilakukan saat persalinan, bagaimana pertumbuhan bayi pada hari-hari pertama,
dan sebagainya.
b. Role Play (bermain peran)
Menciptakan kondisi dimasa yang akan datang dengan sengaja. Misalnya,
berlatih merawat bayi dengan menjadi babysitter (pengasuh anak) untuk anak
temannya, mencoba menyuapi anak kecil, dan sebagainya.
c. Fantasy (mengkhayal)
Wanita mengkhayalkan dirinya di masa yang akan datang. Misalnya, akan seperti
apa proses persalinannya nanti, baju apa yang akan dikenakan bayinya nanti,
dan sebagainya.
d. Introjection-projection-rejection (pengolahan pesan)
Wanita mencoba mengolah pesan dan membandingkan gambaran ideal tentang
seorang ibu dengan keadaan dirinya sendiri. Dalam fase ini dapat terjadi proses
penerimaan dan penolakan. Misalnya, saat ibu memandikan bayinya di rumah
berdasarkan apa yang dipelajarinya di rumah sakit atau di tempat lainnya.
e. Grief work (evaluasi)
Wanita tersebut mengevaluasi hasil tindakannyadi masa lalu dan menghilangkan
tindakan yang ia anggap sudah tidak tepat lagi.
Taking On didalamnya adalah kegiatan mimicry ( meniru ) dan role play
( bermain peran ). Taking In meliputi kegiatan berfantasi sehingga pada fase ini
ibu tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran pada tahap
sebelumnya. Introjection-projection-rejection merupakan tahap membedakan
model-model yang sesuai dengan pendapatnya. Letting Go merupakan tahap
meningkat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilakukannya. Pengalaman
baik interpersonal maupun situasional yang berhubungan dengan masa lalu
dirinya yang menyenangkan maupun tidak, serta harapan untuk masa yang akan
datang.
Rubin (1961) juga menyebutkan bahwa periode postpartum juga menyebabkan
stres emosional pada ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan
fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke
masa menjadi orang tua pada masa postpartum adalah sebagai berikut:
a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman.
b. Hubungan dari pengalaman melahirkan

c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anaak yang lalu (sebelumnya)


d. Pengaruh budaya
Hal senada juga disampaikan juga oleh MARTELL dan MITCHELL (1984) yang
menyatakan bahwa tahapan yang terjadi pada periode postpartum ini adalah
Taking in Taking Hold. Rubin (1961) menjelaskan bahwa tahapan yang terjadi
hampir sama dengan tahapan antenatal.
b. Teori Ramona T Mercer
Mercer adalah seorang perawat yang sangat concern terhadap proses
persalinan (Marriner-Tomey, 1989). Ia bekerja dengan pengaruh besar dari Reva
Rubin yang merupakan Professor keperawatan maternitas pada universitas
program doktoral dimana Mercer melaksanakan studinya. Sejak tahun 1988
Mercer telah menertibkan 4 buku, dan lebih dari 55 artikel.
Dalam teorinya Mercer lebih menekankan pada stress antepartum dalam
pencapaian peran ibu. Ia mengidentifikasi seorang wanita pada awal postpartum
menunjukkan bahwa wanita akan lebih mendekatkan diri kepada bayi
dibandingkan dengan melakukan tugasnya sebagai seorang ibu pada umumnya.
Mercer seperti ditulis Chalmers et al (1981) juga menjelaskan bahwa dukungan
selama hamil akan memberi pengaruh baik pada keadaan berikut:
a. Keterbatasan sosial seseorang.
b. Kurangnya dukungan sosial.
c. Minimnya self esteem diantaranya para ibu.
Ada dua pokok pembahasan dalam teori mercer yaitu: 1) efek stress antepartum,
2) pencapaian peran ibu. Tujuan pembahasan Mercer adalah pemberian
dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya efek lingkungan dan
dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan dari ibu.
Mercer menemukan 6 faktor yang mempunyai hubungan dengan status
kesehatan yaitu:
a. Hubungan interpersonal.
b. Peran keluarga.
c. Stress antepartum.
d. Dukungan sosial.
e. Rasa percaya diri.
f. Pengaruh rasa takut, keraguan dan depresi.
Selain itu menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang
membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri sendiri
(Mercer, 1986). Diungkapkan juga oleh Mercer (1981) bahwa 1-2 juta ibu di
Amerika gagal memerankan peran ini terbukti dengan tingginya jumlah anak
yang mendapatkan perlakuan yang kejam. Mercer melihat untuk menjadi ibu
tidak hanya pribadi wanita yang menjadi ibu, tetapi ia juga melihat kesulitankesulitan yang dihadapi ibu dalam melaksanakan peran ibu. Oleh karena itu
peran dan partisipasi suami/pasangan sangat penting untuk meyakinkan dan
memberikan penghadap peran baru ibu.
Penghargaan diri, status kesehatan dan dukungan sosial diperkirakan
mempunyai efek langsung terhadap penguasaan. Diperkirakan hal ini
mempunyai efek negatif yang langsung terhadap fungsi keluarga (mercer 1988).
Hubungan ini telah dibuktikan dalam suatu penelitian terhadap wanita yang
dirawat di RS dengan kehamilan resiko tinggi. Wanita-wanita tersebut

dibandingkan dengasertakan n wanita-wanita dengan kehamilan dengan resiko


rendah. Sebagian dari pasangan kedua grup ini juga diikutsaksertakan dalam
penelitian ini. Dari penelitian ini ternyata bahwa wanita dengan kehamilan resiko
tinggi mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal dibandingkan dengan
wanita dengan kehamilan resiko rendah.
Wanita dalam pencapaian peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Faktor ibu meliputi umur ibu waktu melahirkan, persepsi ibu terhadap
pengalaman melahirkan, memisahkan ibu dan anak lebih awal, stress sosial,
dukungan sosial, konsep diri, sifat pribadi, sikap terhadap membesarkan anak
dan status kesehatan ibu.
b. Faktor bayi meliputi temperamen dan kesehatan bayi.
c. Faktor-faktor lain meliputi latar belakang etnik keluarga, status perkawinan
dan status sosial ekonomi keluarga.
Mercer mengidentifikasikan adanya 4 faktor pendukung dalam hal dukungan
sosial, yaitu:
1. Emosional yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, rasa percaya dan
pengertian.
2. Informational yaitu membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan
memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah dan
atau situasi.
3. Physical yaitu pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi
atau dapat juga berbentuk memberikan dukungan dana.
4. Appraisal yaitu informasi yang menjelaskan tentang peran dirinya, bagaimana
ia menampilkannya dalam peran. Sehingga hal ini memungkinkan individu
mampu mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan
peran orang lain.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan penelitian
dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin.Tujuan Rubin
adalah mengindentifikasi bagaimana seorang wanita mencapai peran menjadi
seorang ibu beserta intervensi-intervensi yang memungkinkan menimbulkan
efek negatif. Sedangkan
Ramona T Mercer lebih menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian
peran ibu. Ia mengidentifikasi seorang wanita pada awal postpartum
menunjukkan bahwa wanita akan lebih mendekatkan diri kepada bayi
dibandingkan dengan melakukan tugasnya sebagai seorang ibu pada umumnya.
B. Saran
Sebaiknya kita mempelajari teori model kebidanan Reva Rubin dan Ramona T
Mercer agar pengetahuan dan wawasan kita bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani, Dwanda dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fintramaya.
Soepardan, Suryani. 2006. Konsep Kebidanan. Bandung: EGC.
Cahyani, A. 2003. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
Sofyan, Mustika, et all. 2003. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP
IBI

Senin, 04 Maret 2013


TEORI RAMONA T.MERCER
Biografi RAMONA T. MERCER
RAMONA T. MERCER adalah seorang perawat yang sangat concern terhadap proses
persalinan . Beliau bekerja dengan pengaruh dari Reva Rubin yang merupakan profesor
keperawatan maternitas pada Universitas Program Doctoral dimana Mercer melakukan
studinya .
Teori RAMONA T. MERCER
Pada teorinya , beliau lebih menekan kan pada sters ante partum ( sebelum persalinan )
dalam pencapaian peran Ibu . Pokok pembahasan dalam teori Ramona Mercer adalah :
a. Efek Stres Ante Partum
Yang di maksud stres ante partum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman
negative dari hidup seseorang . Perubahan yang di alami oleh ibu , selama kehamilan
terkadang dapat menimbulkan sters ante partum .
Tujuan asuhan : memberi dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan diri
seorang wanita .
Penelitian Mercer menunjukan ada 6 faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu ,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.

Hubungan Inter Personal


Peran Keluarga
Stres Ante Partum
Dukungan sosial atau support
Dari faktor social support ini , Mercer mengindentifikasikan adanya 4 faktor pendukung :
Emmotional support
Yaitu perasaan mencintai , penuh perhatian , percaya dan mengerti
Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu .
Physical support
Contoh nya dengan membantu merawat bayi
Appraisal support
Ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi diri nya sendiri dalam pencapaian peran

ibu .
5. Rasa percaya diri

6. Penguasaan rasa takut dan ragu


b. Pencapaian Peran Ibu
Menjadi seorang ibu , berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran
identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri
sendiri (Mercer , 1986 )
Peran Ibu di capai dalam kurun waktu tertentu , di mana ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk peran dalam mengekspresikan kepuasan dan penghargaan .
Mercer menegaskan bahwa umur , tingkat pendidikan , status perkawinan dan status ekonomi
adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaian peran ibu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran adalah sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
Ukur ibu pada saat melahirkan
Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
Dukungan sosial
Status kesehatan ibu
Sifat pribadi
Memisahkan ibu dari anak nya secepatnya
2. Faktor Bayi
Temperament
Kesehatan bayi
3. Faktor Lain
Status perkawinan
Status ekonomi
4 Tahap dalam pencapaian peran ibu menurut Mercer :
1. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu , dengan mempelajari segala sesuatu yang di butuhkan
untuk menjadi seorang ibu .
2. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya , dan bimbingan peran di butuhkan sesuai
dengan kondisi nya .
3. Informal
Dimana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran nya .
4. Personal
Merupakan peran terakhir , dimana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai seorang
ibu .

Peran bidan yang di harapkan Mercer dalam teori nya adalah :


Membantu wanita dalam melaksanakan tugas nya dalam adaptasi peran fungsi ibu .
Mengidentifikasi faktor apa yang mempengaruhi peran ibu dan kontribusi dari stress ante
partum .
aringan sosial seringkali dipakai sebagai sumber terbesar mendapatkan
nasihat hamil/kehamilan.
Anggota keluarga yang lain, terutama anak-anak yang lain dan kakek/neneknya
juga harus menyesuaikan diri dengan ibu hamil/kehamilan. Untuk beberapa
pasangan, hamil/kehamilan dapat berkembang menjadi krisis yang merupakan
gangguan atau konflik dan tidak dapat memelihara keseimbangan.
hamil/kehamilan merupakan kematangan dari krisis yang normal yang terjadi
pada suatu keluarga. Kelemahan ego,kehilangan pertahanan diri, tidak
tertanggulanginya masalah yang muncul dan perubahan hubungan. Bila krisis
tidak dapat ditanggulangi, akan menghasilkan perilaku yang tidak bisa
beradaptasi pada satu atau lebih anggota keluarga dan kemungkinan keluarga
pecah. Keluarga yang mampu menanggulangi krisis akan kernbali berfungsi
secara normal dan bahkan terjadi ikatan yang lebih kuat waktu hamil/kehamilan.

Respons Emosional
Kondisi hamil/kehamilan mengganggu citra tubuh dan juga ia perlu mengkaji
kembali perubahan peran dan hubungan sosialnya saat hamil/kehamilan. Stres
ibu hamil/kehamilan dipengaruhi oleh emosinya saat hamil/kehamilan,
lingkungan sosial, latar belakang budaya, dan penerimaan atau penolakan
terhadap kehamil/kehamilanarmya. Respons emosi dan psikologis ibu
hamil/kehamilan selama hamil/kehamilan termasuk rnenolak, menerima,
introversi, perubahan perasaan, dan perubahan citra tubuh.

Ambivalen
Perasaan menolak (ambivalen) disebabkan karena ada perasaan khawatir bahwa
waktunya sa1ah, bahwa hamil/kehamilan ini tidak diinginkan, "nanti dan
tidak sekarang karena merasa takut dan cemas, merasa ragu-ragu pada peran
yang baru, tidak tertanggulanginya konflik dengan ibu perempuan tersebut atau
ketakutan terhadap hamil/kehamilan dan persalinan. Akibat dari penolakan
memanjang dan lebih sering depresi, ketidaknyamanan fisik, ketidak puasan
dengan bentuk badannya, perubahan perasaan yang drastis dan kesulitan
menerima perubahan akibat hamil/kehamilan. Menurut Miller (1997) perempuan
dengan hamil/kehamilan yang tidak akan mengalami peningkatan depresi,
stress, penurunan dukungan dari ayah dan menurunkan kepuasan hidupnya.

Pada awal-awal bulan hamil/kehamilan bisa jadi ibu hamil/kehamilan


menginginkan abortus terapeutik yang dapat menyebabkan perasaan bersa1ah
telah menyakiti bayinya.

Cemas
Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan
hamil/kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Camas mungkin emosi positif
sebagai perlindungan menghadapi stresor, yang bisa menjadi masalah apabila
berlebihan. Bidan perlu memastikan
1. Apakah cemas pada ibu hamil/kehamilan benar-benar timbul
2. Apakah cemas bisa meljadi stres
3. Apakah
menurunkan
kecemasan
pada
menguntungkan atau bahkan tidak perlu.

hamil/kehamilan

bias

Menurut Crandon (1979), tingginya kecemasan pada ibu hamil/kehamilan


dihubungkan dengan kejadian abnormal sebelumnya, misalnya abortus, kasuskasus yang terjadi pada akhir hamil/kehamilan. Menurut Niven (1992) kejadian
antara emosional dan khawatir telah dicatat pada perempuan yang sebelumnya
kehilangan bayi atau melahjrkan dengan kesulitan. Cmas yang teratasi sering
berhubungan dengan penyesuaian postnatal yang lebih baik dan cemas pada
hamil/kehamilan secara konsisten tidak berhubungan dengan komplikasi pada
persalinan. Sherr (1989) mencatat bahwa tingkat kecemasan mempunyai efek
negatif pada reaksi staf kesehatan terhaclap ibu hamil/kehamilan.
Banyak penelitian hamil/kehamilan terhadap tingkat kecemasan yang telah
dilakukan,
antara
lain
perbandingan
tingkat
kecemasan
pada
ibu
hamil/kehamilan lebih
pada ibu hamil/kehamilan dan menurun pada ibu
hamil/kehamilan postpartum. Barclay dan Barclay (1976) menemukan bahwa
peningkatan pengetahuan ticlak menurunka; kecemasan dan juga ditemukan
bahwa nerempuan yan tidak hamil/kehamilan menunjukkan tingkat depresi yang
lebih besar pada hamil/kehamilan daripada hasil pemantauan pada ibu
hamil/kehamilan itu sendiri.

Penelitian hamil/kehamilan secara umum memperlihatkan bahwa intervensi pada


kecemasan mempunyai efek yang menguntungkan sebagai berikut :

Persiapan untuk kecemasan

Antisipasi hamil/kehamilan

Pendidikan hamil/kehamilan

Pengetahuan hamil/kehamilan

Strategi hamil/kehamilan

Penurunan kecemasan

Psikologi 1 A

Fisik `

Lingkungan

Biologi

Pengawasan kecemasan

Strategi koping

Pndekatan

Penghilangan stresor

Menghindari

Memeriksa kembali prosedur dan protokol

Penghilangan persepsi

Pengobatan

Relaksasi I

Distraksi

Secara individu cemas dapat mengganggu, Cohen etal. (1989) menyatakan


bahwa seorang perempuan yang panik dapat mengalami abrupsio plasenta.
Menurut Reading (1983), faktor-faktor yang dapat mengurangi efek dari
kecemasan adalah pengobatan kecemasan, sikap menghadapi kecemasan,
penilaian kecemasan, dukungan psikososial, dan strategi koping. Intervensi 'bisa
dilakukatn untuk faktot-faktor hamil/kehamilan tersebut. Stres yang
berkelanjutan dapat meningkatkan perilaku yang ngatif misalnya merokok atau
minum alkohol.
Depresi
Banyak penelitian hamil/kehamilan tentang depresi berfokus depresi pada
postpartum atau menilai depresi antenatal sebagai usaha untuk memprediksi

clepresi postpartum. Elliot (1984) mencatat bahwa angka depresi tidak signifikan
pada hamil/kehamilan.

Menerima hamil/kehamilan
Langkah pertama untuk hamil/kehamilan beradaptasi dengan peran sebagai ibu
hamil/kehamilan adalah menerima ide untuk hamil/kehamilan. Tingkat
penerimaan ini digambarkan dengan kesiapan wanita hamil/kehamilan tersebut
untuk
hamil/kehamilan
dan
respons
emosionalnya.
Banyak
wanita
hamil/kehamilan merasa kaget rnendapatkan dirinya hamil/kehamilan.
Penerirnaan terhadap kondisi hamil/kehamilan sejalan dengan penerimaan
tumbuhnya anak secara nyata! Keharnilan yang tidak diterima, tidak sama
dengan menolak seorang anak. Seorang wanita hamil/kehamilan bisa tidak suka
hamil/kehamilan, tetapi mencintai anak yang akan dilahirkan. Wanita yang
berbahagia dan senang dengan hamil/kehamilannya memperlihatkan tidak
adanya kekurangan secara biologis. Mereka rnempunyai harga diri tinggi dan
percaya diri terhadap diri, bayinya, Serta kepada anggota keluarga yang lain,
Walaupun dengan kondisi yang prima, banyak wanita mengalarni kondisi yang
laloil secara emosional, terjadi perubahan perasaan seoara cepat yang tidak
clapat diprediksi. Perubahan hormonal ikut rnemengaruhi perubahan perasaan
seperti menjelang menstruasi atau selama menopause. Penanganan kondisi
hamil/kehamilan ini termasuk intervensi dan dukungan yang rnernerlukan
perhatian dan konseling seputar kelahiran, misalnya cemas dan depresi pada
hamil/kehamilan, baik normal ataupun abnormal. Juga dikaji secara klinis tentang
trauma emosional dan rnedis yang merupakan pengalaman banyak wanita
dalam melahirkan.

Banyak perempuan hamil/kehamilan yang rnendrarnatisir perubahan yang timbul


dan merasa sangat sensitif, tetapi ada juga yang tidak terlalu merasakan adanya
perubahan. Ada be- berapa teori yang menyatakan pencetusnya adalah biologi
social atau psikologi Kenyataannya, beberapa perubahan dimungkinkan oleh
banyak hal yang kompleks, bervariasi dan berbeda-beda pada setiap perempuan
hamil/kehamilan, hal ini telah diteliti oleh Grimm (1961), Gorsuch dan Key
(1974). Pada beberapa penelitian melaporkan penemuan yang berlawanan atau
konflik, gagal mengontrol taktor pemicu medis misalnya respons emosional dan
kegagalan lain dalam mengulangi atau melanjutkan penelitian. Eliot et al. (1983)
menyatakan bahwa pertimbangan perempuan bervariasi, baik hamil/kehamilan
maupun tidak dengan rneneliti tingkat pengalaman, harus dihindarkan Ukuranukuran ini Bering merupakan prediksi tentang basil pada postnatal dengan
berbagai tingkat keakuratan.

Pada trimester hamil/kehamilan kedua adalah relatif tenang yang dialami, yaitu
morning sickness hamil/kehamilan sudah lewat dan ancaman abortus spontan

juga sudah lewat. mulai menghadapi kenyataan hamil/kehamilan sebagai


berikut.
1. Menerima tumbuhnya fetus yang merupakan makhluk yang berbeda
dengan dirinya, yaitu dengan adanya gerakan fetus pada minggu ke-20
hamil/kehamilan (quickening) yang di- rasakan sebagai persepsi dan
perubahan yang drama- tik bahwa ia akan mempunyai bayi.
2. Tumbuh kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpifala dari
tubuhnya.
3. Terhba; dalam hubungan ibu ennai han dam tang gung Jawab.
4. Mengembangkan kedekatan Hubungan dengan bayinya secara dan
merasa senang. Perempuan yang hamil/kehamilannya direucanakan,
mempunyai kedekaan hubungan dengan bayinya secara lebih awal.
5. Mendengar denyut nadi jantung bayi merasakan gerak nempatkan
perempuan tersebut pacia kondisi ingin menyendiri, introspeksi dan
berfantal tentang anaknya, is akan senang dengan anak kecil.

Pada trimester hamil/kehamilan ketiga terdapat kombinasi antara perasaan


bangga dan cemas tentang apa yang akan terjadi pada saat melahirkan. Pada
saat ini ibu hamil/kehamilan akan mengalami:
1. Rasa diri diistimewakan di lingkungan umum (ia bisa senang atau
menolak)
2. Proses kedekatan dengan fetusnya berlanjut.
3. Persiapan menjadi orang tua/ ibu hamil/kehamilan.
4. Spekulasi mengenai jenis kelamin anak dan nama anak.
5. Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinga ke perut ibu
hamil/kehamilan, berbicara dengan fetusnya. ' Pada akhir trimester ketiga
ketidaknyamanan fisik

Meningkat dan memerlukan istirahat. Ia merasa lebih cemas terhadap kesehatan


dan keselamatan melahirkan. Untuk itu diperlukan anjuran agar ia menyiapkan
kelahiran, penyesuaian terhadap kontraksi rahim. Ia akan menjadi lebih sensitif
dan memerlukan perhatian dan dukungan dari suami atau keluarganya.

Murung
Emosi ibu hamil/kehamilan mempunyai bermaam-macam karak teristik
menangis, karena sebab-sebab yang sepel Bila di tanya mengapa, ia akan sulit
memberi jawaban. Siluasi ini mungkin tidak mengenakkan bagi suami dan

keluarganya, yang menyebabkan bingung. Karena suami tidak bisa menangani


masalah ini, ia bisa menjauh atau bersikap tidak peduli. Karena ibu
hamil/kehamilan membutuhkan lebih banyak kasih sayang dan perhatian, sikap
suarni dapat menyebabkan ia akan merasa tidak dicintai dan tidak didukung.
Pasangan suami-istri perlu diberi pengertian bahwa ini adalah karakteristik ibu
hamil/kehamilan, agar lebih mudah mengatasi keadaan saat hamil/kehamilan.

Perubahan citra tubuh saat hamil/kehamilan


Perubahan tubuh ibu hamil/kehamilan yang berlangsung cepat, akan
menimbulkan perubahan citra tubuh pada waktu hamil/kehamilan, Tingkat
perubahan berhubungan dengan faktor-faktor kepribadian hamil/kehamilan,
respons sosial dan sikap menghadapi hamil/kehamilan. Perubahan citra tubuh
saat hamil/kehamilan adalah normal tetapi dapat meflimbulkan stres. Diperlukan
penjelasan dan diskusi kepaa pasangah yang dapat membantu menghilangkan
stres dalam hamil/kehamilan.

Tugas-tugas psikologi ibu hamil/kehamilan


Rubin (1984) mengidentifikasi 4 tugas ibu hamil/kehamilan untuk memelihara
fetusnya dan keluarga memasukkan anak tersebut ke dalam sistem keluarga,
yaitu
Pertama hamil/kehamilan, Memastikan keamanan dan persalinan dengan Cara:

Mencari pemeriksaan ibu hamil/kehamilan yang

Mencari aktivitas merawat diri (diet, olahraga, bahaya konsumsi alkohol).

Kedua hamil/kehamilan, Mencari lingkungan yang nmenerilna anaknya; Ia


memerlukan dukungan dari keioxa; goknya, misalnya keluarga atau bergabung
pada kelom gok. Figur suami perlu membantu penyesuaian untuk mendapatkan
identitasnya sebagai ibu. Bila di rumah ada anak-anak yang lain ibu juga perlu
memastikan penerin/ mn mereka terhadap anak yang akan Iahir. Diperlukan
hubungan eksklusif, perernpuan dan suami atau ibu dengan anak pertama yang
dapat menimbulkan stres. Penerimaan sosial bagi ibu yang remaja atau orang
tua tunggal akan Iebih sulit.

Ketiga hamil/kehamilan, Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu.


Selama trimester pertama keberadaan anak adalah abstrak. Dengan
"quickening anak mulai menjadi nyata ada, dan ibunya rnengembangkan
hubungan melalui epengalaman atas gerakan anak dalam perutnya merupakan
Cara yang eksklusif untuk rneraeakan cintanya. Ia Ialu berfantasi
membayangkan anak yang ideal, yang akan memotivasinya untuk berperan
sebagai ibu hamil/kehamilan. Rasa cintanya itu akan meningkatkan

hamil/kehamilan komitmennya untuk melindungi fetusnya termasuk setelah


lahir.

PERAN SEBAGAI AYAH


Ayah seringkali kelihatan standar sebagai pengamat istrinya hamil/kehamilan.
Ia diperlukan waktu konsepsi, membayar biaya, dan menyiapkan penuntun untuk
matangnya anak. Sekarang pandangan tersebut telah berubah dan seorang ayah
sekarang diharapkan berperan secara penuh merawat terlibat sebagai ayah, dan
pernberi nafkah sebagai respons tekanan masyarakat. Pengaruh dari perubahan
feminisme dan tekanan ekonomi menyebabkan lebih banyak perempuan bekerja
di luar rumah dan' berbagi peran sebagai orang tua. Kemudiarm sudah banyak
laki-laki lebih terlibat dalam melahirkan dan sebagai orang tua. Pada pfia terjadi
perasaan menolak. Perasaan hamil/kehamilan ini yang tergantung dari ba- nyak
faktor, misalnya apakah hamil/kehamilan itu direncanakan, bagaimana hubungan
laki-laki tersebut dengan istrinya/ pasangannya, pengalaman sebelumnya
dengan hamil/kehamilan, umur dan kestabilan ekonominya.

Sumber Stres Ayah


Seorang ayah mengalami stres dalam transisi menjadi orang tua, yang
disebabkan oleh:

Masalah keuangan.

Kondisi yang ticlak diinginkan selama hamil/kehamilan.

Cernas 'bayinya tidak sehat atau normal,

Khawatir tentang nyeri istriuya rnelahirkan.

Peran selama melahirkan

Sumber stres yang lain adalah

Perubahan hubungan dengan istri/pasangan.

Hilangnya respons seksual.

Perubahan hubungan dengan keluarga atau teman-teman laki-lakinya.

Kemampuan sebagai orang tua.

Peran ayah berkembang sejalan dengan peran ibu hamil/kehamilan. Secara


umum, ayah yang stres menyukai anak-anak, senang berperan sebagai ayah,

dan senang rnengasuh anak, percaya diri dan rnampu menjadi ayah, membagi
pengalaman tentang hamil/kehamilan dan melahirkan dengan pasangannya.
Perkembangan pengalaman ayah dibagi sesuai fase-fase dalam hamil/kehamilan
istrinya:

Tri semester hamil/kehamilan satu

Setelah mengetahui istrinya hamil/kehamilan, ia akan memberi tahu


teman-teman dan relasinya kabar gembira rersebut. .

Sering bingung terhadap perubahan perasaan istrinya,termasuk


perubahan tubuhnya. Ia mempefhatikan kebutuhan istrinya yang mudah
lelah dan menurunnya keinginan hubungan seksual istrinya.

Saat ini, anaknya adalah bayi yang potensial. Ayah sering dibayangkan
yang akan berinteraksi dengan anaknya yang dibayangkan berumur 5
atau 6 tahun hamil/kehamilan, walaupun hamil/kehamilan istrinya belum
kelihatan. Dimester kedua

Peran ayah pada saat ini masih samar-samar, tetapi keterbatasannya


meningkat dengan melihat dan merasakan gerakan fetus.

Ayah menjadi lebih nyaman dengan peran yang baru. Dengan melihat
anaknya. Pada USG adalah pengalaman yang penting dalam menerirna
kenyataan istrinya hamil/kehamilan.

Seorang ayah ingin meniru atau membuang perilaku sebagai ayah sesuai
keinginannya. Bisa juga timbul konflik pada pasangan tentang bagaimana
menjadi ayah. Dalam peran ayah sebagai pencari nafkah yang oleh
istrinya dirambah dengan terlibat secara aktif dalam mempersiapkan
perawatan anak, maka stresnya akan meningkat. Untuk itu perlu
persetujuan bersama pembagian peran. Di satu sisi ibu ingin dominan,
disisi lain ayah ingin lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja,
melakukan hobinya atau dengan teman-temannya.

Trimester ketiga hamil/kehamilan


Bila pasangan mampu berkomunikasi dengan baik trimester hamil/kehamilan
tiga ini adalah Waktu yang khusus dengan gambaran yang jelas tentang
perannya, dan mempersiapkan bersama kondisi ke deaan.

Terlibat dalam kelas bersama. Patididikan kesehatan tentang melahirkan

Persiapan yang nyata untuk kelahiran bayi

Perannya menjadi jelas.

Timbul rasa takut.

Timbul pertanyaan, menjadi orang tua seperti apa?

Dapatkah ia membantu istrinya melahirkan

Apakah mereka akan mempunyai bayi?

Cauvade
Secara tradisional, cuuwzde adalah ritual atau tabu oleh laki-laki dalam transisi
menjadi ayah. Ini berhubungan secara biofisik dan psikososial dengan istri dan
anak. Misalnya, dilarang makan makanan tertentu, dilarang membawa senjata
sebelum anaknya lahir, timbul gejala-gejala hamil/kehamilan fisik berupa lelah,
nafsu makan meningkat, susah tidur, depresi, sakit kepala, sakit punggung.
Penelitian menujukkan bahwa laki-laki yang memperlihatkan sindrom cauade,
ingin mempersiapkan peran sebagai ayah yang lebih tinggi dan terlibat lebih
aktif dalam persiapan mempunyai anak.

ADAPTASI SAUDARA KANDUNG


Saudara kandung perlu dipersiapkan terhadap kedatangan adiknya, karena bisa
menimbulkan perasaan bersaing (sibling rivalry). Sibling rivalry timbul karena
anak-anak takut perhatian orang tuanya berubah. Pencegahan kondisi ini dapat
dilakukan dengan Cara:

Anak diberi tahu sejak awal hamil/kehamilan.

Anak todler diberi kesempatan merasakan bayinya bergerak dalam rahim


dan dijelaskan bahwa rahim adalah tempat khusus bayi tumbuh.

Anak dapat membantu mengatur baju bayi di laci atau menyiapkan


tempat tidur bayi dan kamar bayi.

Bantu anak menyesuaikan diri pada perubahan ini.

Kenalkan anak dengan bayi, sehingga anak tidak membayangkan adiknya


akan cukup besar untuk diajak bermain.

Mengajak anak ke tempat periksa hamil/kehamilan, diberi kesempatan


mendengarkan denyut jantung janin.

Bila saudara kandung sudah sekolah, maka hamil/kehamilan akan merupakan


urusan keluarga. Pengajaran tentang gehamil/kehamilanan didasarkan kepada
tingkat pengertian anak. Bisa disiapkan buku-buku di rumah, termasuk
merasakan kerakan anak, mendengar bunyi jantung janin. Biarkan ia hadir waktu
melahirkan. Persiapan saudara kandung perlu untuk menerima bayi baru dengan

memberi cukup peran oleh orang tuanya agar tidak berperilaku regresif atau
agresif.

KEHADIRAN KAKEK ATAU NENEK


Dengan adanya hamil/kehamilan, hubungaii pasangan tersebut but dengan
orang tuanya menjadi lebih dekat. Kakek/ nenek kadang-kadang merasa tidak
pasti seberapa boleh mereka terlibat, seberapa ingin membantu, memberi
nasihat atau hadiah. Bagi kakek/nenek yang masih muda bisa terlibat membantu
bekerja atau kegiatan lain. Bagi kakek/' nenek peran mereka juga berubah dalam
kehidupa sejahtera , seperti sudah pensiun, keuangan, menopause, kematian
teman dan lain-lain yang bisa menimbulkan konflik dalam struktur perubahan
keluarga karena pasangan yang hamil/kehamilan tersebut juga ingin merasakan
dan mengontrol situasi baru mereka sendiri. Penting bagi pasangan yang masih
muda untuk mendengarkan perbedaan yang ingin dijelaskan oleh orang tuanya.
Biasanya pasangan muda merasakan menerima nasihat yang berlebihan, yang
kadang-kadang bisa mereka anggap sebagai Kritik atas asuhan mereka kepada
bayi yang baru lahir. Sebaiknya pasangan muda mendiskusikan masalahrnasalah mereka dan menyetujui perencanaannya.

Peran dari bantuan kakek/nenek ketika bayi dibawa pulang, perlu diperjelas
untuk memberikan situasi yang nyaman di rumah. Kadang-kadang diperlukan
pendidikan dalam kelas bagi kakek/ nenek, agar bisa mernberi nasihat atau
dukungan kepada orang tua baru.

PERBEDAAN BUDAYA DALAM KELUARGA


Secara universal ada tendensi timbulnya ritual Seremonial sekeliling kehidupan,
seperti hamil/kehamilan, kelahiran pernikahan, kematian. Mengidentifikasi nilainiiai budaya, bergxma dalam merencanakan perawatan yang sensitif sesuai
budaya. Hamil/kehamilan adalah kejadian yang membahagiakan dalam budaya
yang memberi nilai terhaap anak. Ada budaya yang menganggap bahwa
hamil/kehamilan adalah sakit, ada yang menganggap hamil/kehamilan adalah
kejadian alamiah.

Sikap ibu hamil/kehamilan bervariasi tergantung budayanya misalnya orang


Amerika yang berasal dari Afrika menganggap hamil/kehamilan itu adalah
kebahagiaan. Orang Amerika Mexico menganggap hamil/kehamilan itu adalah
kondisi alamiah. Kebanyakan anak-anak diharapkan kehadirannya untuk
meneruskan keluarga dan nilai-nilai budaya. Seorang perempuan yang memberi
anak terutarna jenis kelamin laki-laki akan mendapatkan status yang lebih tinggi.
Hal ini terdapat pada keluarga Cina.

Menyiapkan Kelahiran
Banyak aktivitas yang dilakukan untuk menyambut kelahiran dengan membaca
buku, melihat film, mengikuti kelas-kelas pendidikan menjadi orang tua, dan
berdiskusi dengan wanita-wanita lain. Mereka mencari tahu cara perawatan yang
rnemungkinkan.

Pada multipara, mereka telah mempunyai riwayat sendiri tentang melahirkan


yang memengaruhi persiapan persalinannya. Cemas bisa timbul karena
perhatian tentang jalan lahir yang aman selama proses. Rasa cemas tersebut
kadang-kadang tidak dikeluarkan tetapi bidan perlu tahu isyarat/tanda tersebut.
Banyak wanita takut terhadap nyeri melahirkan atau pengguntingan perineum,
karena mereka tidak mengerti anatomi dan proses melahirkan. Ibu
hamil/kehamilan perlu diberi pendidikan bagaimana perilaku yang betul selamay
melahirkan. Persiapan yang terbaik untuk melahirkan adalah menyadari
kenyataan secara sehat tentang nyeri, rnenyeimbangkan risiko dengan rasa
senang, dan keinginan tentang hadiah akhir berupa. Menghadapi akhir dari
trimester hamil/kehamilan III, ibu hamil/kehamilan rnengalarniy sulit bernapas
dan gerakan fetus lebih keras yang mengganggu tidur, sakit punggung, sering
kencing, susah defekasi dan varises, selama ini dapat menjadi masalah.

Membesarnya tubuh ibu hamil/kehamilan memengaruhi kemampuan ibu


hamil/kehamilan untuk mengasuh anak-anak yang lain, melaksanakan pekerjaan
rutin dan memerlikan posisi yang nyaman untuk tidur dari istirahat. Saat Wanita
hamil/kehamilan tersebut menjadi pasien yang akan melahirkan, yang memiliki
perasaan senang, takut atau campuran perasaan.

Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester II


Peningkatan rasa memiliki dan mulai dapat kembali pada minat semula, adanya
gerak anak menjadikan ibu semakin merasakan kehamilan, mulai membayangkan
fisik calon bayi dan merancang rencana masa depan untuknya, ibu merasakan
peningkatan.
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase: prequickening (sebelum adanya
pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah adanya
pergerakan janin yang dirasakan ibu).

1.

Fase Prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa prequickening pada trimester kedua, ibu
hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya
yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala
hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi basis/dasar bagaimana
ia mengembangkan hubungannya dengan anak yang akan dilahirkannya.
Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah perubahan
identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya) menjadi pemberi kasih sayang
(persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi
ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih sayang
kepada anak yang akan dilahirkannya.

2.

Fase Postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan muncul.
Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru
sebagi seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran
lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama kali
dan wanita karir.
Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya
adalah individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini meyebabkan perubahan fokus
pada bayinya. Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,
yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan
yang normal dialami saat hamil.
Respon psikologis triwulan kedua: konsep abstrak kehamilan menjadi identitas
nyata: perut membesar, gerakan janin terasa (quickening) gerakan ini merupakan
peristiwa penting karena gerakan janin yang lembut ini, bahwa kehidupan terjadi
dalam rahim. Dokter atau bidan mendengar denyut jantung janin, wanita sudah
dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan, ia mulai memikirkan janin merupakan

bagian dari dirinya yang secara keseluruhan bergantung padanya, sekarang ia


mengatakan: saya akan mempunyai bayi.

daptasi Psikologis Pada Kehamilan

1. Adaptasi Maternal (Salmah,dkk. 2006)


Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk
berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan
kognitif. Pada kehamilan awal tidak ada yang berbeda. Ketika fetusnya mulai
bergerak pada trimester ke-2, wanita tersebut mulai menaruh perhatian pada

kehamilannya dan menjalin percakapan dengan ibunya atau teman teman lain
yang pernah hamil.
Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan
stress tetapi imbalannya dalah wanita tersebut siap memasuki suatu fase baru
untuk bertanggung jawab dan memberi perawatan. Konsep dirinya berubah, siap
menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya, secara bertahap ia berubah
dari memperhatikan dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen
untuk bertanggung jawab kepada makhluk lain.
Perkembangan ini membutuhkan suatu tugas perkembangan yang pasti dan
tuntas yang mencakup menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu,
membangun kembali hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi
yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran anaknya (Wayland & Tate,
1993 ; Zachariah, 1994). Dukungan suami secara emosional adalah faktor yang
penting untuk keberhasilan tugas perkembangan ini.

2. Tugas-Tugas Psikologi Ibu (Salmah,dkk. 2006)


Rubin (1984) mengidentifikasi 4 tugas ibu hamil untuk memelihara fetusnya
dan keluarga memasukkan anak tersebut ke dalam sistem keluarga, yaitu :
a. Memastikan keamanan kehamilan dan persalinan dengan cara :
Mencari pemeriksaan ibu hamil yang baik
Mencari aktivitas merawat diri (diet,olahraga)
b. Mencari lingkungan yang menerima anaknya. Ia memerlukan dukungan dari
kelompoknya, misalnya keluarga atau bergantung pada kelompok. Figur suami
perlu membantu penyesuaian untuk mendapatkan identitasnya sebagai ibu. Bila
di rumah ada anak-anak yang lain, ibu juga perlu memastikan penerimaan
mereka terhadap anak yang akan lahir. Diperlukan hubungan yang ekslusif,
perempuan dan suami atau ibu dengan anak pertama yang dapat menimbulkan
stress. Penerimaan sosial bagi ibu yang remaja atau orang tua tunggal akan lebih
sulit.
c. Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu. Selama trimester pertama
keberadaan anak adalah abstrak. Dengan Quickening anak mulai menjadi
nyata ada, dan ibunya mengembangkan hubungan melalui pengalaman atas
gerakan anak dalam perutnya merupakan cara yang ekslusif untuk merasakan
cintanya. Ia lalu berfantasi membayangkan anak yang ideal, yang akan

memotivasinya untuk berperan sebagai ibu (Mercer, 1995). Rasa cintanya itu
akan meningkatkan komitmennya untuk melindungi fetusnya termasuk secara
lahir.
d. Menyiapkan Kelahiran. Banyak aktivitas

yang dilakukan untuk menyambut

kelahiran, dengan membaca buku, melihat film, mengikuti kelas-kelas pendidikan


menjadi orang tua, dan berdiskusi dengan wanita-wanita lain. Mereka mencari
tahu cara perawatan yang memungkinkan (Patterson et sl, 1990).
3. Penyesuaian Psikologi pada Ibu dan Prosesnya (Varney, Helen, dkk. 2006)
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan
sebelum memiliki anak yang sekarang berada di dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini
dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani
proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan
dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia
dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya cepat sekali berubah.
Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami
perubahan.

Ia

menjadi

sangat

sensitif

dan

cenderung

bereaksi

sangat

berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka pada dirinya sendiri dan
suka berbagi kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angan,
fantasinya dan arti kata-katanya, objek, pariwisata, konsep abstrak, seperti
kematian, kehidupan, keberhasilan dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi
bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau
mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka sangat takut akan
kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Mereka cemas akan
hal-hal yang tidak mereka pahami karena mereka merasa tidak dapat
mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada
dalam suatu proses yang tidak berubah kembali. Hal ini membuat sebagian
besar wanita menjadi tergantung dan sebagian lainnya menjadi tidak menuntut.
Saat ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan saran selaras dengan
uasaha

mereka

mencari

sumber

pendukung

baru

dan

arahan

dalam

membayangkan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran yang baru,


perubahan dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak dipahami serta makna
dari semua hal ini.

Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologi khusus


yang jelas, yang kadang nampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang
sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologi ini dapat diidentifikasi pada
trimester ketiga dan pembagian trimester

ini akan digunakan pada diskusi

berikut. Respon psikologi umum terhadap kehamilan yang baru dibahas dan
proses maupun proses psikologi lain dapat terulang lagi pada kehamilan
berikutnya.

a.

Trimester Pertama (Varney, Helen dkk. 2006)


Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian
yang

dilakukan

wanita

adalah

terhadap

kenyataan

bahwa

ia

sedang

mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya
merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama
kehamilan.
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa
ia

hamil.

Kurang

lebih

80%

wanita

mengalami

kecemasan,

penolakan,

kekecewaan, depresi dan kesedihan. Hingga kini masih diragukan bahwa seorang
wanita lajang bahkan yang telah merencanakan dan menginginkan kehamilan
atau telah berusaha keras untuk hamil tidak mengatakan pada dirinya sendiri
sedikitnya satu kali bahwa dirinya bahwa sebenarnya berharap tidak hamil.
Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena ia
cenderung menyembunyikan ambivalensi atau perasaan negatifnya ini karena
perasaan tersebut bertentangan dengan apa yang menurutnya semestinya ia
rasakan. Jika ia dibantu memahami dan menerima ambivalensi dan perasaan
negatif tersebut sebagai suatu hal yang normal dalam kehamilan, maka ia akan
merasa sangat bersalah jika nantinya bayi yang ia kandung meninggal saat
dilahirkan atau terlahir cacat atau abnormal. Ia akan mengingat pikiran-pikiran
yang ia miliki selama trimester pertama dan merasa bahwa ia adalah penyebab
tragedi tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia dapat menerima pikiran tersebut
dengan baik.
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri. Dari fokus pada dirinya sendiri ini,
timbul ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek
kehamilan untuk kehidupannya kelak (terutama apabila ia memiliki karier).

Tanggung

jawab

yang

baru

atau

tambahan

yang

akan

ditanggungnya,

kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang


ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga dan penerimaan orang-orang
terdekat terhadap kehamilannya. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir
dengan seiring ia menerima kehamilannya. Penerimaan ini biasanya terjadi pada
akhir
cukup

trimester pertama dan difasilitasi oleh perasannya sendiri yang merasa


aman

untuk

mulai

mengungkapkan

perasaan-perasaan

yang

menimbulkan konflik yang ia alami. Sementara itu, beberapa ketidaknyamanan


pada trimester pertama seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan,
kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia
alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang
kehamilannya.
Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau
telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus tidak percaya
bahwa ia telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat menyenangkan apakah
kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal telah beberapa kali
mengalami keguguran dan bagi tenaga kesehatan yang professional yang cemas
kemungkinan terjadi keguguran kembali atau trauma. Pada wanita ini sangat
tidak sabar menunggu hasil akhir trimester pertama sebagai suatu batu loncatan
sehingga setelah trimester pertama ini terlewati, mereka dapat merasa santai
dan percaya sepenuhnya terhadap kehamilan mereka.
Beberapa pasangan memilih untuk tidak memberi tahu pihak manapun
mengenai kehamilannya hingga trimester pertama dan menghindari rasa pahit
yang mungkin timbul dengan menceritakan

pada orang lain jika ternyata

mereka mengalami keguguran. Pasangan lain memilih berbagi kebahagiaan dan


kegembiraan setelah mereka mengetahui dan mempertimbangkan bahwa
mereka memiliki sistem pendukung yang siap-sedia jika keguguran terjadi.
Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama.
Berat badan dapat menjadi salah satu realitas tentang keadaannya kerena
tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil. Bagi kebanyakan wanita,
peningkatan berat badan ini dapat dinilai sebagai janin yang berada dalam
kandungan mengalami pertumbuhan meskipun buktinya tidak terlihat secara
fisik.

Wanita

merasa

pertambahan

berat

badan

tersebut

berada

dalam

kendalinya dan mengkonstribusi pertumbuhan abdomennya, yang berarti

berkontribusi pada kandungannya. Sebaliknya, wanita yang mengandung dan


berusaha menyembunyikannya akan berusaha menahan lapar agar tidak terlihat
hamil sementara berusaha mengatasi masalah dan membuat keputusan untuk
menyelesaikan masalah-masalah mereka.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa
dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya
kehamilan. Bukti paling kuat adalah terhentinya menstruasi dan perubahan
payudara berulang-ulang dipelajari. Validasi ini menjadikan temuan-temuan pada
panggul, terutama yang mengaruh pada kehamilan menjadi sangat penting.
Wanita tersebut berulang-ulang memperhatikan foto hasil ultrasonografi sejak
awal. Selain trimester pertama, kehamilan wanita menjadi rahasianya sendiri,
yang hanya ia bagikan kepada orang-orang tertentu yang ia kehendaki.
Pikirannya sebagian besar meliputi apa yang sedang terjadi pada dirinya,
tubuhnya dan kehidupannya. Pada saat ini, bayi yang ia kandung masih belum
dianggap sebagi mahkluk yang terpisah dari dirinya.
Hasrat seksual pada trimester pertama bervariasi antara wanita yang satu dan
wanita yang lainnya. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur

dan terbuka

terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih


sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum dipengaruhi
oleh keletihan, kekhawatiran. Dan masalah-masalah lain yang merupakan hal
yang normal terjadi pada trimester pertama.

b. Trimester Kedua (Varney, Helen, dkk. 2006)


Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni
periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika
wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan pascaquickening.
Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang
menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya

pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya
sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir trimester pertama dan selama porsi pra-quickening trimester
kedua

berlangsung,

wanita

tersebut

akan

mengalami

lagi,

sekaligus

mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya


sendiri. Wanita tersebut mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan
kembali beberapa hal yang mendasar bagi dirinya. Semua masalah interpersonal
yang dahulu pernah dialami oleh wanita dan ibunya, atau mungkin masih
dirasakan hingga kini, dianalisis. Potensial kemungkinan timbulnya masalah
interpersonal pada hubungan pada ibu dan anak sebaiknya dikaji. Dengan
pengkajian ini, akan muncul suatu pengertian dan penerimaan terhadap kualitaskualitas yang dimiliki ibu, yakni kualitas yang ia hargai dan hormati. Kualitas lain,
yakni kualitas yang negatif dan tidak diinginkan dan tidak dihargainya, dapat ia
tolak. Penolakan ini dapat menimbulkan perasaan bersalah dan konflik personal
kecuali wanita tersebut memahami bahwa proses ini normal dan bahwa
penolakan terhadap kualitas tertentu yang ada pada ibunya, dalam ia
mengambangkan identitas keibuannya sendiri, tidak berarti ia menolak ibunya
sebagai pribadi.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini ialah evolusi wanita tersebut mulai
dari menjadi seorang penerima kasih sayang dan perhatian (dari ibunya)
kemudian menjadi pemberi kasih dan perhatian (persiapan untuk menjadi
seorang ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan ibunya agar
dapat terlihat sebagai ibu yang baik. Penyelesaian aktual dalam konflik ini tidak
akan berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian wanita
hamil terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan dengan hal tersebut
akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas dirinya sendiri menjadi
pemberi kasih sayang. Pada saat yang sama ia juga menjadi penerima kasih
sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih, yang akibatnya, ia simpan bagi
bayinya sesuai dalam peranannya sebagai pemberi kasih sayang.
Dengan timbulnya quickening, muncul sejumlah perubahan karena kehamilan
telah menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak sosial berubah. Ia lebih banyak
bersosialisasi dengan wanita hamil atau ibu baru lainnya, dan minat serta
aktivitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan persiapan
untuk menerima peran yang baru. Pergeseran nilai sosial

ini menimbulkan

kebutuhan akan sejumlah proses duka cita, yang kemudian menjadi katalis

dalam memperkirakan peran barunya. Duka cita tersebut timbul karena ia harus
merelakan hubungan, kedekatan, dan peristiwa maupun aspek tertentu yang ia
miliki dalam peran sebelumnya yang akan terpengaruh dengan hadirnya bayi
dan peran barunya. Hal ini tidak berarti bahwa ia harus meninggalkan semua
hubungan dan ikatan yang ia miliki, tetapi yang jelas terjadi perubahan dan
ikatan tersebut. Terkadang, seorang wanita hamil berada di lingkungan kerja
tanpa seorang pun memahami kehamilannya atau orang-orang dalam kontak
sosialnya tidak sedang mengandung ataupun mereka memiliki anak remaja
sehingga memiliki masalah yang berbeda.
Pada situasi seperti ini, wanita tersebut dapat mengalami kesulitan untuk
menemukan wanita hamil lain untuk diajak berbicara dan membandingkan
perubahan-perubahan fisik yang dialaminya. Memanfaatkan kesempatan, seperti
bergabung dengan kelas latihan kehamilan, dapat memberi wanita tersebut
kontak sosial baru dengan wanita hamil lain seperti yang ia harapkan. Bagi
wanita multipara, hal ini mencakup terputusnya hubungan yang telah terbina
dengan anak-anak lain seiring ia mempersiapkan kondisi rumah dan keluarganya
untuk menyambut perubahan yang dihadirkan oleh bayi baru mereka nanti.
Sebagian besar perubahan peran dan peran baru wanita tersebut diuji coba,
dikembangkan, dan dimurnikan dalam fantasi, imajinasi, dan angan-angan.
Quickening memudahkan wanita mengonseptualisasi bayinya sebagai individu
yang terpisah dari dirinya sendiri. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam
fokusnya dari diri sendiri kepada bayi yang ia kandung. Secara bertahap
perubahan ini terlihat dari pengalaman mimpi bahwa orang lain, biasanya orang
yang tidak dikenal, sedang terluka. Mimpi-mimpi ini umumnya diartikan sebagai
ekspresi kewaspadaan ibu mengenai ancaman terhadap bayinya. Pada saat ini
jenis kelamin sang bayi bukan hal yang penting. Perhatian ibu adalah pada
kesejahteraan bayi dan menyambutnya menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang
lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual
mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua
relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita
belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini,
kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan
ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan
dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari

kasih sayang dari pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi
peningkatan libido dan kepuasan seksual.

c. Trimester Ketiga (Varney,Helen,dkk.2006)


Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni
periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
normal dialami saat hamil.. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir
kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan
menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam
menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama
wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan
pembesaran uterus, keduanya, menjadi hal yang terus-menerus mengingatkan
tentang keberadaan bayi. Orang-orang di sekitarnya kini mulai membuat
rencana untuk bayi yang dinantikan dan bahkan merencanakan baby-shower.
Wanita tersebut menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai menghindari
keramaian atau seseorang atau apapun yang ia anggap berbahaya. Ia
membayangkan bahwa mengintip dalam dunia di luar sana. Memilih nama untuk
bayinya merupakan persiapan menanti kelahiran bayi. Ia menghadiri kelas-kelas
sebagai persiapan menjadi orang tua. Pakaian-pakaian bayi mulai dibuat atau
dibeli. Kamar-kamar disusun dan dirapikan. Sebagian besar pemikiran difokuskan
pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah
bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa
cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti
bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan
kendali, hal-hal yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan
bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa
besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan
bayi.

Mimpi-mimpi

yang

dialaminya

merefleksikan

rasa

penasaran

dan

ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian besar mengenai bayi, anakanak, persalinan, kehilangan bayi, atau terperangkap dalam sebuah ruangan
yang sangat kecil dan tidak mampu keluar. Ia kemudian menyibukkan diri agar

tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal lain yang tidak
diketahuinya.
Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya
perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil, perpisahan antara ia
dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena
uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut
menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita
dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup
diri karena perasaan rentannya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat
menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan
memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada
pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada
trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin
besar halangan. Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode
alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan
perasaan bersalah jika ia merasa nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi
perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda
menjadi penting.
Posted by Merry Liana at 09:41
Reaction
s:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Asuhan Kebidanan I (Kehamilan)
No comments:
Post a Comment
Links to this post

Create a Link
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Entri Populer

Pengukuran Denyut Nadi

I.
PENGERTIAN P alpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut
nadi adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh d...

Pemeriksaan Refleks Patela


A.
Pengertian Refleks Patela Refleks adalah respons otomatis
terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung ref...

Contoh Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI RUANG BAYI
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013
PENGKAJIAN ...

Pengukuran Suhu
I.
Pengertian Suhu Suhu adalah pernyataan tentang
perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai...

KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


A.
PENGERTIAN Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar
dari rahim seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau d...

Pengukuran Panggul Luar pada Ibu


A.
Latar Belakang Persalinan dapat berlangsung dengan baik atau
tidak antara lain tergantung pada luasnya jalan lahir yang terut...

Standar Asuhan Kehamilan


A.
Standar Asuhan Kehamilan Standar asuhan kehamilan adalah acuan
dalam proses tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan ...

Cara Memasang NGT dan Memberi Makan Melalui NGT


1.
Pemasangan NGT a.
Definisi Melakukan pemasangan selang
(tube) dari rongga hidung ke lambung (gaster) b.
Tujuan ...

KONSEP DASAR KEHAMILAN FISIOLOGIS TRIMESTER III


A.
Pengertian Kehamilan Kehamilan merupakan fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi a...

Penanganan Sampah Secara Medis


PENGERTIAN SAMPAH MEDIS Sampah pada dasarnya merupakan suatu
bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas
manu...

Pengunjung
529,555
Search This Blog

Followers
Categories

Anatomi dan Fisiologi (4)

Asuhan Kebidanan (15)

Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) (19)

Bahasa Inggris (2)

Info Lomba (8)

Info Poltekkes Banjarmasin (3)

Kesehatan Reproduksi (1)

Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (9)

Konsep Kebidanan (13)

Mikrobiologi (5)

Motivasi (11)

Psikologi (4)

Blog Archive

2015 (15)

2013 (22)
o

April (2)

March (1)

February (19)

Peran Bidan dalam Persiapan Psikologis Ibu Hamil

Ketidak Nyamanan dalam Kehamilan

Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, II dan...

Gangguan Psikologi pada Masa Reproduksi Kehamilan

Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor Luar yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehamilan (Status K...

Faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehamilan (Gaya Hid...

Faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehamilan (Status G...

Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan

Standar Asuhan Kehamilan

Standar Asuhan Kehamilan

Kebutuhan Dasar Ibu Hamil (Personal Hygiene & Paka...

Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Hamil Trimester I, II d...

Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan Seksual pada Ibu Hamil

Kebutuhan Eliminasi pada Ibu Hamil

Kebutuhan Dasar Ibu Hamil (Istirahat dan Tidur)

Kebutuhan dasar Ibu Hamil (Mobilisasi & Body Mekan...

2012 (53)

2011 (4)

Anda mungkin juga menyukai