Anda di halaman 1dari 4

Soal Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan

1. Dalam kasus kelompok 10 yang mana tentang seorang bidan yang melakukan aborsi
kepada seorang remaja sehingga menyebabkan si remaja meninggal dunia di
karenakan si bidan memberikan suntikan oksitosin duradril 1.5 cc yang dicampurkan
dengan cynaco belamin,pada mulanya bidan tersebut tidak mau tapi karena bujukan si
pasien dengan imbalan yang cukup menggiurkan si bidan tersebut akhirnya
menyetujui permintaan pasien, jadi dari kasus diatas apa kaitannya dengan
permenkes yang dibahas dengan kelompok 10?

Jawabannya adalah:
Dalam kasus diatas kaitannya dengan permenkes adalah :
a. Sesuai dengan PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010
1) Pada BAB I : ketentuan umum pada pasal 1 ayat 1 yaitu: bidan adalah seorang
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
2) Pada BAB II :perizinan pada pasal 2 ayat 1 : bidan dapat menjalankan praktik
mandiri dan / atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
3) Pada BAB II: perizinan pasal 3 ayat 1,2.3
Setiap bidan yang bekerja bidan perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
telah teregistrasi sesuai ketentuan yang peraturan perundang-undangan
1. di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB
2. Setiap bidan yang bekerja dipraktir mandiri wajib memiliki SIPB
3. SIKB dan SIPB sebagaiman dimaksud pada pasal 1 dan pasal 2 berlaku untuk satu
tempat
4) Pada BAB III : Penyelenggaraan praktik pada pasal 9 , 10 pada ayat 3
Pasal 9 :Bidan dalam menjalankan praktik, berwewenag untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
5) Pada pasal 10 ayat 3
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang
untuk:
a) Episiotomi
b) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d) pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;fasilitasi/bimbingan inisiasi
menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
f) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
g) penyuluhan dan konseling;
h) bimbingan pada kelompok ibu hamil;
i) pemberian surat keterangan kematian; dan
j) pemberian surat keterangan cuti bersalin.
6) Pada BAB III : pasal 18 dan 19
Pada pasal 18 : Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:
a) menghormati hak pasien;
b) memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang
dibutuhkan;
c) merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat
waktu;
d) meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e) menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan;
f) melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis;
g) mematuhi standar ; dan
h) melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk
pelaporan kelahiran dan kematian.
i) Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
j) Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak:
1) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik/kerja sepanjang
sesuai dengan standar;
2) memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya;
3) melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar; dan
4) menerima imbalan jasa profesi.

b. Pada permenkes no.369 tentang standar profesi
Dalam pendahuluan huruf D tentang pelayanan kebidanan yang berisikan
pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
Lalu pada huruf E tentang praktik kebidanan yang berisikan tentang praktik
kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat
otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik.
Yang mana bidan dalam melakukan tugasnya harus menurut etika dan kode etik.
Lalu pada huruf G tentang asuhan kebidanan yang berisikan asuhan kebidanan
adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktik berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Jadi si bidan harus melakukan tugasnya menurut wewenangnya sedangkan kasus
diatas telah keluar dari wewenangnya menjadi seorang bidan dan merupakan suatu
pelanggaraan hukum.
c. Pada standar kompetensi bidan pada :
kompetensi ke 1: bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan
dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan
keluarganya.dengan pengetahuan no B penyebab langsung maupun tidak langsung
kematian dan kesakitan ibu dan bayi di masyarakat

2. Apa sanksi yang diberikan kepada bidan yang mengaborsi dan juga si pasien yang
meminta aborsi?
Jawabannya adalah :
Sanksi bagi bidan :
bidan menyalahgunakan kewenangannya dengan melakukan pelanggaran
aborsi yang mana melakukan aborsi bukanlah tugas bidan dan aborsi merupakan
kriminal yang harus di tindak lanjuti dalam hukum dan pada kasus ini bidan terbukti
melakukan malpraktek, maka bidan akan dipidana sesuai ketentuan pasal 77
Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2009 tentang tenaga kesehatan. Dan juga
hukum pidana karna terbukti melakukan pembunuhan yang terancam dengan pasal
348 KUHP tentang pembunuhan. Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat
profesinya sebagai tenaga medis atau bidan. Selain itu, polisi juga menjeratnya
dengan UU Kesehatan nomor 36 tahun 2010.
Pasal 77
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa
persetujuan perempuan yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang tidak profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang berlaku,
diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi dari pada indikasi medis.
Sanksi bagi pasien :
pasien ini meminta kepada bidan untuk melakukan aborsi ini juga melanggar
hukum dan suatu kriminal dengan mempengaruhi bidan untuk melaksanakan aborsi.
Dan dapat diancam penjara menurut hukum pidana yang berlaku dikarenakan
bekerjasama dalam melakukan suatu pembunuhan.

3. Apakah diperbolehkan pemakaian suntikan oksitosin pada ibu hamil muda?
Jawabannya adalah:
Pada umumnya tidak boleh melakukan suntikan oksitosin pada ibu hamil
muda yang telah tercantum pada pada permenkes 1464 pada BAB III pasal 10 ayat 3
tentang penggunaan uterotonika hanya dilakukan diberikan pada manajemen aktif
kala III dan juga post partum . sehingga jika melakukannya ini sudah melanggar
wewenang bidan dan juga kode etik bidan yang mana jika menggunakan uterotonika
pada ibu hamil akan menyebabkan keguguran dan yang paling parahnya dapat
menyebabkan kematian pada ibu hamil tersebut yang telah dialami pada kasus yang
ditampilkan pada kelompok 10.

Anda mungkin juga menyukai