Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara
bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa
kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran
penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang halhal yang menakutkan saat proses
persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan
perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis (Kartono, 1992).
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan
menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini
umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak
dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya merupakan proses yang fisiologis belaka, akan
tetapi banyak pula diwarnai komponen-komponen psikologis. Jika seandainya kelahiran itu
cuma fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga normal, maka pasti proses
berlangsungnya akan sama saja di mana-mana dan pada setiap wanita, serta tidak akan
mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan bayi ini cukup
bervariasi. Dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang sangat sukar, baik itu normal
maupun abnormal dengan operasi SC dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran?
2. Bagaimana reaksi wanita hipermasculin dalam menghadapi kelahiran?
3. Bagaimana reaksi wanita total pasif dalam menghadapi kelahiran ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
1
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Psikologi pada
wanita dalam persalinan

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Bagaimana kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran
b. Untuk mengetahui Bagaimana reaksi wanita hipermasculin dalam menghadapi
kelahiran
c. Untuk mengetahui Bagaimana reaksi wanita total pasif dalam menghadapi
kelahiran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran


2
Pada setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila dirinya
jadi hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu rasa kuat dan berani menanggung
segala cobaan, dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri; rasa cinta dan benci; keragu-raguan dan
kepastian; kegelisahan dan rasa tenang bahagia; harapan penuh kebahagiaan dan kecemasan,
yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya.
Sebab-sebab semua kegelisahan dan ketakutan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Perasaan Takut mati


Kondisi-kondisi psikologis yang sering menyertai ibu menjelang kelahiran bayi ialah
adanya perasaan takut. Sekalipun peristiwa kelahiran sebagai fenomenal fisiologis yang
normal, kenyataanya proses persalinan berdampak terhadap pendarahan dan kesakitan luar
biasa serta bias menimbulkan ketakutan kematian, baik ibu atau bayinya. Ketakutan kematian
yang mendalam menjelang kelahiran bayi disebut ketakutan primer, yang menjadi intens ibu,
suami dan semua orang yang bersimpati padanya ikut panik atau gelisah. Sikap menghibur
dan melindungi dari suami atau keluarga sangat diperlukan, karena merupakan dukungan
moril mengatasi konflik batin, kegelisahan dan ketakutan-ketakutan lain.
Ketakutan primer biasanya datang bersamaan dengan ketakutan sekunder, seperti
kurangnya dukungan suami atau kondisi ekonomi sulit. Ketakutan mati bias dikurangi dengan
mekanisme pertahanan diri yang kuat, seperti persiapan mental menghadapi persalinan dan
menghindari konflik yang serius.

2. Perasaan Bersalah dan Berdosa


Kondisi psikologis kedua yang menyertai menjelang kelahiran ialah perasaan bersalah
atau berdosa. Perasaan ini berhubungan erat dengan kehidupan emosi dan cinta kasih yang
diterima ibu hamil dari orang tuanya, terutama pada ibunya. Manakala ia menerima kasih
saying yang baik, kemungkinan perasaan bersalah lebih kecil ketimbang dengan mereka
yang memiliki kehidupan emosi yang kurang menyenangkan. Hal ini sangat jelas berlaku jika
anak yang akan dilahirkan adalah hasil pemerkosaan atau anak yang tidak diinginkan
sehingga cenderung ingin melakukan aborsi.
Selain itu, proses identifikasi yang diterima ibu hamil. Jika identifikasi menjadi
bentuk yang salah, maka kemungkinan besar akan mengembangkan mekanisme rasa bersalah
atau berdosa pada ibunya. Keadaan rasa bersalah atau berdosa akan membuat ibu semakin
takut pada kematian sehingga salah satu upaya yang dilakukan nya adalah meminta ibunya

3
untuk selalu menemani sebelum selama dan pasca persalinan. Kehadiran ibunya dianggap
sebagai obat pengganti rasa bersalahnya.
Perasaan bersalah/berdosa
Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada
saat wanita tersebut melahirkan bayinya. Oleh karena itu kita jumpai adat kebiasaan sejak
zaman dahulu sampai masa sekarang berupa :
1) Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau ibunya (nenek sang bayi) menunggui
dikala ia melahirkan bayinya.
2) Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan
bayinya.

3. Rasa Takut Konkrit


Pada umumnya wanita hamil akan dirundung rasa ketakutan konkrit menjelang
persalinan seperti ketakutan jika anak lahir cacat atau keadaan patologis, takut bayinya
bernasib buruk akibat dosa-dosanya, ketakutan atas beban hidup yang semakin berat dengan
kehadiran anak, sikap penolakan dan regresi kalau dirinya dipisahkan dengan bayinya.
Pada saat wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu bisa diperkuat oleh sebab-
sebab konkret lainnya, misalnya :
1) Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacat, atau lahir dalam kondisi yang patologis
2) Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri
dimasa silam.
3) Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh kelahiran sang bayi
4) Munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan
dipisahkan dari bayinya
5) Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu
melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa berdosa atau rasa bersalah.

4. Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran biasanya berkaitan erat dengan sikap ibu yang selalu dirundung
ketakutan untuk berpisah dengan anak dari rahimnya, sikap protektif ibu yang berlebihan atau
perasaan tidak mampu merawat bayinya. Jadi, terdapat perasaan takut akan kehilangan bayi
atau postmatur.

5. Halusinasi Hipnagogik
4
Gambaran-gambaran tanpa disertai perangsang yang adekuat yang berlangsung saat
setengah tidur dan setengah terjaga. Selama interval relaks ini akan bermunculan berbagai
konflik batin, tendensi psikologis yang tidak terselesaikan yang masih terus mengganggu
ketenangannya hingga menjelang proses persalinan.

B. Reaksi Wanita Hipermaskulin dalam Menghadapi Persalinan


a. Pengertian Wanita Hipermaskulian
Wanita hipermaskulin adalah wanita yang memiliki sifat yang aktif dan kejantanan. Pada

wanita ini, sejak awal kehamilan dihadapkan pada perasaan enggan untuk melahirkan tetapi

dia ingin memiliki anak. Dia menganggap bahwa anak dapat menghambat pekerjaan dan

karirnya.
b. Reaksi Wanita Hipermaskulin
Reaksi yang terjadi pada wanita hipermaskulin adalah selalu diikuti perasaan bahwa dia

sangat berharap dan mendambakan anak tetapi ada konflik batin bahwa dia juga tidak suka

mendapatkan keturunan akibatnya dapat timbul ketidakpercayaan diri pada wanita tersebut,

bahkan dapat mengalami gangguan saraf seperti sakit kepala hebat pada satu sisi saja atau

migraine. Ketika wanita hipermaskulin mengetahui dirinya hamil, pertama kali akan timbul

konflik batin. Dia merasa seperti bermimpi. Emosi-emosi negatif akan mengikuti wanita ini.

Akibatnya timbul rasa khawatir dan kecemasan yang berlebihan.

c. Kecemasan yang Dirasakan Wanita Hipermaskulin


Kecemasan-kecemasan yang dirasakan diantaranya, yaitu:
1. Bayi yang lahir nanti dapat menghalangi kebahagiaannya.
2. Bayi itu akan menghambat karier dan mengurangi eksistensinya dalam pekerjaan.
3. Tidak percaya diri apakah dia mampu menjadi ibu dan bisa merawat bayi.
4. Bakat dan kemampuan ibu dapat mati setelah bayi lahir.
5. Nanti dia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri setelah kelahiran bayinya.
6. Takut tidak dapat membagi waktu antara anak, karier dan keluarga.
Kecemasan-kecemasan tersebut sebenarnya bersumber dari dirinya sendiri yang

mengalami konflik batin antara dorongan feminitas dan maskulinitasnya. Disatu sisi

dorongan feminitas mendambakan keturunan sendiri dan secara naluri ingin menjadi ibu

tetapi disisi lain ada dorongan maskulinitas yang lebih mengutamakan karier, jabatan, prestasi

dan eksistensi diri.


5
Pada proses persalinan, wanita hipermaskulin akan berjuang mengatasi kecemasan

dan ketakutannya tersebut. Kesakitan fisik yang dialami saat proses persalinan misal pada

saat timbulnya kontraksi, akan diatasi oleh wanita hipermaskulin dengan usahanya sendiri.

Dia akan menganggap bahwa kelahiran bayinya adalah prestasi bagi dirinya sendiri. Tapi

kadang kala usaha tersebut muncul secara ekstrim dan cenderung bersifat masculine-agresif.

Pada proses persalinan normal hal ini malah berakibat menghambat jalannya persalinan dan

dapat mempersulit kelahiran bayi. Pada keadaan selanjutnya wanita ini akan bersifat hiper-

pasive, cenderung kurang peduli dan akhiranya membiarkan dokter untuk melakukan operasi

untuk melahirkan bayinya.

C. Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Persalinan


a. Pengertian Wanita Total Pasif
Wanita total pasif adalah kebalikan dari hiperaktif, dia tidak terlalu peduli dan

mempunyai sifat pasif yang sangat ekstrim. Pada saat kehamilan, wanita ini bahan tidak

menyadari apa yang dia alami. Dia merasa tidak bertanggungjawab pada keadaan dirinya dan

apapun yang terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa di dalam perutnya kebetulan ada janin

dan kabetulan perutnya yang ditempati janin itu untuk akhirnya nanti dilahirkan. Dia

menganggap bahwa dia tidak bertaggung jawab atas semua ini karena yang harus

bertanggung jawab untuk proses kelahiran nanti adalah para dokter atau tenaga kesehatan

yang menolongnya.

b. Reaksi Wanita Total Pasif


Pada wanita total pasif, dia merasa tidak perlu tahu tentang kehamilannya. Dia tidak

tahu harus bagaimana dan harus bersikap seperti apa. Semua hal tentang kehamilannya

dianggap tidak ada gunanya. Suami atau ibunya yang harus mengurus semua ini karena

batinnya dapat terganggu kalau dia harus mengurus kehamilannya. Reaksi yang terjadi adalah
6
dia akan mengikuti semua nasehat orang lain. Semua hal yang disarankan orang lain akan

selau dilakukan. Fokus wanita total pasif adalah pada usaha mengenyahkan segala

kekuatannya dan dia tidak tau-menau ada kesakitan dijasmaniah pada dirinya.

c. Tingkah Laku Wanita Total Pasif


Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas, yaitu:
1. Bersikap pasif.
2. Bergantung pada ibunya.
3. Menyuruh suami melakukan semua tugasnya.
4. Tingkah lakunya infantil, kekanak-kanakan.
5. Penampakan dirinya sebagai gadis kecil yang main boneka.
6. Merasakan kehamilan dan kelahiran sebagai peristiwa magis yang menakjubkan.
7. Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi sangat tidak sabaran dan menjadi

semakin pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa

dipercepat.
8. Sama sekali tidak merasa bertanggung jawab terhadap benda yang ada di rahimnya itu.
9. Secara tidak sadar merasakan coitus.
10. Menyerahkan semua tanggung jawab kepada ibunya
11. Mengharapkan ibunya terus menerus menunggui dirinya di saat hamil dan melahirkan

bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya kelak.

D. Faktor Psikis yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Secara umum, gangguan psikis ini disebabkan beberapa faktor, yaitu
a. Perubahan hormon
Perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan terjadi fluktuasi

hormonal dalam tubuh. Hal inilah yang antara lain menyebabkan terjadinya gangguan

psikologis pada ibu yang baru melahirkan.

b. Kurangnya persiapan mental


Kondisi psikis atau mental yang kurang dalam menghadapi berbagai

kemungkinan seputar peran ganda merawat bayi, pasangan, dan diri sendiri. Terutama

hal-hal baru dan luar biasa yang bakal dialami setelah melahirkan. Ini tentunya dapat

menimbulkan masalah. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-

minggu terakhir masa kehamilan itu menimbulkan banyak gangguan psikis dan pada

akhirnya meregangkan jalinan hubungan baik ibu dan anak yang semula tunggal dan

harmonis.
c. Keinginan narsistis
7
Keinginan yang narsistis ini cenderung menolak kelahiran bayinya, dan ingin

mempertahankan bayinya selama mungkin di dalam kandungan. Peristiwa ini

disebabkan oleh :
1. Fantasi tentang calon bayinya yang akan menjadi objek kasih sayang
2. Beban fisik oleh semakin membesarnya bayi dalam kandungan.

E. Contoh psikologi dalam persalinan

Seorang ibu hamil MRS ( Masuk Rumah Sakit ) karena akan melahirkan anak yang
pertama dan didampingi oleh keluarga, sedangkan suaminya bekerja diluar kota sehingga
tidak bisa menemani kelahiran buah hatinya. Setelah diperiksa oleh bidan di RS tersebut,
semua hasil pemeriksaan menunjukkan sudah terdapat tanda-tanda melahirkan dan sudah ada
bukaan Rahim 4 cm (kala I fase Aktif ). Ibu hamil tersebut merasa cemas , gelisah serta takut
karena ini adalah pengalaman pertama kalinya melahirkan. Dia teringat tetangga disamping
rumahnya sekitar 1 bulan yang lalu meninggal dunia karena perdarahan pada saat
melahirkan.ibu juga merasa takut jika hal itu menimpa dirinya. Keringat ibu terus mengalir
karena kecemasan yang ia alami sudah tidak bisa dikendalikan, akibatnya hasil pemeriksaan
tekanan darah ibu tersebut meningkat, sehingga perlu diberikan obat penurun tekanan darah.
Apalagi saat kontraksi ibu tersebut teriak-teriak dan menjerit-jerit kesakitan serta memanggil
nama suaminya. Keluarga berusaha menenangkan ibu tersebut dan memberikan dukungan
serta semangat pada ibu, namun ibu tersebut masih merasa cemas, ketakutan serta kesakitan.
Bagaimana peran seorang bidan dalam mengatasi kasus diatas

G. Penatalaksanaan
1. Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan.

Merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan
proses persalinan. Tujuan Komunikasi terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan Psikologi Saat
Persalinan :

8
a) Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selamam
proses persalinan. Semua persalinan pasti sakit akan tetapi semuanya adalah psoses normal
sehingga jelaskan pada ibu semuanya akan baik-baik saja.
b) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
c) Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk
kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya
2. Pendekatan Komunikasi Terapeutik:

a) Menjalin hubungan yang mengenakkan dengan klien.


Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.

b) Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua
kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan
anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.

c) Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.

d) Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin dimana komunikasi nonverbal


kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan yang diberikan bidan terhadap
klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu pasien merasa relax.

e) Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini diupayakan untuk memberi rasa
percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Pemahaman dapat mengurangi
kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi
yang diberikan diulang beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis.

f) Memimpin persalinan dengan mengajarkan pada ibu teknik bernafas yang baik,
berelaksasi dan mengatur posisi yang nyaman untuk ibu

g) Mengadakan kontrak fisik dengan klien. Kontak fisik dapat dilakukan dengan
menggosok punggung, memelik dan menyeka keringat serta membersihkan wajah ibu/klien.

9
h) Memberikan pujian. Pujian diberikan pada klien atas usaha yang dilakukannya.

i) Memberikan ucapan selamat pada klien atas kehadiran putra/putrinya dan menyatakan
ikut berbahagia.

Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan


dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan
harus memberikan perimbangan. Sebagai seorang bidan yang professional, asuhan sayang ibu
harus tetap diperhatikan demi kenyaman pasien serta keselamatan ibu dan anak yang akan di
bantu selama proses persalinan berlangsung.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan

pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.

10
Salah satu masalah psikososial yang timbul sehubungan dengan faktor psikologis pada ibu

yang akan melahirkan adalah kecemasan. Kecemasan dapat merupakan respons emosional

bagi orang sakit, orang yang dirawat, dan mereka yang mengalami perubahan dalam diri

maupun lingkungannya, termasuk mereka yang sedang dalam persalinan. Kecemasan dan

ketakutan pada ibu melahirkan bisa terjadi meskipun tetap dalam batas normal. Kecemasan

menjelang persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang

fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian

perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan

lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan

bayi. Oleh sebab itu , kita sebagai bidan harus terampil dalam memberikan

asuhan kebidanan serta menerapkan komunikasi kepada klien supaya

klien tidak merasa takut dan cemas dalam menghadapi persalinan.

B. SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini , pembaca dan kita juga


sebagai calon bidan dapat mengambil manfaat dari topik dari makalah
ini , karena banyaknya ilmu
pengetahuan yang sangat penting diketahui oleh pembaca .Pembaca
dapat
mengembangkan dan menerapkan psikologi pada wanita masa persalinan
baik dalam praktik klinik ataupun kehidupan sehari-hari .

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.


.
Budihastuti, S.F., Hakimi, M., Sunartini, Sri Kadarsih Soejono. 2012. Thesis: Konseling Dan
Mekanisme Koping Ibu Bersalin. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sarjanawiyata
University Yogyakarta
11
David G.Myers. 2010. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Dahro, Ahmad. 2012. Psikologi Kebidanan: Analisis Perilaku Wanita untuk Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika

Herru ZP, Bethsaida J. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya.
Yogyakarta: Andi Ofset

Kartono K. 1992 Psikologi Wanita : Jakarta: Mandar Maju

12

Anda mungkin juga menyukai