Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN PATIENT SAFETY PADA ASUHAN

KEBIDANAN
ANAK BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
KELOMPOK 6
Dosen Pengampu: Gumiarti. , SST.,MPH
Hapshoh Uslul P17312215188
Hasanah
P17312215209
Erna Ningsih

P17312215211
Yeni Devianti

P17312215217
Ani Ferani

P17312215218
Lusi Parwanti

P17312215220
Dinah Khoiriyah
A. Keselamatan Pasien Balita

Tujuan Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan Pasien

Faktor yang Mempengaruhi


1. Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan Keselamatan pasien menurut Departemen Kesehatan RI
(2008) :
a. Terbentuknya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien juga masyarakat
semakin meningkat.
c. Menurunkan kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.
d. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
kejadian tidak diharapkan ( KTD) berulang.
2. Standar Keselamatan Pasien

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) telah menyusun sasaran keselamatan pasien yang
terdiri dari 6 sasaran yang meliputi (Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), 2017 :

A. Sasaran 1:
Identifikasi pasien dengan tepat
B. Sasaran 2 :
Peningkatan komunikasi efektif
C. Sasaran 3 :
Peningkatan keamanan high alert medications
D. Sasaran 4 :
Kepastian ketepatan lokasi pembedahan, prosedur dan pasien Rumah sakit diharapkan
menetapkan prosedur yang seragam
E. Sasaran 5 :
Pengurangan risiko infeksi yang berkaitan pelayanan kesehatan
F. Sasaran 6 :
Pengurangan risiko pasien jatuh yang mengakibatkan cedera
3. Faktor yang Mempengaruhi

Pada awal usia 1-3 tahun (masa toddler), bahaya cedera dapat dipengaruhi oleh
tiga faktor yang mengakibatkan kematian (As, 2016). Ketiga faktor itu diantara
lain : faktor orang tua dan anak, faktor penyebab cedera, dan faktor lingkungan.
Anak pada usia balita cenderung lebih aktif dan tidak bisa diam seiring dengan
tumbuhnya kemampuan motorik anak. Tingginya eksplorasi yang belum
diimbangi dengan sempurnanya kemampuan koordinasi otot dan alat gerak, dapat
mengakibatkan anak mengalami cedera, baik ringan ataupun berat (Edelmand &
Mandle, 2006).
B. Asuhan pada Pasien Safety Balita & Apras
1. Implementasi Patient Safety di Pelayanan Anak Rumah Sakit

Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) memiliki keanggotaan yang terdiri dari manajemen rumah sakit
dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit dengan tugas :

a. Melakukan pengembangan program keselamatan pasien di rumah sakit berdasarkan kekhususan rumah sakit
b. Melakukan penyusunan pedoman yang berhubungan dengan program keselamatan pasien rumah sakit
c. Berperan dalam memberikan dukungan berupa motivasi,edukasi, konsultasi, monitoring dan evaluasi dalam
pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
d. Melaksanakan kerjasama dengan pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan pelatihan internal
keselamatan pasien
e. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, analisa insiden dan pengembangan pembelajaran solusi dari suatu
insiden
f. Ikut terlibat dalam mengusulkan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit kepada kepala rumah sakit
g. Memiliki pengerjaan laporan kegiatan untuk kepala rumah sakit Rumah sakit memiliki pelayanan medik
spesialistik dasar, penunjang dan subspesialistik.
 
2. Keberhasilan Pasien Safety Balita & Apras
Keberhasilan layanan perlindungan anak usia dini dapat dilihat dari terpenuhinya tiga
komponen, yaitu penyediaan lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan; penguasaan
pengetahuan tentang perlindungan anak; dan dimilikinya sikap serta perilaku yang sesuai dengan
perlindungan anak

3. Sasaran Pasien Safety Balita & Apras


Sasaran Keselamatan pasien merupakan suatu desain sistem untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi dalam rangka mencegah insiden atau cedera pada pasien.
6 Sasaran keselamatan pasien antara lain:
a. Sarana 1
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: pertama, untuk identifikasi
pasien
Sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian
pelayanan
atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Elemen Penilaian Sasaran I


1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar
atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
b. Sasaran II
Peningkatan Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. 11
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke
unit pelayanan.

Elemen Penilaian Sasaran II


1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten.
c. Sasaran III
• Peningkatan Keamanan Obat yang perlu Diwaspadai (High-Alert) Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun
Alike/LASA).
Elemen Penilaian Sasaran III
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat prinsip-prinsip 5 dan/atau 6 benar
dalam pemberian obat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut
sesuai kebijakan
d. Sasaran IV
Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur,Tepat-Pasien Operasi Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-
salah pada operasi, adalah sesuatu yang menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari
tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang)
Elemen Penilaian Sasaran IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009).
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.
e. Sasaran V
Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi
pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan
risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
f. Sasaran VI
Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks
populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko
pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat
jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
digunakan oleh pasien.

Elemen Penilaian Sasaran VI


1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera
akibat jatuh di rumah sakit.
4. Insiden Keselamatan Pasien balita di RumahSakit

Rumah sakit merupakan tempat pelayanan dengan berbagai kebutuhan


terkait kesehatan pasien. Pelayanan terkait berbagai macam obat, tes
dan prosedur, peralatan dan teknologi, serta jenis tenaga profesi dan
non profesi yang memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan
tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kejadian
yang tidak diharapkan termasuk insiden yang dapat mengancam
keselamatan pasien (Depkes RI,2008).
Insiden dibagi menjadi 4 macam, yaitu kejadian tidak diharapkan (KTD),
kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC), dan kejadian
potensial cedera (KPC).
5. Pelaksanaan Keselamatan Pasien Balita di RumahSakit
WHO pada tahun 2015 menyebutkan bahwa untuk menjamin keselamatan ibu
dan bayi, tindakan keselamatan pasien dilakukan dengan prinsip pause and
check. Pause and check adalah tindakan pemeriksaan pada ibu dan janin untuk
memastikan tidak ada tanda- tanda komplikasi yang menyertai. Dalam proses ini
dikaji pula apakah sang ibu perlu dirujuk ke bagian lain, kebutuhan terkait proses
persalinan, dan pengetahuan ibu terkait kondisi-kondisi bahaya atau emergency
dimana sang ibu perlu segera memanggil tenaga kesehatan (World Health
Organisation (WHO), 2015).
C. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RumahSakit
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, rumah sakit melaksanakan 7 (tujuh) langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit yang terdiri dari (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011):
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;

2. Memimpin dan mendukung staf;

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaanrisiko;

4. Mengembangkan sistempelaporan;

5. Melibatkan dan berkomunikasi denganpasien;

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatanpasien;

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatanpasien


D. Pelaporan Insiden KeselamatanPasien
Menurut Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 menyatakan bahwa sistem pelaporan insiden dilakukan
di internal rumah sakit dan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit Pelaporan insiden
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit mencakup KTD, KNC, dan KTC dilakukan setelah
analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari TKPRS. Sistem pelaporan insiden kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim (tanpa
identitas), tidak mudah diakses oleh yang tidak berhak.Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden
dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang
(non-blaming).
CONTACT US
someone@example.com

WASALAMMUALAIKUM WR, WB

Anda mungkin juga menyukai