Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DIARE DAN OBSTIPASI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan keb Neonatus Dan Bayi Baru Lahir
Dosen Pengampu : Noviyanti, SST ,M.Keb

KELOMPOK 4

DEDEK RAMAYANTI PO7124120003


ICHA NASYWA NATHANIA P07124120013
LUSI APRILIA P07124120014

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan
pada diri kita.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul


“DIARE DAN OBSTIPASI “ ini dapat di selesaikan dengan baik. kami menyadari
sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.

kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami
dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan
cambuk bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan
datang.

Banda Aceh, 30 juni 2021

Penysunan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

1.1. Latar belakang .................................................................................. 1


1.2. Rumusan masalah............................................................................. 2
1.3. Tujuan masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................

2.1. Pengertian diare ................................................................................ 3

2.2. Patofisiologi diare ............................................................................ 4

2.3. Tanda dan gejala diare...................................................................... 4

2.4. Penatalaksanaannya diare ................................................................. 7

2.5. Pengertian obstipasi.......................................................................... 8

2.6. Terjadinya obstipasi ......................................................................... 9

2.7. Tanda dan gejala obstipasi ............................................................... 10

2.8. Penatalaksanaan obstipaso ............................................................... 11

BAB III PENUTUPAN ...........................................................................

3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 13

3.2. Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem pencernaan bayi baru lahir terdiri dari suatu sistem yang rumit dan fungsi yang
belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan mempunyai palatum mole yang relatif
panjang. Lidah tampak besar dalam rongga mulut, yang memungkinkan susu mengalir kembali
ke faring dan fungsi sfingter esofagus bawah yang belum sempuran (Behrman, 1992). Sampai
saat ini penyakit gangguan pencernaan pada bayi yaitu diare dan obstipasi masih menjadi
masalah kesehatan dunia di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Who memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20
jumbo jet kecelakaan setiap 1 hari di indonesia. Diare dan obstipasi merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, sering menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air baik disertai lendir atau darah saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari diare pada bayi, jika frekuensi buang air besar
lebih dari empat kali. Diare merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati namun diare
yang berlangsung dalam durasi panjang dan terjadi dehidrasi dapat menimbulkan kematian.
Salah satu faktor risiko terjadinya diare adalah tidak memberikan ASI eksklusif dan pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat.

Salah satu gangguan pencernaan lain yang dapat dijumpai pada bayi adalah obstipasi. Obstipasi
diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya penurunan frekuensi atau berkurangnya
defekasi. Pada sebagian besar kasus, biasanya bayi mengalami abdominal distension dan gagal
mengeluarkan meconium dalam beberapa jam pertama kehidupan. Gagal BAB pada periode
neonatal harus selalu dipertimbangkan sebagai merupakan suatu abnormal sampai terbukti itu
merupakan kasus lain. Sekitar 94% bayi normal, secara spontan mengeluarkan meconeum
dalam 24 jam setelah lahir dan 99,8 % BAB dalam 48 jam pertama.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian diare ?


2. Bagaimana patofisiologi diare ?
3. Apa tanda dan gejala diare?
4. Bagaimana penatalaksanaannya diare ?
5. Apa pengertian dari obstipasi?
6. Bagaimana terjadinya obstipasi?
7. Apa tanda dan gejala obstipasi?
8. Bagaimana penatalaksanaannya obstipasi ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi diare
2. Untuk mengetahui patofisiologi diare
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare
4. Untuk mengetahui penataksanaan diare
5. Untuk mengetahui definisi obstipasi
6. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya obstipasi
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala obstipasi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaanya obstipasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DIARE
Menurut (WHO 2013)diare berasal dari bahasa Yunani yaitu siappoia. Diare terdiri dari

2 kata yaitu sia // dia (melalui) dan pew // rheo (aliran). Secara harfiah berarti mengalir melalui.

Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami buang air dengan frekuensi
sebanyak 3 atau lebih perhari dengan konsistensi tinja dalam bentuk cair. Ini biasanya
merupakan gejala infeksi saluran pencernaan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Selain itu dapat terjadi dari orang ke orang sebagai akibat buruknya kebersihan
diri (personal hygiene) dan lingkungan (sanitasi) diare berat menyebabkan hilangnya cairan,
dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak dan orang yang biji atau memiliki
gangguan imunitas.

Menurut kementerian kesehatan RI 2010 diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering atau biasanya tiga kali atau lebih dalam satu hari. Diare terdiri dari
dua jenis yaitu diare akut, dan diare persisten atau kronik diare akut berlangsung kurang dari
14 hari, dan diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok yaitu osmotik, sekretori, dan eksudatif.

1. Diare asmotik terjadi ketika terlalu banyak air di tarik dari tubuh kedalam usus perut.
Jika seseorang minum cairan dengan gula atau garam berlebihan, ini bisa menarik air
dari tubuh kedalam usus dan menyebabkan diare dan osmotik (WebMD, 2011,
WHO,2005).
2. Sekretori (noninflamutory) diare terjadi ketika tubuh melepaskan air ke usus saat hal itu
tidak seharusnya, banyak infeksi, obat-obatan, dan kondisi lain menyebabkan sekresi
diare (WHO, 2005). Menurut black (2007) diare Jenis ini terjadi saat racun
menstimulasi sekresi klorida dan mengurang penyerapan garam dan air (disebabkan
oleh V. Cholera) atau organisme lainnya yang menghambat fungsi absopasi dari villus
di usus halus.
3. Diare eksudatif terjadi jika ada darah dan nanah dalam tinja. Hal ini terjadi dengan
penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau kolitis uiseratif (WebMD, 2011).

3
2.2 PATOFISIOLOGI DIARE

Patofisiologi Diare Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

1. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa usus halus
adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare
terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa
larutan isotonik dan hipertronik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya
akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi
berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler ke
dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan
darah sehingga terjadi diare.
2. Gangguan Sekresi Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator
abnormal misalnya enterotoksin yang menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium,
sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan Motilitas Usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

2.3 TANDA DAN GEJALA DIARE

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lender atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah

4
diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa atau elektrolit.

Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin
tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan
tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik

Tabel 1. Penentuan Derajat Dehidrasi

No Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat


Gejala Ringan Sedang
1 Keadaan Sadar, Gelisah, Mengantuk, lemas,
umum gelisah, haus mengantuk anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.

2 Denyut nadi Normal Cepat dan Cepat, haus, kadang-


kurang dari lemah 120- kadang tak teraba,
120/menit 140/menit kurang dari 140/menit.

3 Pernapasan Normal Dalam, Dalam dan cepat


mungkin
cepat
4 Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
besar
5 Kelopak Normal Cekung Sangat cekung
mata
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering

5
Lanjutan Tabel 2. Penentuan Derajat Dehidrasi

No Tanda dan Dehidrasi Ringan Dehidrasi Dehidrasi


Gejala Sedang Berat
7 Selaput Lembab Kering Sangat
lender kering

8 Elastisitas Pada pencubitan Sangat


kulit kulit secara elastis Lambat lambat (lebih
kembali secara dari 2 detik
normal
9 Air seni
warnanya Normal Berkurang Tidak
tua kencing

2.4 PENATALAKSANAAN DIARE


Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang
cepat dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan Lintas
Diare (Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi

1. Berikan oralit

Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dengan mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Bila tidak tersedia dapat diberikan cairan
rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang, dll. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.

Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004) yang
merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula
baru mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-muntah hingga 30%,
dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena.

Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu
gelas air matang (200 cc). Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap kali

6
buang air besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc larutan oralit setiap kali buang air
besar.

2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian
diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan
diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-
turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10 mg)/hari sedangkan balita umur ≥ 6
bulan 1 tablet (20 mg)/har

3. Teruskan ASI-makan

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Anak
yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan lebih
sering. Setelah diare berhenti,pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan.

4. Berikan antibiotik secara selektif

Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali ketika
diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin atau Ampicillin. Selain tidak
efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan
menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.

Obat-obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-

7
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal.

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang cara
memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa kembali balita ke
petugas kesehatan yaitu apabila ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau
minum sedikit, tampak sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.

Selain tatalaksana yang benar, angka kematian dan kesakitan diare dapat diturunkan
dengan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terkena diare. Kegiatan pencegahan
penyakit diare yang benar dan efektif dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat, diantaranya

1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun


2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih
4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
5. Buang air besar di jamban
6. Membuang tinja bayi dengan benar
7. Memberikan imunisasi campak

2. 5 PENGERTIAN OBSTIPASI

Obstipasi berasal dari bahasa latin ob berarti in the way adalah perjalanan dan stipare
yang berarti to compress adalah menekan. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi
parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya
obstruksi usus).

Secara umum, obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama
sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi
faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak
adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.

Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi
baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan
mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus
dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi

8
bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi
selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan dikeluarkan
dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal. Menurut data
WHO, keluhan obstipasi dapat terjadi pada segala usia dari bayi sampai orang tua. pada bayi
angka kejadian ini bisa mencapai 30-40% yang dapat mengalami masalah dengan keluhan
obstipasi ini. Di Indonesia sendiri angka insidennya belum ada yang menjelaskan secara
nominal tanpa melihat etiologinya, sedangkan berdasarkan etiologi obstipasi parsial didapatkan
10-15% dari seluruh kejadian obstipasi. angka kejadian obstipasi pada bayi berdasarkan
penyebabnya memiliki frekuensi yang berbeda-beda berdasarkan keadaan yang mendasarinya.

Ada beberapa jenis Obstipasi yaitu :

a) Obstipasi Total

Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur
didapat rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

b) Obstipasi Parsial

Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat
mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat dari pada obstruksi
total.

2.6 TERJADINYA OBSTIPASI

1. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam
dinding usus.
2. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh
massa intra abdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
3. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang
mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan
yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
4. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang
berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong, kecuali bila ada refleks
masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari.
Hal tersebut memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya

9
stimulasi pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai
berikut:

a) Asupan cairan yang banyak.


b) Kegiatan fisik dan mental.
c) Jumlah asupan makanan berserat.

Keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan
eletrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada
perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang defekasi. Apabila bayi tidak
mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat,
serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga
penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi semakin kering, padat dan susah
dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi tidak bisa BAB dan
akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka.

Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus. Hal tersebut menyebabkan sisa
metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang
berlebihan.Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran cerna menuju ke saluran yang lebih besar.
Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.

2.7 TANDA DAN GEJALA OBSTIPASI

Tanda dan gejala obstipasi disebabkan oleh:

a) Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi
jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.

10
b) Sakit dan kejang pada perut.
c) Bayi sering menangis.
d) Susah tidur dan gelisah.
e) Kadang-kadang muntah.
f) Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
g) Bayi susah/tidak mau menyusui.
h) Bising usus yang janggal.

2.8 PENATALAKSANAA OBSTIPASI

Penatalaksanan yang dilakukan adalah:

1. Mencari penyebab obstipasi.


2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi,
tambahan cairan, dan psikis.
3. Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan
kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi
digital, enema minyak zaitun, obat-obatan.
4. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat,
buah-buahan dan sayur-sayuran.
5. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.
6. Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-obat oral.
7. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
8. Peningkatan intake cairan.
9. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
10. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa
diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari.
11. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.

11
12. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus
aprikot,buah prem kering atau prem.
13. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-
buahan,kacang polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.
14. Perawatan medis
15. Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression
pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk
mencegah semakin parahnya sakit.
16. Operasi
17. Mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi dan untuk mencegah perforasi
usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk
dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan
perforasi usus, karena terdapat peningkanan tekanan feses yang besar.

12
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami buang air dengan frekuensi
sebanyak 3 atau lebih perhari dengan konsistensi tinja dalam bentuk cair. Ini biasanya
merupakan gejala infeksi saluran pencernaan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan parasit.

Obstipasi merupakan penyakit yang disebabkan oleh terhalangnya gerakan feses dalam
usus. Obstipasi berbeda dengan konstipasi meski keduanya agak mirip. Obstipasi terbagi dua
macam yaitu opstipasi total dan opstipasi parsial. Lakukan diagnosis dengan tepat dengan
terlebih dahulu menanyakan riwayat penyakit yang lalu. Tetapi penyembuhan dengan
perawatan medis yang tepat, bila hal tersebut masih belum maksimal maka lakukan operasi
dan diet.

3.2 SARAN

Semoga laporan ini dapat membantu para pembaca untuk mengetahui hal tentang diare
dan anemia untuk mengurangi angka kematian bayi terutama yang disebabkan oleh gangguan
pencernaan diare dan obstipasi. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi mahasiswa
maupun bidan dalam memberikan asuhan kebidanan untuk mengurangi Angka Kematian Bayi
(AKB) dan mengurangi kejadian luar biasa (KLB). Kami mengharapkan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Oksfriani, Soemarno,Sri,Endang. 2017. Diare Balita. Yogyakarta :Deepublish

Dwi, Eni. 2009. Obstipasi Pada Bayi Dan Balita Serta Cara Menyembuhkannya. Bandung:
Hahayz

Nunik. 2010. Penanganan Obstipasi Pada Bayi. Jakarta: Sidomaju

Diarrhoea: Why Children Are Still Dying And What Can Be Done, Unicef/Who, Geneva :
2009.

Sudarti & Afroh Fauziah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

14

Anda mungkin juga menyukai