Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN BALITA PRASEKOLAH


NEONATES DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA
PENATALAKSANAANNYA

DISUSUN OLEH :

1. MARLINA JULIANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAATHIR HUSADA


PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karna atas limpahan berkah dan
hidayahnya kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah ini
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang
telah membimbing kami,dan kepada teman-teman semua yang memberikan dukungannya
kepada kami.
Kami menyadari bahwa daalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
pembuatan,penyusunan,ataupun materi yang disajikan belum lengkap.untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang dapat mendorong kami untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya Sekian dan terima kasih.

Balaraja, 19 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6


2.1 Mongol ..........................................................................................................................

2.2 Hemangioma .................................................................................................................

2.3 Ikterik ............................................................................................................................

2.4 Seborrhoe ......................................................................................................................

2.5 Muntah dan gumoh .......................................................................................................

2.6 Oral trush ......................................................................................................................

2.7 Diaper rush ....................................................................................................................

2.8 Bisulan ..............................................................................................................

2.9 Milariasis.......................................................................................................................

2.10 Diare ............................................................................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14


LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal merupakan


periode yang paling kritis. Maka dari itu diperlukan pemantauan pada bayi baru lahir.
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

Dengan pemantauan neonatal dan bayi, kita dapat segera mengetahui masalah-
masalah yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Contoh masalah pada bayi yang sering
kita temui yaitu bercak mongol, hemangioma, ikterik, muntah dan gumoh, dll. Jika salah
satu dari masalah tersebut tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau
komplikasi lainnya. Namun, tak semua masalah tersebut harus mendapat penanganan
khusus karena bisa membuat dampak negative pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Ada masalah yang seharusnya dibiarkan saja karena masalah tersebut bisa
menghilang dengan sendirinya. Oleh karena itu penulis membuat makalah dengan judul
“Neonatus dan Bayi dengan masalah serta Penatalaksanaannya (Bercak Mongol,
Hemangioma, ikterik, seborrhoe, Muntah dan Gumoh, Oral Trush, Diaper Rush, bisulan,
milariasis, diare).”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud bercak mongol?


2. Apa yang dimaksud hemangioma?
3. Apa yang dimaksud ikterik?
4. Apa yang dimaksud seborrhoe?
5. Apa yang dimaksud muntah dan gumoh?
6. Apa yang dimaksud oral trush?
7. Apa yang dimaksud diaper rush?
8. Apa yang dimaksud bisulan?
9. Apa yang dimaksud milariasis?
10. Apa yang dimaksud diare?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang bercak mongol.


2. Untuk mengetahui tentang hemangioma.
3. Untuk mengetahui tentang ikterik.
4. Untuk mengetahui tentang seborrhoe.
5. Untuk mengetahui tentang muntah & gumoh.
6. Untuk mengetahui tentang oral trush.
7. Untuk mengetahui tentang diaper rush.
8. Untuk mengetahui tentang bisulan.
9. Untuk mengetahui tentang miliarisis.
10. Untuk mengetahui tentang diare.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bercak mongol

1. Pengertian
Perubahan warna makular biru-hitam pada dasar tulang belakang dan pada
bokong (Tom lissauer dan avroy fanaroff, 2009, At a Glance Neonatalogi). Saitoh
(1989) mengamati 250 bayi premature dan menyimpulkan bahwa timbulnya
bercak mongol rata-rata pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di
fosa cocsigea menjalar ke lumbo sacral. Lesi ini berisi sel melanosit yang terletak
dilapisan dermis sebelah dalam atau sekitar folikel rambut. Kadang-kadang
tersebar simetris atau unilateral.
Daerah tumbuh yang menjadi pilihan (daerah predileksi) yang lain adalah
daerah orbital dan daerah sitomatikus (nevus ota), yaitu yang mengenai daerah
sclera atau fundus mata atau di daerah delto trapezius (nevis ito). Hal tersebut
tidak perlu pengobatan cukup dengan tindakan konservative saja. Namun bila
penderita telah dewasa pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetik melalui
terapi sinar laser.
2. Patofisiologi
Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula
terbatas di fossa koksigea lalu menjalar ke regio lumbosakral. Tempat lain yang
di daerah orbital: sclera atau fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus ito).
Nevos ota dan nevus ito biasanya menetap, tidak perlu diberikan pengobatan,
cukup dengan tindakan konservatif saja. Namun bila penderita telah dewasa,
pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika. Akhir-akhir ini dianjurkan
pengobatan dengan sinar laser.
3. Penyebab
a) Belum jelas
b) Timbulnya bercak akibat ditemukannya lesi yang berisi sel melanosit pada
lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut

6
4. Penatalaksanaannya
a) Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah beberapa pekan sampai 1
tahun, sehingga tidak perlu pengobatan dan cukup dilakukan tindakan
konservatif
b) Informasikan kepada keluarga untuk mengurangi kekhawatiran/kecemasan
c) Pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika.

2.2 Hemangioma

1. Pengertian
Hemangioma adalah proliferasi pembulu darah yang tidak normal.
Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah. Orang mengenalnya dengan
tanda lahir atau birth mark. Walau disebut tumor, hemangioma tak selalu berbentuk
benjolan seperti tumor pada umumnya.
2. Klasifikasi
Tanda lahir ini terdiri atas 2 jenis :
1) Nevus Flammeus ialah daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas,
berwarna merah-ungu yang tidak bertambah ukurannya, bias menghilang atau
memudar warnanya.
Tumor yang berada dekat permukaan kulit disebut hemangioma
superfisial. Kerap terlihat seperti pola merah terang yang timbul, kadangkala
dengan permukaan bertekstur ( kadang disebut hemangioma stroberi karena
berwarna merah seperti buah stroberi).
Lokasi hemangioma, hampir 60% berada disekitar kepala dan leher. Sekitar
25% berada di tubuh dan 15% terdapat di lengan atau kaki. Hemangioma juga
bias muncul dilapisan bawah kulit atau organ dalam tubuh seperti hati, saluran
pencernaan, dan otak.
3. Komplikasi
 Perdarahan
 Trombositopeni
 Infeksi sekunder
 Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial.
4. Penatalaksanaan
 Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri.

7
 Lesi yang mengganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser. Hemangioma
yang besar harus terus dipantau.
 Operasi pembedahan
 Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan hemangioma.
 Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
 Antibiotic bila terjadi infeksi.
5. Diagnosis banding
Bercak mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.

2.3 Ikterik

1. Pengertian
Ikterik atau ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterik atau ikterus pada bayi baru lahir
terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus
kurang bulan.
2. Klasifikasi:
a) Ikterus fisiologis: ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologis. Kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan.
b) Ikerus patologis: ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
3. Ikterus dapat dicegah dengan cara:
a) Pengawasan antenatal yang baik
b) Tindakan menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi
selama masa kehamilan dan kelahiran (misalnya surfafurazol, novobiosin).
c) Penanganan asfiksia dan trauma persalinan yang tepat.
d) Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI
e) Pencegahan infeksi.

Penatalaksanaan ikterus fisiologis dengan minum ASI dini dan sering. Bayi yang
pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat
terutama bila tampak kuning. Ikterus yang patologis diatasi dengan terapi sinar dan
transfusi tukar.

8
Contoh asuhan kebidanan bayi ikterus fisiologis

Data subjektif: usia bayi 2 hari, bayi kurang menyusu ASI

Data objektif:

1. Bayi cukup bulan


2. Mata dan kulit tubuh terlihat agak kuning
3. Kadar bilirubin indirek 13 mg %

Pengkajian: bayi cukup bulan usia 2 hari dengan ikterus fisiologis

4. Penatalaksanaan
1. Jelaskan penyebab ikterus pada keluarga yang akan menghilang dalam waktu
10 hari
2. Anjurkan ibu untuk menjemur bayi pada pagi hari agar terkena sinar
matahari
3. Penuhi kebutuhan nutrisi, anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya
4. Cegah infeksi dengan menjaga kebersihan bayi
5. Libatkan kedua orang tua untuk perawatan
6. Lakukan program imunisasi
7. Lakukan kolaborasi untuk tindak lanjut

2.4 Seborrhea

1. Pengertian
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya. Mula biasanya dari kulit kepala
kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan. Ada yang mengatakan
penyakit radang ini berdasarkan gangguan konstitusional dan sering terdapat faktor
hereditas. Tidak dapat disangkal bahwa penderita umumnya kulit yang berlemak (
seborrhea), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar lemak dan penyakit ini
sama sekali belum jelas. Ada yang menganggap kambuhnya penyakit yang kronis
ini adalah akibat makanan yang berlemak, makanan yang berkalori tinggi,
minuman alcohol dan gangguan emosi.
Pada anak dan bayi biasanya terdapat tipe eritroskuamosa. Efloresensi
berupa sisik yang berlemak dan eritema. Distribusi kelainan pada daerah yang

9
terdapat banyak kelenjar sebasea dan kepala. Kadang-kadang juga di daerah
intertriginosa dan sekitar bibir.
2. Gejala
a) Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian
mengeras dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di
kulit kepala (cradle cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga.
b) Exudat seborrhoic pada kulit kepala ( masalah kosmetik).
3. Pengobatan
 Pengobatan kausal belum diketahui
 Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun sampai 19
tahun) menghindarkan makanan yang berlemak,kacang ,coklat,seperti pada
pengobatan akne vulgaris.dapat pula di berikan vitamin B6 dan vitamin B
kompleks untuk waktu yang lama .
 Topical:bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harusa di kompres dulu dengan
larutan kalium permanganate 1/5000.kemudian di berikan krim yang
mengandung asam salisilat (2%)
,sulfur presipitatus (4%),vioform (3%),dan hidrokortison(1/2-1%).neomisin
dan basitrasin di tambahkakn bila ada infeksi sekunder .pada kasus menahun
dapat di vcoba pemmngobatan dengan sinar ultraviolet .pada daerah kepala di
anjurkan penggunaan sampo yang tidak berbusa 2-3 x seminggu dan memakai
krimyang mengandung selenium sulfide atau Hg –presipitatus albus 2%.
4. Diagnosis Banding
Atopik dermatitis dengan gejala eritema ,edema eksudasi ,krusta ,dan
bersisik terutama pada bayi muda .

2.5 Muntah dan gumoh

1. Muntah
Muntah Muntah adalah proses refleks yang sangat terkoordinasi yang
mungkin didahului oleh peningkatan air liur. Muntah pada bayi merupakan gejala
yang sering sekali dijumpai dan dapat terjadi pada berbagai kondisi. Muntah
dapat merupakan gejala penyakit ringan atau penyakit berat. Sifat muntah:
a) Keluar cairan terus-menerus, kemungkinan disebabkan oleh obstruksi
esofagus.
b) Muntah proyektil, kemungkinan disebabkan oleh stenosis pilorus

10
c) Muntah hijau kekuningan, kemungkinan disebabkan oleh obstruksi dibawah
ampula vateri.
d) Muntah segera ketika lahir dan menetap, kemungkinan disebabkan oleh
tekanan intrakranial tinggi atau obstruksi usus.
2. Penyebab muntah
1. Dalam masa neonatus. Kelainan kongenital saluran pencernaan, paralisis
palatum, atresia esofagus, kalasia, akalasia, iritasi pada lambung
(mekonium, amnion, darah)
2. Setelah masa neonatus. Pada masa ini penyebab muntah makin banyak
dan semakin sulit. Diagnosis perlu mempertimbangkan :
a. Faktor psikogenetik
b. Faktor infeksi, apendisitis, peritonitis, divertikulitis, adenitis
mesentrial, infeksi traktus akut, hepatitis
c. Faktor lain : invaginasi, kelainan intrakranial, kelainan endokrin,
epidemik vomitis, cycling vomiting, refleks.

Muntah dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh atau elektrolit


sehingga dapat terjadi dehidrasi. Bila tadak mau makan dan minum, akan terjadi
ketosis. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya dapat menjadi syok.
Bila muntah sering dan hebat, akan terjadi ketegangan otot dinding perut,
perdarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah,
jahitan terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan.

3. Penatalaksanaan muntah
1. Kaji faktor penyebab
2. Obati sesuai penyebabnya
3. Beri suasana tenang
4. Perlakukan bayi atau anak ddengan baik dan hati – hati
5. Beri diet yang sesuai dan jangan beri makanan yanng merangsang
6. Kaji sifat muntah
7. Bila ada kelainan yang sangat penting, segera lapor atau rujuk kerumah sakit.

4. Gumoh
Regurgitasi atau gumoh adalah keluarnya susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah meminum susu botol atau menyusu dan dalam jumlah yang

11
sedikit. Penyebabnya adalah anak atau bayi sudah kenyang, posisi anak atau bayi
saat menyusui yang salah, posisi botol yang salah, atau tergesa – gesa waktu
menyusu. Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal,
terutama pada bayi muda di bawah 6 bulan.
5. Penatalaksanaannya
dengan memperbaiki posisi botol pada saat menyusu, setelah makan atau minum
usahakan anak bersendawa, bayi atau anak yang menyusu pada ibu harus dengan
bibir yang mencakup rapat pada puting susu ibu.

2.6 Oral trush

1. Pengertian
Oral Trush adalah infeksi jamur yang terjadi pada area hangat dan basah
yang ditandai dengan bercak-bercak membran berwarna putih, menimbul, mirip
sisa-sisa susu di selaput lendir bibir, lidah, palatum, dan faring. Mula-mula
dianggap endapan susu, tetapi apabila dipaksa diangkat akan menyebabkan bayi
malas menyusu karena terasa agak nyeri. Dalam hal ini diagnosis dapat dipastikan
dengann melakukan pemeriksaan mikroskop langsung dan biakan kerokan
mukosa terkait.
Infeksi pada neonatus ini dapat sembuh spontan dengan pengobatan 1ml
larutan nistatin (100.000 unit/ml) yang di berikan 4 kali sehari dengan interval 6
jam. Obat ini akan membatasi penyebaran penyakit hanya diruang perawatan bayi
serta menghindari infeksi berkepanjangan yang kadang-kadang terjadi. Larutan
tersebut hendaknya ditaruh dengan lembut dan hati-hati kedalam mulut sehingga
mendapat kesempatan untuk menyebar luas diseluruh rongga mulut sebelum
ditelan. Pencegahan oral trush adalah dengan membersihkan dan mengeringkan
segera daerah mulut bayi dan sekitarnya setiap selesai menyusu serta menjaga
kebersihan ibu dan bayinya.
Contoh asuhan kebidanan bayi dengan oral trush:
Data subjektif : usia bayi 1 bulan dengan keinginan menyusu kurang.
Data objektif:
1. Bayi cukup bulan
2. Tampak bercak putih agak menonjol pada daerah lidah dan mulut
3. Keadaan bayi baik

12
Pengkajian: bayi usia 1 bulan dengan oral trush

2. Penatalaksanaan:
1. Jelaskan penyebab oral trush pada keluarga
2. Ajarkan ibu dan kelurga tentang teknik menyusui yang benar dan cara
memberi susu yang benar
3. Anjurkan ibu untuk membersihkan mulut dan daerah sekitar mulut bayinya
sesudah menyusui
4. Anjurkan ibu untuk membilas mulut bayinya dengan air putih setelah
menyusu
5. Berikan larutan nistatin 1 ml 4 kali sehari
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut

2.7 Diaper/ Diaper rash (Ruam Popok)

1. Pengertian
Diaper rash adalah merupakan akibat karena kontak terus menerus dengan keadaan
lingkungan yang tidak baik.
2. Penyebab
 Kebersihan kulit yang tidak terjaga
 Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
 Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
 Akibat mencret
 Reaksi kontak terhadap karet, plastic, deterjen.
3. Tanda dan gejala
 Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema.
 Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti: pantat, alat kemaluan, perut
bawah, paha atas.
 Keadaan lebih parah bias terdapat: papilla erythematosa, vesicular dan
ulcerasi.
4. Penatalaksanaan
 Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kulit bayi, terutama didaerah alat
kelamin, bokong, lipatan selangkangan.
 Daerah yang terkena iritasi tidak boleh dalam keadaan basah (terbuka dan
tetap kering).

13
 Menjaga kebersihan pakaian dan perlengkapan.
 Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan
 Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang
dioleskan dengan minyak atau sabun mild dan air hangat.
 Popok dicuci dengan detergen yang lembut.
 Mengangin-anginkan kulit sebelum pampers baru dipasang dan menggunakan
pampers dengan daya serap yang tinggi dan pas pemakaiannnya.
 Menggunakan popok yang tidakterlalu ketat ( terbuka atau longgar) untuk
memperbaiki sirkulasi udara.
 Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang teriritasi.
5. Pengobatan
 Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada daerah yang sedang
meradang.
 Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%
 Salep anti jamur dan bakteri (micinazole, kotekonazole, nyastatin).

2.8 Bisulan (furunkel)

1. Pengertian
Adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi akibat folikel rambut
yang terinfeksi stafilokokus. Infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus
profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya didalam,
biasanya daerah muka, pantat, leher, ketiak dan lain-lain. Nodul ini mengandung
cairan yang dalam waktu beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik
bernanah. Bentuk-bentuknya yaitu furunkel (boil) dan karbunkel ( furunkel
multiple).
2. Etiologi
a) Kurangnya kebersihan
b) Kurang gizi
c) Udara panas
d) Tekanan dan gesekan pada kulit
e) Garukan akibat gatal
3. Patofisiologi
Daerah yang sering berkeringat (muka, punggung, lipatan, paha,
bokong, leher) jika sering digaruk dan terjadi gesekan akan muda terinfeksi.

14
Apabila folikel rambut terinfeksi kuman staphylococcus aureus akan menjadi
benjolan berisi nanah. Kemudian timbul “mata” yang berwarna putih dan
kuning .benjolan akan pecah 2-3 hari atau sembuh tanpa pecah.karena folikel
rambut berdekatan , dapat muncul beberapa buah bisul.
Ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
4. Pencegahan
Pada dasarnya biang keringat pada bayi dapat dicegah dengan cara-cara
berikut :
 Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat
tubuhnya basah oleh keringat
 Pada cuaca panas, taburkan brdak cairan khusus untuk mendinginkan
kulit, sekaligus menyerap kringat.
 Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotora
5. Asuhan/pengobatan
Biang keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur atau kocok. Jika
sudah terinfeksi secara sekunder, harus diobati dengan antibiotic atau anti
jamur.

2.9 Milariasis

1. Pengertian
Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat
akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,
disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan
disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang
tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau
gesekan pakaian dan juga kepala. (lenteraimpian | March 5, 2010).
Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai
adanya vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak
berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau
papul putih. (Sudoyo, 2009).

15
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya
saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat. ( Arif Mansyoer,
2001 ).
Miliariasis adalah keadaan kulit dengan retensi keringat yang
diekstravasasi pada tingkatan kulit yang berbeda, bila diagnose sendiri
mengarah pada miliariasis Rubra, heat rash, prickly heat, keadaan yang terjadi
akibat obstruksi saluran keringat. Keringat masuk ke epidermis menyebabkan
papulovesikel merah yang gatal. ( Poppy Kumala, 1998)
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet,
liken tropikus, atau pickle heat .
2. Etiologi
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan
lembab. (Vivian, 2010)
Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi.
Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang
menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang
menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan
anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan, 1984)
Faktor factor penyebab milariasis :
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang
dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh
stratum korneum (Lenteraimpian, 2010)
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar
keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada

16
40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan
menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini
menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
(Vivian, 2010)
4. Penatalaksanaan
Pencegahan :
1) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali
sehari menggunakan air dingin dan sabun.
2) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk
(lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut.
Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
3) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih
dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah
terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
4) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak
menyerap keringat (FKUI, 2002).
Biang keringat bisa tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari
penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara:
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher,
paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak
keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak.
Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak
tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar
yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir
dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya
gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan
partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang
dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).

17
Pengobatan
1) Perawatan kulit secara benar
2) Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau
bedak kocok setelah mandi
3) Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk
memperparah sumbatan kelenjar
4) Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic
5) Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga
tidak menggores kulit saat menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010)

2.10 Diare

1. Pengertian
Diare adalah suatu keadaan frekuensi BAB >4x pada bayi atau >3x pada anak
dengan konsistensi tija cair atau tanpa lender atau darah.
2. Jenis diare
 Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah,
demam.
3. Patofisiology
a. Akibat makanan yang tidak dapat diserap/ dicerna ex: laktosa dan susu,
merupakan makanan yang baik bagi bakteri
b. Difermentasi oleh bakteri anaerob menjadi molekul kecil : H2O, CO2, H2
c. Peningkatan tekanan osmotic dalam lumer usus
d. Menyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler
e. Hiperperistaltik
f. Diare
4. Gangguan skretorik
a. Bakteri mengeluarkan toksin
b. Peningkatan amp siklik
c. Merangsang sekresi k, cl, na, h2o, dari intraseluler
d. Menghambat absorbsi dari ekstraseluler ke intraseluler
e. Hiperperistaltik
f. Diare
5. Gangguan peristaltik
a. Makanan yang merangsang

18
b. Meningkatkan peristaltik usus
c. Diare
d. Menurunnya intake dan peningkatan
e. Hilangnya cairan intra dan ekstrasel /dehidrasi
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa
g. Syok hipoglikemi
6. Gejala klinis
a. Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia, lalu timbul
diare
b. BAB cair disertai lender atau darah
c. Warna tinja : dapat hijau, berbau asam oleh karena asam laktat yang tidak
dapat dicerna.
d. Muntah sebelum/setelah diare oleh karena lambung ikut meradang
e. Dehidrasi oleh karena kehilangan cairan
f. Pada diare berat dapat terjadi renjatan: tekanan darah turun, pernafasan cepat,
takikardi dan nadi kecil, keadaan umum lemah, kesadaran turun, oleh karena
kehilangan cairan
g. Oliguria s/d anuria
h. Asidosis metabolic
7. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hypokalemia, hipoglikemia
c. Syok hipovolemik
d. Asidosis metabolik
e. Kejang
f. Intoloren sekunder oleh karena kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase
8. Asuhan kebidanan
Pengkajian
a. Subjektif
 Kaji riwayat diare, BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau, waktu BAB.
 Kaji intake output, muntah.
b. Objektif

19
 Kaji status hidrasi : ubun-ubun, mata, turgor kulit, membrane mukosa
mulut.
 Vital sign, berat badan.
9. Analisa dan tindakan
Kurangnya volume cairan
a. Memberikan rehidrasi oral atau parenteral
b. Asi tetap dilanjutkan (kecuali bila tidak torelan terhadap asi formula
rendah laktosa)
c. Anjurakn banyak minum, PMT tetap diberikan sesuai usia.
d. Monitor intake output.
e. Kaji tanda-tanda dehidrasi, vital sign
f. Pemberian obat antidiare dan antibiotic (berdasarkan kepmenkes :obat
sebagai pertolongan pertama/sementara)
g. Segera rujuk bila diare bertambah atau terjadi komplikasi lanjut

20
BAB III

PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Masalah yang lazim terjadi pada bayi antara lain bercak mongol, hemangioma,
ikterik, muntah & gumoh, oral trush, diaper rush, seborrea, dan bisul. Bercak mongol
merupakan bercak rata berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu dengan batas tegas,
berukuran sangat besar, dan umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha
belakang, punggung atas dan bahu.Hemangioma adalah tumor pembuluh darah yang
paling banyak dijumpai pada bayi terjadi pada 10% anak kulit putih dan sampai 20 %
pada bayi premature dengan berat badan kurang dari 1000 g. Ikterik adalah
menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam
tubuh.

Muntah adalah proses refleks yang sangat terkoordinasi yang mungkin didahului
oleh peningkatan air liur.Regurgitasi atau gumoh adalah keluarnya susu yang telah
ditelan ketika atau beberapa saat setelah meminum susu botol atau menyusu dan dalam
jumlah yang sedikit.Oral Trush adalah infeksi jamur yang terjadi pada area hangat dan
basah yang ditandai dengan bercak-bercak membran berwarna putih, menimbul, mirip
sisa-sisa susu di selaput lendir bibir, lidah, palatum, dan faring.Diaper rush terjadi
akibat kontak kulit yang terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik, diaper rush
disebut juga ruam popok.Seborrhea adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada 3
bulan pertama kehidupan.Furunkel/bisul adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel
rambut atau benjolan yang nyeri pada kulit karena radang terbatas pada kulit jangat dan
jaringan bawah kulit yang meliputi mata bisul.

3.2 Saran

Sebaiknya orang tua memantau bayinya agar dapat mengetahui masalah-masalah


yang terjadi pada bayi sedini mungkin. Karena jika salah satu dari masalah tersebut
tidak segera diatasi maka bisa menyebabkan masalah atau komplikasi lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC.

Dewi Vivian N. L.2010. AsuhanNeonatusbayidanBalita. Jakarta: SalembaMedika.

22

Anda mungkin juga menyukai