Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


“MILIARIASIS”

DOSEN PEMBIMBING :
Endah Wijayanti.M.Keb

DISUSUN OLEH :
Rena Sari (P07224120028)
Rita Yolanda (P07224120030)
Sri Wahyuni (P07224120035)

D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Miliariasis ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Endah
Wijayanti.M.Keb pada mata kuliah Askeb Neonatus,bayi,balita&anak prasekolah. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Miliariasis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endah Wijayanti.M.Keb. Selaku dosen kebidanan pada mata
kuliah Askeb Neonatus,bayi,balita&anak prasekolah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Balikpapan, 05 Agustus 2021 

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan iklim dan suhu saat ini menimbulkan masalah bagi kesehatan. Tak terkecuali masalah
kesehatan kulit. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami terjadi pada bayi yaitu biang keringat. Kondisi
tersebut diperparah dengan kondisi kulit bayi yang belum sempurna berkembang.

Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita.

Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Ada beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah
adanya miliaris atau biang keringat.

Biang keringat adalah gangguan pada kulit berupa ruam kemerahan yang terasa gatal. Biang keringat
sering terjadi pada anak-anak, walaupun tidak sedikit orang dewasa yang mengalaminya terutama saat cuaca
panas dan lembab. Biang keringat juga dapat terjadi pada pasien yang lama berbaring di rumah sakit
misalnya pasien stroke atau pasca operasi besar (Djunarko dan Hendrawati, 2011; Knott, 2010).
Penyakit miliariasis dan infeksi umumnya dapat menyerang bayi dan anak yang baru lahir. Kulit bayi
memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya
miliariasis atau biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentanya timbulnya di beberapa bagian seperti
pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat
yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal. Salah satu penyakit kulit pada bayi
adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi yang kemungkinan disebabkan
oleh sel – sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang
mengakibatkan retensi keringat. Kulit pada neonatus (bayi < 1 bulan) dan bayi (< 1 bulan) merupakan bagian
yang mengalami proses pematangan yang cepat, baik struktur anatomi, bio kimia dan fisiologik setelah tahap
pembentukan in utero. Pada remaja dan dewasa, kulit sudah matang atau mature kemudian mengalami
kemunduran.

Miliaria paling umum terjadi di lingkungan tropis dan juga pada bayi baru lahir biasa mendapat
kekebalan atau imunitas trans plasenta terdapat kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir bayi terpapar
dengan kuman sering juga berasal dari orang lain. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas sehingga
rentan terkena infeksi. Beberapa gejala perubahan tingkah laku bayi baru lahir tersebut diantaranya ialah
malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba – tiba
turun, muntah, dan diare. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2008) melaporkan tiap tahun terdapat
80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya 65% terjadi pada bayi. Indonesia merupakan daerah
tropis sehingga sering terjadi biang keringat (Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru lahir akan
dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi sekitar 34,14% bayi terkena biang
keringat (milaria) akibat pembedongan, pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca
panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadan inilah yang sering menyebabkan biang keringat (miliaria).
Milaria dapat terjadi pada bayi – bayi prematur pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel –
sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit dan mengakibatkan retensi
keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi baru lahir. Muncul pada usia 2 – 3 bulan pertama dan
akan menghilang dengan sendirinya pada 3 – 4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk
beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010).
Biang keringat kerap kita temui pada neonatus ,bayi dan balita, karena kulit mereka cenderung lebih
sensitif daripada orang dewasa. Bahkan 70 persen dari tubuh bayi mengandung air, itulah mengapa bayi
mudah sekali mengeluarkan keringat bila dibandingkan dengan orang dewasa. Masalah kembali bertambah
saat anak Anda rewel karena rasa gatalnya yang terus mengganggu. Jangan panik, sebelum tergesa-gesa
memberi anak Anda bermacam-macam obat, kenali dulu tanda-tanda dan deskripsi dari biang keringat itu
sendiri, jangan sampai nantinya Anda salah mendeskripsikan keadaan anak Anda dan memberinya obat yang
salah.

Biang keringat atau biasa disebut dalam istilah medis dengan miliaris adalah penyakit kulit yang ditandai
dengan kemerahan, muncul papul (bintil-bintil), dan gatal. Penyebabnya bisa terjadi pada cuaca yang
lembab, panas, karena peredaman yang terus- menerus pada kulit oleh keringat sehingga lemak kulit
terbuang. Biang keringat biasanya muncul pada anak-anak yang bertempat tinggal di daerah yang lembab
dan sangat pamnas. Gatalnya yang hebat menyebabkan gangguan tidur,men gurangi nafsu makan, dan
gangguan umum infeksi sekunder.

Miliaria merupakan salah satu kelainan kulit berupa papul nonfolikular ukuran 1-3 mm,vesikel dan
pustul dengan dasar eritem. Biasanya mengenai dada,punggung,wajah,lipatan aksila,ekstrimitas proksimal
serta telapak tangan dan kaki disertai rasa gatal dan panas.

Kulit bayi masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan. Misalnya saja, proses penyerapan dan
pengeluaran keringat belum berjalan semestinya. Akibatnya, sering dijumpai bayi yang berkeringat
berlebihan. Normalnya, butiran keringat bisa keluar melalui pori-pori kulit. Karena penyebab yang belum
diketahui, kulit ari bayi yang mestinya selalu berganti, menjadi tidak berganti.
Miliaria bisa kambuh berulang-ulang, terutama ketika suhu udara sedang panas. Bila biang keringat ini
mengalami iritasi dan kontak dengan kuman di kulit, biang keringat ini akan terinfeksi. Bila tidak ditangani
dengan baik, biang keringat yang terinfeksi ini dapat menjadi bisul (abses) yang berisi nanah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Miliariasis ?
2. Apa saja Klasifikasi Miliariasis ?
3. Apa Saja Penyebab Miliariasis ?
4. Apa Saja Tanda Dan Gejala Miliarisiasis ?
5. Bagaimana Pencegahan Miliarisiasis ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Miliarisiasis ?
7. Bagaimana Pengobatan Miliarisiasis ?
8. Bagaimana Diagnosis Miliarisiasis ?
9. Bagaimana Diagnosa Banding Miliariasis ?
10. Apa Saja Komplikasi Miliariasis ?
11. Apa Saja Manifestasi Klinis Miliariasis ?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengertian Miliariasis
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Klasifikasi Miliariasis
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Penyebab Miliarisiasi
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tanda Dan Gejala Miliarisiasis
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pencegahan Miliarisiasis
6. Mahasiswa Mampu Mengetahui Penatalaksanaan Miliarisiasis
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengobatan Miliarisiasis
8. Mahasiswa Mampu Mengetahui Diagnosis Miliarisiasis
9. Mahasiswa Mampu Mengetahui Diagnosa Banding Miliariasis
10. Mahasiswa Mampu Mengetahui Komplikasi Miliariasis
11. Mahasiswa Mampu Mengetahui Manifestasi Klinis Miliariasis
12.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MILIARIASIS

Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil
berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi,
leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan
pakaian dan juga kepala.
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada
dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti
ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair.
Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau pickle heat .
( Adhi Djuanda, 1987)
Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tertutupnya saluran kelenjar keringat.
(Hassan, 1984).Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
milier. (Adhi Djuanda, 1987).Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retens keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar keringat dan porinya, yang
lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir
musim hujan yang suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan
yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan
sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan
peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai
sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada
dan punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala.
Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti
ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro
dan Hendra Utama, 2000).

B. Klasifikasi Miliariasis
1. Miliaria Kristalina

Miliaria kristalina. Pada gambaran histopatologik


terlihat gelembung intra/subkorneal.
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm
sumbatan terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat
gelembung-gelembung kecil berisi cairan bewarna jernih
yang mudah pecah tanpa disertai kulit kemerahan,
terutama pada badan setelah banyak berkeringat,
misalnya karena hawa panas.
Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang
atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian.
Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh
dengan sisik yang halus.
Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup
dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan
menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan punggung, dahi, leher, dan dada.
Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan
mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984).
Milliaris timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam di ranjang. Lesinya
berupa vesikel sangat superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi peradangan, asimptomatik dan
berlangsung singkat dan cenderung mudah pecah akibat trauma teringan pun. (E.Sukardi dan Petrus
Andrianto, 1988).

2. Miliaria Rubra
Miliaria rubra. Pada gambaran histopatologik gelembung
terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan
peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.
Miliaria rubra adalah suatu keadaan tertutupnya pori-pori
keringat oleh karena sumbatan yang terletak di dalam
epidermis sehingga menimbulkan retensi keringat di
dalam kulit.
Miliaria rubra adalah suatu dermatitis yang timbul akibat
tersumbatnya saluran kelenjar keringat dengan gejala
klinik adanya vesikel-vesikel terutama pada badan,
setelah banyak berkeringat dan umumnya tidak
memberikan keluhan. Miliaria rubra adalah masalah yang
biasa terjadi pada cuaca panas dan lembab, tetapi tidak berbahaya. Beberapa orang cenderung lebih
rentan terhadap masalah ini dibandingkan oranglain. Miliaria terbagi dalam beberapa tipe, Miliaria
kristalina yang sumbatannya berada dalam stratum korneum. Miliaria profunda, sumbatan ada dalam
dermo epidermis dan Miliaria rubra dimana sumbatan terletak didalam epidermis. Sedangkan yang akan
dibahas dalam makalah ini khusus tentang Miliaria rubra. Milaria rubra sering timbul pada bayi dan
anak-anak, ini menggambarkan bahwa bertambahnya struktur saluran keringat sesuai dengan
bertambahnya umur dan sering timbul pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.
Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan
ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan
pedih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya
dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat berkelompok. (Adhi Djuanda,
1987)
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer,
banyak keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar
keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis.
Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis
dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada
gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan
pada kulit dan perifer kulit di epidermis. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang
sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena
terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder
dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang
tertutup pakaian seperti punggung dan dada. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).

3. Miliaria Profunda
Miliaria profunda. Pada gambaran histologik tampak
saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian
atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang.
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis.
Jenis miliaria ini terjadi di lapisan lebih dalam (dermis).
Tertahannya keringat ini akan menyebabkan munculnya
bintil merah yang lebih besar dan lebih keras. Walaupun
lebih jarang terjadi, miliaria jenis ini bersifat kronis dan
sering kambuh.Kelainan ini biasanya timbul setelah
miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras,
berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun
ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam
maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema.
(Adhi Djuanda, 1987)
Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau
tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin
dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang
berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di
bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul
setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984).

4. Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa merupakan perkembangan lanjutan
dari miliaria rubra. Biang keringat ini terjadi ketika
miliaria rubra mengalami peradangan. Tanda dari
miliaria pustola yaitu bintil merah yang terisi nanah
(pustule) sehingga berubah warna menjadi putih atau
kuning. Adanya pustule ini menandakan mulai terjadinya
infeksi kulit. Pada umumnya didahului oleh dermatosis
yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan
terjadi pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa
pustula steril yang gatal, tegas, superfisial dan tak
berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan
Petrus Andrianto, 1988).

C. Penyebab Terjadinya Milliariasis


1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3. Aktivitas yang berlebihan
4. Setelah menderita demam atau panas
5. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.
6. Iklim tropis
Iklim dan cuaca yang panas serta lembab merupakan pemicu utama dari munculnya biang
keringat.
7. Kepanasan
Kepanasan juga dapat memicu tersumbatnya kelenjar keringat yang menyebabkan biang
keringat. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kepanasan adalah menggunakan pakaian
yang terlalu tebal atau tidur dengan selimut tebal saat suhu panas.
8. Obesitas
Berat badan berlebih (obesitas) juga lebih berisiko mengalami biang keringat terutama di area
lipatan-lipatan seperti perut, leher, dan selangkangan.
9. Obat-obatan
Bethanecol, obat yang menyebabkan timbulnya keringat dan Isotretionis obat yang
menyebabkan folikular diferensiasi dilaporkan dapat menyebabkan Miliaria.
10. Bakteri
Staphylococcus diyakini berhubungan dengan timbulnya Miliaria.
11. Immaturitas dari saluran ekrin : neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang immatur
yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar.Luptur ini mengakibatkan terjadinya
miliariasis.
12. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliariasis biasanya terjadi pada individu yang
pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah individu
tinggal dikondisi panas dan lembab selama beberapa bulan.
13. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliariasis.

Miliaria terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat, Pada permulaan musim hujan,
udara mulai lembab, udara lembab ini mempengaruhi keratin di sekeliling lubang kereingat yang mula-
mula kering menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang keringat tertutup. Bahan kimia juga
dapat menyebabkan menjadi basah dan menutupi lubang keringat, sumbatan terjadi di dalam epidermis
dan saluran keringat yang pecah ada didalam epidermis, vesikula terjadi didalam epidermis, ditandai
dengan eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat dari vasodilatasi dan rangsangan reseptor gatal
oleh enzim yang keluar dari sel epidermis karena keringat yang masuk ke dalam epidermis.

Miliariasis adalah penyakit obstruksi yang jinak dengan tanda vesikopustula. Penyakit ini
mengkhawatirkan orang tua karena onset dan penyebarannya yang akut. Stimulus primer dari
perkembangan miliariasis adalah kondisi panas dan kelembaban yang tinggi yang menyebabkan
pengeluaran keringat yang banyak. Oklusi kulit karena penggunaan pakaian, perban atau seprei plastik
dapat menyebabkan pengumpulan keringat di permukaan kulit dan overhidrasi dari stratum
korneum.Pada orang yang beresiko, termasuk bayi, yang relative mempunyai kelenjar ekrin immatur,
overhidrasi dari stratum korneum kemungkinan sudah bisa menyebabkan sumbatan acrosyringium. Jika
kondisi panas dan lembab masih bertahan, keringat akan banyak diproduksi kembali, tetapi tidak dapat
disekresikan ke permukaan kulit karena adanya penyumbatan saluran. Sumbatan ini menyebabkan
terjadinya kebocoran keringat dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dermis maupun
epidermis yang berhubungan dengan anhidrosis. Dengan adanya kebocoran tersebut, akanmenyebabkan
inflamasi dan lesi yang sifatnya asimptomatik. bakteri normal kulit, seperti staphylococcus epidermidis
dan staphylococcus aureus, kemungkinan juga berperan dalam patogenesismiliariasis. Pasien dengan
miliariasis mempunyai bakteri per unit area kulit 3 kali lebih banyak dibanding orang yang sehat.Pada
fase akhir miliariasis, bisa ditemukan hiperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium. Adanya
sumbatan hiperkeratotik bisa menyumbat saluran ekrin. Sumbatan parakeratotik pada saluran keringat
mungkin dihasilkan dari luka sel-sel epidermal yang melapisi saluran keringat. Pada keadaan yang biasa,
luka ini disebabkan maserasi akibat air keringat. Sumbatan juga dapat terjadi pada padadermatosis yang
meradang. Perubahan kimia yang terjadi sehingga kelembaban merangsang pembentukan luka pada
keratin belum diketahui. Akan tetapi, hal ini sekarang di percaya tidak terlalu berpengaruh dan bukan
penyebab utama penyumbatan keringat (Moschella, 1997).

Miliaria terjadi karena kadar garam pada kulit menyebabkan spongiosis dan hal ini terjadi pada
muara kelenjar keringat. Flora normal pada kulit seperti staphylococcus epidermidis dan staphylococcus
aureus diduga mempunyai peranan pada patogenesis dari Miliaria, pasien Miliaria memiliki jumlah
bakteri tiga kali lebih banyak dari pada jumlah bakteri per unit area pada kulit normal yang sehat. Pada
stadium lanjut dari Miliaria terjadi hiperkeratosis dan parakeratosis. Sumbatan hiperkeratosis dapat
menghalangi kelenjar keringat, hal ini diyakini merupakan perubahan lanjut dan bukannya faktor
pencetus dari lubang keringat.

Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga


pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar
di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi yang tidak
dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010).

Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang
belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan
pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini
menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. (Vivian, 2010).
Biang keringat disebabkan karena adanya sumbatan pada pori-pori saluran keluarnya keringat sehingga
keringat merembes pada pori kulit terdekat dan mengakibatkan inflamasi/peradangan. Biang keringat
berhubungan erat dengan cuaca yang sangat panas, lembab atau dapat terjadi selama penyakit yang
menyebabkan berkeringat. Biang keringat juga diakibatkan dari ketidakmampuan kulit untuk “bernafas”
(berinteraksi dengan udara) karena pakaian yang terlalu ketat atau tebal seperti kulit dan polyester
(Levin, et al, 2012).
Sumbatan pada biang keringat ini dapat disebabkan oleh debu ataupun daki. Saat tubuh banyak
berkeringat, misalnya saat cuaca panas atau setelah demam, adanya sumbatan tadi akan membuat
keringat tertahan di bawah kulit, kemudian membentuk tonjolan-tonjolan kecil berwarna merah karena
terjadi peradangan (Djunarko dan Hendrawati, 2011).
Faktor utama yang berperan bagi perkembangan miliaria adalah kondisi panas tinggi dan kelembaban
yang menyebabkan berkeringat berlebihan. Occlusion kulit karena pakaian, perban, atau lembaran
plastik (dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk pengumpulan keringat pada
permukaan kulit dan pengeluaran cairan atau keringat berlebih (overhydration) dari lapisan corneum.
Pada orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang kelenjar ekrinnya, pengeluaran cairan
atau keringat (overhydration) dari stratum corneum dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan
sementara dari acrosyringium.
Jika kondisi lembab dan panas bertahan, individu terus memproduksi keringat berlebihan, tetapi dia tidak
dapat mengeluarkan keringat ke permukaan kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini
menyebabkan kebocoran keringat dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dalam dermis atau
epidermis, dengan anhidrosis relatif.
Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti dalam Miliaria crystallina,
akan ada sedikit peradangan yang menyertai, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada
Miliaria rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan vesikula spongiotic dan sel
inflamasi kronis periductal yang menginfiltrasi di papiler dermis dan epidermis bawah. Pada Miliaria
profunda, keluarnya keringat ke dermis papiler menghasilkan suatu substansial, menginfiltrasi limfositik
periductal dan spongiosis dari duktus intra-epidermis.
Seperti bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan peran
dalam patogenesis miliaria. Pasien dengan Miliaria memiliki 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas
kulit dibandingkan subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat
eksperimental. Periodic Acid-Schiff positif bahan tahan diastase telah ditemukan di sumbatan intraductal
yang konsisten dengan substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan
percobaan, hanya Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan EPS yang dapat menginduksi miliaria.
Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium (bagian paling atas dari
saluran/duktus kelenjar keringat) dapat diamati. Sebuah sumbatan hyperkeratotic mungkin muncul untuk
menghalangi saluran ekrin, tetapi sekarang ini diyakini menjadi perubahan akhir dan bukan penyebab
yang mempercepat terjadinya penyumbatan keringat.

D. Tanda Dan Gejala Miliarisiasis

Tanda-tanda yang dapat diamati saat biang keringat yakni adanya bintil-bintil halus kemerahan,
terutama pada daerah-daerah lipatan tubuh seperti leher, lipat tangan, lipat siku, di bawah payudara (pada
wanita), lipatan paha, lipatan kulit kaki (bayi), dan lipatan lutut. Gejala yang sering timbul seperti gatal,
rasa terbakar dan perih. Apabila dalam 3-10 hari tidak kunjung membaik maka dapat terjadi komplikasi
seperti infeksi dan dermatitis. Namun, komplikasi ini sangat jarang terjadi (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2006; Levin, et al, 2012).
Bintik-bintik merah atau ruam pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini disebabkan peradangan kulit
pada bagian tersebut. Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat dilap dengan
handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan
punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang
kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). kondisi ini bisa kambuh berulag-ulang
terutama jika udara panas dan berkeringat.
Miliaria rubra ditandai dengan rasa gatal dan eritem dan kadang rasa panas seperti terbakar, lesi
terjadi karena beberapa hari terpapar pada lingkungan yang panas tapi lesi baru muncul setelah beberapa
bulan terpapar atau dapat muncul setelah beberapa hari pasien berpindah dari lingkungan yang panas
tersebut. Lesi berupa papula dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula yang dikekelingi oleh
lingkaran merah atau eritema yang tidak berbatas tegas yang terjadi karena respon inflamasi . Lesinya
extrafolikuler, ini membedakan dengan folikulitis, papulanya steril atau terinfeksi sekunder karena
Miliaria yang luas dan kronik. Pada bayi lesi terdapat pada leher, lipat paha dan ketiak sedangkan pada
anak-anak atau orang dewasa lesi terdapat pada badan dan tempat-tempat yang terkena gesekan pakaian
yaitu bagian tubuh dibawah pakaian atau bagian tubuh yang mudah berkeringat setelah beraktivitas atau
kepanasan seperti leher, kulit kepala bagian atas atau badan dan tidak mengenai wajah atau bagian volar
kulit. Rasa gatal dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya bersamaaan dengan rangsang yang
menimbulkan keringat, penderita cepat merasa lelah dan mengalami intoleransi terhadap panas dan dapat
terjadi penurunan jumlah keringat atau tidak berkeringat sama sekali pada daerah panas ataupun
beraktivitas. Miliaria rubra yang luas dan berat dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas
serta pingsan.

 Resiko Biang Keringat :


1. Demam
2. Terjadi selama seminggu
3. Menyebar ke daerah lain
4. Leher kaku, sensitivitas terhadap cahaya, perubahan neurologis, atau tubuh bergetar tak terkendali,
dapat disebabkan meningitis.

 Menurut Mayo Clinic, biang keringat pada bayi terjadi di area terutama di bagian leher, bahu, dan
dada. Bintik-bintik kecil tersebut juga bisa muncul di ketiak, lipatan siku, dan selangkangan.
 Pada situs Raising Children, disebutkan bahwa sebaiknya konsultasikan Si Kecil ke dokter bila ia
mengalami kondisi berikut ini:
1. Lepuh pada kulit yang berisi nanah kuning atau hijau, kemungkinan menandakan infeksi dan butuh
perawatan
2. Ruamnya terjadi selama lebih dari tiga hari
3. Selain ruam, bayi umumnya tidak sehat, demam, atau tidak dapat menyusu dengan baik.

 Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga


pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
mili.

 Penyebab biang keringat yaitu :


1. Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab.
2. Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi
meningkat.
3. Bayi mengalami panas atau demam.
- Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.
Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
- Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan
apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul
pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah
sekitarnya. (Vivian, 2010).
- Manifestasi Klinis. Pada miliaria kristalina sumbatan terjadi intra/subkorneal. Terlihat vesikel
berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karenahawa panas,
yang bergerombol tanpa tanda radang pada bagian yang tertutup pakaian.Umumnya tidak
member keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
- Pada miliaria rubra sumbatan terjadi pada stratum spinosum. Terlihat papulmerah atau papul
vesikular ekstrafolikular yang gatal dan pedih pada badan tempattekanan atau gesekan pakaian.
Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.

E. Pencegahan Miliarisiasis
Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Sebagian besar miliaria akan sembuh dengan sendirinya
tanpa pengobatan. Bahkan, Anda sebenarnya juga dapat mengurangi timbulnya biang keringat pada
si kecil antara lain dengan menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si kecil, memakaikan baju yang
terbuat dari jenis-jenis bahan yang mudah menyerap keringat, lembut, dan tidak ketat pada si kecil.
Beberapa kondisi menyebabkan bayi atau anak dibawa ke dokter, seperti kondisi biang keringat yang
tidak membaik setelah penanganan selama lebih dari 3 hari, timbul demam atau rasa sakit/gatal yang
berat, dan timbul tanda-tanda infeksi seperti terlihat nanah atau sering berulang beberapa kali dalam
waktu yang pendek sehingga mengganggu aktivitas anak sehari-hari.
 Pasien harus menghindari paparan kondisi panas tinggi dan kelembaban.
 Ketika pasien berada dalam iklim tropis, mereka harus memakai pakaian yang ringan, menghindari
aktivitas, gunakan tabir surya, dan tinggal di gedung ber-AC sebanyak mungkin.
 Pada pasien dengan riwayat Miliaria, aplikasi topikal anhydrous lanolin sebelum latihan dapat
membantu mencegah pembentukan lesi baru.
 Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat tubuhnya basah oleh keringat.
 Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap
keringat.
 Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran.
 Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikota-kota besar yang panas dan
pengap.
 Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam lancar.
 Memandikan bayi secara teratur.
 Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat.
 Biang keringat pada bayi disebabkan oleh hal apapun yang mencegah kulit bernapas, seperti:
ADVERTISEMENT
Melansir About Kids Health, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan :
 Mengganti pakaian sesering mungkin.
 Jangan kenakan pakaian tebal pada anak.
 Mandikan Si Kecil dengan air hangat dan sabun yang tidak membuat kulit kering.
 Setelah mandi, biarkan tubuh kering dengan udara ketimbang menggunakan handuk.
 Pastikan ada ventilasi pada kamar anak, dan jaga kamar pada suhu sedang (16-20 derajat Celcius).
 Gunakan pakaian berbahan katun yang longgar.
 Hindari menggunakan krim atau salep, yang dapat memblokir pori-pori.

F. Penatalaksanaan Miliarisiasis
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan milliaria bergantung pada beratnya
penyait dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
- Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
- Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah
timbul.
- Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan
kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering.
- Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
- Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
- Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah
mandi.
- Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar
- Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic.
- Menjaga kebersihan kuku dan tangan. kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
- Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul
- Menjaga kebersihan tubuh bayi
- Melakukan eksfoliasi kulit
- Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2% yang
bersifat mendinginkan ruam.
- Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair,
sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan
partikel yang dapat menghambat penyembuhan (Pasaribu, 2007).
- Tujuan terapi pada biang keringat yakni menghilangkan penyebab biang keringat, mengatasi dan
meringankan gejala biang keringat. Terapi non-farmakologis meliputi mengurangi keringat, berada
di tempat sejuk, menggunakan pakaian yang longgar, berwarna cerah, dan tipis untuk melancarkan
sirkulasi udara. Pada anak-anak sering mengganti popok dan menggunakan sabun antiseptik ringan
untuk mengurangi ketidaknyamanan biang keringat (Padron, 2006).
- Penatalaksanaan Kunci pengobatan miliariasis adalah menempatkan penderita di dalam lingkungan
yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang. sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat
akan berangsur lepas beberapa hari sampai 2 minggu. Ac atau pendingin atau ruang yang teduh bisa
memberikan pencegahan pada permulaan miliariasis. Obat-obatan topikal tidak begitu efektif dan
kadang bisa menambah benyaknya miliaria. Beberapa obat lokal yang dapat diberikan untuk
menghilangkan sumbatan, misalnya lanolin yang anhidrus, salephidrofilik, talk untuk bayi, dan losio
yang berisi 1% mentol dangliserin dan 4% asam salisilat dalam alkohol 95%. Antibiotik lokal juga
dapat diberikan untuk mencegah, tetapi rupanya tidak efektif. Pemberian vitamin c : dosis tinggi
dapat diberikan untuk mencegah atau mengurangi timbulnya miliariasis.(Sastrodiprodjo, 2000).

G. Pengobatan Miliarisiasis
Biang keringat umumnya tidak berbahaya dan tidak membutuhkan pertolongan medis khusus.
Kondisi ini dapat ditangani sendiri di rumah dengan langkah-langkah sederhana, seperti:
- Perawatan kulit secara benar
- Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah
mandi
- Bila membasah, jangan berikan bedak, karena gumpalan yang terbentuk memperparah sumbatan
kelenjar
- Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul dapat diberikan antibiotic
- Menjaga kebersihan kuku dan tangan (kuku pendek dan bersih, sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk) (lenteraimpian | March 5, 2010).
- Mengompres bagian yang mengalami ruam dengan kain lembap atau es batu selama tidak lebih dari
20 menit setiap jam.
- Membersihkan bagian yang mengalami ruam dengan air mengalir dan sabun yang lembut.
- Menaburkan bedak talek pada bagian yang mengalami ruam untuk mengurangi rasa tidak nyaman di
kulit.
- Menjaga kulit tetap dingin, misalnya dengan berendam dan mandi.
- Menghindari cuaca panas dan tempat yang lembap, seperti berada lebih lama dalam ruangan yang
sejuk, atau menggunakan kipas angin.
- Meminum banyak cairan agar terhindar dari dehidrasi.
- Memakai pakaian longgar sehingga tidak menghambat pengeluaran keringat.
Jika biang keringat yang dialami cukup parah dan mengganggu, dokter dapat melakukan penanganan
berupa:
- Pemberian obat golongan antihistamin, untuk meredakan rasa gatal dan kemerahan di permukaan
kulit.
- Pemberian salep kortikosteroid, untuk meredakan rasa gatal dan peradangan pada ruam.
- Pemberian losion calamine, untuk meredakan rasa gatal, perih, atau mengalami iritasi.
- Pemberian obat antibiotik, untuk menangani jika terjadi infeksi sekunder pada biang keringat.
- Pemberian lanolin anhidrat, untuk mencegah penyumbatan kelenjar keringat dan menghentikan
timbulnya ruam baru.
Pengobatan biang keringat dapat dilakukan dengan menggunakan bedak tabur atau lotion
khusus biang keringat. Lotion atau bedak tabur biasanya mengandung calamine yang berfungsi
untuk memberi sensasi dingin dan lembut pada kulit sehingga mengurangi rasa gatal dan bekerja
sebagai anti bakteri untuk mencegah infeksi yang ditimbulkan karena garukan. Lotion atau bedak
tabur juga mengandung menthol yang memberikan sensasi dingin pada kulit. Sediaan yang dapat
digunakan adalah salicyl talk. Cara penggunaan bedak tabur dan lotion adalah
dengan mengaplikasikan terlebih dahulu di tangan baru kemudian dioleskan pada daerah biang
keringat dengan hati-hati dua kali sehari setiap habis mandi dan kulit sudah dikeringkan. Obat untuk
biang keringat yang beredar dipasaran, antara lain : Bedak MinosÒ (bedak tabur), CaladineÒ (krim,
lotion, dan bedak tabur), CaladrylÒ (lotion), CalamecÒ (lotion), dan CalarexÒ (lotion)
(Djunarko dan Hendrawati, 2011).
Apabila keadaan memburuk setelah pemakaian produk, rendam atau hilangkan sisa produk dan
hentikan pemakaian, kondisi harus membaik dalam 24 jam, apabila bertambah buruk atau tidak
membaik dalam 7 hari maka konsultasikan ke dokter. Apabila terjadi demam gunakan analgesik-
antipiretik seperti parasetamol dan untuk orang dewasa apabila gatal sangat mengganggu dapat
digunakan oral antihistamin/antialergi seperti klorfeniramin maleat (Padron, 2006).
 Miliaria Kristalina : Bersifat asimtomatik dan dapat sembuh sendiri
 Miliaria Rubra : Diberikan cream/lotion klorheksidin dengan atau tanpa asidum salisikum 1%
sebanyak 3X. Kasus dengan gatal berat dapat diberikan kortikosteroid topikal (betametason 0.1% 2
kali sehari selama 3 hari), cold packs dan anthistamin. Kasus dengan infeksi dapat diberikan
antibiotik topikal atau sistemik.
 Miliaria Profunda : Diberikan anhidrous lanolin dan isotretinoin.

H. Diagnosis Miliarisiasis
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya penderita mengeluh gatal
dan kadang rasa panas seperti terbakar.(2,4,5)

2. Pemeriksaan Klinis
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi berupa papula dengan puncak dan pusatnya berupa
vesikel yang dikelilingi oleh eritem.

3. Pemeriksaan Histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologi tampak infiltrat limfosit verivaskuler dan vasodilatasi di permukaan
dermis.

I. Diagnosa Banding Miliariasis


1. Prurigo

Gambaran klinis seringkali mirip Miliaria, lesinya berupa papula-papula. Miliaria tidak berwarna,
berbentuk kubah, lebih mudah diraba dari pada dilihat dan disertai rasa gatal.

2. Gigitan serangga

Biasanya jelas karena gigitan serangga, gejala lokal meliputi rasa terbakar dan sakit setelah sengatan
diikuti oedem setempat, urtikaria eritem yang jelas dan pruritus.

3. Folikulitis

Terlihat pustula folikuler kecil berbentuk kubah, biasanya lesi banyak meskipun lesi tunggal dapat
terjadi, masing-masing lesi saling terpisah diantara kulit normal tanpa adanya kecendrungan untuk
bergabung, biasanya disertai nyeri, suhu tubuh meningkat.

1. Diagnosis miliaris kristalina dapat ditegakkan dengan cara memecah vesikula dengan jarum kecil,
akan keluar cairan jernih.
2. Miliariasis rubra dapat dikelirukan dengan penyakit kulit lain. Misalnya reaksi iritasi primer, eritema
neonatorum dan folikulitis.Dengan kaca pembesar akan nampak vesikulas yang khas, puncak lesi
yang eritematus adalah folikel rambut.
3. Miliariasis profunda, ada persoalan dalam diagnosis klinik karena papula putih atau warna cerah
dapat mirip dengan amiloidosis (Sastrodiprodjo, 2000). Selain itu, penyakit ini dapat ditentukan
melalui pemeriksaan histopatologik 1.Pada miliariasis kristalina, terlihat gelembung
intra/subkorneal.
4. Pada miliariasis rubra, gelembung terjadi pada stratum spinosumsehingga menyebabkan peradangan
pada kulit dan perifer kulit diepidermis.3.Pada miliariasis profunda, tampak saluran kelenjar keringat
pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi del radang (Natahusada, 2007).

J. Komplikasi Miliariasis
Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi terhadap suhu
lingkungan yang panas.
- Infeksi sekunder dapat terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai
periporitis staphylogenes.
- Intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas terjadi ditandai dengan tidak keluarnya keringat
bila terpapar suhu panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan.
- Menurut Levin (2012) komplikasi yang tersering dari miliariasis adalah infeksi sekunder dan
intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat terjadi berupa impetigo atau
multiplediskret abses yang dikenal sebagai periporitis staphylogenes.
- Intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas terjadi ditandai dengan tidak keluarnya keringat
bila terpapar suhu panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan.
- Prognosis : Umumnya baik dan sebagian penderita dapat sembuh dalam beberapa minggu setelah
pindah ke lingkungan yang lebih sejuk (Siregar, 1996).

K. Manifestasi Klinis Miliariasis


1. Miliaria Crystalline
- Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm.
- Lesi yang terjadi sering bertemu (confluent), tanpa eritema sekitarnya.
- Pada bayi, lesi cenderung terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas tubuh.
- Pada orang dewasa, lesi terjadi pada tubuh.
- Lesi pecah dengan mudah dan sembuh dengan desquamation dangkal.
2. Miliaria Rubra
- Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar belakang atau dasar eritema.
- Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan tidak menjadi konfluen.
- Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal paha dan ketiak.
- Pada orang dewasa, lesi terjadi pada kulit tertutup di mana gesekan terjadi, daerah ini antara lain
leher, kulit kepala, bagian atas tubuh, dan siku atau persendian.
- Pada tahap akhir, anhidrosis dapat diamati di kulit yang terkena.
3. Miliaria Profunda
- Lesi tegas, berwarna daging, papula nonfollicular yang berdiameter 1-3 mm.
- Lesi terjadi terutama pada tubuh, tetapi mereka juga dapat muncul pada ekstremitas.
- Lesi sementara waktu ada setelah melakukan aktifitas atau rangsangan lain yang mengakibatkan
berkeringat.
- Kulit yang terkena menunjukkan penurunan produksi atau tidak ada keringat.
- Pada kasus yang parah yang menyebabkan kelelahan panas, hyperpyrexia dan takikardia dapat
diamati.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
A. PENGKAJIAN
a. Indetitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan
pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada remaja
dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan dengan dermatitis
kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari
seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia
tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai
pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia.
Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak juga
timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal
penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.

b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat keluhan utama
Keluhan Utama : Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya
terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa kasus
dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna
merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
 Riwayat Kesehatan masa lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah
menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga
dikaji kebiasaan klien.
 Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang
sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara
khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita
dermatitis atopik.

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
- Ringan, sedang, berat.
1. Tingkat Kesadaran
 Kompos mentis.
 Apatis.
 Samnolen, letergi/hypersomnia.
 Delirium.
 Stupor atau semi koma.
 Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit
ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
2. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
 Denyut nadi
 Suhu tubuh
 Pernafasan
3. Berat Badan
4. Tinggi Badan
5. Kulit
 Inspeksi
- radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
- kemerahan (rubor),
- gangguan fungsi kulit (function laisa).
- biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau
beturut-turut.
- terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.
- Terdapat bula atau pustule,
- ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
- terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai
sekuele telihat
- hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.
 Palpasi
- Nyeri tekan
- edema atau pembengkakan
- Kulit bersisik
6. Keadaan Kepala
 Inspeksi
Tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
 Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.
7. Keadaan Mata
 Inspeksi
- Palpebrae : tidak edema, tidak radang
- Sclera : Tidak ictertus
- Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
- Pupil : Isokor
 Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada.
8. Keadaan hidung.
 Inspeksi
- simetris kiri dan kanan
- Tidak ada pembengkakan dan sekresi
- Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
 Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada benjolan/tumor
9. Keadaan telinga
 Inspeksi
- Telinga bagian luar simetris
- Tidak ada serumen/cairan, nanah.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Biopsi kulit.
2. Uji temple.
3. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
4. Uji kultur dan sensitivitas
Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari,
nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dalam sehari serta apakah
ada perubahan.
2. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan
konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
3. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas
karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktifitas sehari-hari.
4. Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya
gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
5. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu
biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.
6. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih
suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada
beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita
sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi
dengan tenaga kesehatan & lingkungan.
7. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti
terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama
apa selama sakit klien sering berdoa.

 Asuhan Pada Miliariasis :


1. Pengkajian
1) Anamnese
Data demografi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, Umur :
Insiden lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa, hal ini disebabkan karena
bertambahnya kekuatan struktur saluran keringat sesuai dengan bertambahnya umur (Sastrodiprodjo,
2000)
Tempat tinggal :
Pada miliariasis insidennya lebih banyak terjadi pada daerah panas dengan kelembapan yang tinggi
(Natahusada,2007)
2) Keluhan utama Pasien biasanya datang karena adanya rasa gatal, kemerahan, papula dan papula
vesikula (Sastrodiprodjo, 2000)
3) Riwayat penyakit sekarang :
Kaji tentang bagaimana gejala pertama muncul, usaha pengobatan yang telah dilakukan
sebelumnya sampai saat ini penderita datang ke pelayanan kesahatan (Swartz, 1995)
4) Riwayat penyakit dahulu tidak ada riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan
kejadian munculnya miliariasis.
5) riwayat kesehatan keluarga tidak ada riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan
kejadian miliariasis pada pasien.
6) Psikologis
Penyakit ini mengkhawatirkan orang tua karena onset dan penyebarannya yang akut
(Moschella,1997). Kaji juga pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan cara
perawatannya.
 Pemeriksaan fisik :
1) B1 (Breath) : tidak ditemukan kelainan
2) B2 (Blood) : tidak ditemukan kelainan
3) B3 (Brain) : Pada miliaria rubra yang luas dan berat, dapat menyebabkan hipereksia dan lelah
yang berlebihan karena panas (heat exhaustion)
dan pingsan. Kadang juga dapat disertai rasa panas seperti terbakar dengan biasanya timbul
bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat.
4) B4 (Bladder) : tidak ditemukan kelainan
5) B5 (Bowel) : tidak ditemukan kelainan
6) B6 (Bone dan integumen) :
Pada miliariasis kristalina dapat ditemui vesikula kecil-kecildan jernih seperti Kristal, tanpa
eritema dengan diameter 1-3 mm pada intertriginosa seperti ketiak, leher dan badan,vesikula
mengelompok dan mudah pecah pada waktu mandiatau karena gesekan ringan.
Pada miliariasis rubra: vesikula disertai dengan eritema.lesinya dapat berupa papula
eritematosus, yang dapat ditemukan pada daerah istrahat seperti punggung dan leher.
Pada miliariasis pustulosa: bisa ditemukan pustule yang jelas dan non folikuler pada daerah
intertriginosa
Pada miliariasis profunda: dapat ditemukan papula keputih- putihan dengan diameter 1-3 mm
tidak disertai dengan eritema dan gatal, dapat ditemukan pada punggung, dan juga bagian
ektremitas (Sastrodiprodjo, 2000).

B. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
2. Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit.
3. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.
4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.

C. Peran Bidan
Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan
kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
a. Pelayanan kesehatan promotif
- Memberikan informasi kepada ibu dan kelurga mengenai:
- Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
- Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
- Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan
kotor. (Vivian, 2010)
b.Pelayanan kesehatan preventif
- Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
- Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
- Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk.
- Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor.
(Vivian, 2010)

c. Pelayanan kesehatan kuratif


- Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan antigatal, dapat
ditambah dengan mentol 0,25% sampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrofilik
bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal.
- Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila sangat gatal, pedih, luka dan
timbul bisul akibat infeksi, penderita sebaiknya segera dibawa ke dokter. Dokter akan
memberikan obat minum serta krim atau salap bila diperlukan, untuk mengatasi keluhan
tersebut. Dan bila timbul bisul jangan dipijat arena kuman dapat menyebar ke sekitar sehingga
semakin meluas. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
- Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering, anjurkan untuk diberi bedak salicil atau bedak
kocok setelah mandi. Dan bila membasah jangan berikan bedak karena gumpalan yang
terbentuk memperparah sumbatan kelenjar. (Vivian, 2010).

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif


- Sedapat mungkin mencegah produksi keringat yang berlebihan, dengan cara menghindari hawa
panas dan kelembaban yang berlebihan, misalnya memakai pakaian tipis dan menyerap
keringat, mandi dengan air dingin dan menggunakan sabun. Selama berbagai faktor penyebab
yang berpengaruh dapat diatasi, kekambuhan dapat dihindari.
- Biang keringat dapat membaik dalam beberapa hari setelah penderita pindah ke lingkungan
yang lebih sejuk, atau ke tempat dengan ventilasi yang lebih baik. (Arjatmo Tjoktronegoro dan
Hendra Utama, 2000).
Contoh Kasus Pada Neonatus Dengan Millirisis
Nama Bayi                  : By “E”
Nama Orang tua          : Ny “ N”/ Tn “Y”
Kasus                          : Milliariasis
Alamat                        : Jln. Perintis Kemerdekaan Km.12

WAKTU DATA ASESSMENT WAKTU PLANNING

S O

Kamis, 20 Bayi ·   Tampak adanya Keadaan bayi Kamis, 20 ·   Memberikan bedak


Oktober rewel bercak kemerahan kurang baik Oktober salicyl 2% dibubuhi
2011 pada kulit bayi (milliariasis 2011 menthol 0,25-2%
rubra)
·   Tampak Jam 08.00 ·   Beritahu orang tua
papula /gelembung WITA bayi, agar mengganti baju
merah kecil bayi tersebut dengan
pakaian tipis dan dapat
menyerap keringat
·   Memberitahu ibu agar
menghindari udara panas
yang berlebihan
Contoh Kasus Pada Neonatus Dengan Millirisis Rubra
Seorang ibu nNy A datang keBPM Rosallia untuk memeriksakan bayi perempuanya , ibu mengatakan
bayinya berumur 7 hari, dan saat ini pada badan bayinya terdapat gelembung berwarna merah, kecil –
kecil dan berkelompok, terutama pada punggung dan dada sejak 2 hari yang lalu, sehingga bayinya
rewel, menangis, , ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya.

Penatalaksanaan Pada Neonatus Dengan Milliaris Rubra:

a. Diagnosa
seorang bayi Ny A umur 7 hari dengan milliarisis rubra
b. Data Subyektif
- Ibu mengatakan bayinya berumur 7 hari
- Ibu mengatakan terdapat gelembung merah kecil – kecil pada badan bayinya
- Ibu mengatakan bayinya rewel dan sering menangis
- Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan bayinya
c. Data Obyektif
- Nadi: 140 X/ menit
- Suhu: 37° C
- Respirasi: 55X/menit
- Badan bayi terdapat gelembung merah,dengan diameter 1-2 mm
- Gelembung merahnya bergerombol pada bagian punggung dan dada
d. Terapi
Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu:
- Nadi : 140 x menit, Suhu: 37° C , Respirasi: 55X/menit dan bayi ibu mengalami milliarisis rubra
atau yang biasa disebut dengan keringat buntet, ini disebabkan kerena penyumbatan keringt didalam
tubuh, ibu tidak perlu kawatir karna bayinya dalam keadaaan baik
- Memberitahu kepada ibu untuk menciptakan lingkungan pada bayi dengan kelembaban yang
cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya bayi tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang
sejuk dan kering.
- Menganjurkan kepada ibu untuk menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu
sempit, seperti kain baju yang terbuat dari bahan kapas asli, atau katun.
- Menganjurkan kepada ibu untuk segera mengganti pakaian yang basah dan kotor, supaya badan
bayi tetap terjaga kebersihanya.
- Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan kuku dan tangan bayinya (kuku pendek dan
bersih, sehingga tidak menggores kulit saat menggaruk)
- Memiberikan bedak salicil 2% dan mentol 0,5% - 2%, untuk menghilangkan rasa gatal dan pedih
diberikan 3x/ hari sebelumnya dibersihkan dahulu badan bayi.
- Menberi tahu ibu jadwal kunjungan ulang 3 hari dari sekarang, atau jika ada keluhan lainya ibu
segera datang ketenaga kesehatan.

 Berikut ini merupakan peran bidan dalam kasus milliariasis yang ditinjau dari aspek pelayanan
kesehatan promotif, kuratif, rehabilitatif, dan preventif. Diantaranya yaitu:
- Pelayanan kesehatan promotif
Memberikan informasi kepada ibu mengenai:
a) Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b) Kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores kulit saat
menggaruk.
c) Keringat yang harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan
kotor. (Vivian, 2010)
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
a) Menggunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit.
b) Melakukan perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
c) Menjaga kebersihan kuku dan tangan anak. Kuku pendek dan bersih sehingga tidak menggores
kulit saat menggaruk
d) Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian jika basah dan kotor.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan iklim dan suhu saat ini menimbulkan masalah bagi kesehatan. Tak terkecuali
masalah kesehatan kulit. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami terjadi pada bayi yaitu
biang keringat. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi kulit bayi yang belum sempurna
berkembang.

Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, ataupickle


heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat. Biasanya milliariasis ini disebabkan udara yang panas dan lembab, pakai yang
terlalu ketat dan tidak menyerab keringat, dll. Milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan.
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan
gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar
keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami
tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
Terjadinya milliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga
pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel
miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan edema akibat perspirasi
yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum. (Vivian, 2010)
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan
apendiks yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada
usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian.
Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya.
(Vivian, 2010).
Biang keringat disebabkan karena adanya sumbatan pada pori-pori saluran keluarnya keringat
sehingga keringat merembes pada pori kulit terdekat dan mengakibatkan inflamasi/peradangan.
Biang keringat berhubungan erat dengan cuaca yang sangat panas, lembab atau dapat terjadi selama
penyakit yang menyebabkan berkeringat. Biang keringat juga diakibatkan dari ketidakmampuan
kulit untuk “bernafas” (berinteraksi dengan udara) karena pakaian yang terlalu ketat atau tebal
seperti kulit dan polyester (Levin, et al, 2012).
Penyebab Miliariasis yaitu : Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang.
Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat. Aktivitas yang berlebihan. Setelah
menderita demam atau panas. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.
Pencegahan Miliarisiasis yaitu : Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika
terlihat tubuhnya basah oleh keringat. Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk
mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat. Mengganti segera baju bayi yang basah oleh
keringat atau kotoran. Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama dikota-kota
besar yang panas dan pengap. Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran
udara dari luar ke dalam lancar. Memandikan bayi secara teratur. Menghindarkan pakaian yang tidak
menyerap keringat.
Bila si kecil sudah mengalami biang keringat, lakukan langkah-langkah ini:
 Setiap kali anak berkeringat, segera ganti bajunya. Sebelumnya, siapkanlah alat-alat yang
dibutuhkan, seperti waslap, baskom berisi air hangat, baju yang bersih, dan perlak.
 Keringkan kulit yang ada biang keringatnya dengan waslap bersih yang telah dibasahi air hangat.
Bisa juga dengan mandikan Si kecil menggunakan air hangat (usahakan agar jangan terlalu panas
karena akan merangsang timbulnya keringat).
 Biarkan tubuh Si kecil tanpa baju untuk beberapa saat sampai kulit dan lipatan-lipatan kulitnya
menjadi kering dengan sendirinya. Tujuannya, mencegah agar kulit yang terkena biang keringat
tidak bertambah parah karena bergesekan dengan handuk pada waktu dikeringkan.
 Boleh diusapkan sedikit bedak, terutama di bagian punggung dan dada anak.
 Kenakan baju yang kering dan bersih. Baju tersebut sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat, seperti bahan katun dan bahan kaos sehingga nyaman dan tidak membuat anak
mudah merasa kepanasan.
 Bila peradangan yang terjadi cukup banyak, Anda bisa mengoleskan salep atau bedak khusus sesuai
anjuran dokter.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, diharapkan
kepada dosen pembimbing dan para pembaca dapat memberikan kritik serta saran yang membangun
agar makalah saya ini agar dapat menjadi lebih baik.
Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Sebagian besar miliaria akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Bahkan, anda sebenarnya juga dapat mengurangi timbulnya biang
keringat pada si kecil antara lain dengan menjaga kenyamanan lingkungan sekitar si kecil,
memakaikan baju yang terbuat dari jenis-jenis bahan yang mudah menyerap keringat, lembut, dan
tidak ketat pada si kecil.
 Saran Untuk Tenaga Kesehatan
Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang
macam-macam masalah sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita terutama milliariasis. Serta
bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya.
 Saran Untuk Instansi
Penyusun berharap agar makalah tentang milliariasis ini dapat dijadikan referensi buku di
perpustakaan Poltekkes Kemenkes Kaltim
 Saran Untuk Mahasiswa
Penyusun berharap agar mahasiswa prodi D-III Kebidanan lebih mengetahui tentang
masalah yang serimg terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Serta dapat menerapkan saat praktek di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak.. Jakarta: Balai Penerbit FKUI


Sudarti, dan Fauziah, Afroh. 2012. Asuahan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sudarti 2012. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://mayasarimajang.wordpress.com/2011/04/14/milliariasis-pada-bayi/Milliariasis
https://www.orami.co.id/magazine/kenali-biang-keringat-pada-bayi/
http://www.sitiaisahonline.com
http://eprints.unipdu.ac.id/417/1/BAB%20I.pdf
https://www.alodokter.com/biang-keringat
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/miliaria
https://www.klikdokter.com/penyakit/biang-keringat
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/24419/22053
http://www.who.int/en/
http://aribubun.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_3.html
Jelliffe, D.B .KESEHATAN ANAK DI DAERAH TROFIS . Bumi Aksara . Jakarta 1982
Heat Rash (Prickly Heat) | Miliaria | Sweat Rash | Patient
Kumpulan Artikel Kesehatan: BIANG KERINGAT (pspa29.blogspot.com)
IDAI | Miliaria, Mengenal dan Mencegahnya
Ilmu Kebidanan & Kesehatan: Makalah Milliaris (ayufatmawatianterior.blogspot.com)
MILIARIA (BIANG KERINGAT) | Nurse (wordpress.com)
http://repository.uki.ac.id/2855/1/kelainankelekrindansebaseamiliaria.pdf

Anda mungkin juga menyukai