Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BBL DAN BALITA BERDASARKAN

EVIDENCE BASED

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan

Disusun Oleh:

Isnaida Andini (2001032031)

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan

kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk

menyelesaikan tugas penulisan makalah “Evidence Based dalam Kebidanan:

Baby Friendly dan Pemberian ASI Dini dan Ekslusif”.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas

mata kuliah Asuhan Kebidanan.  Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah

satu EBM yaitu Baby Friendly atau asuhan kasih sayang bayi.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Semoga makalah ini dapat berguna

dan memberikan manfaat bagi setiap pihak terutama bagi para pembaca.

Medan, 07 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…….………………………………………………….……. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Baby Friendly.............................................................3
B. Pemberian ASI dini dan Ekslusif.................................................3
C. Sejarah 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui.................4
D. 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui..............................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................12
B. Saran...........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evidence-Based Medicine (EBM), suatu istilah yang digunakan untuk
merujuk pada paradigma baru untuk mengambil keputusan medis. Asuhan
bayi baru lahir dan balita berdasarkan evidence based merupakan suatu
kegiatan asuhan yang dilakukan pada bayi baru lahir dan balita berdasarkan
pengambilan keputusan klinik yang telah ditetapkan oleh medis untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan
keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode
yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan
intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti
(evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui
berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah dan terfokus pada pasien (Prawirohardjo Sarwono, 2009)
Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan
evidance based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan
mengikuti perkembangan dalam bidang kesehatan salah satunya adalah EBM
Baby Friendly.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian baby friendly?
2. Bagaimana pemberian ASI dini dan Ekslusif
3. Bagaimana sejarah 10 langkah menuju keberhasilan menyusui?
4. Apa saja 10 langkah menuju keberhasilan menyusui?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian baby friendly.
2. Untuk memulai pemberian ASI dini dan Ekslusif
3. Untuk mengetahui sejarah 10 langkah menuju sukses menyusui.
4. Untuk mengetahui 10 langka menuju sukses menyusui.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Baby Friendly


Baby friendly atau Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah
suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun
1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan
kelanjutan menyusui. Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas
bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk bayi.Sebuah
fasilitas Baby Friendly HospitalMaternity (BFHM) berfokus pada kebutuhan
bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal kehidupan
yang baik.
Dalam istilah praktis, Rumah Sakit Sayang Bayi mendorong dan
membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan
akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Penerapan
inisiatif tersebut memiliki dampak yang terukur dan terbukti, meningkatkan
kemungkinan bayi yang ASI eksklusif selama enam bulan pertama.

A. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif


ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam
organic yang di sekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan
makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan
bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya pemberian ASI memberi kesempatan
bagi ibu mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi
ini tidak mungkin dapat dialihkan kepada ayah/suami dan merupakan suatu
kelebihan kaum wanita. Asi Ekslusif diberikan sejak umur 0 hari sampai 6
bulan. (Bahiyatun, 2009)
Inisiasi menyusu dini (Early initiation) adalah permulaan kegiatan
menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa
diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan
usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan

3
inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak
mencari payudara. (Roesli Utami, 2008)
Protokol evidence base yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan
UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan
bahwa:
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bainya siap untuk menyusu serta member bantuan jika
diperlukan
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru
lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut,
seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, Obat tetes
mata, dan lain-lain. (Tim Ed. 3 (revisi), 2008)
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara ekslusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat terpotong, letakkan
bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih
sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi
topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan
membantu ibu selama proses bayi menyusu dini. Ibu diberi dukungan untuk
mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan (Tim
Ed. 3 (revisi), 2008).

B. Sejarah 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


Pada tahun 1989, UNICEF bersama WHO memperkenalkan Sepuluh
Langkah Keberhasilan Menyusui dengan mengeluarkan sebuah Pernyataan
Bersama mengenai “Perlindungan, Promosi, dan Dukungan Menyusui: Peran
Khusus Fasilitas Pelayanan Kesehatan Ibu”.
Deklarasi Innocenti tahun 1990 menyerukan negara di dunia untuk
melaksanakan secara penuh sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui
ini di semua fasilitas bersalin pada akhir tahun 1995.Dua puluh tahun

4
kemudian, lebih dari 18.000 rumah sakit dan lebih dari 152 negara telah
mempunyai Rumah Sakit Sayang Bayi. Mereka telah melaksanakan sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui ini, dan dengan tambahan bagian yang
relevan dari Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI, membantu mereka
untuk bertahan terhadap promosi susu formula kepada tenaga kesehatan dan
kepada masyarakat.
Dalam rangka menerapkan sepuluh langkah menuju keberhasilan
menyusui sebagai kesepakatan Deklarasi Innocenti tahun 1990, pemerintah
dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 Tanggal 7 April 2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada bayi di Indonesia.
Namun pelaksanaannya belum optimal, karena belum melibatkan suami,
keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
padahal suami, keluarga, masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan mempunyai peran sangat penting dalam mendukung ibu mencapai
keberhasilannya menyusui. Bentuk dukungan suami, keluarga, masyarakat,
fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan bagi ibu dalam mencapai
keberhasilan menyusui bayinya merupakan salah satu upaya mencapai
kesetaraan gender.   

C. 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10
langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI
(Pengganti Air Susu Ibu)
Langkah pelaksanaan:
a. Dalam penyusunan draft kebijakan ini hendaknya melibatkan tenaga
ahli atau profesional dibidang kesehatan ibu dan anak.
b. Diadakan pertemuan untuk mendapatkan masukan sebagai upaya
penyempurnaan draft kebijakan.
c. Kebijakanannya bersifat aplikatif dalam bentuk petunjuk
teknis/prosedur tetap dengan penjelasan yang dilengkapi dengan
gambar-gambar.

5
d. Kebijakan yang disusun minimal memuat tentang Inisiasi Menyusu
Dini, pelarangan promosi susu formula dan larangan menggunakan
dot/kempeng, rawat gabung, penatalaksanaan menyusui yang benar,
managemen menyusui saat bayi sakit.
e. Kebijakan yang telah disusun harus selalu dikomunikasikan kepada
seluruh tenaga kesehatan.

2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal


pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut
Langkah pelaksanaan :
a. Pelatihan dilakukan secara periodik dan diselenggarakan di fasilitas
kesehatan atau tempat pelatihan lain yang memadai.
b. Fasilitator adalah orang yang berkompeten dibidang kesehatan ibu dan
anak.
c. Materi pelatihan minimal memuat tentang Inisiasi Menyusu Dini,
pelarangan promosi susu formula dan larangan penggunaan
dot/kempeng, rawat gabung, penatalaksanaan menyusui yang benar
termasuk mengatasi kesulitan yang muncul saat menyusui, managemen
menyusui saat bayi sakit dan pendampingan bagi ibu dan keluarga.
d. Metode pelatihan yang digunakan dapat berupa ceramah, tanya jawab,
diskusi, dan simulasi.
e. Peserta pelatihan adalah seluruh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan.

3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah


keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita
infeksi HIV positif
Langkah Pelaksanaan :
a. Penjelasan dan informasi tentang manfaat dan penatalaksanaan
menyusui selain diberikan kepada ibu hamil, juga kepada suami dan
keluarga. Disinilah pentingnya membangun keterlibatan, dukungan

6
dan peran aktif suami dalam ikut menentukan keberhasilan ibu untuk
menyusui bayinya.
b. Yang memberikan penjelasan adalah tenaga kesehatan dan
pendamping ibu dan keluarga yang telah dilatih.
c. Materi yang dijelaskan antara lain tentang Inisiasi Menyusu Dini,
bahaya susu formula dan dot/kempeng, rawat gabung, penatalaksanaan
menyusui yang benar termasuk mengatasi kesulitan menyusui,
managemen menyusui saat bayi sakit.
d. Informasi ini dapat disampaikan pada saat kunjungan pemeriksaan
kehamilan, masa persalinan hingga masa nifas.

4. Melakukan kontak dan membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30


menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu
mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar
Langkah pelaksanaan:
a. Inisiasi Menyusu Dini dilakukan baik di ruang bersalin maupun di
ruang operasi.
b. Inisiasi Menyusu Dini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
membantuproses persalinan.
c. Ibu, suami dan keluarga berhak meminta pihak penyedia pelayanan
kesehatan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini sepanjang tidak ada
kontra indikasi.
d. Apabila ibu mendapat operasi Caesar dan menggunakan anestesi
lumbal (bukan anestesi total), Ibu tetap dibantu untuk menyusui
bayinya dalam setengah jam pertama setelah kelahiran bayinya di
ruang operasi.
e. Inisiasi Menyusu Dini telah terbukti mampu mengurangi perdarahan
pada ibu sehingga menekan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi. Oleh karena itu, setiap fasilitas bersalin perlu untuk menerapkan
Inisiasi Menyusu Dini dalam prosedur tetap mulai dari konsultasi pada
waktu kunjungan ibu hamil hingga saat persalinan dan menyusui.

7
5. Membantu ibu melakukan cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis.
Langkah Pelaksanaan :
a. Yang membantu ibu untuk menyusui dengan benar adalah tenaga
kesehatan, atau suami dan keluarga.
b. Memastikan posisi ibu dan perlekatan bayi pada dada ibu sudah
benar.
c. Menciptakan suasana yang tenang dan nyaman untuk ibu
menyusui.
d. Membantu ibu bagaimana cara mengatasi kesulitan saat menyusui
bayinya.
e. Membantu ibu mengenali bayi yang sudah kenyang, tersedak, atau
kurang mendapat ASI.
f. Mendorong ibu untuk tetap menyusui walaupun ibu dan bayi harus
dirawat terpisah atas indikasi medis.
g. Meningkatkan peran suami dalam mendukung ibu tetap dapat
menyusui.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir
Langkah Pelaksanaan :
a. Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah dan keluarga bahwa :
- Bayi hanya memerlukan ASI saja
- ASI saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
b. Memberikan penjelasan tentang bahaya susu formula dan
c. makanan/minuman lain selain ASI pada bayi baru lahir kecuali atas
indikasi medis.
d. Menjamin pemenuhan gizi ibu agar dapat menyusui dengan optimal.

8
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
Langkah pelaksanaan :
a. Mengupayakan penyediaan ruang rawat gabung dengan sarana dan
prasarana yang memadai.
b. Mempraktekkan rawat gabung ibu bersama bayi selama 24 jam
sehari kecuali ada indikasi medis bayi harus dirawat secara
terpisah.
c. Menjamin kebersihan dan kenyamanan ruangan rawat gabung.
d. Menjamin ketertiban dalam hal jam kunjung bagi ibu dan bayi.
e. Mengupayakan agar ibu tetap dapat menyusui walaupun bayinya
harus dirawat terpisah atas indikasi medis.

8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi


Langkah pelaksanaan :
a. Memberikan waktu seluas-luasnya kepada ibu untuk menyusui
bayinya.
b. Membantu ibu, ayah dan keluarga untuk mengenali apakah bayi sudah
kenyang, lapar ataupun tersedak saat pemberian ASI.
c. Memberikan penjelasan kepada ibu bagaimana mengatasi keluhan fisik
yang muncul saat menyusui semau bayi.
d. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa menyusui merupakan bagian
dari ibadah sehingga ibu termotivasi untuk menyusui semau bayi.
e. Memberikan penjelasan kepada ayah dan keluarga untuk menciptakan
kondisi, situasi, suasana yang tenang, nyaman, penuh kasih sayang
sehingga memberikan kepercayaan diri bagi ibu untuk menyusui
semau bayi.
f. Menjamin pemenuhan gizi ibu menyusui secara optimal.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
Langkah pelaksanaan:
a. Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah dan keluarga tentang bahaya
penggunaan dot/kempeng. Kempeng atau dot mempunyai beberapa

9
bahaya/kerugian antara lain menyebabkan bayi memiliki
ketergantungan pada kempeng (misal agar bisa tenang/tidur harus
selalu memakai kempeng), bayi mengalami gangguan pada
pertumbuhan gigi geligi, bayi menjadi kurang berkembang dalam
kemampuan verbalnya, selain itu infeksi telinga tengah juga meningkat
pada bayi yang sering memakai kempeng.
b. Memberikan penjelasan kepada ibu, ayah dan keluarga bahwa yang
dibutuhkan bayi hanya ASI.
c. Melarang promosi dot/kempeng baik di fasilitas pelayanan kesehatan
dan di masyarakat.

10. Menindaklanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan.


Mengupayakan terbentuknya KP-ASI dan rujuk ibu kepada kelompok
tersebut ketika pulang dari rumah sakit/rumah bersalin/sarana pelayanan
kesehatan.
Langkah Pelaksanaan :
a. Mengadakan pertemuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang
perlunya KP-ASI.
b. Membentuk KP-ASI dari tingkat yang paling kecil (RT/RW hingga
kelurahan) yang keanggotaannya terdiri ibu-ibu menyusui, suami,
keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama.
c. Membentuk KP-ASI di fasilitas pelayanan kesehatan yang
keanggotaannya terdiri ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, tenaga
kesehatan.
d. Mengadakan pertemuan rutin untuk saling mendukung pemberian ASI
Eksklusif termasuk mengatasi permasalahan/kesulitan yang timbul
selama menyusui.
e. Mengadakan koordinasi dan kerjasama antar KP-ASI untuk saling
berbagiinformasi dan pengalaman.
f. Mensosialisasikan pemberian ASI kepada masyarakat.
g. Mengoptimalkan Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas dll
sebagai sarana pelaksanaan kegiatan KP-ASI.

10
h. Melibatkan laki-laki/suami/tokoh masyarakat/tokoh agama di dalam
setiap kegiatan KP-ASI.

Dengan demikian, mengajak semua orangtua dan calon orang tua untuk
meminta haknya mendapat pelayanan diatas.Caranya dengan mencari faskes
dan nakes yang menerapkan 10 langkah tersebut.
Bahwa ibu dapat meminta 10 hak-haknya:
1. Untuk dijelaskan manfaat menyusui
2. Untuk diajarkan cara menyusui yang tepat
3. Untuk mendapatkan pelayanan inisiasi menyusu dini ketika persalinan
4. Untuk tidak memberikan asupan apapun selain asi kepada bayi baru lahir
5. Untuk bayi tidak ditempatkan terpisah dari ibunya
6. Untuk mendukung ibu memberikan asi kapanpun
7. Untuk tidak memberikan dot atau kempeng
8. Untuk petugas kesehatan tidak memberikan bingkisan yang berasal dari
produsen susu formula
9. Untuk fasilitas kesehatan tidak menempelkan logo produsen susu formula
pada poster, leaflet, banner, box bayi, selimut, dan semua material ibu dan
bayi
10. Untuk dibina atau dirujuk kepada kelompok pendukung ibu menyusui

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Baby friendly atau Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah
suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun
1991 untuk mempromosikan, melindungi, dan mendukung inisiasi dan
kelanjutan menyusui.Baby Friendly Hospital Maternity (BFHM) berfokus
pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka
awal kehidupan yang baik.Penerapan inisiatif tersebut memiliki dampak yang
terukur dan terbukti, meningkatkan kemungkinan bayi yang ASI eksklusif
selama enam bulan pertama.

B. Saran
Sebagai seorang bidan diharapkan wajib untuk ikut serta mempromosikan,
melindungi, dan mendukung inisiasi menyusui. Dan diharapkan tidak
mempromosikan ibu susu formula serta memberikan susu formula pada bayi.
Karena bagaimana pun ASI merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi

12
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Sari, Linda. 2010. Berita Negara Republik Indonesia:Keberhasilan


Menyusui. Langkah-langkah.Jakarta:Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak.

Br Sembiring, Julina. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Deepublish.

Dwienda R., Octa, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.

Noordiati. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah. Malang: Wineka Media.

Rini, Susilo dan Feti Kumala.2017. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based
Practice. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai