DISUSUN OLEH :
TIMNA DATIK
205401446331
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JAKARTA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Asuhan Kebidanan Bbl Dan Balita Berdasarkan Evidence Based
ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka salah satu tugas dan persyaratan
penilaian pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Terkini.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada
selaku dosen mata Asuhan Kebidanan Terkini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan setiap pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari
tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan kala nifas serta kembalinya
alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk
mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan
selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya
alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu
negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu
dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal
lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka
kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar
5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1) Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi
setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %,
infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2) Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap
18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-
60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7
%, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1) Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama
sangat dibutuhkan.
2) Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan
hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3) Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak,
terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4) Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan
sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(NKKBS).
5) Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6) Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan
kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan
kesehatan modern.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan
yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat
digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat
mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang
lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian perinatal.
B. Tujuan :
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan kebidanan
BBL dan balita berdasarkan evidence based
BAB II
PEMBAHASAN
d. Keuntungan IMD
1) Bagi bayi
Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
Meningkatkan kecerdasan.
Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas.
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Mencegah
kehilangan panas.
Merangsang kolostrum segera keluar.
2) Bagi ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin.
Meningkatkan keberhasilan produksi ASI.
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
e. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi
guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. ASI
adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi,
dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam
keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya
(UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara
eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan
pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2
(dua) tahun.
Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6
(enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.
450/Menkes/SK/IV/2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang
diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan
makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat
ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir
sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga
merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula
kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata
menurut laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding)
merupakan kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah
pada bayi yang diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan
berikutnya bayi yang tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang
jauh lebih besar untuk menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas,
diabetes dll
4. Memotong Tali Pusat
Dalam Asuhan Persalinan Normal Revisi 2008, memotong tali pusat
dilakukan 2 menit setelah bayi lahir. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada
sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu. Lakukan
penjepitan kedua pada jarak 2 cm dari jepitan pertama. Pegang tali pusat
diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2 klem dengan
menggunakan gunting DTT .
Namun, adapun teori yang tetap membiarkan tali pusat tetap utuh dan
berdenyut serta plasenta tetap dalam keadaan terletak, darah bayi baru lahir terus
beredar, menunjang kesinambungan oksigenasi, perfusi dan koreksi pH (Mercer
& Skovgaard, 2002). Ketika sirkusi tali pusat dipertahankan, Yao et al (1969)
mengidentifikasi adanya peningkatan volume darah bayi yang bermakna. Ketika
bayi dipertahankan dalam 1 menit maka 50% transfusi darah berlangsung dan
100% dalam 3 menit. Dan Haselhort et al (1930) yang dikutip dalam Peltonen
(1981) mencatat bahwa terjadi transfusi darah hingga 82% dalam 5 menit, dan
lajunya menjadi tidak terhitung lagi dalam 10 menit. Tinjauan terhadap bukti-
bukti menunjukkan bahwa penundaan penjepitan tali pusat meningkatkan kadar
hematokrit vena (Mercer, 2001). Terjadi peningkatan drastis angka (hematokrit
vena kurang dari 45%) pada bayi baru lahir yang tali pusatnya dijepit terlalu
cepat. Kadar bilirubin plasma menjadi parameter hasil akhir yang lain, dan
waktu penjepitan tali pusat tidak mempengaruhi angka hiperbilirubinemia
(Cernadas et al, 2006).
Selain itu, ada pasangan yang memilih melakukan kelahiran lotus, yaitu
membiarkan agar tali pusat tidak dipotong dan dibiarkan mengering dan terpisah
secara alami pada umbilikus bayi (Buckley, 2005)
BAB III
PENUTUP
A. Keseimpulan
Berdasarkan evidence based terkini, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata
dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir. Jika
semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya
pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang
mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan
melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara
bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian bayi baru lahir.
B. Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam
upaya penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Lorna dan Julie Richard. 2011. “Masa Peralihan Ibu dan Bayi Baru Lahir : Adaptasi
dengan Kehidupan Ekstrauteri”dalam Lorna Davies & Sharon McDonald (ed.),
Pemeriksaan Kesehatan Bayi Pendekatan Multidimensi (Cet. I). Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal
(Cet. I). Jakarta: Dinkes RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2012. Semarang: Dinkes.
Handayani, Sri dan Setyo Retno Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas (Cet. I).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ningrum, Ema Wahyu dan Johariyah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir (Cet. I). Jakarta: Trans Info Media.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dan
Kemanfaatan-Kemanfaatannya (Cet. II). Yogyakarta: DIVA Press.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (Cet. IV). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. S
udarti dan Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan
(Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita
(Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika.
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (Cet. I). Yogyakarta: Pustaka Rihama