Anda di halaman 1dari 6

YAYASAN KESEJAHTERAAN WARGA KESEHATAN SINGARAJA – BALI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GIANYAR


INSTITUSI TERAKREDITASI B
Program Studi : D3 Kebidanan, S1 Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Farmasi, Profesi Ners, dan Profesi Bidan
Office : Kampus I Jln. Raya Air Sanih Km. 11, Bungkulan, Singaraja – Bali
Kampus II Jln. Raya Air Sanih, Km 3, Kubutambahan, Singaraja – Bali
HP :  081939337102 ( WA ) Web : stikesGianyar.ac.id  Email : stikesGianyar@gmail.com

ESSAY REFLEKSI
IBU NIFAS
DI RUANG KIA PUSKESMAS TAMPAKSIRING II
Oleh
DEWA AYU PUTRI PRAMESTI

A. Introduction

Essay pada kasus ini menggunakan Gibss Reflection Cycle (1988). Melalui

refleksi ini dapat sebagai bahan untuk pengembangan diri dan pengetahuan saya

kedepannya.

B. Descriptions

Rotasi selanjutnya saya pada stase asuhan kebidanan pada ibu nifas. Pada

stase ibu nifas ini saya mendapatkan beberapa hal yang menjadi bahan

pertimbangan mengenai praktik dan teori yang ada. Adapun permasalah yang saya

temui pada saat melakukan asuhan yaitu ibu yang masih bingung cara menyimpan

ASI untuk bayi. Ibu sendiri mengatakan bahwa ini merupakan anak pertamanya dan

ibu akan meninggalkan anaknya untuk bekerja. Hal yang menyulitkan ibu adalah

bagaimana cara menyimpan ASI yang diperas dan dimana menyimpannya.


Menanggapi kejadian tersebut, saya mencoba mengkonfirmasi dan

berkoordinasi kepada ruangan KIA/KB untuk berdiskusi memberikan KIE yang

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu saat ini.

Berdasarkan kejadian diatas, hendaknya kita sebagai tenanga kesehatan

mempertimbangkan kembali antara teori dengan kebijakan yang ada pada instansi.

Agar bayi mendapatkan sentuhan pertama dari si ibu dan mendapatkan ASI

pertamanya.

C. Evaluation

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu (28 hari).

Kahirnya biasanya dengan usia kehamilan 38-42 minggu. Bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir denan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan

berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Adapun waktu pemeriksaan BBL yaitu :

1. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam )

2. Pada usia 6-48 jam (KN 1)

3. Pada usia 3-7 hari (KN2)

4. Pada usia 8-28 hari (KN3)

Adapun manajemen asuhan BBL normal adalah sebagai berikut :

1. Jaga kehangatan bayi

2. Isap lender dari mulut dan hidung

3. Keringkan
4. Pantau tanda bahaya

5. Klem, potong dan ikat tali pusat, tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit

setelah lahir

6. Lakukan IMD

7. Beri suntik Vit K 1 mg, di paha kiri anterolateral setelah IMD.

8. Beri salep mata tetrasiklin 1 %

9. Pemeriksaan fisik

10. Beri imunisasi hepatitis B (HB 0), dipaha kanan anterolateral, kira-kira 1 jam

setelah pemberikan vit k.

D. Analysis

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,

di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan

pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi

akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin. Adapun tahap IMD,

yaitu :

1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu.

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi

harus berada diantara payudara ibu tapi lebih rendah dari putting.

2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasangkan topi pada kepala

bayi.
3. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam.

Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya ke kulit ibu, lakukan

manajemen aktif kala III persalinan.

4. Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu.

E. Conclution and Action Plan

Seperti yang diketahui bahwa Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan

WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan

‘penyelamatan kehidupan’, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22

persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam

pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan

sebagai indikator global.

Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program

pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan

pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan

melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan

tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas.

Selain itu dengan dilakukannya IMD pada ibu dan bayi bisa memanipulasi

rasa sakit yang dirasakan oleh ibu selama penjahitan robekan perineum. Jika

dilakukan IMD maka secara tidak langsung isapan pertama bayi dapat

mengeluarkan hormone oksitosin yang dapat membantu kontraksi uterus.


Hal lain yang dapat dirasakan yaitu perasaan lega dan senang ibu setelah

melahirkan bayi, meningkatkan bounding antara ibu dan bayi, sehingga dapat

mengalihkan rasa sakit ibu pada saat dijahit.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus diatas adalah mengkoordinasikan

kembali atas kebijakan pada instansi terkait pelaksanaan IMD dan menggali factor

penyebab tidak dilakukannya IMD pada ibu dan bayi pada saat persalinan.

Mengkaji kembali tindakan yang tepat sesuai dengan teori yang sudah ada.
Referensi

Johnson Ruth dan Wendy Taylor. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Editor Edisi Bahasa
Indonesia oleh Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
Jordan, Soe. 2003. 8. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC

Machfoed. 2006. Metodologi Kebidanan. Jogjakarta: Fitramaya

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Mitchel, Richard N et.al, 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih Bahasa oleh
Andry Hartono Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC

Marisa Yunia. 2021. Modul UKOM Bidan. Lampung: Bimbingan Belajar Yumaribimbel

Anda mungkin juga menyukai