DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Air susu ibu (ASI) yang keluar pada hari pertama sampai hari ke lima atau
ketujuh memang jernih dan merupakan cairan yang berwarna kekuningan.
Cairan ini mengandung zat putih telur atau protein yang kadarnya tinggi dan zat
anti infeksi atau kekebalan. Kolostrum sangat sesuai dengan kondisi bayi di hari –
hari pertama sejak kelahirannya karena ia belum pantas menerima beban yang
akan memberatkan kerja ginjal. Kolostrum mengandung laktosa dan lemak dalam
kadar rendah sehingga mudah dicerna
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum dari
botol, karena dot karetnya panjang dan tidak diregangkan, maka bayi tidak bisa
menghisap dengan kuat, bila bayi tidak bisa minum dari botol atau dot akan
timbul kesulitan bila bayi menyusu pada ibu, karena ia akan menghisap payudara
seperti halnya ia menghisap dot maka akan terjadilah bingung puting. Pada
keadaan ini ibu dan bayi perlu bantuan untuk belajar menyusui dengan baik dan
benar.
B. LATAR BELAKANG
Menyusui bayi yang baik dan benar adalah sesuai dengan kebutuhan bayi
(ondemand), karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri,
semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar, dengan daya hisapnya maka
payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin kuat daya
isapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara disusukan maka
akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan
kekurangan ASI. Karena ASI akan terus diproduksi asal bayi tetap menghisap, ibu
cukup makan dan minum serta adanya keyakinan mampu memberikan ASI pada
anaknya, menurut literatur produksi ASI berkisar antara 600 cc sampai 1 (satu)
liter sehari. Dengan demikian ibu dapat menyusui bayi secara eksklusif sampai 6
(enam) bulan, dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 (dua) tahun
bersama makanan lain
1
Bila kemudian bayi disapih, refleks prolaktin akan terhenti, sekresi ASI juga
berhenti, alveoli mengalami apoptosis (kehancuran), kemudian bersama siklus
menstruasi dimana hormone estrogen dan progesterone berperan, alveoli akan
terbentuk kembali.
C. PENGERTIAN
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini adalah bayi diberi kesempatan mulai atau menyusui
sendiri segera setelah lahir atau dini dengan membiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibunya (skin to skin contact) setidaknya satu jam atau sampai
menyusu pertama selesai
2. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian asi saja sejak bayi dilahirkan sampai
sekitar 6 (enam) bulan
A. Manfaat ASI
1. Bagi bayi :
a. Nutrient (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
b. Mengandung zat protektif
c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
d. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
e. Mengurangi kejadian kariesdentis
f. Mengurangi kejadian maloklusi
2. Bagi ibu :
a. Aspek kesehatan ibu
b. Aspek Keluarga berencana
c. Aspek psikologis
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
BAB III
KEBIJAKAN
A. Kebijakan Umum :
1. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan
neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
2. Tersedia pelayanan kesehatan Maternal Neonatal yang berorientasi pada mutu
dan keselamatan pasien.
3. Adanya tindakan stabilisasi pasien di IGD dan persiapan untuk pengobatan
definitif.
4. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK Rumah Sakit di ruang
tindakan.
5. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi dan secsio caesaria.
6. Tersedia ruang perawatan intensif ibu dan bayi sesuai dengan kelas Rumah
Sakit.
7. Tersedia pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.
8. Tersedia pelayanan Rawat Gabung Ibu dan Bayi.
9. Menyelenggarakan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.
10. Menyelenggarakan perawatan Metode Kangguru pada BBLR.
11. Menyelenggarakan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi
12. Menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, yaitu :
1) Memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua staf perawat
2) Melatih semua staf pelayanan kesehatan dalam hal pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan tersebut
3) Menjelaskan kepada ibu hamil manfaat ASI termasuk cara mengatasi
kesulitan menyusui
4) Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (minimal 1 jam
setelah lahir)
5) Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar
6) Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir, kecuali atas indikasi medis
7) Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
8) Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui
4
9) Tidak memberikan dot / empeng untuk bayi yang disusui
10) Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP – ASI) dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit
13. Melarang promosi produk pengganti ASI (susu formula, makanan / cairan
pengganti ASI, botol dan dot).
14. Melarang tersedianya produk pengganti ASI yang diberikan secara gratis atau
dengan potongan harga.
B. Kebijakan Khusus :
1. Setiap kasus rujukan selalu dilakukan pemeriksaan awal dan stabilisasi di
IGD untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
2. Setiap kasus rujukan yang tidak bisa dilayani karena keterbatasan fasilitas
akan dirujuk ketingkat yang lebih tinggi sesuai dengan MOU rujukan dan
persetujuan keluarga dengan mengikuti mekanisme rujukan sesuai dengan
jenjang pelayanan.
3. Setiap petugas wajib mendukung terlaksananya rawat gabung ibu dan bayi
4. Setiap petugas berupaya melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
Eksklusif, kecuali ada penolakan dari pasien atau ada kontra indikasi baik
pada ibu maupun bayi.
5. Bayi yang lahir SC dengan anestesi umum harus dilakukan IMD segera
setelah ibu sadar baik.
6. Pelayanan metode Kangguru pada bayi BBLR atas dasar penilaian fisik bayi
sehat dan memungkinkan serta sepengetahuan dokter yang merawat.
5
9. Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat
10. Tidak ada factor risiko
6
BAB IV
TATA LAKSANA
7
2. Kalau bayi tak perlu diresusitasi, bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan
kelamin pada ibu kemudian mencium ibu.
3. Tengkurapkan bayi pada dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Kaki bayi agak sedikit serong, atau melintang, menghindari sayatan operasi.
Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberi topi.
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting.
Biarkan bayi mencari puting sendiri.
5. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama satu jam.
Bila menyusu awal sebelum 1 jam. Tetap kontak kulit ibu bayi selama
setidaknya 1 jam
6. Bila bayi menunjukkan kesiapan untuk minum, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi.
Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan waktu
melekat pada dada ibu, 10 menit atau 1 jam lagi.
7. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat
didadanya dan dipeluk erat oleh ibu. Kemudian ibu dipindahkan dari meja
operasi ke ruang pulih dengan bayi tetap didadanya.
8. Ayah dianjurkan untuk mendoakan ibu dan anaknya.
9. Rawat gabung. Ibu bayi dirawat dalam satu kamar. Bayi dalam jangkauan ibu
selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain, kecuali
atas indikasi medis.
8
6. Bila bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali
tangan tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali
pusat diikat / diklem dengan penjepit tali pusat.
7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di
dada perut ibu dengan kulit bayi merekat pada kulit ibu.
8. Letakkan kembali bayi pertama di dada ibu berdampingan dengan
saudaranya. Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
9. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak
satu jam bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam. Tetap biarkan kulit ibu dan
bayi melekat setidaknya 1 jam.
10. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi. Bantu ibu dengan
mendekatkan bayi keputing tapi jangan memasukkan putting kemulut bayi.
Beri waktu 10 menit atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit.
11. Rawat gabung :
a. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu selama 24
jam
b. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas tindakan
medis.
9
c. Berbaring di sisi badan anda di tempat tidur (bukan posisi rebah),
dengan posisi menyangga kepala anda, sementara bayi dalam posisi
tidur menghadap anda. Posisi ini nyaman untuk menyusui dimalam
hari, atau untuk ibu – ibu yang menjalani operasi sesar
2. Rilekslah kalau perlu pernafasan relaksasi, mendengarkan musik,
membaca dan sebagainya. Apabila anda terlalu tegang, reflex turunnya
susu bias terhalangi
3. Sebelum menyusui. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu
4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu dan payudara
5. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi
6. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi terletak pada lengkungan
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
7. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan
8. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara/ tidak
hanya membelokkan kepala bayi
9. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
10. Ibu menatap bayi dengan kasih saying
11. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah. Jangan menekan putting susu dan areolannya
12. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara
a. Menyentuh pipi dengan putting susu
b. Menyentuh sisi mulut bayi
13. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
kepayudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan kemulut bayi:
a. Ambil payudara dengan tangan anda yang bebas, jempolan dan
memegang bagian atas payudara, dan jari lainnya memegang bagian
bawah
b. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada dibawah langit – langit dan lidah bayi
10
akan menekan asi keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah areola
c. Saat didekatkan keputing, bayi anda biasanya akan reflek memberikan
mulut dan menyambut putting anda. Tetapi apabila tidak, colak –
coleklah bibir bayi anda dengan putting hingga ia membuka mulutnya.
Pastikan kalau bayi anda membuka mulutnya selebar mungkin, dan
letakkan bagian tengah putting anda pada bukaan mulut tersebut
d. Atau, apabila sulit masukkan puting ke mulut bayi. Lakukan trik “
sandwitch “ yaitu menekan puting anda dengan jempol dan telunjuk
sehingga segepeng mungkin pararel dengan alur bibir bayi, dan
masukkan kedalam bukaan mulut bayi (Trik dari Ibu Doris Fok,
konsultan laktasi singapura)
e. Perlekatan (latch on) yang baik adalah apabila sebagian besar areola
anda berada didalam mulut bayi. Dagu menempel ke payudara anda
dan kepalanya agak kebelakang sehingga hidungnya tidak ketutupan
payudara. Sebenarnya tidak perlu menekan payudara untuk membuka
jalan udara kehidung bayi. Selama posisi menyusui anda benar
f. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi
g. Kepala bayi anda diletakkan pada lekukan dalam siku tangan anda.
Kemudian seluruh badan bayi menghadap dada anda. Bukan hanya
kepalanya saja (Waktu pertamakali barangkali anda akan perlu bantuan
orang atau suster untuk meletakkan bayi anda dalam posisi ini, tetapi
lama kelamaan anda bisa melakukan sendiri prinsipnya, kepala bayi
harus tersokong dengan baik )
2. Posisi Menyusui Yang Benar
1. Posisi Cradle
Merupakan posisi normal atau menggendong bayi yang sering dilakukan
oleh ibu menyusui pada umumnya, yaitu kedua tangan ibu menggendong
bayi untuk menyusu.
2. Posisi Bawah Lengan (Foot Ball Position)
Posisi ini dilakukan pada bayi kembar atau ibu mengalami kesulitan
melekatkan bayi melintang didepan tubuhnya. Pada posisi ini telapak
tangan ibu menyangga kepala bayi bagian bawah setinggi bayi atau
rendah. Payudara yang digunakan untuk menyusui sama dengan tangan
11
yang memegang bayi, lalu kaki bayi kebagian belakang badan ibu
disamping tangan yang memegang bayi.
3. Posisi Transisi atau Menopang (Cross Cradle)
Dilakukan dengan lengan yang berlawanan dengan payudara. Dimana
lengan bawah ibu menyangga tubuh bayi, lalu telapak tangan ibu
menyangga kepala bayi bagian bawah setinggi telinga bayi atau lebih
rendah. Posisi itu berguna untuk bayi yang sangat kecil, bayi sakit, atau
lahir dengan kelainan fisik.
4. PosisiTidur
Berguna untuk ibu yang ingin berbaring atau setelah melahirkan dengan
sesar. Posisi tidur ini pun dapat dilakukan dengan lengan menopang
kepala ibu atau bayi dapat ditopang dengan lengan bawah dan bila ASI
berlebihan maka proses menyusui dapat dilakukan dengan ibu terlentang
dan bayi tengkurap.
12
b. Perah ASI dengan cara letakkan telunjuk dan ibu jari, tarik kebawah dada
kemudian tekan lepas, tekan lepas, pindah segmen dari atas atau bawah
kekiri atau kanan
c. Berikan ASI parah untuk hari berikutnya dan berikan dengan sendok.
d. Penyimpanan ASI dilemari es.
13
14
BAB V
DOKUMENTASI
1. Lembar catatan pelayanan yang ditulis oleh perawat yang memberikan perawatan
gabung pada shif tersebut
2. Lembar edukasi yang diisi oleh perawat yang memberikan penyuluhan kepada
pasien dan Keluarga pada shif tersebut
15