Anda di halaman 1dari 2

C.

    CONTOH STUDI KASUS MENGENAI KONFLIK MORAL :


Kasus 1
Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien inpartu datang ke
tempat praktiknya. Status obstetrik pasien adalah G1P0A0. Hasil pemeriksaan penapisan
awal menunjukan persentasi bokong dengan tafsiran berat janin 3900 gram, dengan
kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut menganjurkan dan memberi konseling
pada pasien mengenai kasusnya dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan
keluarganya bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut, karena pertimbangan biaya
dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka bidan dihadapkan pada konflik moral yang
bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan pada kebidanan.
Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia 900/menkes/sk/VII/2002 tentang registrasi dan
praktik bidan. Bidan tidak berwenang memberikan pertolongan persalinan pada primigravida
dengan persentasi bokong di sisi lain ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi
pasien. Yaitu ketidakmampuan secara sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka
bagaimana seorang bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang
dihadapi dalam pelayanan  kebidanan.
Kasus 2
Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan
bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan
uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka
bidan bisa saja tidak memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan
berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus
diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih patal lagi bila pasien akhirnya
meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya
dengan baik. Walapun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik Mungkin itulah
keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan (dentology).

PENYELESAIAN MASALAH ISSU, DILEMA DAN KONFLIK MORAL:


Issu:
Para Filsuf telah mencoba mengembangkan lima pendekatan berbeda dalam hubungan
dengan penyelesaian isu-isu moral
1.      Pendekatan Utilitarian
2.      Pendekatan Hak dan Kehendak Bebas
3.      Pendekatan Keadilan
4.      Pendekatan Kepentingan Bersama
5.      Pendekatan Kebaikan/Kebajikan
Kelima pendekatan di atas menyarankan bahwa pada saat kita diperhadapkan dengan fakta
yang diidentifikasi menjadi masalah moral, kita harus menanyakan lima hal dalam diri
sebelum mencoba untuk memecahkan masalah itu.
Tentu saja, metode ini tidak menjadi solusi otomatis bagi masalah-masalah moral.
Kemampuan mengidentifikasi hal-hal penting, kemudian mengkritisinya, itulah yang disebut
sebagai “Berpikir secara etis”.  Kita harus tetap membuka mata dan telinga, hati dan pikiran
terhadap semua hal yang terjadi di sekeliling kita, agar tetap peka dengan kenyataan dan
dapat memberikan kontribusi yang positif baik bagi pribadi maupun masyarakat.

Konflik:
 Memberi informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan dapat
dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka.
 Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan
haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.
 Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah
memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap
tentang dampak dari keputusan mereka.
 Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan
serendah mungkin.
 Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai suatu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan
wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.

Anda mungkin juga menyukai